Moderator:
dr. Sasmoyohati Sp.S (K)
Disusun Oleh:
Adinda Hana Satrio – 161.0221.112
Tanggal penyajian :
23 Januari 2017
Disusun Oleh:
Adinda Hana Satrio 161.0221.112
IDENTITAS :
Nama / Umur : Tn. H. / 67 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal masuk : 13 Januari 2017
Dirawat ke :1
Tgl pemeriksaan : 16 Januari 2017
ANAMNESA :
Auto/Alloanamnesa : Autoanamnesa Tanggal 16 Januari 2017
KELUHAN UTAMA : Lemah lengan dan tungkai sebelah kiri serta rasa
seperti tersengat listrik dan tebal pada lengan
kanan sejak ± 6 jam SMRS.
RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN:
Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS :
Keadaan umum :Tampak sakit ringan
Gizi : BB : 60 kg , TB :165 cm (Normoweight)
Tanda vital
TD kanan : 150/90 mmHg
TD kiri : 150/90 mmHg
Nadi kanan : 80x/menit
Nadi kiri : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,0°C
Limfonodi : Tidak ada pembesaran limfonodi
Jantung : BJ I-II reguler,gallop(-),murmur (-)
Paru : Suara dasar vesikuler, rhonki-/-, wheezing -/-
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, edema(-), CRT < 2 detik
STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku :Normoaktif, kooperatif
Perasaan hati :Eutim
Orientasi :Baik
Jalan pikiran :Cukup ide, koheren
Daya ingat :Baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran :Compos Mentis
E4M6V5 GCS = 15
Sikap tubuh : Berbaring
Cara berjalan : Tidak dilakukan
Gerakan abnormal : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba
Nyeri tekan : Tidak ada
Leher
Sikap :Normal
Gerakan :Bebas ke segala arah
Vertebra :Tidak ditemukan kelainan
Nyeri tekan :Tidak ada
NERVI CRANIALIS
N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu : Normosmia Normosmia
N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan :Tidak dapat dinilai Baik
Pengenalan warna :Tidak dapat dinilai Baik
Lapang pandang :Tidak dapat dinilai Baik
Funduscopy :Tidak dilakukan
N III,IV,VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exophtalmus : (-) (-)
Enophtalmus : (-) (-)
Gerakan bola mata :
Lateral : (+) (+)
Medial : (+) (+)
Atas lateral : (+) (+)
Atas medial : (+) (+)
Bawah lateral : (+) (+)
Bawah medial : (+) (+)
Atas : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Pupil
Ukuran pupil : Ǿ3 mm Ǿ3mm
Bentuk pupil : bulat bulat
Isokor/anisokor : isokor
Posisi : sentral sentral
Rf cahaya langsung : (+) (+)
Rf cahaya tdk langsung: (+) (+)
Rf akomodasi/konvergensi: (+) (+)
N V (Trigeminus)
Menggigit : (+)
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas Atas : (+) (+)
Tengah : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Rf masester : (+) (+)
Rf zigomatikus : (+) (+)
Rf cornea : (+) (+)
Rf bersin : Tidak dilakukan
N VII (Facialis)
Pasif
Kerutan kulit dahi : simetris kanan dan kiri
Kedipan mata : simetris kanan dan kiri
Lipatan nasolabial : simetris kanan dan kiri
Sudut mulut : simetris kanan dan kiri
Aktif
Mengerutkan dahi : simetris kanan dan kiri
Mengerutkan alis : simetris kanan dan kiri
Menutup mata : simetris kanan dan kiri
Meringis : simetris kanan dan kiri
Menggembungkan pipi : simetris kanan dan kiri
Gerakan bersiul : Tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Baik
Hiperlakrimasi : tidak ada
Lidah kering : tidak ada
N. VIII ( Acusticus )
Mendengarkan suara gesekan jari tangan : (+) (+)
Mendengar detik arloji : (+) (+)
Tes Schawabach : Tidak dilakukan
Tes Rinne : Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan
N. IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx : simetris
Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Baik
Refleks muntah : (+)
N.X ( Vagus )
Denyut nadi : teraba, reguler
Arcus faring : simetris
Bersuara : normal
Menelan : tidak ada gangguan
N. XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala : normal
Sikap bahu : simetris
Mengangkat bahu : (+) / (+)
N.XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah : Tidak ada deviasi
Kekuatan lidah : Normal
Atrofi lidah : tidak ada
Artikulasi : Jelas
Tremor lidah : tidak ada
MOTORIK
Gerakan : Bebas Bebas
Bebas Bebas
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
Refleks Biseps : (+)↑ (+)↑
Refleks Triseps : (+) (+)
Refleks Patella : (+)↑ (+)↑
Refleks Achilles : (+) (+)
Refleks Permukaan :
Dinding perut : Tidak dilakukan
Cremaster : Tidak dilakukan
Spinchter Anii : Tidak dilakukan
SENSIBILITAS
Eksteroseptif :
Nyeri : (+) (+)
Suhu : tidak dilakukan
Taktil : (+) (+)
Propioseptif :
Vibrasi : Tidak dilakukan
Posisi : (+) (+)
Tekan dalam : (+) (+)
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia :Tidak ada
Retensi :Tidak ada
Anuria :Tidak ada
Defekasi
Inkontinensi :Tidak ada
Retensi :Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa :Baik
Fungsi orientasi :Baik
Fungsi memori :Baik
Fungsi emosi :Baik
Fungsi kognisi :Baik
RESUME :
Pasien Tn H. laki-laki usia 67 tahun datang dengan keluhan lemah pada
anggota gerak tubuh bagian kiri, dan mengeluhkan lengan kanan nya
terasa seperti disengat listrik dan terasa tebal sejak 6 jam SMRS. Pasien
juga mengeluhkan nyeri kepala sebelah kanan hingga tengkuk yang hilang
timbul sejak 1 bulan SMRS. Keluhan penurunan kesadaran (-), bicara pelo
(-), wajah terlihat tertarik ke sebelah sisi (-), mual (-), muntah (-),
gangguan penglihatan (-), gangguan pendengaran (-), kejang (-), kesulitan
menelan (-), demam (-), riwayat trauma (-). BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Riwayat hipertensi dan DM tidak ada. Pasien merupakan
perokok aktif rutin merokok 1 bungkus/hari. Keluhan merupakan yang
pertama kalinya dirasakan pasien. Di keluarga pasien tidak ada yang
memiliki keluhan serupa.
Pemeriksaan:
Status internis :Dalam batas normal
Keadaan umum :Tampak sakit ringan
Gizi : Normoweight
Kesadaran : Compos mentis
TD kanan : 150/90 mmHg
TD kiri : 150/90mmHg
Nadi kanan : 80x/menit
Nadi kiri : 80x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,0ºC
Status psikiatri :Baik
Status Neurologis
Kesadaran :Compos mentis GCS =15 (E4M6V5 )
Rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Laseque (-/-), Kernig (-/-)
Brudzinsky I (-/-), Brudzinsky II (-/-)
Reflek fisiologi :Rf bicep (+↑/+↑), tricep (+/+), patella
(+↑/+↑), achilles (+/+)
Relek patologis :Rf Babinski (+/+), chaddock (-/-),
Oppenheim (+/+), Gordon (+/+), Schaefer (-/-)
Nervus kranialis : Tidak ditemukan kelainan
Motorik :Gerakan : Bebas
Kekuatan :
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah ( darah rutin, gula darah, kolesterol, ureum, kreatinin,
urinalisis)
Foto rontgen thoraks
CT scan kepala
Urinalisis
Warna : Kuning
Kejernihan : Jernih
Berat Jenis : 1.025
pH : 7.5
Protein : +/Positif 1
Glukosa : -/Negatif
Keton : -/Negatif
Darah : -/Negatif
Bilirubin : -/Negatif
Urobilinogen : 0.1 mg/dL
Nitrit : -/Negatif
Leukosit Esterase : +/Positif 1
Sedimen Urin
Leukosit : 1 -2 – 1/ LPB
Eritrosit : 5 – 7 – 5/LPB
Silinder : -/Negatif
Kristal : -/Negatif
Epitel : +/Positif 1
Lain-lain : -/Negatif
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Hemiparese sinistra tipe UMN
Diagnosis Topik : Hemisfer cerebri dextra
Diagnosis Etiologi : Stroke non hemoragik
Diagnosis Sekunder : Hipertensi
TERAPI
Penatalaksanaan umum (5B) :
Breathing : Perhatikan kelancaran jalan nafas
Blood : Pemantauan tekanan darah,pada tahap awal tidak
boleh segera diturunkan karena dapat
memperburuk keadaan, kecuali pada kondisi
hipertensi emergensi (sistolik > 220 mmHg dan
atau diastolik >120 mmHg).
