Anda di halaman 1dari 4

BERSAHUR DAN BERIFTHOR

(BERBUKA) MENURUT TUNTUNAN


ROSULULLAH
oleh mahad · ٢٤ ١٤٢٧ ‫شعبان‬

Prosesi sahur dan ifthor merupakan dua prosesi yang cukup berarti dalam keberlangsungan
shaum seseorang. Ia tidak hanya sekedar makan dan minum, namun ia justru sebagai ibadah
yang membedakan antara kita (kaum muslimin) dengan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nashoro).
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh shahabat Amr bin Ash bahwa Rosulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
َّ ‫ب أ َ ْكلَة ال‬
‫س َحر‬ ِ ‫صيَ ِام أ َ ْه ِل اْل ِكتا‬
ِ ‫امنَا َو‬
ِ َ‫صي‬ ْ َ‫ف‬
ِ َ‫ص ُل َما بَيْن‬
“Pembeda antara shaumnya kita dengan shaumnya Ahlul Kitab (adalah) adanya makan sahur.”
(H.R Muslim)
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Shahabat Abu Hurairah bahwa Rosulullah ? bersabda :
‫ارى ي َُؤ ِخ ُرون‬ ْ ‫اس ال ِف‬
َ َّ‫ط َر ِألََ ََ َّن ال َي ُهودَ َو الن‬
َ ‫ص‬ َ ُ‫الد ْين‬
ُ َّ‫ظاه ًِرا َما َع َّج َل الن‬ ِ ‫الَ َيزَ ا ُل‬
“Akan terus Islam ini jaya selama kaum muslimin masih menyegerakan berbuka (ifthor), karena
sesungguhnya kaum Yahudi dan Nashoro selalu menundanya.” (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah,
Ibnu Khuzaimah, dan Al-Hakim. Dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shohih Sunan
Abi Dawud no. 2353 dan Shohih Targhib no. 1075)

I. Tuntunan Rosulullah ? Dalam Bersahur


Perlu kita ketahui bahwa makan sahur adalah sesuatu yang disunnahkan dan terdapat padanya
barokah yang banyak sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik bahwa Rosulullah ? bersabda:
ً‫ور بَ َر َكة‬ َّ ‫س َّح ُروا فَإ ِ َّن فِي ال‬
ِ ‫س ُح‬ َ َ‫ت‬
“Bersahurlah kalian karena sesungguhnya pada makan sahur ada barokah.” (H.R. Al-Bukhari
Muslim)
Di antara barokah yang terdapat pada makan sahur adalah :
1. Ittiba’ As-Sunnah (mengikuti jejak Rosulullah ?),
2. Membedakan diri dengan Ahlul Kitab,
3. Memperkuat diri dalam ibadah,
4. Mencegah timbulnya akhlak yang jelek seperti marah dan lainnya dikarenakan rasa lapar,
5. Membantu seseorang untuk bangun malam dalam rangka berdzikir, berdo’a serta shalat di
waktu yang mustajab,
6. Membantu seseorang untuk niat shaum bagi yang lupa berniat sebelum tidur.

Barokah-barokah tersebut ada yang bersifat kebaikan duniawi dan ada yang bersifat kebaikan
ukhrawi, sebagaimana yang di simpulkan oleh Al Imam Ibnu Daqiq Al-‘Id. (Fathul Baari
Kitabush Shaum Bab 20 Hadits no. 1923)

1. Mengakhirkan Sahur dan Jarak (Waktu) antara Sahur dengan Sholat Shubuh
Mengakhirkan sahur termasuk sunnah Rosulullah ? . Hal ini tentunya sangat berbeda dengan
kebiasaan kebanyakan kaum muslimin yang mendahulukan waktu sahur jauh dari fajar shodiq
(fajar kedua, pertanda datangnya waktu sholat shubuh). Shahabat Anas bin Malik ? dan Zaid bin
Tsabit ? berkata :
‫ قَد َْر َخ ْم ِسيْنَ آيَــة‬: ‫ور ؟ قال‬
ِ ‫س ُح‬
َّ ‫األذان َوال‬
ِ َ‫ ك ْم كانَ بَيْن‬: ُ‫صالةِ قُ ْلت‬ َ َ‫س َّح ْرنَا َم َع النَّبِي ? ث ُ َّم ق‬
َّ ‫ام إلى ال‬ َ َ‫ت‬

“Kami makan sahur bersama Nabi ? kemudian beliau berdiri untuk shalat shubuh, saya (Anas bin
Malik) bertanya kepadanya: berapa jarak antara adzan dengan sahur? beliau menjawab: kurang
lebih sepanjang bacaan lima puluh ayat.” (H.R. Al Bukhori – Muslim)
2. Bersahur dengan Tamr ( Kurma )
Sebaiknya dalam hidangan sahur terdapat tamr karena Nabi ? bersabda :
‫س ُح ْو ُر ال ُمؤْ ِم ِن الت َّ ْم ُر‬
َ ‫نِ ْع َم‬
“Sebaik-baik makanan sahur seorang mu’min adalah tamr”. (H.R. Abu Dawud , Ibnu Hibban,
dan Al Baihaqi. Dan dishohihkan oleh Al Albani dalam Ash Shohihah no. 562)

B. Tuntunan Rosulullah ? dalam Berifthor


1. Kapan Diperbolehkan Berifthor
Al-ifthor boleh dilakukan bila telah datang malam sebagaimana firman Allah ?:
?‫ام إلَى اللَّ ْي ِل‬
َ ‫الص َي‬ ِ ‫?ث ُ َّم أ َ ِت ُّموا‬
“kemudian sempurnakanlah shaum sampai malam hari.” (QS. Al Baqarah: 182)
Yang mana ayat ini telah ditafsirkan oleh Rosulullah ? bahwa hal itu terjadi apabila telah muncul
kegelapan malam dan telah hilang cahaya siang serta tenggelamnya matahari, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh shahabat Umar bin Al Khothob ? bahwa Rosulullah ? bersabda:
‫صائِ ُم‬َّ ‫ط َر ال‬َ ‫س فَقَ ْد أَ ْف‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫ت ال‬ِ َ‫ار ِم ْن هـ ُهنـَا َوغَاب‬ُ ‫إَذَا أ َ ْقبَ َل اللَّ ْي ُل ِم ْن ه ُهنَا َو أدْبَ َر النـ َّ َه‬
“Jika telah muncul kegelapan malam dari arah sini (yakni timur) dan telah pergi cahaya siang
dari arah sini (yakni barat) dan telah terbenam matahari maka telah diperbolehkan al-ifthar bagi
orang yang shaum.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dan juga hadits Abdullah bin Abu Aufa ? berkata: ‫ت‬ ِ ‫ضانَ فَل َّما غَا َب‬ َ ‫سفَ ٍر فِي‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ َ ‫سو ِل هللاِ ? ِفي‬ َ ََ‫كنَّا َم‬
ُ ‫ع َر‬
‫ب النَّبِي صلى‬ َ ‫ارا قال اِ ْن ِز ْل فَاجْ دَ ْح لَنَا فَنَزَ َل فَ َجد َ َح فَأتَاهُ بِ ِه فَش َِر‬ ً ‫إن َعلَيْكَ نـ َ َه‬ َّ ِ‫سو َل هللا‬ ُ ‫س قال يَا فُالنُ اِ ْن ِز ْل فَا ْجدَحْ لَنَا قال يَا َر‬ َّ ‫ال‬
ُ ‫ش ْم‬
‫صا ِئ ُم‬ َ ‫ال‬ ‫طر‬
َ ‫ف‬ْ ‫أ‬ ْ ‫د‬ َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫نـ‬
َ ُ‫ه‬‫ه‬َ ‫ن‬ْ ‫م‬ ُ
‫ل‬ ‫ي‬
ْ ‫ـ‬ ‫الل‬
ِ َّ َ َ َ ُ ‫ء‬‫ا‬ ‫ج‬ ‫و‬ َ ‫ا‬ ‫ن‬‫ه‬ ‫ه‬
َ ْ
‫ن‬ ‫م‬ِ ُ ْ‫س‬ ‫م‬ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ت‬
ِ ‫ب‬
َ ‫َا‬ ‫غ‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ ‫إ‬
ِ : ‫ه‬
ِ ‫د‬
ِ ‫ي‬
َِ ‫ب‬ ‫قال‬ ‫م‬
َّ ُ ‫ث‬ ‫سلم‬ ‫و‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬
“Kami bersama Rosulullah ? di dalam sebuah perjalan di bulan Ramadhan, ketika matahari telah
terbenam, beliau berkata (kepada salah seorang shahabatnya): Wahai fulan turunlah (dari
kendaraanmu) dan siapkan makanan untuk kami. Shahabat tadi Berkata: Wahai Rosulullah
sesungguhnya engkau masih di siang hari. Berkata Rosulullah ? turunlah dan siapkan makan
untuk kami! Kemudian orang tersebut turun lalu mempersiapkan makanan dan
menghidangkannya kepada Rosulullah ?, beliau pun kemudian minum seraya berkata sambil
menunjuk dengan tangannya: Jika telah tenggelam matahari dari arah sini (barat) dan telah
muncul kegelapan malam dari arah sini (timur) maka telah boleh berbuka bagi orang yang
shaum.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

