Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yag
merupaka kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai
tanggung jawab memastikan efektifitas dan keamanan penggunaan obat.
Adapun mata kuliah farmasi yang diajarkan adalah farmasi klinik.
Farmasi klinik adalah suatu disiplin ilmu farmasi yang menekankan
fungsi farmasis untuk memberikan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care)
kepada pasien dengan tujuan untuk meningkatkan outcome pengobatan yang
maksimal di apotik, rumah sakit dan lain lain (Siregar, 2004).
Menurut PERMENKES No. 1045/2006/MENKES/PER/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum menyebutkan bahwa
sebuah rumah sakit umum harus melaksanakan beberapa fungsi dan di
antaranya adalah pelayanan farmasi. Tjahjani (2004) menyatakan bahwa
pelayanan farmasi merupakan pelayanan penunjang sekaligus revenue center
bagi rumah sakit, mengingat lebih dari 90% pelayananan kesehatan
menggunakan perbekalan farmasi dan 50% dari seluruh pemasukan rumah
sakit berasal dari perbekalan farmasi. Adapun Ketua Umum PBIF (Pengurus
Besar Ikatan Farmakologi Indonesia) bersama Guru Besar Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Prof. dr Iwan Dwiprahasto,
M. MedSc., Ph.D. pada presentasinya dalam Sosialisasi Formularium
Nasional Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian di Yogyakarta menyatakan
bahwa lebih dari 15.000 formulasi obat yang beredar adalah duplikasi.
Misalnya, terdapat 139 nama dagang dari paracetamol atau 48 nama dagang
amoxicillin. Menurutnya, di Indonesia banyak obat yang sangat mahal
dengan outcome klinik terbatas, sehingga tidak cost effective.
Sally Fedrini Aditama (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa
Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat baku beserta
peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di
1
2
suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat
yang sah dan juga kebutuhan pasien di rumah sakit.
Berdasarkan hal di atas maka dibuatlah makalah ini untuk
menganalisis sistem formularium tahun 2018 Rumah Sakit Bunda Kota
Gorontalo. Sistem formularium dianalisis simulai dari proses penyusunan,
pengadaan, pengawasan, juga pola kebutuhan obat formularium Rumah Sakit
Bunda pada tahun 2018.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui sistem formularium dan
menganalisis sistem formularium Rumah Sakit Bunda.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Manajemen obat merupakan serangkaian kegiatan yang kompleks dan
merupakan suatu siklus yang saling terkait, terdiri dari empat fungsi dasar
yaitu perencanaan, penyimpanan, pengadaan, dan distribusi. Menurut WHO
(2004), pada dasarnya manajemen obat di rumah sakit adalah cara mengelola
tahap-tahap dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling
mengisi, sehingga dapat mencapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan
efisien agar obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia setiap saat
dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung
pelayanan yang bermutu.
II.1.1 Definisi Formularium Rumah Sakit (Depkes RI, 2004)
Definisi sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf
medik dari suatu rumah sakit yang bekerja melalui Panitia Farmasi dan
Terapi, mengevaluasi, menilai, dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan
produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan
penderita. Jadi, sistem formularium adalah sarana penting dalam memastikan
mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya.
Hasil utama dari pelaksanaan sistem formularium adalah formularium
rumah sakit. Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang
dipilih PFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat
tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk
rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi
kepentingan penderita dan staf profesional pelayan kesehatan, berdasarkan
data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medis
rumah sakit itu. Formularium harus lengkap, ringkas dan mudah digunakan.
Kegunaan pertama dan utama dari sistem formularium adalah untuk
membantu meyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah
sakit. Kegunaan kedua adalah sebagai bahan edukasi bagi staf tentang terapi
3
4
obat yang tepat. Kegunaan ketiga adalah memberi rasio manfaat-biaya yang
tertinggi, bukan hanya sekedar pengurangan harga.
II.1.2 Bagian Pokok Formularium (Aditama, 2007)
Formularium terdiri dari tiga bagian pokok :
1. Bagian pertama: Informasi tentang kebijakan dan prosedur rumah sakit
tentang obat.
2. Bagian kedua: Monografi obat yang diterima masuk formularium.
3. Bagian ketiga: Informasi khusus, yang berisi materi yang dimasukkan
untuk kepentingan staf profesional, antara lain daftar singkatan yang
telah disetujui rumah sakit, aturan untuk menghitung dosis pediatrik,
tabel interaksi obat, dan lain-lain.
Formularium yang telah dicetak didistribusikan ke tiap lokasi perawatan
penderita rawat inap, rawat jalan, unit gawat darurat, ruang perawatan
intensif, IFRS dan lain-lain yang dianggap berkaitan (Siregar, 2004).
II.1.3 Format Formularium (Ayu, 2012)
Format formularium harus menarik, mudah dibaca, berpenampilan bersih
dan profesional, dengan tata bahasa yang baik. Umumnya terdiri atas:
1. Judul
2. Nama dan gelar KFT (Komite Farmasi Terapi)
3. Daftar isi
4. Informasi tentang prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat
5. Sediaan yang diterima di rumah sakit mencakup daftar obat yang
ditambah atau ditiadakan sejak edisi terakhir.
Buku formularium harus didistribusikan dan disosialisasikan kepada
semua staf medik rumah sakit, termasuk pimpinan rumah sakit, komite rumah
sakit. Komposisi Formularium : Halaman judul, Daftar anggota PFT, Daftar
isi, Informasi tentang kebijakan & prosedur, Produk yang diterima, lampiran.
5
c. Informasi Khusus
Meliputi daftar produk nutrisi, tabel kesetaraan dosis dari obat-obat
yang mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi parenteral baku,
pedoman perhitungan dosis bagi anak-anak, komposisi, tabel kandungan
natrium dari sediaan obat, daftar sediaan obat bebas gula, isi kotak obat
darurat, informasi pemantauan dan penetapan kadar secara
farmakokinetik, formulir untuk permintaan obat nonformularium,
formulir pelaporan reaksi obat merugikan, tabel interaksi obat, informasi
pengendalian keracunan, pembawa baku atau pengencer untuk injeksi,
komposisi elektrolit untuk sediaan parenteral volume besar.
II.1.5 Pedoman Penggunaan Formularium (Aditama, 2007)
Pedoman penggunaan formularium meliputi :
1. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu
dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan kerangka
mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus
mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh Panitia Farmasi dan
Terapi.
2. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan
kebutuhan tiap-tiap institusi.
3. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang
ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai sistem
formularium yang dikembangkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik.
5. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di
Instalasi Farmasi.
6. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang
efek terapinya sama, seperti :
a. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik
yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang
diminta.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat baku beserta
peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di suatu
rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat yang sah dan
juga kebutuhan pasien di rumah sakit. Kali ini rumah sakit yang akan kita analisis
sitem formulariumnya adalah Rumah Sakit Bunda yang berada pada Provinsi
Gorontalo (Siregar, 2004)
Pada Formularium Rumah Sakit Bunda, bagian pokok formulariumnya belum
terlalu lengkap, dikarenakan informasi mengenai kebijakan prosedur rumah sakit dan
informasi khusus yang berisi materi yang dimasukkan untuk kepentingan staf belum
ditemukan pada daftar formularium obatnya. Dikarenakan menurut Siregar (2004),
bagian bagian pokok rumah sakit terdiri dari: Bagian pertama: Informasi tentang
kebijakan dan prosedur rumah sakit tentang obat. Bagian kedua: Monografi obat
yang diterima masuk formularium. Dan bagian ketiga: Informasi khusus, yang berisi
materi yang dimasukkan untuk kepentingan staf profesional, antara lain daftar
singkatan yang telah disetujui rumah sakit, aturan untuk menghitung dosis pediatrik,
tabel interaksi obat, dan lain-lain.
Menurut Aditama (2007), daftar sediaan obat dipilih oleh staf medik dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Daftar obat yang dimasukkan ke dalam formularium
dapat disusun berdasarkan abjad, menurut nama-nama generik obat, penggolongan
terapi atau kombinasi keduanya. Namun yang kami temukan pada formularium
rumah sakit Bunda kali ini, daftar obat yang dimasukkan tidaklah disusun
berdasarkan abjad.
Menurut Ayu (2012) perencanaan perbekalan obat harus benar-benar disusun
berdasarkan data yang akurat dan telah diolah dengan baik. Hasil yang didapat
memberikan informasi bahwa proses perencanaan obat di instalasi farmasi Rumah
Sakit Bunda belum berjalan dengan ideal. Adapun masalah yang paling dikeluhkan
adalah masalah data yang tidak seragam antara system dengan stok sehingga sulit
untuk dilakukan perencanaan yang baik. Hingga kini perencanaan persediaan obat di
RS hanya berdasarkan pola peresepan. Walaupun formularium telah disusun
12
13
sedemikian rupa, tetapi masih ada dokter yang merasa kesulitan dalam menuliskan
resep obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit. Salah satu kesulitannya
adalah karena tidak tersedianya obat di apotek rumah sakit. Hal seperti ini
menyebabkan keengganan dokter menulis resep sesuai dengan formularium.
Ketersediaan obat tersebut menjadi sangat menentukan sikap para dokter selanjutnya.
Semakin sering dokter merasakan kesulitan karena tidak adanyaobat formularium
rumah sakit, maka sikapnya akan berubah terhadap penggunaan formularium itu
sendiri.
Berdasarkan pada keputusan direktur Nomor 024/RSE Sekr/SE/II/2013, dokter
diwajibkan menuliskan resep obat yang ada di formularium RS dan insatalasi farmasi
diberi wewenang untuk mengganti obat dengan “me too” yang sama komposisinya.
Namun, sampai sekarang instalasi farmasi tidak pernah langsung mengganti obat
dokter melainkan tetap mengkonfirmasi dokter kembali
Menurut Quick (1997), bentuk dan format formularium dapat digunakan
sebagai salah satu cara untuk dapat meningkatkan kepatuhan dalam penggunaannya.
formularium di Rumah Sakit bunda hanyalah kumpulan kumpulan kertas yang belum
dibukukan, sehingga kurang praktis dan tidak mudah dimasukan ke dalam saku.
Format formularium seharusnya mudah digunakan dan juga mempunyai bentuk yang
menarik. Informasi yang relevan dari dokter berkaitan dengan suatu produk
sebaiknya dapat dimuat dalam bentuk tabel atau teks. Bahkan selama ini buku
formularium hanya diberikan kepada tiap ruangan dan tidak semua dokter
memilikinya. Hal ini mempersulit para dokter untuk mengetahui dan mengingat
apakah obat yang diresepkannya ada dalam daftar, apalagi jika dokter tersebut
berpraktek lebih dari satu rumah sakit.
Adapun keuntungan menggunakan formularium menurut Quick (1997), yaitu
merupakan pendidikan terapi obat yang tepat bagi staf medic, memberikan manfaat
dalam pengurangan biaya dengan sistem pembelian dan pengendalian persediaan
yang efisien, pembatasan jumlah obat dan produk obat yang secara teratur tersedia di
apotek akan memberikan keuntungan bagi pelayanan penderita dan keuntungan
secara ekonomi, serta membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat
dalam rumah sakit.
14
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Formularium Rumah Sakit (FRS) adalah suatu daftar obat baku beserta
peraturannya yang digunakan sebagai pedoman dalam pemakaian obat di
suatu rumah sakit yang dipilih secara rasional, berdasarkan informasi obat
yang sah dan juga kebutuhan pasien di rumah sakit
Format formularium pada Rumah Sakit Bunda belum sesuai dengan
seharusnya. Masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, seperti:
formularium di Rumah Sakit bunda hanyalah kumpulan kumpulan kertas
yang belum dibukukan, sehingga kurang praktis dan tidak mudah dimasukan
ke dalam saku.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandara. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press.
Anggriani, Yusi, et al. 2008. Pengaruh Proses Pengembangan dan
Revisi Formularium Rumah Sakit Terhadap Pengadaan Stok Obat. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia
ASHP. 2008. Statement on the Pharmacy & Therapeutics Committee
& the Formulary System. Jounal of Management Pharmacy
Atmaja Karuna. 2012. Penggunaan Analsis ABC Indeks Kritis Untuk Pengendalian
Persediaan Obat Antibiotik di Rumah Sakit M.H. Thamrin Salemba. Jakarta:
Universias Indonesia
Ayu Gusti. 2012. Proses Pembuatan Formularium di Rumah Sakit Umum Dharma
Yadnya. Jakarta: Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No.1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Penyusunan Formularium Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 1045/2006/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah
Sakit Umum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Dwiprahasto, Iwan. 2014. Formularium Nasional Untuk Terapi Berbasis EBM
dalam Jaminan Kesehatan Nasional; Sosialisasi Formularium Nasional
Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian. Yogyakarta: UGM Press
Febriawati Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. : Goysen
Publishing
Quick Jet al. 1997. Managing Drug Supply, Second Edition. Jakarta: Kumarian
Press.
Savelli, Anthony,et al. 1996. Manual for The Development & Maintenance of
Hospital Drug Formularies
Siregar, Ch. J.P., Amalia, L. 2004. Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Penerapan; 25-
49. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tjahjani R. 2004. Analisis Komparasi Daftar Obat yang Berkaitan
dengan Pelayanan Farmasi Rumah Sakit dalam Upaya Penentuan
Daftar Obat Standar (Studi Kasus Manajemen Logistik Farmasi di
Rumah Sakit Gatoel Mojokerto). Jurnal Administrasi Kebijakan
Kesehatan; Vol 2
16