SKENARIO 1
Seorang wanita usia 20 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi dengan keluhan sakit cekot-
cekot pada gigi sebelah kanan bawah sejak 2 hari yang lalu. Rasa sakit timbul tiba-tiba terutama
ada malam hari. Apakah yang terjadi ada gigi wanita tersebut?
Data pasien :
BB : 50 kg
TB: 160 cm
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 37 0C
Normal
A. Kata kunci
Nyeri pada gigi kanan bawah
Rasa sakit timbul tiba-tiba
Timbul pada malam hari
B. Problem
Sakit cekot-cekot pada gigi
Rasa sakit timbul tiba-tiba terutama pada malam hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Batasan
1.1 Antomi gigi manusia
1.5 Dentin
Bagian yang terletak di dalam gigi, stukturnya seperti tulang. Ia bisa tumbuh jika
mengalami kerusakan. Dentin ini berasal dari jaringan mesoderm dan berfungsi untuk
menopang struktur gigi secara keseluruhan.
1.6 Cementum atau Sementum
Bagian gigi yang berada diantara akar gigi dan jaringan periodontal yang menempel
pada tulang rahang. Fungsinya seperti perekat gigi supaya tidak goyang-goyang.
Sementum juga bertugas memberikan supply makanan berupa phospor ke gigi.
1.8 Syaraf
Bertugas menyalurkan informasi dari gigi ke otak, sedangkan bertugas menyuplai darah
yang berisi nutrisi dan oksigen ke gigi sehingga gigi tetap hidup.
Karies Gigi (Kavitasi) merupakan daerah yang membusuk di dalam gigi, yang
terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah
luar yang keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Jika tidak diobati oleh seorang
dokter gigi, karies akan terus tumbuh dan pada akhirnya menyebabkangigi tanggal.
Karies superfisialis
b. Karies media
Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Karies media
c. Karies profunda
Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah mengenai
pula.
Karies profunda
Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor
kimia dan kristalografis, saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies
adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang
kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu
perkembangan karies gigi.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin
banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan
enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada
gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik
dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih
padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan
mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu
terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi
tetap 7-8 tahun.
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak
sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan
remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi
mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH.
Faktor Agent (Mikroorganisme)
Kebiasaan Makan
Pada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang
bersifat manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit
dan lain-lain. Di mana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak.
Makanan ini karena sifatnya yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga
gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan terjadi
proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email
gigi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada dasarnya adalah:
a. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.
b. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti: asosiasi
emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang
lebih terhadap mutu makanan juga merupakan faktor intrinsik.
Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi)
Selain faktor langsung (etiologi), juga terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut
sebagai faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisis dan faktor penghambat
terjadinya karies yaitu umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah bakteri,
dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan mulut khususnya karies tidak terlepas dari kebiasaan merokok/penggunaan tembakau,
konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baikdan diet makanan.
a. Umur
Hasil studi menunjukkan bahwa lesi karies dimulai lebih sering pada umur yang spesifik.
Hal ini berlaku terutama sekali pada umur anak-anak namun juga pada orang dewasa.
Kelompok umur berisiko tersebut adalah:
1. Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang
mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka
segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap
karies.
2. Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan
oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan
karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.
3. Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini
gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.
4. Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke
tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-
orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya
dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan mulut.
Berdasarkan umur, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur pemantauan global (global
monitoring age) untuk karies. Pada kelompok umur 15 tahun, dianggap bahwa gigi permanen
sudah terekspos dengan lingkungan mulut selama 3-9 tahun, sehingga pengukuran prevalensi
karies dianggap lebih bermakna dibandingkan usia 12 tahun. Umur ini juga merupakan usia kritis
untuk pengukuran indikator penyakit periodontal pada remaja. 35-44 tahun (rerata = 40 tahun).
Kelompok umur ini merupakan kelompok umur standar untuk memonitor kesehatan orang
dewasa dalam hal efek karies, tingkat keparahan penyakit periodontal, dan efek pelayanan
kesehatan gigi yang diberikan. 65-74 tahun. (rerata = 70 tahun). Kelompok umur ini lebih
penting sehubungan dengan adanya perubahan distribusi umur dan bertambahnya umur harapan
hidup yang terjadi di semua negara. Data dari kelompok umur ini diperlukan untuk membuat
perencanaan pelayanan kesehatan bagi manula dan memantau semua efek pelayanan rongga
mulut yang diberikan.
b. Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil
bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria. Selama
masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi
daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit.
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan
sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok
sosial ekonomi tinggi. Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu
pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi
status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi
perilakunya untuk hidup sehat.
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor
sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah
merupakan satu-satunya cara mencegah gigi berlubang.
e. Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang
berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan
bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan
berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai
kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
Misalnya, derajat penderita karies gigi di Palembang relatif tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah makanan yang berpotensi menimbulkan kerusakan gigi, yaitu
empek-empek. Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan
zat gula. Karbohidrat yang tinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan
cuka dalam cairan yang ditambahkan pada empek-empek juga tidak bagus untuk gigi,
khususnya juga untuk anak di bawah usia delapan tahun. Kandungan fluor dalam gigi
anak usia di bawah delapan tahun belum kuat menahan cuka
f. Kebersihan Mulut (Oral Higiene)
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies
adalah plak. Telah dicoba membandingkan insidens karies gigi selama 2 tahun pada 429
orang mahasiswa yang menyikat giginya dengan teratur setiap habis makan dengan
mahasiswa yng menyikat giginya pada waktu bangun tidur dan malam pada waktu
sebelum tidur, ternyata bahwa golongan mahasiswa yang menyikat giginya secara teratur
rata-rata 41% lebih sedikit kariesnya dibandingkan dengan golongan lainnya.
g. Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva,
yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih
tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Hasil diagnosis kami pada Nn. Arini yang berusia 20 tahun adalah Pulpitis Irreversibel,
karena pasien mengeluhkan sakit cekot-cekot pada gigi sebelah kanan bawah. Rasa sakitnya
timbul tiba- tiba terutama pada malam hari, yang mana dapat diartikan nyeri tanpa sebab. Selain
itu, hasil pemeriksaan intra oral gigi 46 tampak karies profunda berdasarkan kedalamannya serta
lokasi oklusal. Sehingga kami menjatuhkan diagnosis pada pasien tersebut yaitu Pulpitis
Irreversibel.
Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible
ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan
oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif,
trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran
darah pulpa.
Gejala pulpitis irreversibel pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai
dengan suatu paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas
atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan
bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah
dihilangkan, dan dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit
seringkali dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan
umumnya adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih
sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya
semakin intens. Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri
berkepanjangan.
BAB IV
KESIMPULAN
Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi seluruh
aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan
pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis)
dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis) (Angela, 2005).
Pencegahan Primer
Pencegahan Tersier
Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang
dikenal sebagai pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi
dari gigi. Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi
ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam
kategori ini(Rethman, 2000).
Nyeri pulpitis irreversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul lokal, atau difus dan
berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal
dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa
dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi berada dalam batas
normal. Perbedaannya klinis antara pulpitis reversibel dan irreversibel adalah kuantitatif; rasa
sakit pulpitis irreversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada
pulpitis reversibel, penyebab rasa sakit umumnya peka terhadap suatu stimulus, seperti air dingin
atau aliran udara, sedangkan pulpitis irreversibel rasa sakit dapat datang tanpa stimulus yang
nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Featherstone JDB. 2000. The science and practice of caries prevention. JADA.
Kidd, Edwina A. M. dan Bechal, Sally Joyston. 2012. Dasar-dasar Karies: Penyakit
Dan Penanggulangannya. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Suryawati PN. 2010. 100 Pertanyaan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta:
Dian Rakyat.