2
Paket Hapalan Pancasila
dan Lambang Negara
Jenis-jenis Ideologi yang ada pada umumnya
1. Liberalisme = memiliki konsep kebebasan individual, artinya kesetaraan bagi semua anggota
masyarakat. Hak individu tidak boleh dicampuri oleh Negara.
2. Sosialisme = menganggap bahwa manusia adalah makhluk kreatif, sehingga untuk mencapai
kebahagiaan harus melalui kerjasama. Hak milik untuk pribadi dibatasi. Agama harus
mendorong keberamaan. Peran Negara untuk pemerataan keadilan.
3. Fundamentalisme = menetapkan agama sebagai hukum politik dalam dunia modern.
4. Marxisme ( Komunisme) = mengutamakan kebersamaan individu. Hak pribadi tidak diakui.
Prinsip utama adalah meterialisme yang menyangkal adanya jiwa rohani dan Tuhan. Biasanya
cirinya adanya satu partai, tidak ada golongan dalam masyarakat. Bersifat otoriter dan
monopoli.
5. Nasionalisme = Tidak membedakan ras, suku bangsa mementingkan persatuan diatas individu.
Jenis Norma
1. Norma Agama = Peraturan yang diciptakan Tuhan bersumber dari kitab suci.
2. Norma Kesusilaan = Peraturan yang dianggap sebagai suara hati manusia. Aturan hidup tentang
perilaku baik dan buruk berdasarkan kebenaran dan keadilan.
3. Norma Kesopanan = Peraturan yang dibuat oleh agama dan adat. Menghubungkan manusia
terhadap manusia di sekitarnya.
4. Norma Hukum = Peraturan yang dibuat oleh penguasa Negara / lembaga adat. Bersifat
memaksa dan mengikat.
3
Contoh : Korea Utara
Pancasila
Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Panca yang berarti Lima dan Sila yang
berarti Dasar atau Asas. Secra etimologi, Pancasila berarti Dasar yang memiliki lima sendi.
Nilai dalam Pancasila
1. Nilai dasar, Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan dan nilai keadilan.
2. Nilai Instrumental, adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Contoh :
nilai yang terkandung dalam UUD 1945
3. Nilai Praksis, adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih
nyata atau pelaksanaan nyata dari nilai-nilai pancasila.
Nilai dalam Pancasila berdasarkan Prof.Dr. Notonegoro
1. Nilai Material, segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia
2. Nilai Vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas
3. Nilai Kerohanian, segala seuatu yang berguna bagi rohani manusia
a. Nilai kebenaran
b. Nilai keindahan
c. Nilai kebaikan
d. Nilai religious
Kedudukan Pancasila
1. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai dasar negara sering disebut juga falsafah negara. Pancasila sebagai dasar
negara Republik Indonesia berarti bahwa Pancasila digunakan sebagai dasar dalam mengatur
pemerintahan negara dan penyelenggaraan negara. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara,
merupakan sumber tertib hukum tertinggi yang mengatur dan mengikat kehidupan Negara dan
masyarakat.
4
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia, berarti Pancasila adalah sikap mental dan
tingkah laku bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas, dan yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life)
Pancasila sering disebut way of life, berarti pancasila menjadi petunjuk arah seluruh kegiatan
kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan guna mengatur kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia berfungsi sebagai norma,
pegangan hidup, pedoman hidup dan petunjuk arah bagi semua kegiatan hidup dan
penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagal aspek kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Dengan demikian berarti bahwa semua sikap dan perilaku setiap manusia Indonesia
haruslah dijiwai dan merupakan pancaran pengamalan sila-sila Pancasila.
4. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia berarti bahwa Pancasila dijadikan
sebagai cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai bangsa Indonesia yaitu suatu masyarakat yang
Pancasilais. Dasar negara Pancasila yang dirumuskan dan terkandung dalam pembukaan UUD
1945, memuat cita-cita dan tujuan nasional. Cita-cita bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia II),
tujuan bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia IV). Tujuan bangsa dan negara Indonesia dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
5. Pancasila sebagal perjanjian luhur bangsa Indonesia
Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, berarti bahwa Pancasila merupakan
keputusan final bagi bangsa Indonesia. Pancasila adalah kesepakatan dan perjanjian serta
konsensus bangsa Indonesia sebagai dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945. Istilah Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia muncul dalam pidato
kenegaraan Presiden Soekarno di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-ROyong
(DPR-GR) pada tanggal 16 Agustus 1967, yang merupakan kesepakatan bulat para wakil-wakil
bangsa Indonesia (PPKI) menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
6. Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup
bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik Negara atau rezim tertentu.
7. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum indonesia, yang berwujud di dalam tertib
hukumnya. Sebagai sumber hukum disini maksudnya ialah Pancasila sebagai asal, tempat setiap
pembentuk hukum di Indonesia mengambil atau menimba unsur-unsur dasar yang diperlukan
untuk tugasnya itu, dan merupakan tempat untuk menemukan ketentuan-ketentuan yang akan
menjadi sisi dari peraturan hukum yang akan di buat, serta sebagai dasar-ukuran (maatstaf),
untuk menguji apakah isi suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-sungguh merupakan
suatu hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara Republik Indonesia.
5
8. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang dijelaskan dalam teori "Von Savigny" bahwa
setiap Volksgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa) Indonesia telah melaksanakan Pancasila. Dengan
kata lain, lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
6
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan
bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan
memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan
mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota
panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota
BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah
Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang
dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan
sebutan “Piagam Jakarta”.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan
rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan
PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan
preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore
7
hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang
menemuinya.
Rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang
kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari
negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang
pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus
Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-
tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat
Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan
diganti dengan “Yang Maha Esa”.
Adapun bunyi Pembukaan UUD1945 selengkapnya sebagai berikut:
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan de-ngan didorongkan oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidup-an bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadil-an sosial, maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
8
Pancasila dan Lambang Negara
Pancasila terdapat di Lambang Negara kita, yaitu Burung Garuda.
Lambang Negara
Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan
(dari sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai
pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap
satu” ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak, kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya
sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11
Februari 1950.
Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958
9
gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap
terlalu bersifat mitologis.
10
Perisai
1. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia
sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri
untuk mencapai tujuan.
2. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis
khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara
tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
3. Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merah-
putih". Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.
4. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan
lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:
1. Sila pertama dengan lambang bintang – ketuhanan yang maha esa. Bintang pada lambang sila
pertama artinya adalah menerangi dan memberi cahaya bagi bangsa dan negara. Terus
memberi cahaya seperti tuhan yang maknanya adalah jalan terang agar negara dapat
menempuh jalan yang benar.
2. Sila kedua lambang rantai – kemanusiaan yang adil dan beradab. Rantai merupakan
lambang dari sila kedua, rantai ini memiliki makna yang sangat besar dan terdiri dari rantai bulat
(melambangkan perempuan) dan rantai persegi (melambangkan laki laki).
Rantai yang saling berkait melambangkan bahwa setiap rakyat baik perempuan dan
laki laki harus bersatu padu untuk agar bisa menjadi kuat seperti rantai.
3. Sila ketiga lambang pohon beringin – persatuan Indonesia. Pohon beringin
merupakan pohon yang besar memiliki ranting luas yang dapat menjadi tempat berteduh
yang menyejukkan. Selain itu pohon beringin juga memiliki akar yang sangat kuat dan
menjalar di mana mana, seperti keanekaragaman suku dan bangsa indonesia yang harus
tetap bersatu.
4. Sila keempat lambang kepala banteng – kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Kepala banteng memiliki makna bahwa hewan yang suka
berkumpul dan memiliki kepala yang tangguh. Banteng merupakan hewan yang memiliki jiwa
sosial yang tinggi dan suka berkumpul. Artinya kita harus rajin bermusyawarah dalam
menyelesaikan suatu masalah dan dalam mengambil keputusan.
11
5. Sila kelima lambang padi dan kapas- keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Padi dan kapas ini
melambangkan kebutuhan dasar manusia, padi yang menjadi dasar untuk makanan pokok dan
kapas untuk kebutuhan dasar sandang. Jadi lambang ini bertujuan untuk memberikan
kebutuhan dasar setiap bangsa indonesia secara merata dan adil.
Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka Tunggal
Ika" berwarna hitam.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu, kata
"ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa
di antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
12
x. Mengembangkan sikap hormat dan menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
i. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
ii. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
iii. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
iv. Mengembangkan rasa kebanggan dan kebangsaan dan bertanah air Indonesia.
v. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
vi. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
vii. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
i. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
ii. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
iii. Mengutaman musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
iv. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
v. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
vi. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.
vii. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
viii. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
ix. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
x. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyawaratan.
13
xi. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
14
15
16