Anda di halaman 1dari 14

BAB I

SKENARIO 1

Seorang wanita usia 20 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi dengan keluhan sakit cekot-
cekot pada gigi sebelah kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Rasa sakit timbul tiba-tiba terutama
ada malam hari. Apakah yang terjadi ada gigi wanita tersebut?

Data pasien :

 Nama : Nn. Arini


 Umur : 20 tahun
 Alamat : jl. Semeru 17 surabaya
 Pekerjaan : Mahasiswa

Hasil pemeriksaan fisik :

 BB : 50 kg
 TB: 160 cm
 Tensi : 120/80 mmHg
 Nadi : 78x/menit
 Suhu : 37 0C

Hasil pemeriksaan ekstra oral :

 Normal

Hasil pemeriksaan intra oral :

 Gigi 46 tampak karies profunda, lokasi oklusal


 Tes vitalitas +
 Gingiva normal

A. Kata kunci
 Nyeri pada gigi kanan bawah
 Rasa sakit timbul tiba-tiba
 Timbul pada malam hari
B. Problem
 Sakit cekot-cekot pada gigi
 Rasa sakit timbul tiba-tiba terutama pada malam hari
BAB II

PEMBAHASAN

A. Batasan
1.1 Antomi gigi manusia

1. 2 Enamel atau email


Bagian paling luar yang berwarna putih. Lapisan ini sangat keras sehingga mampu
menghancurkan makanan yang terjepit diantara gigi atas dan bawah. Email ini juga
membuat gigi kita putih bersih sehingga terlihat cantik.

1.3 Crown atau mahkota gigi


Bagian gigi yang terlihat atau tidak menancap di dalam gusi dan tulang rahang. Email
tadi letaknya juga di mahkota gigi ini.

1.4 Root atau akar gigi


Bagian gigi yang menancap di dalam gusi dan tulang rahang. Setiap gigi memiliki
jumlah akar yang berbeda, tergantung dari posisinya. Gigi geraham memiliki jumlah
akar paling banyak karena beban kerjanya memang paling berat.

1.5 Dentin
Bagian yang terletak di dalam gigi, stukturnya seperti tulang. Ia bisa tumbuh jika
mengalami kerusakan. Dentin ini berasal dari jaringan mesoderm dan berfungsi untuk
menopang struktur gigi secara keseluruhan.
1.6 Cementum atau Sementum
Bagian gigi yang berada diantara akar gigi dan jaringan periodontal yang menempel
pada tulang rahang. Fungsinya seperti perekat gigi supaya tidak goyang-goyang.
Sementum juga bertugas memberikan supply makanan berupa phospor ke gigi.

1.7 Periodontal Ligamen atau Ligamen Periodontal


Adalah jaringan lunak antara tulang rahang dan gigi. Dia memiliki fungsi seperti shock
breaker atau peredam getaran sehingga gigi tidak membentur tulang rahang secara
langsung.

1.8 Syaraf
Bertugas menyalurkan informasi dari gigi ke otak, sedangkan bertugas menyuplai darah
yang berisi nutrisi dan oksigen ke gigi sehingga gigi tetap hidup.

Karies Gigi (Kavitasi) merupakan daerah yang membusuk di dalam gigi, yang
terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah
luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Jika tidak diobati oleh seorang
dokter gigi, karies akan terus tumbuh dan pada akhirnya menyebabkangigi tanggal.

B. MEKANISME PROSES TERJADINYA KARIES GIGI


Mekanisme terjadinya karies dapat digambarkan sebagai berikut: asidogenik dari
plak bakteri memfermentasi karbohidrat, memproduksi asam organik, termasuk laktin,
formik, asetik, dentin atau sementum. Yang secara parsial menghancurkan kristal
mineral atau carbonated hydroxyapatite (Featherstone, 2000). Lebih lanjut mineral
yaitu kalsium dan phospat akan berdifusi dari gigi dan bila proses terus berlanjut maka
akan terjadi kavitas. Proses demineralisasi dapat dikembalikan oleh kalsium dan
phospat bersama dengan fluor, berdifusi ke dalam gigi dan mengkasilkan lapisan baru
pada sisa-sisa kristal yang ada pada lesi awal yang dikenal sebagai remineralisasi.
Permukaan lapisan mineral yang baru ini tahan terhadap asam bila dibandingkan
dengan mineral carbonated hydroxyatite pada waktu awal. Proses deminerlasisasi dan
remineralisasi pada umumnya sering terjadi berulang-ulang setiap hari. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kavitas atau adanya proses perbaikan (Featherstone, Tinanoff,
2002).
C. PATOFISIOLOGI KARIES GIGI
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi, substrat,
mikroorganisme, dan waktu. Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa
dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga
pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi
(Kidd, 2012).
Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak dipermukaan gigi. Plak
terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel
jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula
terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertumbuhnya bakteri
(Suryawati, 2010).
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula) dari
sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi
asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis yang akan menyebabkan
demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan
demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum
sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam
proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi
sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makroskopis dapat dilihat.
Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan
transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan
terhadap mikroorganisme dan 12 enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/tidak
tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala
degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-
lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular
diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

D. KARIES GIGI BERDASARKAN BENTUK-BENTUKNYA


1. Berdasarkan cara meluasnya karies
a. Karies Penetriende
Karies yang meluas dari email kedentin dalam bentuk kerucut perluasannya
secara penetrasi merembes ke dalam
b. Karies Unterminirende
Karies yang meluas dari email ke dentin dimana pada oklusal kecil tetapi di dalam
email atau dentin sudah meluas
2. Berdasarkan Kedalamannya
a. Karies superfisialis
Karies baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkna.

