Anda di halaman 1dari 11

TUGAS I

Mekanika Batuan Lanjut I

Rheology

Oleh:

Zati Hulwani
22117006

BIDANG KHUSUS GEOMEKANIKA


PROGRAM PASCA SARJANA REKAYASA PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
MODEL RHEOLOGY

Model rheologi merupakan salah satu metode dalam menganalisis perilaku


rayapan. Rheologi adalah ilmu yang membahas fenomena aliran atau deformasi
dari suatu zat, yang merupakan studi mengenai perilaku rayapan atau regangan
sebagai fungsi waktu dalam padatan dan cairan. Secara umum bentuk reologi
dapat dibagi menjadi:

 Bentuk sederhana yang dibangun oleh elemen-elemen dasar tunggal, dan


 Bentuk kompleks yang merupakan kombinasi dari beberapa elemen dasar
yang dapat dihubungkan secara seri, parallel, maupun gabungan
keduanya.
Sedangkan model reologi disusun oleh elemen-elemen dari perilaku mekanik
seperti elastisitas, viskositas dan plastisitas. Elemen-elemen dasar tersebut adalah:
 Pegas, yang mewakili perilaku elastic.
 Peredam kejut (dash pot), yang mewakili perilaku viskos.
 Tahanan gesek pada benda bergerak, yang mewakili perilaku plastis.
Sistem ini hanya mewakili perilaku mekanik material pada kondisi
pengujiannya, dan tidak mewakili perilaku material sebenarnya secara umum.
Model rheologi untuk rayapan dapat dibagi dalam dua bagian yaitu, model
sederhana dan model kompleks.
 Model sederhana
 Hooke (elastic)
 Newton (viskos)
 Plastik sempurna
 Model kompleks
 Kelvin
 Maxwell, dan
 Burger

Model burger adalah model kompleks yang paling banyak digunakan untuk
menjelaskan perilaku batuan sedimen karena dianggap mampu mengakomodasi
tahapan dalam rayapan. Tahap regangan seketika dan rayapan sekunder biasanya
dikaitkan dengan model Maxwell, sedangkan tahap rayapan primer dikategorikan
sebagai model Kelvin.
Tahap rayapan tersebut dapat diuraikan menjadi regangan seketika, rayapan
primer dan rayapan sekunder disebut sebagai model Burger (seri antara Maxwell
& Kelvin) representatif untuk kepentingan praktis.

1. Rheologi Sederhana Hookean  Elastik


Benda yang mengiikuti hukum hooke secara sempurna, memiliki hubungan
antara tegangan (σ) dan regangan (ε).

Gambar 1. Kurva, model, dan rumus Rheologi Sederhana Hookean  Elastik


Dari Gambar 1. perilaku mekanik material ini dilambangkan oleh suatu pegas
sederhana dengan grafik tegangan-regangan berupa garis lurus dengan kemiringan E.

2. Rheologi Sederhana Newtonian  Viscous Sempurna


Model ini mewakili perilaku mekanik material yang bersifat viskos sempurna,
disimulasikan oleh bentuk sebuah peredam kejut (dash pot), dengan kurva
regangan terhadap waktu berupa garis lurus dengan kemiringan σ/3η (η =
koefisien viskositas). Model elastik dan plastik sempurna mengabaikan pengaruh
waktu dan suhu terhadap perilaku material jika material bersifat brittle dan
menerima tingkat tegangan moderat. Akantetapi, jika material menerima tegangan
secara konstan dan kontinu hingga saat tertentu, maka material akan berperilaku
viskos.
Gambar 2. Kurva, model, dan rumus Rheologi Sederhana Newtonian  Viscous
Sempurna

3. Rheologi Sederhana Newtonian  Viscous  Perfect/Pure


Material viscous dapat menghasilkan gaya geser berbanding lurus dengan
perubahan regangan.
τ = η.
Keterangan:
η = Koefisien viskositas
τ = Tegangan geser
 = Turunan terhadap waktu
Untuk material viskos sempurna, hubungan regangan terhadap waktu dapat
ditulis secara matematik dengan:

Jika τ = η. dan  = viskositas tetap, maka:

υ = 0.5

Shear stress maximum dengan kondisi  = ε1- ε2 = 3


=3 , maka dengan

σ1 = η 3ε1
maka σ dapat dituliskan sebagai berikut,

4. Rheologi Sederhana Plastik Sempurna


Model ini mewakili perilaku mekanik material yang bersifat plastik
sempurna, disimulasikan berupa frictional contact sebuah beban W yang
diletakkan pada permukaan yang memiliki koefisien gesekan tetap μ, dengan
kurva tegangan-regangan merupakan garis lurus sejajar dengan sumbu regangan
dan memotong sumbu tegangan pada σo (tegangan batas).

Gambar 3. Kurva, model, dan rumus Rheologi Sederhana Plastik Sempurna.

Dari Gambar 3. material plastik sempurna tidak akan terdeformasi secara


permanen selama tegangan yang dialaminya lebih kecil dari tegangan batas σo,
dan hanya mengalami deformasi yang kecil pada aplikasi pembebanan dengan
tingkat tegangan yang rendah dibawah 50 % σc.

5. Rheologi Kompleks Maxwell  Elasto Viscous


Model ini mewakili perilaku mekanik material yang bersifat visko-elastik,
disimulasikan oleh rangkaian seri dari dua elemen dasar berupa pegas yang
bersifat elastic dan peredam kejut (dash pot) yang bersifat viskos, dengan kurva
tegangan renggangan berupa garis lurus dengan kemiringan yang dimulai tidak
dari nol, melainkan dari suatu nilai regangan seketika tertentu. Regangan seketika
disusul dengan kenaikan regangan secara linear.
Gambar 4. Kurva, model, dan rumus Rheologi Kompleks Maxwell  Elasto Viscous
Persamaan regangan pada model rheologi kompleks Maxwell  Elasto
Viscous adalah sebagai berikut:

k = E, maka

Sistem ε = 0 dan t =0, maka:

6. Rheologi Kompleks St. Venent  Elasto Plastik Sempurna


Model ini mewakili perilaku mekanik material yang bersifat elasto plastic,
disimulasikan oleh rangkaian seri dari dua elemen mendasar berupa pegas yang
bersifat elastic dan frictional contact yang bersifat plastic. Material pada model
St. Venent adalah kombinasi dari suatu elemen elastik sempurna E dan elemen
plastik sempurna W yang disusun secara seri.
Gambar 5. Kurva, model, dan rumus Rheologi Kompleks St. Venent  Elasto Plastik
Sempurna

7. Rheologi Kompleks Kelvin/Voigt  Firm Viscous


Model ini mewakili perilaku mekanik material yang bersifat firmo-viskos,
disimulasikan oleh rangkaian paralel dari dua elemen dasar berupa pegas yang
bersipat elastic dan peradam kejut yang bersifat viskos.

Gambar 6. Kurva, model, dan rumus Rheologi Kompleks Kelvin/Voigt  Firm Viscous
Persamaan regangan pada model rheologi kompleks Kelvin/Voigt  Firm
Viscous dapat ditulis sebagai berikut:

8. Rheologi Kompleks Generalized Kelvin


Model Kelvin yang dibahas sebelumnya memiliki kekurangan yaitu, tidak
menampakan rengangan elastik seketika, sebagaimana yang umumnya terlihat
dalam kurva rayapan material. Kekurangan tersebut diatasi dengan menambahkan
sebuah model Hooke berupa elemen dasar pegas E 2 yang memiliki sifat elastik
dalam hubungan seri dan model Kelvin sederhana. Model ini disebut Kelvin
umum atau model nakamura (1949).

Gambar 7. Kurva, model, dan rumus Rheologi Kompleks Generalized Kelvin


Persamaan regangan pada model rheologi kompleks Generalized Kelvin
dapat ditulis sebagai berikut:

σ = η1 ε1 + E1 ε1
σ = E2ε2

σ = η1 (ε - (σ/E1) + κ1 (ε - (σ/E2)
η1 σ + (E1 + E2) σ = E2(η1 ε + E1 ε)
9. Rheologi Kompleks Burger
Rheologi kompleks burger merupakan kombinasi dari model Maxwell dan
model Kelvin yang dirangkai secara seri. Model ini merupakan gambaran paling
sederhana dari perilaku material batuan, dan cukup representatif untuk berbagai
pengujian pada batuan. Dimana proses rayapannya meliputi rayapan primer dan
rayapan sekunder dengan kecepatan tertentu secara konstan. Perilaku yang
kompleks pada batuan memerlukan penambahan beberapa konstanta seperti
modulus elastik dan koefisien viskositas.
Gambar 8. Kurva, model, dan rumus Rheologi Kompleks Burger
Model ini paling cocok digunakan untuk material sedimen. Persamaan
regangan pada model rheologi kompleks Generalized Kelvin dapat ditulis sebagai
berikut:

Berikut Tabel 2. yang menunjukkan beberapa batuan yang mengikuti model


rheologi dan perilaku batuan. Secara umum, batuan mengikuti perilaku
viskoelastik.

Tabel 1. Model Rheologi untuk Tipe Batuan yang Berbeda (Lama & Vutukuri, 1978)
Berikut rangkuman mengenai model-model rheologi menurut Kramadibrata
(2007) dalam Astawa Rai, M., Suseno, K., dan Ridho, K. W. (2014) dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Model Rheologi

Berikut keterangan simbol-simbol yang banyak digunakan dalam


memperlajari perilaku batuan dari model yang paling sederhana hingga model
perilaku yang kompleks.
σ = tegangan
 = regangan geser
ε = regangan
W = beban Kuznetsov dan Vashcillin
η1 = delayed rate elasticity
η2 = rate viscous flow
μ = koefisien gesek
E = modulus young
η = koefisien viskositas
G1 = delayed elasticity
G2 = elastic shear modulus
SUMBER
Astawa Rai, M., Suseno, K., dan Ridho, K. W. 2014. Mekanika Batuan. Penerbit
ITB. Bandung.

https://www.academia.edu/5998940/Perilaku_Batuan. Didownload pada tanggal


10 Oktober 2017.

https://www.scribd.com/doc/304607461/MEKANIKA-BATUAN-docx.
Didownload pada tanggal 10 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai