PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Telaah dan Pemetaan Hepatitis A.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Etiologi
Virus hepatitis A (HAV) merupakan virus RNA dengan besar 27 nm,
yang resisten terhadap panas, asam, dan ether. Virus tersebut merupakan virus
dengan genus Hepatovirus dari family picornavirus. Virionnya mengandung
empat kapsid polipeptida, yaitu VP1 (30 kDa), VP2 (22 kDa), VP3 (2,5 kDa),
dan VP4 (2,2 kDa), yang berasal dari produk poliprotein potongan
posttranslasional genome 7500 nukleotida (Longo et al, 2012). VP4 terletak
di dalam kapsid virus dan protein yang lain terpapar sebagian dari luar pada
permukaan kapsid. Protein virus yang lain, 2A, merupakan protein non-
struktural yang masih berhubungan dengan VP1 ketika pembentukan
pentamer. Protein 2A selanjutnya dipotong dari VP1 oleh protease hospes.
Pemotongan tersebut berfungsi untuk memproduksi virus yang infeksius,
tetapi tidak berperan pada proses replikasi virus (Seeger, et al., 2009; WHO,
2011).
Gambar 2.1 Virus hepatitis A dilihat dalam mikroskop elektron (Longo et al, 2012)
5
2.3 Epidemiologi
Agen ini ditularkan secara fecal-oral. Penyebaran HAV dari manusia
ke manusia ditingkatkan oleh kebersihan diri yang buruk dan kepadatan
penduduk. Wabah besar serta kasus sporadik disebabkan oleh makanan dan
minuman yang tercemar. Pada negara maju, insiden hepatitis A telah menurun
yang disebabkan karena peningkatan kebersihan sanitasi (Longo et al, 2012).
Prevalensi keseluruhan telah diklasifikasikan, tinggi (>50% dari
populasi), menengah (15-50%), dan rendahnya tingkat endemisitas (<15%),
berdasarkan deteksi anti-HAV imunoglobulin G (IgG) antibodi dalam
populasi. Endemisitas tinggi infeksi HAV ditemukan di negara-negara dengan
kondisi sanitasi dan sosial ekonomi yang buruk, di mana infeksi biasanya
terjadi sebelum usia lima tahun. Endemisitas menengah HAV biasanya
ditemukan di negara-negara dalam masa transisi dari status sosial ekonomi
rendah terhadap hunian yang meningkat dan kondisi higienis, terutama di
segmen penduduk kelas menengah. Di negara-negara tersebut, populasi anak
dapat lolos infeksi HAV pada anak usia dini. Akibatnya, anak-anak dan
dewasa muda menjadi rentan terhadap infeksi HAV. Infeksi HAV pada
populasi ini dikaitkan dengan manifestasi klinis yang parah dibandingkan
dengan presentasi subklinis pada bayi. Di negara-negara dengan endemisitas
HAV rendah, risiko tertular infeksi HAV rendah, atau sangat rendah (WHO,
2011).
Sementara menurut US. Food Drug Administration (2005),
penyebaran HAV dari orang ke orang dapat meningkat karena masalah
personal hygiene yang buruk, kepadatan penduduk, serta pada kasus serangan
sporadik pada makanan yang terkontaminasi secara besar, air minum, susu
dan ikan laut. Penyebaran pada keluarga dan teman dekat juga sering terjadi.
Observasi epidemiologi diperkirakan bahwa predileksi hepatitis A terjadi
pada akhir musim gugur dan awal musim dingin sedangkan pada daerah yang
beriklim sedang, gelombang epidemik hepatitis A terjadi setiap 5 sampai 20
tahun pada populasi baru yang tidak di imunisasi.
Menurut Depkes RI (2000), hepatitis A sangat umum menyerang
anak-anak sekolah dan dewasa muda. Pada tahun-tahun belakangan ini, KLB
yang sangat luas penularannya umumnya terjadi di masyarakat, namum KLB
karena pola penularan ”Common source” berkaitan dengan makanan yang
terkontaminasi oleh penjamah makanan dan produk makanan yang
terkontaminasi tetap saja terjadi. KLB pernah dilaporkan terjadi diantara
orang-orang yang bekerja dengan primata yang hidup liar.
Anak usia pra sekolah, orang tua, dan saudaranya yang mendatangi pusat
penitipan anak
6
7
Pria Homoseksual
Koki/penyaji makanan
Pada 50% kasus, tidak bisa ditemukan faktor risiko pada penderita
hepatitis A. Ketika menemukan orang dengan kondisi seperti diatas, maka
perlu dipertimbangkan untuk pemberian imunisasi sebelum terjangkit
hepatitis A (WHO,2000).
2.5 Patogenesis
2.5.1. Transmisi HAV
HAV umumnya ditularkan melalui rute fecal-oral baik dari kontak
orang-ke-orang atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Hepatitis A adalah infeksi enterik yang disebarkan oleh ekskresi yang
terkontaminasi. Konsentrasi virus akan meningkat dalam kotoran pasien
selama 3 - 10 hari sebelum onset penyakit sampai 1 – 2 minggu setelah
ikterus. Oleh karena itu, tingginya prevalensi infeksi pada suatu daerah
dengan standard sanitasi yang rendah dapat menyebabkan mudahnya
transmisi HAV. HAV stabil pada suhu tertentu dan pH rendah, sehingga HAV
dapat bertahan di lingkungan, ditransmisikan melalui makanan yang
terkontaminasi, dan melewati barrier asam lambung (WHO, 2000; Martin dan
Lemon, 2006). Ekskresi feses HAV berlangsung lama pada anak-anak dan
orang dengan immunocompromised (sampai dengan 4 - 5 bulan setelah
infeksi) dibandingkan pada orang dewasa yang sehat (WHO, 2000).
8
akan berkurang meskipun virusnya tetap berada dalam hepar (Longo et al,
2012).
3f). Sebagian dari RNA strand positif yang baru disinthesis juga berguna
untuk sinthesis RNA atau proses translasi (gambar 3g). RNA strand positif
lain diselubungi oleh partikel virus baru/protein struktural yang sudah
terbentuk, diikuti dengan pemotongan VP1-2A oleh protease seluler (gambar
3h). Partikel HAV yang sudah berikatan disekresikan oleh sel melewati
membran apical hepatosit ke dalam kanalikuli biliaris, sehingga akan
melewati duktus biliaris dan intestinal (gambar 3i) (Martin dan Lemon, 2006;
WHO, 2011).
cell dan sel T sitotoksik yang spesifik berada dalam hepar ketika periode akut
hepatitis A. Eradikasi virus selain diperankan oleh kedua sel tersebut juga
dibantu oleh sintesis interferon. Sel T CD8 sitotoksik yang spesifik terhadap
HAV dapat menyekresikan interferon γ yang memiliki aktivitas antivirus dan
rekrutmen sel inflamasi tambahan yang nonspesifik ke tempat replikasi virus
(Schiff, et al., 2006).
Sebuah penelitian yang menggunakan mikroskop immunofluorescens
membuktikan adanya inducible nitric oxide synthase (iNOS) dalam
sitoplasma sel kupffer dan makrofag ketika infeksi HAV akut. Penemuan ini
membuktikan bahwa nitric oxide dapat berkontribusi terhadap kerusakan liver
(Schiff, et al., 2006). Eliminasi virus dimediasi oleh kombinasi dari sel T
sitotoksik, aktivitas antivirus langsung dari sitokin seperti interferon, dan
produksi antibodi untuk netralisasi virus. Komplemen C3c juga bisa menurun
saat fase akut hepatitis (Schiff, et al., 2006).
Sitopatologi yang disebabkan oleh virus bukan merupakan penyebab
perubahan patologis yang terjadi pada infeksi HAV, seperti kebanyakan
penyakit hati disebabkan terutama dari mekanisme kekebalan tubuh. Antigen-
spesifik T-limfosit menyebabkan kerusakan pada hepatosit. Peningkatan
kadar interferon telah terdeteksi dalam serum pasien terinfeksi HAV dan
mungkin bertanggung jawab atas penurunan jumlah virus yang terlihat pada
pasien pada onset penyakit klinis dangan gejala yang timbul (WHO, 2000).
Kerusakan yang terjadi di hepar karena proses penyakit hepatitis A
akut dapat diamati pada gambar 4 di bawah. Inflamasi terjadi pada sistem
porta dan periporta dengan adanya infiltrasi limfosit (daerah kiri atas gambar
4) dan terjadi lobular disarray (daerah kanan bawah gambar 4). Didapatkan
juga adanya degenerasi ballooning hepatoselular yang prominen (cytoplasmic
vacuolization) (Martin dan Lemon, 2006).
13
Gambar 2.4 Potongan hepar dari pasien dengan hepatitis A akut dengan
pengecatan Hematoxylin-eosin (Martin dan Lemon, 2006)
Masa Ikterik: didahului dengan warna urin yang kecoklatan, sklera kuning,
kemudian diikuti oleh kuning di seluruh tubuh, puncak ikterus dalam 1-2
minggu, hepatomegali ringan disertai nyeri tekan pada abdomen bagian
kanan atas
Masa Penyembuhan: Ikterus mulai berkurang dan bisa hilang dalam 2-6
minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan, dan hepatomegali.
14
2.7 Diagnosis
Untuk mendiagnosis seseorang dengan infeksi hepatitis A, Maka perlu
kita temukan gejala-gejala seperti diuraikan diatas dan diikuti oleh
pemeriksaan laboratorium: urine bilirubin and urobilinogen, total dan direct
serum bilirubin, ALT and/or AST, alkaline phosphatase, prothrombin time,
15
total protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM Anti HAV, dan darah lengkap
(WHO, 2000).
Pemeriksaan Laboratorium
a. AST/ALT
Serum aminotransferases aspartate aminotransferase (AST) dan ALT
(sebelumnya dikenal sebagai SGOT and SGPT) menunjukan peningkatan
yang beragam selama fase prodromal dari masa akut infeksi virus hepatitis,
dan cenderung meningkat bersamaan dengan peningkatan bilirubin. Level
peningkatan enzim tidak selalu berhubungan dengan derajat kerusakan sel
liver.
Diagnosis hepatitis tanpa jaundice bisa ditegakan berdasarkan gejala
klinis dan peningkatan serum aminotransferase (Longo et al, 2012).
b. Bilirubin
Jaundice biasanya Nampak pada sclera atau kulit apabila serum
bilirubin >43 μmol/L (2.5 mg/dL), dan biasanya puncaknya pada 85–340
μmol/L (5–20 mg/dL).Bilirubin serum bisa meningkat lebih lanjut walaupun
sudah ada penurunan serum aminotransferase(Longo et al, 2012).
c. Limfosit
Pada kondisi infeksi hepatitis bisa terjadi Neutropenia dan lymphopenia
sementara dan diikuti oleh limfositosis yang relative.Limfositosis biasanya
meningkat antara 2-20% pada fase akut.Pengukuran Protrombin time (PT)
sangat penting pada pasien dengan infeksi hepatitis, karena menjadi refleksi
derajat kerusakan hepar, nekrosis hepatoselular dan mengindikasikan
prognosis yang buruk.Pemanjangan PT bisa saja terjadi walaupun hanya ada
sedikit peningkatan serum bilirubin dan aminotransferase(Longo et al, 2012).
16
d. Glukosa Darah
Mual dan muntah yang berkepanjangan, intake karbohidrat yang tidak
adekuat, serta cadangan glikogen hepar yang turun bisa menyebabkan kondisi
hipoglikemia pada pasien dengan inveksi virus hepatitis yang parah.Namun
tidak semua kondisi hipoglikemi adalah penyakit hepatitis(Longo et al,
2012).
e. IgG/IgM anti-HAV
Peningkatan γ globulin umumnya ditemukan pada fase akut infeksi
virus hepatitis,disertai peningkatan IgM dan IgG serum, namun peningktaan
IgM lebih merepresentasikan keberadaan infeksi akut pada hepatitis A(Longo
et al, 2012).
B. Leptospirosis
Gejala pada leptospirosis timbul mendadak ditandai dengan viral like
illness, yaitu demam disertai dengan menggigil, nyeri kepala dan mialgia,
ruam kulit, jaundice, mual, muntah dan pasien tampak lemah. Dapat dijumpai
hepatomegali, fotofobia dan kaku kuduk.
C. Yellow Fever
Gejala pada yellow fever mulai dari demam, nyeri otot, mual dan
muntah bewarna hitam, dan dapat berlanjut ke fase beracun/toksik yang terjadi
setelah itu, ditandai dengan kerusakan hati dengan jaundis/ikterik atau kulit
menjadi berwarna kuning, gagal ginjal, meningitis dan akhirnya dapat
mengakibatkan kematian perubahan warna pada kulit dan selaput lendir yang
17
2.9 Penatalaksanaan
Tirah baring pada saat gejala muncul adalah tindakan pertama yang
dilakukan, kemudian mobilisasi secara bertahap dilakukan apabila gejala
sudah mulai berkurang.Pada penderita anak-anak atau orang yang tua
seringkali harus dirawat di rumah sakit untuk dilakukan monitoring yang
ketat terhadap nutrisi dan cairan sehingga tidak sampai terjadi perburukan
dari penyakit (Nusi et al, 2007).
Antivirus tidak memberikan hasil baik terhadap hepatitis A, tidak
seperti antibiotik terhadap bakteri, oleh karena itu tindakan pencegahan
adalah yang terbaik dilakukan karena tidak ada pengobatan yang spesifik
untuk hepatitis. Terapi utama adalah terapi suportif dan menjaga
keseimbangan gizi tinggi kalori, tinggi protein (protein 1 g/kg, 30-35 kal/kg),
walaupun sulit memberikan asupan nutrisi pada pasien yang anoreksia dan
sering mual dan muntah. Untuk mengatasi mual dan muntah, bisa diberikan
obat-obatan prokinetik (metoklopramid, domperidon, cisapride). Apabila
asupan oral tidak mampu, maka bisa dipertimbangkan memberikan asupan
nutrisi parenteral. Pada pasien dengan hepatitis yang disertai dengan
kolestasis yang berat, perlu diberikan suplementasi vitamin K (Nusi et al,
2007).
Rujukan ke pusat kesehatan yang dapat melakukan transplantasi hati
dapat dilakukan pada kondisi fulminan hepatitis, meskipun sebenarnya sulit
mengidentifikasi pasien yang perlu mendapat transplantasi hati. (WHO,
2000).
18
2.10 Pencegahan
Penyebaran virus hepatitis A melalui rute fecal-oral, karenanya
kebersihan diri, kualitas sumber air yang baik dan kebiasaan membuang
limbah pada tempatnya dapat menurunkan prevalensi infeksi virus hepatitis
A. Dalam rumah tangga, higienitas dan sanitasi yang baik, termasuk selalu
mencuci tangan setelah buang air atau sebelum menyiapkan makanan adalah
penting untuk menurunkan resiko transmisi virus dari individual yang
terinfeksi sebelum dan sesudah klinis penyakitnya muncul. Perlindungan
sebelum paparan adalah dengan melakukan vaksinasi hepatitis A dan
pemberian IgG juga dianjurkan. Imunisasi seharusnya di prioritaskan
terhadap orang dengan resiko tinggi terserang hepatitis A. Bagi orang yang
telah terserang hepatitis A dan belum pernah imunisasi, dapat diberikan IG
yang dapat memodifikasi gejala dari infeksi. Imunisasi scara universal sukses
mengontrol hepatitis A, walaupun dengan biaya tinggi dan keterbatasan
ketersediaan vaksin. (WHO, 2000)
Untuk memberikan kekebalan terhadap hepatitis A, bisa diberikan
melalui imunisasi aktif maupun pasif:
a. Imunisasi Aktif
Vaksin hepatitis A yang di lisensi oleh Amerika adalah Vaqta dan
Havrix yang mengandung virus inaktif yang menggunakan keseluruhan
struktur virus yang ditumbuhkan dalam sel diploid fibroblas manusia. Ada
pula kombinasi virus hepatitis A dengan hepatitis B yaitu Twinrix. Virus
dimurnikan dan di inaktifkan dengan formalin dan diabsorbsi aluminium
hidroksida. Havrix dan twinrix ditambahkan 2-fenoksietanol sebagai
pengawet, dan Vaqta tanpa pengawet. Semua preparat vaksin hepatitis A
digunakan secara intramuscular injeksi. Selama 1 bulan setelah menerima
dosis awal vaksin hepatitis A, 97% anak dan remaja, 95% dewasa terbentuk
antibodi protektif, dengan pemberian dosis kedua 100% individu terlindungi
dari infeksi. (WHO,2000)
19
Dosis diberikan secara injeksi IM pada otot deltoid dan glutea. Pada anak
<2 tahun, injeksi diberikan pada anterolateral paha.
Diulang tiap 5 bulan jika terpapar HAV
2.11 Prognosis
Secara umum, pasien yang awalnya sehat, kemudian menderita
hepatitis A akan sembuh sempurna tanpa ada gejala sisa. Semakin tua usia
pasien dan disertai dengan penyakit lainnya cenderungakanan mengalami
masa infeksi yang lebih lama dan cenderung menderita hepatitis yang parah.
Adanya asites, edema perifer, dan gejala hepatic ensefalopati menunjukan
prognosis yang buruk. Ditambah lagi dengan adanya pemanjangan PT,
albumin serum yang rendah, hipoglikemia, dan serum bilirubin yang tinggi
22
2.12 Komplikasi
Sebagian kecil pasien dengan infeksi hepatitis A mengalami relaps
beberapa minggu sampai baberapa bulan setelah pulih dari infeksi akut.
Relaps ditandai dengan munculnya gejala awal dari infeksi hepatitis A dan
peningkatan dari aminotransferase, jaundice, dan ekskresi fecal dari HAV.
Walaupun gejala nampaknya berat, tapi infeksi virus hepatitis A adalah self
limiting disease yang bisa sembuh sendiri, tergantung dari daya tahan tubuh
masing-masing (Longo et al, 2012).
23
BAB III
PEMBAHASAN
Peta dunia adalah salah satu cara paling efektf untuk menyampaikan pesan
kesehatan masyarakat seperti merekomendasikan vaksinasi, namun membuat peta
yang berguna dan valid memerlukan pertimbangan matang.
Perubahan epidemiologi Virus Hepatitis A (HAV) di banyak wilayah dunia
meningkatkan kebutuhan akan peta distribusi penyakit hepatitis A. Hepatitis A
pada anak-anak biasanya besifat asimptomatik, sehingga daerah yang
berpenghasilan rendah memiliki tingkat kejadian yang tinggi pada penyakit ini. Di
daerah dengan pendapatan yang lebih tinggi, orang dewasa tetap rentan terhadap
virus tersebut, dan jika terinfeksi sering kali mengalami penyakit yang lebih
parah.
Penyakit ini biasanya terjadi di Negara-negara sumber daya dengan akses
terbatas terhadap sumber air utama dan sanitasi yang buruk. Kejadian luar biasa
Hepatitis A paling sering terjadi di Negara Asia, Afrika, dan Amerika.
County (or city) Total Cases County (or city) Total Cases
Macomb 210 Clinton 3
City of Detroit 161 Mecosta 2
Wayne 131 Saginaw 2
Oakland 99 Allegan 1
St. Clair 31 Clare 1
Washtenaw 15 Gratiot 1
Ingham 14 Hillsdale 1
Monroe 14 Huron 1
Genesee 11 Ionia 1
Isabella 8 Kent 1
Calhoun 6 Leelanau 1
Lapeer 6 Lenawee 1
Livingston 6 Newaygo 1
Sanilac 6 Schoolcraft 1
Shiawassee 5 Van Buren 1
Eaton 4 Other* 1
Grand Traverse 4
*Jackson Michigan Department of Corrections
Indicates counties with outbreak-associated cases that are not included in the
outbreak jurisdiction
Tabel 3.2 Kasus Hepatitis A dan Kematian dari tanggal 1 Agustus 2016 - 14
Februari 2018
Kasus Rawat Inap Kematian
751 609 25 (3,3)
25
Tabel 3.3 Kasus Hepatitis A dan Kematian di San Diego September 2017 -
Februari 2018
Kasus Kematian Rawat inap
580 20 (3,4) 398
26
Tabel 3.4 Kasus Hepatitis A di Utah dari 08 Mei 2017 – 01 Februari 2018
County (or city) Total Cases
Salt Lake County 121
Utah County 39
Bear River 5
Southwest Utah 3
Davis County 1
Central Utah 2
Tooele 2
Weber-Morgan 2
Wasatch 1
Dari tabel diatas, jumlah kasus hepatitis A dari bulan Mei 2017 –
Februari 2018 di Utah paling banyak terdapat pada Salt Lake County dengan
121 kasus.
Tabel 3.5 Kasus Hepatitis A dan Kematian di Utah 8 Mei 2017 – 01 Februari
2018
Kasus Kematian Rawat inap
176 0 86
27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Di Michigan kasus hepatitis A terbanyak terdapat pada kota Macomb yaitu
sebanyak 210 kasus dengan total kasus sampai dengan 14 Februari 2018
adalah sebanyak 751 kasus, dengan kematin 25 kasus, CFR 3,3%.
Indonesia pada tahun 2014 Hepatitis A paling banyak di Kaltim sebanyak
282 kasus.
2. Hepatitis A adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
hepatitis A yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita, biasanya melalui
makanan (fecal - oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.
3. Etiologi dari Hepatitis A adalah virus hepatitis A yang berasal dari genus
Hepatovirus dan dari family picornavirus. Secara global didapatkan sekitar
1,4 juta kasus baru infeksi virus hepatitis A pertahun (WHO, 2012). Di
Indonesia pada terutama di Kalimantan Timur (Kabupaten Paser Kec.
Batu) jumlah kasus 252. (Kemenkes RI, 2014).
4. Hepatitis A ditularkan melalui rute fecal-oral baik dari kontak orang ke
orang atau menelan makanan dan air yang terkontaminasi. Kemudian virus
masuk ke sistim gastrointestinal dan menyebabkan jaringan epitel. Virus
beriplikasi dan menyebar ke liver, kemudian masuk ke dalam empedu dan
kotoran serta sedikit ke aliran darah.
5. Secara umum, perjalanan klinis hepatitis A akan memiliki 4 tahap, antara
lain Masa Inkubasi: 15-45 hari. Masa prodromal: lesu/lemah, panas, mual
muntah, anoreksia, dan nyeri di perut kanan bawah. Masa Ikterik: warna
urin yang kecoklatan, sklera kuning, kemudian diikuti oleh kuning di
seluruh tubuh, hepatomegali, disertai nyeri tekan pada abdomen bagian
kanan atas. Masa Penyembuhan: Ikterus mulai berkurang dan bisa hilang
dalam 2-6 minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan, dan
hepatomegali.
6. Untuk mendiagnosis seseorang dengan infeksi hepatitis A, maka perlu kita
temukan gejala-gejala seperti diuraikan diatas dan diikuti oleh
31
4.2 Saran
4.2.1 Untuk KKP
1. Agar KKP lebih mensosialisasikan tentang hepatitis A dan
menginformasikan kepada orang yang hendak melakukan perjalanan
ke daerah endemis Hepatitis A.