Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI GEOMAGNET DENGAN MENENTUKAN TINGKAT KEMAGNETAN DI WILAYAH

AUSTRALIA BARAT
YOGA WISHNU PRADANA
111.160.111

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


“VETERAN” YOGYAKARTA
Yogawisnu5@gmail.com

INTISARI

Hasil data yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan di Dongara, Australian Barat dengan
menggunakan ilmu geofisika yang menggunakan metode geomagnetik yang bertujuan untuk mengetahui
keberadaan batuan yang mengadung unsur magnet yang tinggi serta mengetahui keberadaan sumber daya alam
lainya seperti minyak bumi yang terdapat di bawah permukaan. Penelitian ini menggunakan metode
aeromagnetic. Setelah data yang sudah didapat pengolahan data selanjutnya menggunakan microsoft excel
untuk pengolahan data , Setelah data sudah di olah selanjutnya membuat peta TMI, RTP, RTE, upward
continuation, residual dan pemodelan 2,5D menggunakan software geosoft Oasis Montaj. Dari hasil
pengolahan data tersebut didapatkan bahwa di daerah tersebut terdapat keberadaan batuan yang mengandung
kemagnetan yang tinggi selain itu terdapat adanya minyak bumi.
Kata Kunci: Geomagnetik, Petroleum system, Aeromagnetic

ABSTRACT

Results of data obtained from research that has been done in Dongara, Western Australia
using geophysical sciences using geomagnetic method that aims to determine the presence of rocks
that mengadung high magnetic elements and know the existence of other natural resources such as
petroleum located beneath the surface. This research uses aeromagnetic method. After the data has
been obtained subsequent data processing using microsoft excel for data processing, After the data is
in the next then create maps TMI, RTP, RTE, upward continuation, residual and 2.5D modeling using
Oasis Geajo geosoft software. From the results of data processing found that in the area there are
rocks that contain high magnetism in addition there is the presence of petroleum
Keywords: Geomagnetic, Petroleum system, Aeromagnetic
1. PENDAHULUAN Reduce to Pole (RTP), Reduce to Equator (RTE) serta
Dalam geofisika terdapat beberapa metode yang adanya Upward Continuation. Filter-filter tersebut
digunakan dalam eksplorasi di lapangan. Salah diperlukan untuk mengetahui mana kondisi yang
satunya adalah Metode Geomagnetik, yang mana lebih mendekati dengan keadaan bawah permukaan
metode ini memanfaatkan variasi nilai medan yang sebenarnya. Output yang dihasilkan berupa Peta
magnet bumi. Dalam eksplorasi di lapangan, TMI, Peta RTP, Peta RTE, Peta Upward
Continuation, Peta Residual dan model 2,5D
metode geomagnetik ini bertujuan untuk
mengorelasikan persebaran nilai kemagnetan 2. TINJAUAN PUSTAKA
batuan dan mineral bawah permukaan dengan 2.1. Geologi Regional
variasi pada medan magnet bumi untuk Sejarah dari struktur yang terdapat pada
mendapatkan variasi medan magnet sesuai cekungan Perth sebagian besar didominasi oleh dua
dengan kondisi geologi yang mendukung daerah fase utama dari ekstensi. Di antara fase-fase ini,
penelitian. Metode geomagnetik ini tergolong sistem laut dalam yang statis saat masa Triassic
dalam metode geofisika pasif, artinya metode ini mengendapkan serpih Kockatea, penutup regional
dalam pengukurannya di lapangan tidak dan bagian sumber di cekungan.
membutuhkan sumber buatan manusia untuk Fase ekstensi Permian menyebabkan graben
mendapatkan hasil yang diinginkan karena terbentuk di kedua sisi dari Northampton Nose. Erosi
sumber dari metode ini yaitu kemagnetan batuan Permian dari Yilgran Craton dan Northampton Nose
mengisi setengah bagian graben ini dengan sedimen
dan mineral di bumi beserta variasi medan reservoir klastik. Kedua, bagian yang lebih ekstensif
magnet bumi sudah terdapat secara alami di dari ekstensi terjadi pada masa akhir Jurrasic dan
lapangan pengukuran. Dalam proses akuisisi data awal Cretaceous yang berhubungan dengan proses-
di lapangan, metode geomagnetik dapat porses yang menuju pemecahan di Gondwana yang
menggunakan beberapa metode akuisisi data. menyebabkan keruntuhan ekstensif di beberapa
Salah satu dari metode akuisisi data tersebut bagian dan inversi di beberapa bagian.
adalah dengan Aeromagnetic. Metode akuisisi Di bagian selatan Northampton Nose,
data menggunakan Aeromagnetic ini dilakukan beberpa akilometer dari masa akhir Jurrasic dan
dengan memanfaatkan pengukuran dari udara. bagian Cretaceous dapat diambil kesimpulan telah
Pengukuran dari udara ini cukup efektif untuk mengalami erosi dari area yang mengalami
dapat mengurangi pengaruh nilai anomali pengangkatan maksimum, hanya bagian 1 sumur
Cataby di utara. Sebaliknya, lebih dari 10.000 m
magnetik di permukaan bumi. Pengukuran sedimen Jurrasic dan Cretaceous terendapkan pada
menggunakan metode Aeromagnetic ini relatif sinklin Dandaragan, yang terbentuk di bagian timur
lebih cepat sehingga dapat membantu dari inversi. Sumber sedimen dari depocentre ini
mengurangi pengaruh nilai variasi harian medan adalah tidak berasal dari laut dan menyediakan bagian
magnet bumi. Namun dalam melakukan akuisisi pasir/serpih yang memiliki potensi hidrokarbon.
data menggunakan metode Aeromagnetic ini, Tektonik pada masa Mesozoic sekaligus
topografi permukaan seperti lembah dan tinggian membentuk struktur pada area dan pengembangan
dapat menjadi anomali pada pengukuran jebakan yang sebagian besar terdiri dari patahan.
menggunakan metode Aeromagnetic Pada istilah area permit areas di bawah
Momen-momen magnet tersebut terkandung pertimbangan, bagian selatan dari EP 426 mengalami
dalam mineral dengan unsur yang dikategorikan keruntuhan kecil yang berkaitan dengan sinklin
dalam sifat kemagnetan batuan. Setelah momen Dandaragan dan tidak ada inversi, sehingga area ini
tersebut disearahkan, maka kejadian tersebut disebut kemungkinan tidak terkubur lebih dalam dari masa
intensitas medan magnet. Intensitas medan magnet sekarang. Bagian utara dari permit area ini
inilah yang menjadi hasil pengukuran metode diasumsikan tetap tinggi selama beberapa waktu ini,
geomagnetik. tetapi masih sedikit usaha eksplorasi.
Dari nilai intensitas medan magnet tersebut
diperlukan beberapa pengolahan data dan filter
menggunakan aplikasi Geosoft Oasis Montaj,
sehingga menghasilkan output yang dapat
diinterpretasi. Beberapa filter yang digunakan adalah
Di bagian selatan, dasar dari formasi Cadda
mengandung unit batubara, yang tidak hadir pada
Gunung Horner di bagian utara. Unit ini terendapkan
di bawah lingkungan yang basa, statis dan merupakan
lakustrin. Pemberian umur Palynological pada
Gingin-1 menempatkan unit batubara ini di bagian
atas C. Zona turbatus dari bagian bawah umur
Bajocian – Aalenian. Batubara ini kadang-kadang
dimasukkan ke dalam formasi atas Cattamarra Coal
Measures.
c.) Cattamarra Coal Measures
Cattamara Coal Measures secara tidak
teratur berada di bawah Formasi Cadda dan
mengandung bagian tebal dari bidang batupasir dan
lempung yang memiliki good live oil shows pada
Eclipse-1, tetapi terlalu tipis untuk di umumkan dan
tidak diuji. Pemberian umur Palynological pada
Bootine-1 menempatkan urutan ini pada bagian D,
Zona Hrrisii dari Umur Toarcian.
Semakin ke bawah dari bagian ini,
menunjukkan terdapat gas pada Gingin-1, Gingin-2,
dan Bootine-1, serta DST dari Gingin-1. Uji coba lain
Gambar 2.1. Northampton Nose sangat ketat, DST yang terdapat di atas gas
menunjukkan bahwa Gingin-2 tidak mudah diukur
A. Stratigrafi dimana produksi dari uji coba gas ditunjukkan oleh
Stratigrafi dari bagian utara cekungan Perth Bootine-1. Coal measures yang khas hadir pada
(Perth Basin) diringkas pada Gambar 2.2. Untuk sebagian besar dari cekungan dan dapat terdeteksi
tujuan dari penelitian ini hanya stratigrafi dari bagian sebagai penanda seismik. Unit ini dimasukkan ke
Jurassic yang ditampilkan karena jarang ditemukan dalam umur C, yaitu zona Torosus dari umur
bahwa hidrokarbon yang ditemukan di bawah Pliensbachian yang terkenal dengan unit baturbara
berguna di bagian permit di bawah pertimbangan. pada Gunung Horner kearah utara dengan unit
a.) Formasi Yarragadee batubara B oleh Empire yang sebagian besar telah
Formasi Yarragadee mengandung bagian membawanya ke area Gingin. Di bawah unit batubara
dari batupasir fluvial dengan sedikit lempungan dan ini pada semua bagian cekungan sedimen lebih
batubara. Sedimennya lebih sedikit tertransportasi argillaceous dengan rentang ketebalan K-unit sekitar
dan dapat diinterpretasikan memiliki jejak erosi yang 40 meter pada gunung Horner hingga lebih dari 500
pendek dari Yilgran Block ke arah timur; meter pada daerah Cataby.
Northampton Nose ke arah utara dan inversi yang d.) Formasi Eneabba
meningkat di sekitar Jurien. Hal ini tidak ditandai Formasi Jurrasic yang paling awal
sebagai reservoir akibat kurangnya penutup (seals) terendapkan di bawah kondisi gersang dengan serpih
dan sering merupakan penguburan dengan kedalaman yang memiliki berbagai warna serta telah teroksidasi
yang dangkal, tetapi dikatakan memiliki seals yang dengan kehadiran batulanau. Unit batupasir lebih
baik pada masa ini. halus ke arah atas dengan channel fluvial. Meskipun