Brain : Hindari peningkatan TIK dan suhu tubuh
meningkat
Bladder : Hindari infeksi saluran kemih dan perhatikan
keseimbangan cairan input dan output.
Bowel : Perhatikan kebutuhan cairan, kalori,dan hindari
obstipasi
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Anti platelet : CPG 1 x 75 mg PO
Proteksi neuronal : Citicolin 2 x 500 mg IV
Anti hipertensi : Captopril 3 x 12,5 mg PO
Non medikamentosa
Fisioterapi
Konsul penyakit dalam untuk mengatasi hipertensi
PROGNOSA
Ad vitam :Dubia ad bonam
Ad fungsionam :Dubia ad bonam
Ad sanationam :Dubia
Follow Up
Tgl. S O A P
18 Tungkai kiri masih TD 140/90 mmHg Stroke Non Infus RL 20tpm
Januari dirasa sedikit lemah, N 80x/menit Hemoragik Inj.Citicholin 2 x 500mg
2017 tangan kanan terasa Clopidogrel 1 x 75mg PO
baal, kelemahan GCS E4V5M6 Captopril 3 x 12,5 mg PO
lengan kiri dirasa Pupil bulat isokor Kalitake 2 x 1 tab PO
sudah tidak ada. 3mm/3mm
RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
Motorik:
5555 5555
5555 4444
Reflek Fisiologis
++ ++
+ +
Refleks patologis
Babinski (+/+)
Oppenheim (+/+)
Gordon (+/+)
Sensorik
+ +
+ +
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis: Normal
19 Kelemahan tungkai TD 150/90 mmHg SNH hari ke Citicolin 2 x 500 mg PO
Januari dan lengan kiri N 80x/menit 14 Clopidogrel 1 x 75 mg PO
2017 sudah tidak Captopril 2 x 500 mg PO
dirasakan, tangan GCS E4V5M6
kanan masih terasa Pupil bulat isokor
baal. 3mm/3mm
RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
Motorik:
5555 5555
5555 5555
Reflek Fisiologis
++ +
+ +
Refleks patologis
Babinski (+/+)
Oppenheim (+/-)
Gordon (+/-)
Sensorik
+ +
+ +
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis: Normal
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien Tn. H usia 67 tahun didiagnosa Stroke Non Hemoragik dan terdapat
hemiparese sinistra tipe UMN. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan
anamnesis,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis.
Definisi stroke yaitu disfungsi neurologis akut oleh karena gangguan
pembuluh darah dan timbul secara mendadak atau cepat dengan gejala-
gejala dan tanda-tanda yang sesuai daerah otak yang terganggu.
Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluh lengan dan tungkai kiri
mendadak terasa lemah dan tangan kanan terasa seperti tersengat listrik
serta terasa tebal. Hal ini merupakan manifestasi klinis dari serangan
stroke. Dari anamnesa dapat ditentukan apakah serangan yang terjadi
stroke hemoragik atau stroke non hemoragik (infark), berdasarkan
Algoritma stroke Gajah Mada, Siriraj Stroke score, Djoenaidi stroke score.
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga
tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum,
mempercabangkan arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya
bercabang dua: arteri serebri anterior dan arteri serebri media. Untuk otak,
sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis dan beberapa bagian
lobus temporalis. Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan
kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui
kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium
melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang
arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya
bersatu arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri,
pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang:
arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis. Ke 3 pasang arteri serebri ini bercabang-cabang
menelusuri permukaan otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabang-
cabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga saling
berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya.1
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya 3
sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu: Sirkulus
Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh arteri serebri
media kanan dan kiri, arteri komunikans anterior (yang menghubungkan
kedua arteri serebri anterior), sepasang arteri serebri media posterior dan arteri
komunikans posterior (yang menghubungkan arteri serebri media dan
posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar
otak.Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di
daerah orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke
arteri maksilaris eksterna.Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri
karotis ekterna (pembuluh darah ekstrakranial).Selain itu masih terdapat lagi
hubungan antara cabang-cabang arteri tersebut, sehingga menurut Buskrik tak
ada arteri ujung (true end arteries) dalam jaringan otak. Darah vena dialirkan
dari otak melalui 2 sistem: kelompok vena interna, yang mengumpulkan darah
ke vena Galen dan sinus rektus, dan kelompok vena eksterna yang terletak
dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus sagitalis superior
dan sinus-sinus basalis laterales, dan seterusnya melalui vena-vena jugularis
dicurahkan menuju ke jantung.1
B. Fisiologi
B. Epidemiologi
Kasus stroke di Indonesia menunjukkan peningkatan baik dalam
kejadian, kecacatan, maupun kematian. Insidens stroke sebesar 51,6/100.000
penduduk. Sekitar 4,3% oenderita stroke mengalami kecacatan yang memberat.
Angka kematian berkisar antara 15-27% pada semua kelmpok usia. Stroke lebih
banyak dialami laki-laki dibandingkan perempuan. Jumlah penderita stroke
meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
C. Etiologi
E. Klasifikasi
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga.
Bila anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel
penyangganya yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai
nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas
vaskular disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel radang.
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+
dari asidosis laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai
rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini
menyebabkan daerah sekitar nekrosis mengalami gangguan perfusi dan timbul
iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup.Daerah ini adalah iskemik
penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan
terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di
daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan
glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini
akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang
terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal
kalsium (calcium channels). Kemudian terjadilah influks kalsium yang
mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri lagi neuron-neuron
disekitarnya. Terjadilah lingkaran setan. Neuron-neuron yang rusak juga akan
melepaskan radikal bebas, yaitu charged oxygen molecules (seperti nitric
acida atau NO), yang akan merombak molekul lemak didalam membran sel,
sehingga membran sel akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke
iskemik menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan
kematian sel.
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
1.Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang
mengalami defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau
penurunan tingkat kesadaran.Tidak terdapat tanda atau gejala yang
dapat membedakan stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun
gejala seperti mual muntah, sakit kepala dan perubahan tingkat
kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik. Beberapa gejala
umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese, atau
qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler,
diplopia, disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran
tiba-tiba. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun
umumnya muncul secara bersamaan.Penentuan waktu terjadinya
gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya
pemberian terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu
dalam mencari gejala atau onset stroke seperti:
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke).
Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk
mencari pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke
seperti kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom,
ensefalitis, dan hiponatremia.2
b) Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab
stroke ekstrakranial, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang
menyerupai stroke, dan menentukan beratnya defisit neurologi yang
dialami. Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaaan kepala dan
leher untuk mencari tanda trauma, infeksi, dan iritasi meningen.
Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari faktor resiko stroke seperti
obesitas, hipertensi, kelainan jantung, dan lain-lain.2
c) Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi
gejala stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki
gejala seperti stroke, dan menyediakan informasi neurologi untuk
mengetahui keberhasilan terapi. Komponen penting dalam
pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan status mental dan
tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik dan
sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon profunda. Tengkorak
dan tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus
pun harus dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus
dibedakan dengan Bell’s palsy di mana pada Bell’s palsy biasanya
ditemukan pasien yang tidak mampu mengangkat alis atau
mengerutkan dahinya.2,5
Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri
yang tersumbat:6
Sirkulasi terganggu Sensomotorik Gejala klinis lain
Sindrom Sirkulasi Anterior
A.Serebri media (total) Hemiplegia kontralateral Afasia global (hemisfer dominan),
(lengan lebih berat dari Hemi-neglect (hemisfer non-
tungkai) hemihipestesia dominan), agnosia, defisit
kontralateral. visuospasial, apraksia, disfagia
A.Serebri media (bagian Hemiplegia kontralateral Afasia motorik (hemisfer
atas) (lengan lebih berat dari dominan), Hemi-negelect
tungkai) hemihipestesia (hemisfer non-dominan),
kontralateral. hemianopsia, disfagia
A.Serebri media (bagian Tidak ada gangguan Afasia sensorik (hemisfer
bawah) dominan), afasia afektif (hemisfer
non-dominan), kontruksional
apraksia
A.Serebri media dalam Hemiparese kontralateral, Afasia sensoris transkortikal
tidak ada gangguan sensoris (hemisfer dominan), visual dan
atau ringan sekali sensoris neglect sementara
(hemisfer non-dominan)
A.Serebri anterior Hemiplegia kontralateral Afasia transkortikal (hemisfer
(tungkai lebih berat dari dominan), apraksia (hemisfer non-
lengan) hemiestesia dominan), perubahan perilaku dan
kontralateral (umumnya personalitas, inkontinensia urin dan
ringan) alvi
Sindrom Sirkulasi Posterior
A.Basilaris (total) Kuadriplegia, sensoris Gangguan kesadaran samapi ke
umumnya normal sindrom lock-in, gangguan saraf
cranial yang menyebabkan
diplopia, disartria, disfagia,
disfonia, gangguan emosi
A.Serebri posterior Hemiplegia sementara, Gangguan lapang pandang bagian
berganti dengan pola gerak sentral, prosopagnosia, aleksia
chorea pada tangan,
hipestesia atau anestesia
terutama pada tangan
Pembuluh Darah Kecil
Lacunar infark Gangguan motorik murni,
gangguan sensorik murni,
hemiparesis ataksik, sindrom
clumsy hand
2.Gambaran Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin diperlukan sebagai dasar pembelajaran
dan mungkin pula menunjukkan faktor resiko stroke seperti polisitemia,
trombositosis, trombositopenia, dan leukemia). Pemeriksaan ini pun dapat
menunjukkan kemungkinan penyakit yang sedang diderita saat ini seperti
anemia.3
Pemeriksaan kimia darah dilakukan untuk mengeliminasi kelainan
yang memiliki gejala seperti stoke (hipoglikemia, hiponatremia) atau dapat
pula menunjukka penyakit yang diderita pasien saat ini (diabetes,
gangguan ginjal). Pemeriksaan koagulasi dapat menunjukkan
kemungkinan koagulopati pada pasien.Selain itu, pemeriksaan ini juga
berguna jika digunakan terapi trombolitik dan antikoagulan.Biomarker
jantung juga penting karena eratnya hubungan antara stroke dengan
penyakit jantung koroner. Penelitian lain juga mengindikasikan adanya
hubungan anatara peningkatan enzim jantung dengan hasil yang buruk dari
stroke.3
3.Gambaran Radiologi
a) CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke
hemoragik dan stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke
non hemoragik memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin.
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi
anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalahnya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma,
abses).3
H. Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:1
1. Fase Akut (hari ke 0 – 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang
menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi otak. tindakan dan
obat yang diberikan haruslah menjamin perfusi darah ke otak tetap
cukup, tidak justru berkurang. Karena itu dipelihara fungsi optimal:1
Respirasi : jalan napas harus bersih dan longgar
Jantung : harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah : dipertahankan pada tingkat optimal,
dipantau jangan sampai menurunkan perfusi otak
Gula darah : kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak
boleh diturunkan secara drastis, terutama bila pasien memiliki
diabetes mellitus kronis
Balans cairan : bila pasien dalam keadaan gawat atau
koma balans cairan, elektrolit, dan asam basa darah harus
dipantau
Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan metabolisme
otak yang menderita di daerah iskemi (ischemic penumbra) masih
menimbulkan perbedaan pendapat. Obat-obatan yang sering dipakai
untuk mengatasi stroke iskemik akut:1
KESIMPULAN