Karies superfisialis
b. Karies media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Karies media

c. Karies profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah mengenai
pula.

Karies profunda

3. Berdasarkan Lokasi Karies (Olah G Black)


a. Karies kelas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (Pits dan fissure ) dari gigi premolar dan
molar. Dapat juga terdapa ada anterior di foramen caecum.
b. Karies kelas II
Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi molar atau premolar yang
umumnya meluas sampai bagian oklusal.
c. Karies kelas III
Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior tetapi belum mencapai
margo incisal (belum mencapai 1/3 incisal gigi).
d. Karies kelas IV
Karies yang terdapat pada bagian aproximal dari gigi anterior dan sudah mencapai
margo incisal (telah mencapai 1/3 incisal gigi )
e. Karies kelas V
Karies yang terletak di cerviks gigi anterior maupun posterior.

4. Berdasarkan Banyaknya Permukaan Yang Terkena


a. Simple karies
Bila hanya satu permukaan yang terkena.
b. Kompleks karies
Bila lebih dari satu permukaan gigi yang terkena.
5. Berdasarkan Keparahan/ Kecepatan Serangan Karies
a. Rampant karies
b. Karies terhenti

E. Etiologi karies gigi


Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab
primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi
yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi
biofilm. Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit
menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun
waktu.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang
peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet
dan faktor waktu, yang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.
 Faktor Host (Tuan Rumah)

Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor
kimia dan kristalografis, saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies
adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang
kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu
perkembangan karies gigi.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan
enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada
gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik
dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih
padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan
mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu
terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi
tetap 7-8 tahun.
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak
sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi
mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH.
 Faktor Agent (Mikroorganisme)

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya


karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda, pada awal pembentukan plak, kokus
gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus,
serta beberapa strain lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa
beberapa spesies Actinomyces. Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri
sehingga tampak sebagai lapisan putih. Secara histometris plak terdiri dari 70%
sel-sel bakteri dan 30% materi interseluler yang pada pokoknya berasal dari
bakteri.
 Pengaruh Substrat atau Diet

Faktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena


membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif yang menyababkan timbulnya karies.
Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel
pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi
email. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri
dan sintesa polisakarida ekstra sel.
Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan gigi, sebaliknya pada orang dengan diet banyak
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak memliki
karies gigi. Hal ini dikarenakan adanya pembentukan ekstraseluler matriks
(dekstran) yang dihasilkan karbohidrat dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa
dan fruktosa. Glukosa ini dengan bantuan Streptococcus mutans membentuk
dekstran yang merupakan matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi.
Oleh karena itu sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik (makanan yang
dapat memicu timbulnya kerusakan/karies gigi atau makanan yang kaya akan
gula). Sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa
merupakan penyebab karies yang utama Makanan dan minuman yang
mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level
yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam
selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu
30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan
tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi email.
 Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.4 Adanya kemampuan saliva
untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies,
menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan
yang silih berganti. Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies
tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam
bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan
demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan
penyakit ini.

 Kebiasaan Makan
Pada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang
bersifat manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit
dan lain-lain. Di mana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak.
Makanan ini karena sifatnya yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga
gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan terjadi
proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email
gigi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada dasarnya adalah:
a. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.
b. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti: asosiasi
emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang
lebih terhadap mutu makanan juga merupakan faktor intrinsik.
 Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi)
Selain faktor langsung (etiologi), juga terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut
sebagai faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisis dan faktor penghambat
terjadinya karies yaitu umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah bakteri,
dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan mulut khususnya karies tidak terlepas dari kebiasaan merokok/penggunaan tembakau,
konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baikdan diet makanan.
a. Umur
Hasil studi menunjukkan bahwa lesi karies dimulai lebih sering pada umur yang spesifik.
Hal ini berlaku terutama sekali pada umur anak-anak namun juga pada orang dewasa.
Kelompok umur berisiko tersebut adalah:
1. Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang
mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka
segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap
karies.
2. Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan
oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan
karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.
3. Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini
gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4. Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke
tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-
orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya
dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan mulut.
Berdasarkan umur, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur pemantauan global (global
monitoring age) untuk karies. Pada kelompok umur 15 tahun, dianggap bahwa gigi permanen
sudah terekspos dengan lingkungan mulut selama 3-9 tahun, sehingga pengukuran prevalensi
karies dianggap lebih bermakna dibandingkan usia 12 tahun. Umur ini juga merupakan usia kritis
untuk pengukuran indikator penyakit periodontal pada remaja. 35-44 tahun (rerata = 40 tahun).
Kelompok umur ini merupakan kelompok umur standar untuk memonitor kesehatan orang
dewasa dalam hal efek karies, tingkat keparahan penyakit periodontal, dan efek pelayanan
kesehatan gigi yang diberikan. 65-74 tahun. (rerata = 70 tahun). Kelompok umur ini lebih
penting sehubungan dengan adanya perubahan distribusi umur dan bertambahnya umur harapan
hidup yang terjadi di semua negara. Data dari kelompok umur ini diperlukan untuk membuat
perencanaan pelayanan kesehatan bagi manula dan memantau semua efek pelayanan rongga
mulut yang diberikan.
b. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil
bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria. Selama
masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi
daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit.
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi. Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu
pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi
status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor
sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah
merupakan satu-satunya cara mencegah gigi berlubang.
e. Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang
berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan
bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan
berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
Misalnya, derajat penderita karies gigi di Palembang relatif tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah makanan yang berpotensi menimbulkan kerusakan gigi, yaitu
empek-empek. Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan
zat gula. Karbohidrat yang tinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan
cuka dalam cairan yang ditambahkan pada empek-empek juga tidak bagus untuk gigi,
khususnya juga untuk anak di bawah usia delapan tahun. Kandungan fluor dalam gigi
anak usia di bawah delapan tahun belum kuat menahan cuka
f. Kebersihan Mulut (Oral Higiene)
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies
adalah plak. Telah dicoba membandingkan insidens karies gigi selama 2 tahun pada 429
orang mahasiswa yang menyikat giginya dengan teratur setiap habis makan dengan
mahasiswa yng menyikat giginya pada waktu bangun tidur dan malam pada waktu
sebelum tidur, ternyata bahwa golongan mahasiswa yang menyikat giginya secara teratur
rata-rata 41% lebih sedikit kariesnya dibandingkan dengan golongan lainnya.
g. Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva,
yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih
tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

F. PERAN KARBOHIDRAT TERHADAP TERJADINYA KARIES GIGI


Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi
karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya
pada orang yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan protein
hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk
menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
Kecepatan pembentukan plak tergantung pada konsistensi, macam, dan keras lunaknya
makanan. Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan mempunyai sedikit
atau sama sekali tidak mempunyai efek membersihkan pada gigi geligi.
Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relatif tidak berbahaya karena tidak
dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul
rendah seperti sukrosa akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan
cepat oleh bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung
sukrosa akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat
menyebabkan demineralisasi enamel. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa
waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh
karena itu, konsumsi yang sering dan berulang -ulang akan tetap menahan pH plak
dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel.
Sintesis polisakarida ekstra sel sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa,
fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik,
walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Oleh karena sukrosa merupakan gula yang
paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab utama karies.
Penumpukan plak pada konsumsi sukrosa disebabkan adanya pembentukan
ekstraseluler matriks (dekstran) yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa. Gluko sa dengan bantuan S. mutans akan membentuk dekstran
yaitu matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Fruktosa juga dipecah dengan
bantuan mikroorganisme plak menjadi levan yang menjadi sumber bahan makanan
mikroorganisme plak apabila kekurangan karbohidrat dalam mulut.
BAB III
DIAGNOSIS

Hasil diagnosis kami pada Nn. Arini yang berusia 20 tahun adalah Pulpitis Irreversibel,
karena pasien mengeluhkan sakit cekot-cekot pada gigi sebelah kanan bawah. Rasa sakitnya
timbul tiba- tiba terutama pada malam hari, yang mana dapat diartikan nyeri tanpa sebab. Selain
itu, hasil pemeriksaan intra oral gigi 46 tampak karies profunda berdasarkan kedalamannya serta
lokasi oklusal. Sehingga kami menjatuhkan diagnosis pada pasien tersebut yaitu Pulpitis
Irreversibel.

Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible
ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan
oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif,
trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran
darah pulpa.

Gejala pulpitis irreversibel pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai
dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas
atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan
bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah
dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit
seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih
sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya
semakin intens. Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri
berkepanjangan.
BAB IV

KESIMPULAN

Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi seluruh
aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan
pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis)
dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis) (Angela, 2005).
 Pencegahan Primer

Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan


pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini
ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (healthpromotion) dan memberikan
perlindungan khusus (spesific protection).
 Pencegahan Sekunder

Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan pelayanan


pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak
berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies
yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas (Rethman, 2000).

 Pencegahan Tersier
Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang
dikenal sebagai pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi
dari gigi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi
ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam
kategori ini(Rethman, 2000).

Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel. Kerusakan pulpa


yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama proseduroperatif, terganggunya aliran
darah pada pulpa akibat trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat
menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak
akan dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan.

Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul lokal, atau difus dan
berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal
dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa
dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas
normal. Perbedaannya klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif; rasa
sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada
pulpitis reversibel, penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti air dingin
atau aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa stimulus yang
nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Featherstone JDB. 2000. The science and practice of caries prevention. JADA.

Kidd, Edwina A. M. dan Bechal, Sally Joyston. 2012. Dasar-dasar Karies: Penyakit
Dan Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tinanoff, N. 2002. Caries management in children: decision-making and therapies.


Compendium.

Suryawati PN. 2010. 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta:
Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai