Anda di halaman 1dari 4

Sistem Akustik

Akustik berasal dari bahasa Yunani akoustikos, artinya segala sesuatu yang
bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi ruang yang dapat
memperngaruhi mutu bunyi. Akustik dipelajari pada berbagai bidang ilmu seperti:
akustik fisika, psiko akustik, sedangkan akustik arsitektur dapat diterapkan untuk
perencanaan gedung pertunjukan, ruang sidang, dan rumah tinggal.

a. Tujuan akustik
Akustik bertujuan untuk mencapai kondisi pendengaran suara yang sempurna
yaitu murni, merata, jelas, dan tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya,
bebas dari cacat dan kebisingan.
Problem akustik dianalisa dengan mendasarkan 5 faktor yaitu:
1. Sumber suara
2. Perambatan suara
3. Penerimaan suara
4. Intensitas suara
5. Frekuensi suara

b. Akustik Gedung Pertunjukan


Dalam penyusunan konsep perancangan akustik gedung pertunjukan terdapat
berbagai faktor yang harus diperhatikan:
1. Fungsi utama gedung
2. Posisi penonton dan pemain
3. Kondisi gedung dari segi konstruksi, bahan dan sebagainya.

Akustik yang baik sangat diperlukan dalam merancang teater. Untuk


mendapatkan kondisi pendengaran yang baik, maka ruang auditorium harus
memenuhi 4 standar dasar :
a. Tenang
b. Kekerasan dengan bunyi yang cukup
c. Penyebaran merata
d. Cukupnya penyatuan dan pemisahan suara
Agar frekuensi sumber bunyi tata ruang auditorium terdengar baik, maka
pengaturan langit-langit harus sedemikian rupa sehingga panjang pantulan suara
merata di seluruh ruang.

c. Persyaratan Akustik
Kualitas akustik yang memenuhi syarat untuk memenuhi suatu ruang auditorium,
yaitu:
1. Kekerasan (loudness)
Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian ruang
terutama tempat duduk yang jauh
2. Difusi
Energi bunyi harus didistribusi secara merata dalam ruangan.
3. Kepadatan (Fullness of Tone)
Karakteristik dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk
memungkinkan penerimaan kejelasan suara.
4. Keseimbangan (Balance)
Perbandingan loudness yang seimbang antar bagian. Balance juga ditentukan
oleh banyaknya pantulan suara pada sekeliling bunyi.
5. Daya Campur (Bland)
Keharmonisan bunyi ketika sampai di telinga pendengar. Dipengaruhi oleh
dinding yang letaknya jauh dari panggung.
6. Ansambel (Ensemble)
Kesatuan bunyi antar bagian suara. Suara akan baik bila tercapi kesatuan.
7. Keakraban Akustik
Kesan musik yang disajikan dalam ruang kecil dan menjadi unsur penting
dalam auditorium.
8. Bebas Cacat Akustik
Kondisi akustik tanpa gangguan dari hal seperti gema, gaung, resonansi, serta
bayangan bunyi.
Perubahan bertahap bentuk ruang pertunjukan

d. Bahan Penyerap Bunyi


Pemakaian bahan finishing untuk dinding dan langit-langit mampu menyerap
bunyi yang tidak diinginkan, misalnya gema, kebocoran suara, dan cacat akustik
lainnya. Sekaligus dapat memantulkan suara merata di dalam auditorium.
Bahan-bahan penyerap bunyi yang digunakan dalam rancangan akustik
auditorium yang dipakai dalam pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dapat
di klasifikasikan menjadi:
1. Bahan berpori
Jaringan seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan. Contohnya
gypsum, glasswol, serat kayu, karpet, dll.
2. Penyerap panel atau selaput
Merupakan konstruksi penyerap bunyi dengan bahan kedap suara yang
dipasangkan pada lapisan penunjang yang padat tetapi dipisahkan oleh suatu
ruang udara.
Bahan yang dapat digunakan misalnya : panel kayu, hardboard,
gypsumboard,dll.
3. Resonator rongga atau helmholtz
Merupakan bahan konstruksi yang terdiri atas sejumlah udara yang tertutup
yang dibatasu oleh dinding masif dan dihubungkan ke ruang sekitarnya
melalui lubang sempit tempat gelombang bunyi merambat.
4. Penyerap ruang
Merupakan bahan penyerap bunyi yang penggunaanya digantung di langit-
langit.
5. Penyerap variabel
Bahan penyerap konstruksi yang dapat menampilkan permukaan pemantul
dan penyerap.

Anda mungkin juga menyukai