2. Dengan Makanan Apa Seorang Berifthor?


Sebaiknya bagi seorang yang shaum agar berifthor (berbuka) dengan ruthob (kurma setengah
matang), kalau tidak mendapatkannya boleh dengan tamr (kurma yang masak), kalau tidak ada
boleh dengan air, sebagaimana dalam hadits Anas bin Malik, bahwasanya beliau bersabda:
ٍ‫ت ِم ْن َماء‬
ٍ ‫س َوا‬
َ ‫سا َح‬ ٍ ‫فإن لَ ْم يَكـ ُ ْن ت َ َم َرا‬
َ ‫ت َح‬ ْ ‫ت‬ ٍ ‫إن لَ ْم يَ ُك ْن فَ َعلَى ت َ َم َرا‬
ْ َ‫ي ف‬
َ ‫ص ِل‬
َ ُ‫أن ي‬ ٍ ‫سو ُل هللاِ يُ ْف ِط ُر َعلى ُرطبَا‬
ْ ‫ت قَ ْب َل‬ ُ ‫َكانَ َر‬
“Bahwasanya Rosulullah ? dahulu berbuka (berifthor) dengan beberapa ruthob, jika tidak
mendapatinya maka dengan kurma yang sudah matang, kalau tidak mendapatinya maka dengan
meneguk air beberapa tegukan.” (H.R. Abu Dawud, At Tirmidzi, Al-Hakim, dan selainnya.
Dishohihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shohih Sunan Abu Dawud hadits no. 2356 dan
Shohih Sunan At Tirmidzi hadits no. 696)

3. Doa Ketika Berifthor


Telah disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al Hakim dari
shahabat Abdullah bin ‘Umar bahwa Rosulullah ? bila berifthor mengucapkan:
ُ ‫وق َوثَبَتَ اْألَجْ ُر إِ ْن شَا َء هللا‬
ُ ‫ت اْلعُ ُر‬ ِ ‫ظ َمأ ُ َوا ْبت َل‬
َّ ‫َب ال‬
َ ‫ذَه‬
“Telah hilang dahaga, telah basah urat-urat dan tercatatlah al-ajr (balasannya) insya Allah.
(Hadits ini dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud (no.2357).
Namun Asy Syaikh Muqbil berpendapat bahwa hadits tersebut lemah sebagaimana dalam
kitabnya Tatabbu’ Auham Al Hakim Jilid I hal.583 (no.1536). Maka silahkan para pembaca
memilih salah satu pendapat tersebut).
4. Menyegerakan Berifthor
Menyegerakan berifthor merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Rosulullah ? dan
dicontohkannya sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Abu Aufa yang telah lalu. Dan hadits
Sahl bin Sa’d bahwa Rosulullah ? bersabda:
َ ‫اس ِب َخي ٍْر َما َع َّجلُوا ال ِف‬
‫طر‬ ُ َّ‫الَ َيزَ ا ُل الن‬
“Tidaklah henti-hentinya kaum muslimin berada dalam kebaikan (kemuliaan) selama mereka
masih menyegerakan al-ifthor.” (H.R Al Bukhori – Muslim)

Penundaan al-ifthor merupakan kebiasaan kaum Syi’ah, yang mana mereka selalu menunggu
munculnya bintang-bintang di langit dan ini menyelisihi sunnah Rosulullah ? sebagaimana hadits
Sahl bin Sa’d, berkata Rosulullah ?:
َ ‫ط ِرهَا النُّ ُج‬
‫وم‬ ُ ‫الَ ت َزَ ا ُل أ ُ َّمتِي َعلَى‬
ْ ‫سنَّتِي َما لَ ْم ت َ ْنت َِظ ْر بِ ِف‬
“Tidak henti-hentinya umatku di atas sunnahku selama mereka tidak menunda ifthornya sampai
munculnya bintang-bintang.” (H.R. Ibnu Hibban)
Hal ini sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Daqiq Al-Id dalam Fathul Bari jilid 4 hadits no.
1957.

Tanya – Jawab Soal:


Kapan waktu akhir makan sahur dan bagaimanakah imsak menurut syariat Islam ?
Jawab:
Waktu terakhir untuk makan sahur telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yaitu
dengan terbit dan jelasnya fajar shodiq (fajar kedua, pertanda datangnya waktu shubuh )
sebagaimana firman Allah ? :
?‫ض ِمنَ ال َخي ِْط األس َْو ِد ِمنَ الفـَجْ ِر‬ ُ َ‫ط األ ْبي‬ُ ‫? َوكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَك ُم ال َخ ْي‬
“Silahkan kalian makan dan minum sampai nampak dengan jelas cahaya fajar.” (Q.S. Al-
Baqoroh : 187)
Sebagaimana pula dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, berkata :
‫وم فَإنَّهُ ال ي َُؤذنُ َحتَّى َيطلُ َع الفَجْ ُر‬
ٍ ُ ‫سو ُل هللاِ ? ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى ي َُؤذنَ اِ ْبنُ ِأم َمكت‬ ُ ‫إن بالَالً َكانَ ي َُؤذنُ بِلَ ْي ٍل فَقَا َل َر‬
َّ
“Sesungguhnya Bilal beradzan pada waktu malam hari, maka berkata Rosulullah ?: Silahkan
kalian makan dan minum sampai Ibnu Ummi Maktum beradzan, sesungguhnya dia tidak
beradzan kecuali setelah terbit fajar.” (H.R Al Bukhori )
Demikian pula hadits Sahl bin Sa’d ?, beliau berkata:
ِ‫سو ِل هللا‬
ُ ‫س ُجودَ َم َع َر‬
ُّ ‫أن أد ِْركَ ال‬ ُ َ‫س َّح ُرفِي أ َ ْه ِلي ث ُ َّم ت َ ُكون‬
ْ ‫س ْر َعتِي‬ َ َ ‫? ُك ْنتُ أَت‬
“Aku pernah makan sahur bersama keluargaku kemudian aku bersegera untuk mendapatkan
sujud bersama Rosulullah ?.”. (H.R Al Bukhori)
Berdasarkan dalil-dalil dan penjelasan di atas, maka imsak tidak ada tuntunannya dari Rosulullah
?, sehingga walaupun pengumuman imsak telah dikumandangkan , sedangkan fajar shodiq (fajar
kedua, pertanda datangnya waktu shubuh ) belum tampak, maka masih di perbolehkan bagi
kaum muslimin untuk makan sahur.
Wallohu a’lam bish – showab

Anda mungkin juga menyukai