b.) Formasi Cadda belum di konfirmasi oleh analisa sayatan, kehadiran
Formasi Cadda adalah lempungan marine dari evaporit pada bagian ini disimpulkan akibat
marginal dengan batupasir yang memiliki kualitas kandungan garam yang tinggi (>80.000 ppm NaCl
rendah dari batugamping yang dikenal sebagai (Sodium Chloride) Equivalent) yang terdapat pada
Batugamping Neewmarracarra yang pada saat ini formasi di area yang terlindungi dari air meteorik saat
menjadi penanda seismik. Di bagian utara dimana inversi.
formasi lebih memiliki perbedaan dikenal sebagai Pada Cataby-1 bagian atas dari Formasi
Grup Champion Bay dan terdiri dari Batupasir Eneabba lebih berpasir tetapi relatif kurang poros
Colalura, Serpih Caadda, dan Batugamping dengan rata-rata 13%, meskipun ke arah kedalaman
Newmarracarra, dimana Formasi Cadda di endapkan sumur (2200 m+) porositas hanya sebesar 5%,
di lingkungan marine terbuka, hal ini bisa ditandai umumnya akibat area ini telah megalami penguburan
sebagai pertengahan Bajocian (pertengahan Jurrasic) yang dalam pada masa lalu dan batupasir yang
berdasarkan ammonite. disubjekan sebagai silisifikasi.
Gambar 2.2. Kolom Stratigrafi Northampton Nose
Dalam metode geomagnetik ini, bumi
2.2. Petroleum System Perth Basin diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana
Petroleum system merupakan sebuah sistem medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
yang dapat menjelaskan interaksi dan akumulasi dari menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
bagian-bagian pada pembentukan hidrokarbon. daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi
Unsur-unsur dari sistem tersebut adalah source rock, secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada
cap/seal rock, reservoir rock, trap, dan migration. bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali
Seperti namanya, source rock merupakan magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
batuan yang dapat menghasilkan hidrokarbon dan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan
menjadi sumber dalam petroleum system. Selanjutnya pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan
adalah cap/seal rock yang merupakan batuan yang sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral
menjadi “tutup” dari reservoir. Lalu reservoir rock, maupun vertikal.
reservoir rock merupakan batuan yang permeabel dan Eksplorasi menggunakan metode magnetik,
porus sehingga dapat menyimpan hidrokarbon. pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi data
Sedangkan trap adalah cebakan hidrokarbon tersebut lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri
dan migration adalah jalur kemana hidrokarbon dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap
bergerak. akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan
Pada Perth Basin, terdapat batuan sedimen pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi
berupa batupasir dan batulempung yang data pengukuran dilakukan pada tahap processing.
mendominasi formasi-formasi pada stratigrafi basin. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi
Batupasir adalah batuan yang lebih porus dan harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan
permeabel dibandingkan batulempung, sehingga koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari
dapat disinyalir formasi Cattamara hingga Woodada hasil pengolahan data dengan menggunakan software
merupakan reservoir. Salah satu konsep mengenai diperoleh peta anomali magnetik.
petroleum system adalah bahwa source rock selalu Metode ini didasarkan pada perbedaan
berada di bawah reservoir rock karena buoyancy atau tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh
daya apung dari hidrokarbon yang pasti akan medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat
bergerak ke atas. Maka itu, source rock yang adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material.
memiliki unsur-unsur hidrokarbon dapat Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari
diindikasikan berada di bawah formasi Woodada suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga
yaitu formasi Kockatea. Batulempung yang berada di suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
formasi Kockatea mengalami proses transportasi benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap
yang lebih jauh dibandingkan batupasir dan berada jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan
lebih jauh dari sumber batuan asalnya. Hal ini semakin besar bila jumlah kandungan mineral
menyebabkan batulempung dapat membawa unsur- magnetik pada batuan semakin banyak.
unsur organik bersamanya sehingga dapat menjadi Metode magnetik memiliki kesamaan latar
source rock. Cap rock merupakan “tutup” dari belakang fisika denga metode gravitasi, kedua
reservoir, sehingga sifat batuan harus impermeabel metode sama-sama berdasarkan kepada teori
dan nonporus. Batuan dengan sifat ini ditemukan potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai
pada formasi Cadda yang memiliki batugamping di metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi
dalamnya. Maka itu dapat diindikasikan bahwa besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai
batgamping pada formasi Cadda merupakan cap rock perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus
pada sistem ini. Sedangkan trap pada sistem ini dapat mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor
ditinjau dari struktur dari basin yang dimaksud. magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya
ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi.
3. DASAR TEORI Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat
3.1. Metode Geomagnetik residual kompleks. Dengan demikian, metode
Metode Geomagnet adalah salah satu metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu lebih
geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa
permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh magnetik sering digunakan dalam eksplorasi
kerentanan magnet batuan.Metode ini didasarkan pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan
pada pengukuran variasi intensitas magnetik di mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek
permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi benda-benda arkeologi.
distribusi (anomali) benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi. 3.2. Medan Magnet Bumi
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral
parameter fisis atau disebut juga elemen medan
bermagnet seperti magnetite ( Fe 7 S 8 ), titanomagnetite
magnet bumi (Gambar II.1), yang dapat diukur yaitu
meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. ( Fe 2Ti O4 ) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Parameter fisis tersebut meliputi : Dalam survei dengan metode magnetik yang
 Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan
dengan komponen horizontal yang dihitung dari magnetik yang terukur di permukaan (anomali
utara menuju timur magnetik). Secara garis besar anomali medan
 Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen
total dengan bidang horizontal yang dihitung dan medan magnetik induksi. Medan magnet
dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke remanen mempunyai peranan yang besar terhadap
bawah. magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan
 Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
magnetik total pada bidang horizontal. kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk
 Medan magnetik total (F), yaitu besar dari diamati. Anomali yang diperoleh dari survei
vektor medan magnetik total. merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen
dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama
dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya
bertambah besar. Demikian pula sebaliknya.
Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang
dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),
sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku:
   
HT  H M  H L  H A …....(3.1)

Dengan :

H T : medan magnet total bumi
Gambar 3.1. Tiga Elemen Medan Magnet Bumi 
H M : medan magnet utama bumi
Medan magnet utama bumi berubah terhadap 
waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan
H L : medan magnet luar

utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut H A : medan magnet anomali
International Geomagnetics Reference Field (IGRF)
yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
3.3. Variasi Medan Magnet Bumi
IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-
Intensitas medan magnetik yang terukur di
rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
atas permukaan bumi senantiasa mengalami
dilakukan dalam waktu satu tahun.
perubahan terhadap waktu. Perubahan medan
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian:
magnetik ini dapat terjadi dalam waktu yang relatif
1. Medan magnet utama (main field)
singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor
Medan magnet utama dapat didefinisikan
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat
sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam
terjadi antara lain:
jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
1. Variasi sekuler
dengan luas lebih dari 106 km2.
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi
2. Medan magnet luar (external field) yang berasal dari variasi medan magnetik utama
Pengaruh medan magnet luar berasal dari bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah
atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari diantisipasi dengan cara memperbarui dan
matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama
dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan bumi yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini sekali.
terhadap waktu jauh lebih cepat. 2. Variasi harian
3. Medan magnet anomali Variasi harian adalah variasi medan magnetik
Medan magnet anomali sering juga disebut bumi yang sebagian besar bersumber dari medan
medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang
bersumber dari partikel-partikel terionisasi oleh
radiasi matahari sehingga menghasilkan fluktasi arus
yang dapat menjadi sumber medan magnet.
Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30 gamma
dengan perioda 24 jam. Selain itu juga terdapat
variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan
perioda 25 jam. Variasi ini diasosiasikan dengan
interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi Gambar 3.2. Diamagnetik
harian bulan (Telford, 1976). 2. Paramagnetik
Di dalam paramagnetik terdapat kulit
𝐻 𝑉𝑎𝑟 =
(𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑖 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛−𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑠𝑒)
× elektron terluar yang belum jenuh yakni ada elektron
(𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑙𝑜𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔−𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑠𝑒) yang spinnya tidak berpasangan dan mengarah pada
𝐻 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑠 𝑙𝑜𝑜𝑝𝑖𝑛𝑔 − 𝐻 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑠𝑒.......(3.2) arah spin yang sama. Jika terdapat medan magnetik
3. Badai Magnetik luar, spin tersebut berpresesi menghasilkan medan
Badai magnetik adalah gangguan yang magnet yang mengarah searah dengan medan tersebut
bersifat sementara dalam medan magnetik bumi sehingga memperkuatnya.
dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor Akan tetapi momen magnetik yang terbentuk
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun terorientasi acak oleh agitasi termal, oleh karena itu
periodanya acak tetapi kejadian ini sering muncul bahan tersebut dapat dikatakan mempunyai sifat:
dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu periode suseptibilitas k positif dan sedikit lebih besar dari
yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, satu. Suseptibilitas k bergantung pada temperatur.
1976). Badai magnetik secara langsung dapat Contoh: piroksen, olivin, garnet, biotit, amfibolit dll.
mengacaukan hasil pengamatan. Dalam benda-benda magnetik, medan yang
dihasilkan oleh momen-momen magnetik atomik
3.4. Sifat-Sifat Kemagnetan Bumi permanen, cenderung untuk membantu medan luar,
Kutub utara bumi yang selama ini merupakan sedangkan untuk dielektrik-dielektrik medan dari
kutub utara dari magnet bumi begitupun dengan dipole-dipole selalu cenderung untuk melawan
kutub selatan. Kutub selatan merupakan kutub selatan medan luar, apakah dielektrik mempunyai dipole-
magnet bumi. Namun demikian, kutub magnet bumi dipole yang terinduksi
tidak berimpit dengan kutub bumi secara geografis. atau diorientasikan.
Di antara keduanya terdapat sudut yang
menyebabkan garis-garis gaya magnet bumi tidak
tepat berada di kutub utara dan selatan bumi secara
geografis, tetapi sedikit menyimpang. Garis gaya
magnet bumi ini tidak selalu sejajar dengan
permukaan bumi. Ketidaksejajaran ini membentuk
sudut yang disebut sudut inklinasi. Dengan kata lain,
sudut inklinasi dapat diartikan sebagai sudut yang Gambar 3.3. Paramagnetik
dibentuk oleh medan magnet bumi dengan garis 3. Ferromagnetik
horizontal. Besarnya sudut inklinasi di setiap Terdapat banyak kulit elektron yang hanya
permukaan bumi memiliki besar yang berbeda-beda. diisi oleh suatu elektron sehingga mudah terinduksi
Dan sudut inklinasi tersebut berada di daerah kutub oleh medan luar.keadaan ini diperkuat lagi oleh
utara dan kutub selatan bumi. Di dalam batuan juga adanya kelompok-kelompok bahan berspin searah
memiliki sifat kemagnetan, di antaranya: yang membentuk dipole-dipole magnet (domain)
1. Diamagnetik mempunyai arah sama, apalagi jika di dalam medan
Dalam batuan diamagnetik atom -atom magnet luar.
pembentuk batuan mempunyai kulit elektron Ferromagnetik mempunyai sifat
berpasangan dan mempunyai spin yang berlawanan suseptibilitas k positif dan jauh lebih besar dari satu
dalam tiap pasangan. Jika mendapat medan magnet dan suseptibilitas k bergantung dari temperatur.
dari luar orbit, elektron tersebut akan berpresesi yang Contoh: besi, nikel, kobalt.
menghasilkan medan magnet lemah yang melawan
medan magnet luar tadi mempunyai suseptibilitas k
negatif dan kecil dan suseptibilitas k tidak tergantung
dari pada medan magnet luar. Contoh : bismuth,
grafit, gypsum, marmer, kuarsa, garam.
dari noise guna mencatat nilai variasi harian dan tetap
sedangkan satunya untuk pengambilan data di
lapangan guna mencatat intensitas medan total dari
tiap lintasan.

Gambar 3.4. Ferromagnetik


4. Antiferromagnetik
Pada bahan antiferromagnetik domain-domain tadi
menghasilkan dipole magnetik yang saling
berlawanan arah sehingga momen magnetik secara
keseluruhan sangat kecil. Bahan antiferromagnetik
yang mengalami cacat kristal akan mengalami medan Gambar 3.7 Konsep dasar pengukuran Base-Rover
magnet kecil dan susseptibilitasnya seperti pada
bahan paramagnetik suseptibilitas k seperti Dalam peletakan kedudukan base tidak boleh
paramagnetik, tetapi harganya naik sampai dengan sembarangan karena harus mencakupi seluruh
titik currie kemudian turun lagi menurut hukum lintasan rover, jika hal ini tidak dilakukan maka data
currie-weiss.Contoh: hematite (Fe2O3). rover yang berada jauh atau diluar area base maka
akan sulit diadakan kontrol data. Misalnya terdapat
beberapa lintasan maka peletakan base harus berada
disekitar lintasan tersebut. Sehingga dari data yang
didapatkan akan terdapat hubungan antara base dan
rover yang akan dilakukan koreksi berdasarkan
variasi harian.

3.6. Filtering
Gambar 3.5. Antiferromagnetik 3.6.1. Reduce to Pole
5. Ferrimagnetik Reduksi ke kutub atau Reduce to Pole (RTP)
Pada bahan ferrimagnetik domain-domain adalah satu dari beberapa filter yang digunakan dalam
tadi juga saling antiparalel tetapi jumlah dipole pada proses interpretasi data magnetik. Pada dasarnya RTP
masing-masing arah tidak sama sehingga masih mencoba mentranformasikan medan magnet di suatu
mempunyai resultan magnetisasi cukup besar. tempat menjadi medan magnet di kutub utara
Suseptibilitasnya tinggi dan tergantung temperatur. magnetik.
Contoh: magnetit (Fe3O4), ilmenit (FeTiO3), pirhotit Filter RTP mangansumsikan bahwa pada
(FeS). seluruh lokasi pengambilan data nilai medan magnet
bumi (terutama di inkilinasi dan deklinasi) memiliki
jilai yang konstan .Asumsi ini dapat diterima apabila
lokasi tersebut memiliki luas area yang relatif sempit.
Namun hal ini tidak dapat diterima apabila luas
daerah pengambilan data sangat luas karena
melibatkan nilai lintang dan bujur yang bervariasi,
Gambar 3.6. Ferrimagnetik dimana harga medan magnet bumi berubah secara
bertahap. Data anomali medan magnet total kemudian
direduksi ke kutub agar anomali medan magnet
3.5. Akuisisi Data Metode Geomagnetik (Base maksimum terletak tepat diatas tubuh benda
Rover) penyebab anomali. Reduksi ke kutub dilakukan
Dalam akuisisi dat magnetic dapat dilakukan dengan cara membuat sudut inklinasi menjadi 90o dan
dengan beberapa cara yaitu secara looping, base deklinasi 0o.
rover, atau gradient vertikal. Perbedaan dalam
beberapa cara tersebut hanaya di tekankan dalam 3.6.3. Reduce to Equator
penggunaan instrument dalam pengukuran. Reduksi ke ekuator digunakan untuk
Base – Rover latitude magnetik yang bernilai rendah pada
Pengukuran yang menggunakan minimal dua puncak anomali magnetik yang berada diatas
buah alat PPM seri G-856 atau lebih, dimana satu sumbernya. Reduksi ke ekuator dapat
buah untuk pengambilan data base yang penempatan mempermudah interpretasi ketika data yang
alat PPM tersebut dipasang pada tempat yang bebas lainnya tidak sesuai. Pada kondisi tertentu, saat
anomali medan magnet difilter RTP tidak
menunjukan anomali medan magnet yang
monopole maka filter RTE perlu dilakukan agar
menjadi anomali medan magnet yang monopole.
Pada prinsipnya filter RTP dan RTE adalah
mengubah anomali medanmagnet yang dipole
menjadi monopole.

3.6.3. Pemisahan Anomali Regional-Lokal


Upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang
datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada
pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat
berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu unutk
menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal
yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik
yang tersebar di permukaan topografi yang tidak
terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak
boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi
anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda
magnetik atau struktur geologi yang menjadi target Gambar 3.8. Prinsip Kerja Alat Aeromagnetc
survei magnetik ini. Dengan menggunakan Aeromagnetic UAV
Downward Continuation digunakan untuk dapat dilakukan survei Geomagnetik pada area yang
membuat peta anomali lokal, dengan memperkuat luas, dengan hasil data beresolusi tinggi, dan biaya
respon dari sumber pada kedalaman dengan lebih survei yang murah karena menggunakan drone. Tidak
efektif. Hal ini dapat dilakukan karena hanya itu saja, hasil survei dapat dilihat langsung
pengukurannya menjadi lebih dekat dengan sumber. pada monitor karena sudah berbasis pengiriman data
Parameter untuk filter ini ada 3, yang pertama H secara realtime. Aeromagnetic UAV juga sudah
sebagai jarak pada ground unit, yang relatif dilengkapi dengan sistem Automatic Flight sehingga
digunakan untuk kelanjutan ke bawah (vertikal) pada drone bisa terbang sesuai lintasan yang dibuat,
observasi. Yang kedua R atau bilangan gelombang, dengan mendesain lintasan survei nantinya target
dan yang terakhir adalah ground unit atau satuan yang survei akan didapat dengan lebih mudah. Survei
digunakan untuk grid. Geomagnetik dengan Aeromagnetic UAV dapat
3.7. Aeromagnetic dilakukan dengan cepat, hal ini akan sangat
Survei geomagnetik dalam eksplorasi barang membantu sekali dalam tahap eksplorasi awal di
tambang biasanya dilakukan di darat dan diudara. bidang pertambangan.
Survei geomagnetik di udara biasanya dilakukan 3.9. Pemodelan 2,5 D
untuk memetakan daerah yang luas. Alat yang Pada dasarnya, pemodelan 2.5 dimensi
digunakan biasanya adalah flux-gate magnetometer, adalah pemodelan yang digambarkan dalam bentuk
nuclear precession. Kepekaan alat yang 2D yang diplotkan ke dalam ruang 3D. Pada
dipergunakan biasanya lebih tinggi (1-5 gamma) pemodelan 2.5 D magnetik ini digunakan parameter
daripada yang dipergunakan di darat (10-20 gamma). 2 D yang berupa koordinat dari suatu nilai anomali
Pada survei ini biasanya menggunakan helikopter magnetik dengan sumbu X dan Y, dimana nilai
yang dipasang sensor flux-gate magnetometer pada sumbu Z yang sebagai nilai kedalamannya masih
tali sepanjang 30 m, karena menggunakan pesawat berupa estimasi dari hasil perhitungan matematis
atau helikopter sehingga biaya penyelidikan dari Fourier Transformation. Sehingga dengan data
udara jauh lebih mahal. sayatan pada peta magnetik, dapat menghasilkan
penampang geologi 2D dan dikontrol juga oleh nilai
intensitas anomali magnetik serta nilai estimasi
kedalaman anomalinya yang digambarkan pada ruang
3D.

4. METODOLOGI
4. 1. Diagram Alir Pengolahan Data
Analisa berupa hubungan koordinat X, Y
dengan nilai intensitas medan magnet terukur terkaji
pada Gambar 5.1. dalam bentuk peta TMI, yang
membahas peta tersebut secara kuantitatif, dan
kualitatif. Secara umum, peta tersebut merupakan
peta yang disearahkan ke arah utara menyesuaikan
orientasi peta dengan pembatasan wilayah melalui
gridding yang kemudian diperkecil menggunakan
skala 1:100000.
Secara keseluruhan, peta TMI tersebut
didapatkan dari hasil pengolahan data akuisisi
lapangan yang kemudian dilakukan koreksi
terhadapnya. Koreksi tersebut merupakan tahapan
yang dilakukan secara berurutan. Sehingga, pada
akhirnya didapatkanalah nilai intensitas medan
magnet yang belum tersentuh oleh filter yang
digunakan untuk mereduksi nilai anomali medan
magnet yang masih berupa dipol pada peta tersebut.
Secara kuantitatif, data dalam peta TMI
Gambar 4.1. Diagram Alir Pengolahan Data divisualiasikan dalam bentuk pola warna yang
menunjukkan nilai intensitas medan magnet dalam
satuan nanoTesla. Nilai tersebut memiliki rentang
4. 2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data yang yang berbeda dari tinggi ke rendah sebagaimana
Proses pengolahan dari data yang diberikan tercantum dalam color scale, dimana warna kebiruan
membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut: hingga kehijauan mewakili rentang nilai rendah
1. Memulai dengan data yang diberikan dalam hingga menengah sebesar -162.2 hingga -144.2 nT,
bentuk Microsoft Excel, kemudian warna kekuningan hingga kemerahan yang
2. Mengolah data yang diberikan menggunakan mewakili nilai meningkat hingga tinggi sebesar -
software Geosoft Oasis Montaj yang 142,4 hingga -15,1 nT, dengan nilai maksimum
menghasilkan Output berupa peta TMI, RTE sebesar 214,4 nT yang ditunjukkan oleh warna merah
RTP, Output Continuation dan Residual. muda. Nilai-nilai ini merupakan nilai yang
3. Membuat sayatan dan pemodelan 2,5D dari dipengaruhi oleh persebaran batuan yang terdapat di
peta Upward Continuation bawah permukaan dengan parameter berupa
4. Melakukan pembahasan pada peta yang intensitas yang dikandung oleh mineral-mineral yang
dihasilkan, memiliki sifat kemagnetan batuan yang kemudian
5. Menarik kesimpulan, mampu disearahkan momen magnetiknya terhadap
6. Selesai. medan magnet yang mempengaruhinya dari luar.
Secara kualitatif, persebaran dari pola warna
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ini terlihat seperti nilai yang lebih besar mengelilingi
5.1. Peta TMI nilai yang lebih kecil, dimana hal ini ditunjukkan
dengan pola warna merah muda pekat terletak di
daerah bagian timur yang diikuti oleh nilai yang lebih
rendah ke arah barat yang kemudian mengepung nilai
rendah. Pola ini pun merupakan pola yang dapat
diinterpretasikan sebagai salah satu struktur geologi,
dengan pembuktian studi literatur dan pustaka
kebumian sebagai cekungan.
Secara geologi, persebaran pola warna pada
peta TMI tersebut jika dikaitkan dengan studi literatur
terhadap daerah penelitian merupakan salah satu
Perth Basin yang terdapat di daerah Australia dengan
penanda berupa pola warna kebiruan sebagai
cekungan, nilai ini belum mampu disimpulkan secara
keseluruhan sebagai lokasi dari cekungan,
dikarenakan masih membutuhkan filter untuk
Gambar 5.1. Peta TMI
menghilangkan efek dipol yang menyebabkan dan selatan, intensitas medan magnet yang
kontras nilai anomali yang berdampingan. sebelumnya tidak terbaca menjadi terbaca.
Secara kualitatif, penghilangan efek dipol ini
5.2. Peta RTP berusaha untuk menampilkan pola yang masing-
masing masih sesuai dengan peta TMI, peta RTP
tersebut menampilkan pola persebaran nilai intensitas
medan magnet yang masih seimbang. Pola ini
menampilkan bahwa nodul biru yang terdapat di
bagian tengah peta mulai semakin pekat ke arah
selatan dan semakin pudar pada daerah utara, hal ini
disebabkan oleh pola warna kehijauan yang menjadi
monopol menghilangkan efek kontras dengan pola
warna biru.
Secara geologi, pola ini dapat didefinisikan
sebagai cekungan yang menjadi target daerah
penelitian, dimana cekungan tersebut tidak lain
terletak pada daerah selatan, genesa dari cekungan
yang sesuai dengan pola ini, berdasarkan studi
literature merupakan hasil tektonika lempeng yang
Gambar 5.2. Peta RTP bersifat ekstensional yang menyebabkan lempeng
tersebut tertarik dengan gaya yang berlawanan arah.
Analisa berupa hubungan koordinat X, Y Sesaat gaya ekstensional tersebut diterapkan, akan
dengan nilai intensitas medan magnet terukur terkaji terdapatlah pergeseran antara lapisan-lapisan tanah
pada Gambar 5.2. dalam bentuk peta RTP, yang yang menyebabkan munculnya daerah graben. Pola
membahas peta tersebut secara kuantitatif, dan warna yang menunjukkan nilai intensitas yang besar
kualitatif. Secara umum, peta tersebut merupakan pada bagian barat menunjukkan bahwa dareah
peta yang disearahkan ke arah utara menyesuaikan tersebut merupakan daerah yang menjadi basement
orientasi peta dengan pembatasan wilayah melalui dari cekungan ini, sebab pada umumnya basement
gridding yang kemudian diperkecil menggunakan terdiri dari batuan beku yang memiliki mineral
skala 1:100000. magnet.
Secara keseluruhan, peta tersebut didapatkan
dari hasil pengolahan data akuisisi lapangan yang
kemudian dilakukan koreksi terhadapnya. Koreksi
tersebut merupakan tahapan yang dilakukan secara
berurutan. Sehingga, pada akhirnya didapatkanalah
nilai intensitas medan magnet yang kemudian
dilakukan salah satu filtering berupa Reduce to Pole
(RTP) yang meminimalisir pengaruh efek daerah
pengambilan data terhadap kutub utara dan selatan.
Secara kuantitatif, data dalam peta TMI
divisualiasikan dalam bentuk pola warna yang
menunjukkan nilai intensitas medan magnet dalam
satuan nanoTesla. Nilai tersebut memiliki rentang
yang yang berbeda dari tinggi ke rendah sebagaimana 5.3. Peta RTE
tercantum dalam color scale, dimana warna kebiruan
hingga kehijauan mewakili rentang nilai rendah
hingga menengah sebesar -168.2 hingga -148.5 nT,
kemudian warna kekuningan hingga kemerahan yang
mewakili nilai meningkat hingga tinggi sebesar -
147,0 hingga 5,0 nT, dengan nilai maksimum sebesar
240,2 nT yang ditunjukkan oleh warna merah muda.
Nilai-nilai ini mengalami perubahan, dimana
perubahan ditunjukkan pada masing-masing nilai
minimum yang semakin kecil dan nilai maksimum
yang semakin besar. Hal ini menandakan bahwa
akibat penghilangan efek dipol terhadap kutub utara
merupakan peta yang rancu untuk dipakai, hal ini
disebabkan oleh daeah pengambilan data terletak
lebih dekat ke arah kutub utara dan selatan, sehingga
reduksi efek dipol tidak akan selaras dengan peta
TMI.
Secara geologi, ketidakselarasan yang
disebabkan oleh reduksi dipol ke arah khatulistiwa ini
menyebabkan data intensitas medan magnet berubah,
serta menyebabkan anomali medan magnet tidak
berada pada bagian atas pemicu intensitas medan
magnet tersebut. Sehingga, interpretasi dari data yang
ditampilkan oleh peta RTE tersebut sangat berbeda
dengan interpretasi yang dilakukan dengan peta TMI
dan peta RTP.
Pada kedua peta sebelumnya, lokasi
Gambar 5.3. Peta RTE cekungan terletak di bagian selatan daerah
pengambilan data dengan nilai intensitas medan
Analisa berupa hubungan koordinat X, Y magnet kecil, tetapi intensitas medan magnet kecil
dengan nilai intensitas medan magnet terukur terkaji yang ditunjukkan pada peta anomali RTE tersebut
pada Gambar 5.3. dalam bentuk peta RTE, yang terletak di daerah timur, dan pola dari peta TMI pun
membahas peta tersebut secara kuantitatif, dan berubah drastis. Hal ini menandakan bahwa
kualitatif. Secara umum, peta tersebut merupakan penggunaan filter RTE pada daerah pengambilan data
peta yang disearahkan ke arah utara menyesuaikan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan dengan
orientasi peta dengan pembatasan wilayah melalui pertimbangan perubahan drastis pada pola.
gridding yang kemudian diperkecil menggunakan
skala 1:100000. 5.4. Peta Upward Continuation
Secara keseluruhan, peta tersebut didapatkan
dari hasil pengolahan data akuisisi lapangan yang
kemudian dilakukan koreksi terhadapnya. Koreksi
tersebut merupakan tahapan yang dilakukan secara
berurutan. Sehingga, pada akhirnya didapatkanalah
nilai intensitas medan magnet yang kemudian
dilakukan salah satu filtering berupa Reduce to
Equator (RTE) yang meminimalisir pengaruh efek
daerah pengambilan data terhadap garis khatulistiwa.
Secara kuantitatif, data dalam peta TMI
divisualiasikan dalam bentuk pola warna yang
menunjukkan nilai intensitas medan magnet dalam
satuan nanoTesla. Nilai tersebut memiliki rentang
yang yang berbeda dari tinggi ke rendah sebagaimana
tercantum dalam color scale, dimana warna kebiruan Gambar 5.4. Peta Upward Continuation 500
hingga kehijauan mewakili rentang nilai rendah
hingga menengah sebesar -202,1 hingga -88,9 nT, Analisa antara hubungan koordinat X dan Y
kemudian warna kekuningan hingga kemerahan yang daerah pengambilan data dengan nilai intensitas
mewakili nilai meningkat hingga tinggi sebesar -83,6 medan magnet total yang kemudian mengalami
hingga 29,6 nT, dengan nilai maksimum sebesar 85,9 reduksi ke arah kutub tertera pada Gambar 5.4. yang
nT yang ditunjukkan oleh warna merah muda. Nilai- membahas peta Upward Continuation secara
nilai ini mengalami perubahan, dimana perubahan kuantitatif dan kualitatif. Secara umum, peta tersebut
ditunjukkan pada penurunan nilai intensitas medan merupakan hasil pengolahan data terhadap akuisisi
magnet yang sangat kontras jika dibandingkan menggunakan teknik Aeromagnetic yang cenderung
dengan peta TMI dan peta RTP. dilakukan pada daerah pengambilan data yang luas
Secara kualitatif, persebaran pola warna ini untuk meminimalisir kerugian.
berbeda daripada peta RTP dan peta TMI Secara keseluruhan, peta tersebut diolah
sebelumnya, hal ini disebabkan oleh efek monopol dengan menggunakan perangkat lunak dengan
yang ditimbulkan terhadap dipol dilakukan ke arah menggunakan data intensitas kemagnetan yang
khatulistiwa dengan pola warna kebiruan yang diperkecil dengan skala 1:100000. Peta ini,
berpindah mendominasi daerah kanan. Peta ini merupakan peta yang ditujukan untuk kepentingan
eksplorasi berupa pendugaan struktur keadaan bawah berpotensi menjadi daerah pengendapan sedimen.
permukaan yang kemudian direduksi menggunakan Sedimen tersebut kemudian menumpuk berdasarkan
filter Upward Continuation dengan interval kenaikan formasi yang sudah terkaji dalam studi literature
100 untuk menelusuri kemenerusan nilai-nilai dengan urut-urutan sesuai masa kurun dan waktu.
intensitas kemagnetan tersebut. Peta ini menampilkan Pengendapan sedimen ini jika dikaitkan
anomali regional. dengan petroleum system menunjukkan bahwa
Secara kuantitatif, data dalam peta TMI formasi-formasi tersebut terendapkan melalui
divisualiasikan dalam bentuk pola warna yang dimensi ruang dan waktu, dimana formasi yang
menunjukkan nilai intensitas medan magnet dalam memiliki jarak antara top and bottom yang tipis
satuan nanoTesla. Nilai tersebut memiliki rentang terjadi pada waktu yang cepat dan ruang pengendapan
yang yang berbeda dari tinggi ke rendah sebagaimana yang sempit, dan formasi yang tebal tejadi pada
tercantum dalam color scale, dimana warna kebiruan waktu yang lama dengan ruang pengendapan yang
hingga kehijauan mewakili rentang nilai rendah semakin luas. Formasi yang memiliki potensi untuk
hingga menengah sebesar -160,7 hingga -142,4 nT, masuk ke dalam petroleum system adalah Irwin River
kemudian warna kekuningan hingga kemerahan yang C.M dan Cattamarra C.M sebagai source rock akibat
mewakili nilai meningkat hingga tinggi sebesar - kandungan litologi berupa shale dan terdapatnya
140,5 hingga 21,2 nT, dengan nilai maksimum batubara yang dapat memicu pembentukan minyak
sebesar 187,7 nT yang ditunjukkan oleh warna merah bumi.
muda. Semua nilai yang terdapat pada color scale ini Kemudian, yang berpotensi sebagai reservoir
dapat dilihat mengalami penurunan jika rock adalah Formasi Wagina SS yang didominasi
dibandingkan dengan peta Total Magnetic Intensity oleh litologi batupasir dengan Kockatea Shale
(TMI) dimana nilai maksimum yang tadinya berupa sebagai seal rock dengan dominasi batulempung dan
214.4 nT berubah menjadi 187.7. batugamping dengan tingkat permeabilitas rendah.
Penurunan nilai intensitas magnet ini Sehingga, daerah pengambilan data ini secara luas
ditimbulkan oleh kenaikan jarak pandang peneliti memiliki nilai intensitas medan magnet stabil dengan
hingga 500 kali untuk mendapatkan kemenerusan pembuktian nilai intensitas dan posisi anomali medan
nilai intensitas medan magnet pada daerah magnet yang tidak berubah maupun berpindah sangat
pengambilan data. Sehingga, dapat dilihat bahwa jauh akibat kemenerusan yang ditimbulkan oleh
nilai intensitas medan magnet dari daerah upward continuation.
pengambilan data semakin stabil, hal ini disebabkan
oleh kemenerusan medan magnet yang semakin 5.5. Peta Residual
dilihat tembus semakin dalam. Jika dikaitkan dengan
geologi daerah penelitian, daerah ini dapat ditetapkan
sebagai basin yang terendapkan di bawah permukaan
dengan pembuktian berupa basement batuan beku
yang mengelilingi basin di sekitarnya.
Kemudian, dengan menghubungkannya
dengan formasi yang telah dikaji dalam studi literatur,
bahwa terdapat Parmelia Formation yang terdapat
pada permukaan daerah pengambilan data yang
terdiri dari litologi berupa weathered feldsphatic
sandstones yang lapuk akibat erosi air yang
merupakan tenaga eksogen. Selain itu, berdasarkan
data stratigrafi dari daerah pengambilan data bahwa
formasi-formasi yang terdapat dekat dengan
permukaan merupakan endapan marine dapat
membuktikan letak daerah pengambilan data yang Gambar 5.5. Peta Residual 500
merupakan fluvial yang dikelilingi oleh marine.
Berbicara tentang tenaga endogen Analisa antara hubungan koordinat X dan Y
pembentukan basin ini, dapat ditemukan bahwa daerah pengambilan data dengan nilai intensitas
kejadian yang menyebabkan pengendapan berbagai medan magnet total yang kemudian mengalami
macam batuan sedimen adalah basement berupa reduksi ke arah kutub tertera pada Gambar 5.5. yang
batuan beku yang memiliki nilai intensitas medan membahas peta Residual secara kuantitatif dan
magnet cukup tinggi kemudian mengalami tektonika kualitatif.
berupa gaya ekstensional yang menarik basement Secara keseluruhan, peta tersebut diolah
tersebut. Penarikan yang disebabkan oleh gaya dengan menggunakan perangkat lunak dengan
ekstensional ini menyebabkan timbulnya graben yang menggunakan data intensitas kemagnetan yang
diperkecil dengan skala 1:100000. Peta ini, dasar kedaan bawah permukaan adalah deformasi
merupakan peta yang didapat dari hasil pengurangan yang disebabkan oleh gaya ekstensional yang
Peta RTP dan Peta Upward Continuation. Peta ini kemudian mampu memberikan ruang bagi batuan
menampilkan anomali lokal. sedimen seperti batupasir, batulanau dan
Secara kuantitatif, data dalam peta batulempung untuk mengendap. Batuan-batuan ini
TMI divisualiasikan dalam bentuk pola warna yang merupakan batuan yang mengendap dari masa
menunjukkan nilai intensitas medan magnet dalam Permian yang membentuk formasi-formasi
satuan nanoTesla. Nilai tersebut memiliki rentang penyusun.
yang yang berbeda dari tinggi ke rendah sebagaimana Formasi-formasi penyusun tersebut terdiri
tercantum dalam color scale, dimana warna kebiruan dari batuan-batuan yang memiliki potensi sebagai
hingga kehijauan mewakili rentang nilai rendah petroleum system, dimana dengan mempelajari studi
hingga menengah sebesar -84,9 hingga -10,1 nT, literatur, sifat fisik berbagai macam batuan sedimen
kemudian warna kekuningan hingga kemerahan yang tersebut dapat diprediksi sebagai source rock,
mewakili nilai meningkat hingga tinggi sebesar -8,9 reservoir rock, dan cap/seal rock. Tetapi dalam
hingga 11,9 nT, dengan nilai maksimum sebesar metode magnetik, hal yang ditelusuri merupakan
102,5 nT yang ditunjukkan oleh warna merah muda. kemagnetan batuan yang sedikit dikandung oleh
Pada peta ini sifat anomali lokal semakin batuan sedimen, sehingga penelitian ini memberikan
dimunculkan dan sifat anomali regional semakin informasi penting berupa struktur basin tersebut.
dihilangkan.
6. KESIMPULAN
5.6. Pemodelan 2,5D Dari pengolahan data yang telah dilakukan,
dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
 Keempat peta tersebut menunjukkan
perubahan pola warna intensitas medan
magnet yang cukup sama, kecuali peta RTE.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peta
yang lebih baik untuk digunakan adalah peta
RTP.
Gambar 5.6. Pemodelan 2,5D
 Nilai intensitas medan magnet pada masing-
masing peta mengalami perubahan akibat
Analisa berupa hubungan antara koordinat X, reduksi dan kontinuasi, dimana perubahan ini
Y yang terkaji pada Gambar 5.6. berupa pemodean tidak terjadi secara signifikan. Perubahan
2,5D yang membahas gambar tersebut secara yang tidak terjadi secara signifikan ini
kualitatif. Secara umum, pemodelan tersebut dibuktikan dengan nilai maksimum peta TMI
diperoleh melalui analisa dari data lapangan, yang (214.4 nT), peta RTP (240.2 nT), peta
kemudian diolah menjadi peta lapangan, dan Upward Continuation (187.7 nT)
kemudian disayat untuk menyediakan nilai intensitas  Berdasarkan geologi, struktur yang berhasil
medan magnet yang digunakan untuk memberikan diidentifikasi dari daerah pengambilan data
kemungkinan litologi bawah permukaan. ini berupa basin dengan genesa berupa gaya
Secara keseluruhan, pemodelan tersebut ekstensional yang disebabkan oleh tektonika
memberikan informasi mengenai susunan litologi pada masa Permian hingga Jurrasic.
dari sayatan peta Upward Continuation 500, dengan Basement yang didapatkan dapat
nilai error sebesar 17.374 sehingga kemungkinan diindentifikasikan sebagai basement shallow
susunan litologi yang diperoleh seperti pada Gambar akibat nilai intensitas yang mampu terdeteksi
5.6. dengan nilai yang cukup besar yang
Secara geologi, pemodelan tersebut menandakan pengendapan sedimen yang
menampilkan batun beku sebagai basement tidak cukup tebal pada basement yang
dikarenakan batuan yang paling dekat dengan inti berkembang menajdi Horst-Graben.
bumi untuk terbentuk merupakan batuan beku, selain
itu, batuan beku bersifat keras dengan densitas yang
cukup tinggi. Di dalam batuan ini, terdapat mineral- DAFTAR PUSTAKA
mineral yang bersifat magnet yang menyusun batuan
tersebut sehingga, pada saat alat akuisisi data Pulenesia. 2014. Lempeng Australia.
magnetik momen magnetik yang terdapat pada [https://pojanwibawa.wordpress.com/tag
batuan ini mampu disearahkan. /pertemuan-lempeng-eurasia-dan-
Kemampuan batuan ini untuk mengalami
deformasi. sehingga pada pemodelan ini, asumsi
lempeng-australia/, diakses 12 Maret
2018]

Wikipedia. 2017. Perth Basin.


[https://en.wikipedia.org/wiki/Perth_Bas
in, diakses 12 Maret 2018]]

Wibowo, Eko, dan Staff Asisten Laboratorium


Metode Geomagnetik. 2017. Buku
Panduan Praktikum Metode
Geomagnetik. Yogyakarta: Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai