Anda di halaman 1dari 3

II.

1 Iklan Obat
Iklan obat atau yang biasa disebut iklan adalah setiap 
keterangan atau
pernyataan mengenai obat dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang
dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran dan/atau perdagangan obat.

(BPOM,2017)

II.1.1 Media Iklan

Media Iklan meliputi antara lain:
(BPOM,2016)

a. Media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, koran, buletin, poster
atau selebaran, leaflet, stiker, buklet, pamflet, halaman kuning (Yellow
Pages), katalog.

b. Media elektronik seperti televisi (termasuk iklan baris (running text),
superimposed, built in), radio, media teknologi informasi.

c. Media luar ruang seperti papan reklame, billboard, lampu hias/neon
box, papan nama, balon udara, sarung ban, panel di bandara atau di
tempat- tempat umum lainnya, iklan cetak yang ditempel/digantung di
luar ruang, spanduk, transit ad (iklan yang diletakkan pada obyek
bergerak), gimmick, backdrop, banner.

II.1.3 Persyaratan Iklan

Berikut persyaratan iklan : (Kepmenkes,1994)

1. Iklan obat tradisional tidak boleh menggunakan kata-kata: super, ultra, istimewa,
top, tokcer, cespleng, manjur dan kata-kata lain yang semakna yang menyatakan
khasiat dan kegunaan berlebihan atau memberi janji bahwa obat tradisional
tersebut pasti menyembuhkan.
2. Iklan obat tradisonal tidak boleh memuat pernyataan kesembuhan dari seseorang,
anjuran atau rekomendasi dari profesi kesehatan, peneliti, sesepuh, pakar, panutan
dan lain sebagainya
3. Pada setiap awal iklan obat tradisional dicantumkan identitas kata "JAMU" dalam
lingkaran.
4. Pada setiap akhir iklan obat tradisional harus mencantumkan spot peringatan
sebagai berikut:

BACA ATURAN PAKAI,


JIKA SAKIT BERLANJUT HUBUNGI DOKTER

5. Iklan obat tradisional khusus untuk media cetak harus mencantumkan nomor
pendaftaran /registrasi.
II.2 Obat Tradisional

II.2.1 Definisi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun


2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk
pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Peraturan Menteri
Kesehatan No.6, 2012).

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan


Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang
ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi :


a. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian


ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau
turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data
empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak
Angin, Antangin, Woods’ Herbal, Diapet Anak, dan Kuku Bima Gingseng.

b. Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar
harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan
standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
Contoh : Diapet, Lelap, Fitolac, Diabmeneer, dan Glucogarp.

c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan


dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus
memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim
khasiat dibuktikan dengan uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno,
Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan Nodiar.
Daftar Pustaka

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.


Pedoman Pengawasan Periklanan Obat. BPOM. 2017. Nomor 8

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia.


Pedoman Pengawasan Periklanan Obat. BPOM 2016. Nomor 17

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Periklanan :Obat Bebas,


Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga dan Makanan-Minuman. 1994.

Anda mungkin juga menyukai