(bagian 2)
💡 Bertakbir takbiratul ihram, membaca istiftah, lalu bertakbir enam kali. Kemudian dia membaca Al
Fatihah dan surat. Bisa surat 'sabbihisma' (QS. Al A'la) atau surat Qaf. Ini pada rakaat pertama.
Di rakaat kedua, saat bangkit dari sujud, dia berdiri sambil bertakbir. Lalu, bertakbir lima kali setelah
berdiri. Lalu membaca Al Fatihah dan surat. Jika pada rakaat pertama membaca 'sabbihisma' maka pada
rakaat kedua membaca surat Al Ghasyiyah. Kalau rakaat pertama membaca Qaf, pada rakaat kedua
membaca 'iqtarabatis sa'atu wansyaqqal qamar' (QS. Al Qamar)
💡 Salatnya sah jika hanya melakukan takbiratul ihram karena takbir tambahan selain takbiratul ihram
hukumnya sunnah.
💡 Jika dia lupa takbir tambahan pada salat Id hingga membaca Al Quran, maka gugur (yakni, dia tidak
usah mengulangi, melanjutkan saja). Karena, takbir adalah sunnah, dan waktunya telah terlewat. Seperti
halnya orang yang lupa doa istiftah, hingga membaca Al QUran, maka gugur.
💡 Jika engkau mulai salat ketika imam sedang melakukan takbir tambahan, maka bertakbirlah takbiratul
ihram dahulu, lalu ikutilah imam pada yang masih tersisa, adapun yang terlewat gugur darimu.
❓Jika seseorang mulai salat Id, padahal imam sudah selesai dari rakaat pertama (masbuq), bagaimana
cara menggantinya?
💡 Dia menggantinya setelah imam selesai, seperti dengan tata caranya. Yakni, dia menggantinya dengan
takbir-takbirnya (takbir lima kali, pent.)
💡 Membaca istiftah setelah takbiratul ihram. Namun, urusannya longgar. Meskipun dia tunda sampai
setelah akhir takbir, tidak mengapa.
💡 Tidak ada zikir yang tertentu. Dia memuji Allah (tahmid), bersalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, dengan bacaan apa pun yang dia inginkan. Kalaupun tidak dia lakukan, tidak mengapa karena
hanya sunnah.
💡 Disyariatkan baginya untuk memuji Allah, menyucikan-Nya (tasbih) dan mengagungkan-Nya (takbir),
serta bersalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wasallam antara dua takbir.