Anda di halaman 1dari 116

PENGARUH SENAM UNTUK MENCEGAH NYERI PINGGANG

TERHADAP FLEKSIBILITAS LUMBAL PADA LANSIA DI


ORGANISASI WANITA ISLAM KELURAHAN SRIWEDARI
KECAMATAN LAWEYAN
KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi

Disusun Oleh:

HAMIF PUTRI RATNAWATI


J 110 050 033

PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
PERSETUJUAN UJIAN SIDANG SKRIPSI

PENGARUH SENAM UNTUK MENCEGAH NYERI PINGGANG


TERHADAP FLEKSIBILITAS LUMBAL PADA LANSIA DI
ORGANISASI WANITA ISLAM KELURAHAN SRIWEDARI
KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA.

Skiripsi Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dalam Ujian Skripsi


Program Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh :

Nama : HANIF PUTRI RATNAWATI


NIM : J110050033

Pembimbing I Pembimbing II

Umi Budi Rahayu, S.St.Ft, S.Pd, M. Kes Isnaeni Herawati, S.St.Ft, S.Pd.
HALAMAN PERSEMBAHAN

Selama 4 Tahun perjuangan bersama di fakultas kesehatan Fisioterapi D.4,


Universitas Muhammadiyah Surakarta, Semua aku rasa bermakna dan
memberikan pelajaran yang begitu banyak dalam hidupku. Tak banyak kata dan
rasa yang bisa aku ungkapkan dalam halaman persembahan ini namun orang-
orang yang aku sebutkan dalam halaman persembahan ini, merupakan bagian
dalam hidupku yang begitu berharga.
Maka skripsi ini aku persembahkan kepada :

Allah SWT yang selalu menyertaiku, Ya Allah terimakasih kau selalu


mendengarkan do’akuw, memudahkan study hingga berakhirnya skripsiku ini
dan atas rahmat dan hidayahmu padaku.

Ibu Hj Dra. Munzayanah, Yang telah aku anggap sebagai ibuku sendiri
yang telah merawat, menjaga, dan mendidikku dari kecil hingga aku deweasa.
Terimakasih atas semua yang telah engkau berikan kepadaku selama ini, dan
dengan skripsi ini mungkin dapat menjawab sedikit harapanmuw selama ini
padakuw.
Kedua Orang Tuaku Ibu Siti Istiati dan bapak Marno. Terimakasih atas
do’a yang selalu engkau panjatkan kepadaku hingga terselesaikannya skripsi ini.
Aku belum dapat memberikan sesuatu yang berharga buat kalian. Tapi dengan
skripsi ini aku berharap dapat memberikan sedikit kebahagiaan d hati kalian.

Kakakuw Wahyuni Susiloningsih, S.Sos. Terima kasih telah menjadi kakak


yang begitu baik untukku. Membantu dalam proses berjalannya skripsiku dari
awal hingga akhir. Makasih ya mbak.Sus…dan Adik Perempuanku
Dhamar Yulistyasari, Dengan skripsi ini akuw berharap dapat memberikan
dorongan untukmu agar dapat belajar dengan baik segera menyelesaikan
studymuw di sana…do’aku selalu memyertai kalian…

Serta keluarga besarku di Solo, Lampung Dan Jakarta Semoga Skripsi


ini dapat menjadi jawaban atas dukungan dan do’a yang selama ini kalian
berikan untukku..
Special thank’s for :
Gembul binti Pramono…trimakasih karena selalu ada buat aku, mendukung,
dan membantuku hingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini…dan semoga 5 tahun
perjalanan yang telah kita lalui bersama kan lebih bermakna dan berarti di hari
esok…

Sahabat-sahabat terbaikkuw yang telah melalui susah, senang, kehujanan,


kepanasan, dan kedinginan bersama-sama DWI INDAH
VERAWATI, ALFINA SHOFIA, SUSI,
LISA, WIWIK dan seseorang yang masih kuanggap sahabat
..terimakasih, kalian telah memberikan pelajaran hidup yang paling berarti
bagiku…begitu banyak hal yang telah kita lalui bersama selama ini…4 tahun lebih
kebersamaan kita…dan setelah ini smua mungkin kan berubah…namun memori
tentang kebersamaan kita selama ini akan terus membekas di hati maupun
ingatanku…

Teman-teman satu perjuangan selama praktek 9bulan.......ICHA’,


NINA, DONI, SYIFA.....terimakasih telah hadir dan
memberikan warna baru dalam hidupku…. Jogja, Solo, Semarang,
Magelang, Sragen,di kota-kota itulah saksi perjuangan kita dulu…dan kini
kita harus melanjutkan perjuangan hidup kita masing-masing...
Teman-Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi dan teman-teman
angkatan 2005…yang membantu dan saling mendukung agar cepat
terselesaikannya skripsi ini...

Dan juga Sahabat-Sahabat terbaikku di rumah Cindy, bude.kris, doni, oky,


anyo, dan tak lupa Alm. Mariyana…

Thank’s for all…..^^


MOTTO

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada
menjaga lidah.
Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik
daripada takwa.
Akuw merenungkan segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik
dari pada memberikan nasihat baik.
Aku mencari segala bentuk rezki, tetapi tidak mendapatkan rezki yang lebih baik daripada
sabar.
( khalifah umar )

Orang besar bukan orang yang otaknya sempurna, tetapi orang yang mengambil sebaik-
baiknya dari otak yang tidak sempurna.
( Mary Mccarty )

Dua hal yang membangkitkan ketakjuban saya, yaitu langit yang bertabur bintang di atas,
dan alam semesta yang penuh hikmah di dalamnya.
( Einstein )

Jadilah manusia yang pada kelahirannya semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya
kamu sendiri yang menangis. Dan pada kematianmu semua orang menagis sedih, tetapi
hanya kamu sendiri yang tersenyum.
( Mahatma Gandhi )

Jangan hina pribadi anda dengan kepalsuan. Karena dialah mutiara diri anda yang
tidak ternilai .
( Heather Pryor ).

Bersyukurlah jika anda sudah d level terendah dalam hidupmu, karena tidak ada pilihan
lain selain untuk naik.
( Mario Teguh )
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “ Pengaruh Senam Untuk Mencegah Nyeri Pinggang

Terhadap Fleksibilitas Lumbal Pada Lansia Di Organisasi Wanita Islam

Kelurahan Sriwedari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta”.

Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan skripsi ini tidak luput

dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan

segala kerendahan hati tidak lupa penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadji, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Arif Widodo, A. Kep. M. Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Soetjipto, DSR, selaku Guru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

4. Ibu Umi Budi Rahayu, S. ST. Ft, S. Pd, M. Kes, selaku Ketua Progdi D4

Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5. Ibu Umi Budirahayu, S. ST. Ft, S. Pd, M. Kes selaku Pembimbing I, Ibu

Isnaeni Herawati, S. ST. Ft, S. Pd. selaku Pembimbing II, dan Bapak Andry

Ariyanto S. ST. Ft selaku Penguji I. Beliau-beliau yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya serta memberikan masukan kepada penulis.


6. Segenap dosen-dosen pengajar Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

7. Bapak dan Ibu serta adik dan kakaku tersayang yang telah memberikan

dukungan do’a dan kasih sayang serta dorongan yang tiada henti untuk

penulis.

8. Semua kaprodi Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, yang telah meluangkan

waktunya dan terima kasih untuk kerja samanya hingga skripsi ini selesai.

9. Rekan-rekan seperjuangan, senasib dan sepenanggungan terutama sahabat-

sahabat Program Studi Diploma IV Fisioterapi Angkatan 2005.

10. Sahabat-sahabat ku, yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan

serta dukungan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Success For All. .

Amin.

11. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan tidak dapat

penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan penulis mohon minta maaf bila dalam pembuatan skripsi ini

terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik

sangat penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis
DEKLARASI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri

dan sepanjang sepengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau

ditulis orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan

penyelesaian studi di Universitas lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang

telah dinyatakan dalam teks.

Dan apabila skripsi ini merupakan jiplakan dan atau penelitian karya

ilmiah orang lain, maka saya siap menerima sanksi baik secara akademis maupun

hukum.

Surakarta, Februari 2010

Hanif Putri Ratnawati


ABSTRAK

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, FEBRUARI 2010

HANIF PUTRI RATNAWATI J 110 050 033


“PENGARUH SENAM UNTUK MENCEGAH NYERI PINGGANG
TERHADAP FLEKSIBILITAS LUMBAL PADA LANSIA DI
ORGANISASI WANITA ISLAM KELURAHAN SRIWEDARI
KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA”
(Dibimbing oleh : Umi Budi R, SST.Ft, S.Pd, M. Kes dan Isnaeni Herawati,
SST.Ft, S.Pd.)

Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang berkembang dari
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lansia bukan merupakan suatu
penyakit tetapi merupakan tahap lanjut dari dari proses kahidupan yang ditandai
oleh penurunan kemampuan tubuh. Salah satu akibat dari penurunan kemampuan
tubuh yaitu perubahan kemampuan otot maupun pada daerah persendian, terutama
sering di jumpai pada daerah pinggang (Lumbal) dimana terjadi penurunan
elastisitas dan fleksibilitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam untuk
mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia.
Tempat penelitian dilaksanakan di Organisasi Wanita Islam Kelurahan
Sriwedari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta selama 4 minggu.
Metode penelitian adalah metode eksperimen semu dengan desain
penelitian pre and post test desaign. Sampel terdiri dari 44 responden dari 120
jumlah populasi lansia yang ada. dengan penarikan responden dengan metode
purposive sampling. Untuk mengetahui pengaruh senam untuk mencegah nyeri
pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia menggunakan Wilcoxon Signed
Ranks Test dan Mann Whitney.
Dari hasil pengujian, diambil kesimpulan dari penelitian adalah ada
pengaruh senam untuk mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal
pada lansia (P= 0,000). Dengan demikian terjadi penambahan fleksibilitas lumbal
pada lansia.

Kata kunci : senam pencegahan nyeri pinggang, fleksibilitas lumbal, lansia,


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

PERSETUJUAN SKRIPSI ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv

HALAMAN SPECIAL THANK................................................................ vi

HALAMAN MOTTO ............................................................................. viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

DEKLARASI ........................................................................................... xi

ABSTRAK .............................................................................................. xii

DAFTAR ISI ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

DAFTAR TABEL .................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii

DAFTAR GRAFIK .................................................................................. . .xix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah.................................................................. 8

D. Perumusan Masalah ................................................................... 8

E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9


BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS ..................................... 10

A. Deskripsi Teori ........................................................................ 10

1. Menua Dan Teori Menua ................................................... 10

2. Pengertian Lansia (Lanjut Usia) ......................................... 13

3. Perubahan Fisiologis Usia Lanjut ....................................... 14

4. Senam ... ............................................................................ 17

5. Fleksibilitas Sendi ............................................................. 30

6. Lumbal ............................................................................. 32

7. Anatomi Terapan dan Biomekanika Lumbal ....................... 33

8. Pengukuran Fleksibilitas Lumbal ......................................... 41

9. Pengaruh Senam Terhadap Fleksibilitas Lumbal .................43

B. Kerangka Berpikir ................................................................... 46

C. Kerangka Konsep ................................................................ ...47

D. Hipotesis .............................................................................. ..47

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ ... 48

A. Rancangan Penelitian ............................................................. .48

B. Lokasi Penelitian .................................................................... 49

C. Waktu Penelitian .................................................................... 49

D. Populasi dan Subyek Penelitian ............................................... 49

1. Populasi ............................................................................. 49

2. Subyek Penelitian ............................................................. 50

E. Definisi Konseptual ................................................................. 51

1. Senam Untuk Mencegah Nyeri Pinggang ........................... 51


2. Fleksibilitas Lumbal ............................................................. 51

F. Definisi Operasional… .............................................................. 51

G. Variabel Penelitian ................................................................... 52

1. Variabel independen ............................................................ 52

2. Variabel dependen ............................................................... 52

H. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 52

I. Analisa Data.. ............................................................................ 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 56

A. Deskripsi Subyek Penelitian. .................................................... 56

B. Deskripsi Karakteristik Subyek Penelitian ................................. 56

C. Analisa Data........................................................................ ........ 60

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 63

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 65

A. Gambaran Umum Responden .................................................... 65

B. Hubungan Senam Untuk Mencegah Nyeri Pinggang Terhadap

Fleksibilitas Lumbal .................................................................. 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 71

A. Kesimpulan ............................................................................... 71

B. Implikasi............................................................................ .......... 72

C. Saran.......................................................................................... ... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Otot Paravertebra Lapisan Superfisial ........................................ 38

Gambar 2.2 Otot Paravertebra Lapisan Intermediate ....................................... 39

Gambar 2.3 Otot Abdominal ........................................................................... 39

Gambar 2.4 Otot Abdominal ........................................................................... 40

Gambar 2.5 Sendi Lumbal .............................................................................. 40

Gambar 2.6 Pengukuran Schober ..................................................................... 42

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir............................................................................. 46

Gambar 2.8 Kerangka Konsep.............................................................................. 47

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian.................................................................... . 48


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Otot-otot Penggerak Vertebrae Lumbalis .................................. 41

Tabel 2.2 Kriteria Pengukuran Fleksibilitas Lumbal... .............................. 43

Tabel 4.1 Karakteristik Usia Subyek Penelitian ....................................... 57

Tabel 4.2 Karakteristik Tinggi Badan Subyek Penelitian .......................... 58

Tabel 4.3 Karakteristik Berat Badan Subyek Penelitian ............................ 59

Tabel 4.4 Deskriptif Data Tes Shcober Variabel Perlakuan....................... 60

Tabel 4.5 Deskriptif Data Tes Shcober Variabel Kontrol .......................... 60

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Homogenitas .................................................. 61

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Hipotesis Schober Test 1 dan Schober Test 2

Pada Kelompok Perlakuan ........................................................ 62

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis Schober Test 1 dan Schober Test 2

Pada Kelompok Kontrol .......................................................... 63

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipótesis ......................................................... 63


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Persetujuan (inform concern)

Lampiran 2 : Lembar Pengamatan

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 5 : Data Induk Penelitian

Lampiran 6 : Data Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol

Lampiran7 : Data Uji Beda Pengaruh Mann-Whitney Test

Lampiran 8 : Data Uji One Sample Kolmogorov Smirnov Test

Lampiran 9 : Data Uji Homogenitas Kelompok Perlakuan dan Kelompok

Kontrol

Lampiran 10 : Dokumentasi

Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup


DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Usia Responden Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol ................................................................... 57

Grafik 4.2 Grafik Tinggi Badan Responden Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol ................................................................... 58

Grafik 4.3 Grafik Berat Badan Responden Kelompok Perlakuan dan

Kelompok Kontrol .................................................................. 59


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dibidang kesehatan dan kesejahteraan berdampak pada

peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1995 usia harapan hidup bangsa

Indonesia 64,15 tahun, tahun 2000 meningkat menjadi 68 tahun dan

diperkirakan akan meningkat lagi di tahun-tahun mendatang. Keadaan ini

menyebabkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) bertambah. Penduduk

lansia menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 1998

tentang kesejahteraan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia

60 (enam puluh) tahun ke atas (Hardywinoto & Setiabudi, 1999).

Pada tahun 2000, dua di antara tiga lansia di seluruh dunia yang

berjumlah 600 juta, akan hidup dan bertempat tinggal di negara-negara sedang

berkembang. Angka pertumbuhan lansia mencapai 2,5 persen per tahun, lebih

besar dari angka pertumbuhan populasi dunia yang hanya 1,7 persen per

tahun. Hingga 30 tahun mendatang diperkirakan akan terjadi ledakan

penduduk usia lanjut mencapai 200-400 persen. Sementara kenaikan populasi

penduduk usia lanjut di Indonesia antara tahun 1990 dan 2025 akan mencapai

414 persen dari 32 juta orang pada tahun 2002 (Kinsella dan Taeuber dalam

Darmojo, 2003). Dari data ini dapat diketahui bahwa negara-negara

berkembang termasuk juga negara Indonesia akan banyak dipenuhi oleh


lansia. Dengan demikian, permasalahan yang terjadi juga akan semakin

bertambah.

Menua (aging) adalah suatu proses menghilang secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Costantinides, 1994 cit. Darmojo & Martono, 2004). Lansia atau lanjut usia

adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang berkembang dari anak-anak,

dewasa dan akhirnya menjadi tua. Lansia bukan merupakan suatu penyakit

tetapi merupakan tahap lanjut dari dari proses kahidupan yang ditandai oleh

penurunan kemampuan tubuh. Salah satu akibat dari penurunan kemampuan

tubuh yaitu perubahan kemampuan otot dimana terjadi penurunan elastisitas

dan fleksibilitas otot (Pujiastuti, 2003).

Sedangkan menurut Aswin (2003), Lanjut usia adalah orang yang

sistem-sistem biologisnya mengalami perubahan-perubahan struktur dan

fungsi dikarenakan usianya yang sudah lanjut. Perubahan ini dapat

berlangsung mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat

terjadi sangat nyata dan berakibat ketidakmampuan total. Menua dalam proses

menua biologis adalah proses terkait waktu yang berkesinambungan dan pada

umumnya mencerminkan umur kronologis namun sangat bervariasi dan

bersifat individual, dengan perubahan yang dapat berlangsung mulus sehingga

tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata dan

berakibat ketidakmampuan total.


Pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi cairan sinovial

pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi lebih tipis dan

ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan lingkup garak sendi

(LGS), sehingga mengurangi gerakan persendian. Adanya keterbatasan

pergerakan dan berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah kondisi

tersebut (Tortora & Grabowski, 2003). Penurunan kemampuan

muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik (physical activity) dan

latihan (exercise), sehingga akan mempengaruhi lansia dalam melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living atau ADL) (Wold, 1999).

Fleksibilitas otot adalah kemampuan maksimum otot untuk

menggerakkan sendi dalam jangkauan gerakan (Doewes, 2003). Tidak

fleksibilitasnya otot dapat mengakibatkan terbatasnya lingkup gerak sendi

(LGS) yang diakibatkan oleh adanya kekakuan otot dan tendon sehingga

menyebabkan kontraktur sendi. kelenturan daerah punggung sering

menyebabkan penurunan aktifitas hidup sehari-hari dan menyebabkan

timbulnya penyakit punggung kronik pada bagian bawah. Tingkat kelenturan

yang adekuat akan meningkatkan kemampuan fungsional individu

(membungkuk dan berputar) dan mengurangi kemungkinan cidera (resiko

ketegangan otot dan masalah punggung bawah). Parameter ini tergantung pada

sejumlah variabel yang spesifik termasuk distensibilitas kapsul sendi, suhu

otot dan disamping itu keketatan jaringan seperti ligamentum, tendon

memenuhi kelenturan.
Fleksibilitas sendi wanita berusia 50 tahun ke atas dapat ditingkatkan

dengan senam Tai Chi (Susanto, 2000). Latihan peregangan statik (static

stretching) pada usia dewasa juga dapat meningkatkan fleksibilitas sendi

(Bandi et, all. 1997). Kekuatan otot lansia tidak terlatih dapat ditingkatkan

dengan senam bugar lansia (Budiharjo, 2003). Menurut Kusumastuti (2000),

latihan pada lansia dapat meningkatkan fleksibilitas lumbal, lutut, kekuatan

otot tungkai bawah, dan kemampuan berdiri pada satu kaki.

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut

(Santosa, 1994). Senam disamping memiliki dampak positif terhadap

peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan

imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Depkes, 2003). Tingkat

kebugaran dievaluasi dengan memeriksa kecepatan denyut jantung pada saat

istirahat. Jadi supaya menjadi lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu

istirahat harus menurun (Powell, 2000). Sedangkan menurut kriteria kecepatan

denyut jantung untuk ukuran normal adalah antara 60 hingga 100 kali per

menit (Yuniadi, 2006).

Senam yang diberikan kepada para lansia di Organisasi wanita Islam

dalam penelitian ini adalah senam pencegahan nyeri pinggang yang di

ciptakan oleh dr.Yuda Turana. Senam pencegahan nyeri pinggang adalah satu

bagian dari rumpun senam, sesuai dengan dengan istilahnya, maka gerakan-

gerakan pada latihan senam tersebut bertujuan untuk mencegah ataupun


mengurangi terjadinya nyeri pada bagian pinggang yang sering terjadi pada

lansia pada umumnya. Gerakan senam difokuskan pada daerah sekitar

pinggang dan adanya gerakan penguluran atau strech pada otot-otot daerah

tersebut. Latihan senam dan aktivitas fisik pada lansia dapat mempertahankan

kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan mengurangi masalah

fleksibilitas (Wold, 1999).

Melihat dari permasalahan tersebut, fisioterapi sebagai salah satu

profesi yang bergerak dalam meningkatkan kapasitas fisik, kemampuan

funsional dan mencegah adanya adanya keterbatasan lingkup gerak sendi

terutama bagian lumbal, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang manfaat olah raga senam bagi lansia dengan judul ”PENGARUH

SENAM UNTUK MENCEGAH NYERI PINGGANG TERHADAP

FLEKSIBILITAS LUMBAL PADA LANJUT USIA DI ORGANISASI

WANITA ISLAM KEL. SRIWEDARI KEC. LAWEYAN KOTA.

SURAKARTA”.

B. Identifikasi Masalah

Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat yang adil

dan makmur telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin

membaik dan usia harapan hidup yang makin meningkat, sehingga jumlah

lanjut usia makin bertambah. Karakteristik menua (aging) ditandai oleh

kegagalan tubuh dalam mempertahankan homoeostasis tubuh terhadap suatu

stress walaupun stress tersebut masih dalam batas-batas fisiologis (Brooks &
Fahey, 1984). Proses menua yang terjadi setelah seseorang berusia 30 tahun

mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi tubuh. Pada saat umur

dibawah 30 tahun, terdiri atas 61% H2O, 19% sel solid, 14% lemak, 6% tulang

dan mineral. Pada usia lebih dari 65 tahun, komposisi tersebut berubah

menjadi H2O 53%, sel solid 12%, lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral

5% (Rochmat & Aswin, 2001).

Dengan bertambahnya umur terjadi perubahan kolagen, elastin

(jaringan penghubung) setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya

mekaniknya karena penuaan, daya elastis dan kekuatan dari kolagen menurun

karena mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada

lansia. Selain itu perubahan srtuktur otot dan jaringan ikat sekitar sendi

seperti tendon, ligamentum, dan fasia pada lansia mengalami penurunan

elastisitas. Ligamentum, kartilago dan jaringan particular mengalami

penurunan daya lentur dan elastisitas. Dengan bertambahnya umur diskus

yang tersusun oleh fibrokartilago dengan matrik glatimus akan menjadi

fibrokartilago yang padat dan tidak teratur. Selain itu juga terjadi degenerasi,

erosi dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan

fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi dan menimbulkan

kekakuan sendi (Branner& Suddarth, 2002)

Hal-hal diatas lebih cepat terjadi pada lansia wanita diakibatkan proses

menopause karena adanya penurunan hormon estrogen. pada kondisi patologi

gangguan gerak disebabkan karena immobilisasi yang lama dan kurangnya


latihan pada daerah punggung terutama lumbal. Pada lansia yang memiliki

keterbatasan gerak sendi, program latihan hanya dapat mengatasi keadaan

tersebut, sesuai dengan kondisi fisik lansia. Program latihan fisik bagi para

lansia harus meningkatkan kemungkinan untuk menjalankan tingkatan

aktivitas yang lebih tinggi. Pada survei awal di sebuah Posyandu lansia di desa

Sampang, ditemukan lansia mengalami keterbatasan gerak dan kelemahan

fisik, tidak mengikuti kegiatan senam yang dilaksanakan setiap hari serta tidak

melakukan latihan untuk memperbaiki keadaannya. Menurut Tortora dan

Grabowski (2003) & Wold (1999) adanya keterbatasan pergerakan dan

berkurangnya pemakaian sendi, dapat memperparah kondisi sistem

muskuloskeletal yang mengalami penurunan karena proses menua.

Penurunan fleksibilitas pada lansia dapat diperbaiki dengan cara olah

raga atau aktivitas fisik dengan menambah latihan unsur gerakan bebas pada

sendi yaitu latihan dengan gerak bebas secara maksimal tanpa nyeri (Burke,

2001). Salah satunya adalah dengan menggunakan jenis senam untuk

mencegahan nyeri pinggang, gerakan-gerakan pada latihan senam tersebut

bertujuan untuk mencegah ataupun mengurangi terjadinya nyeri pada bagian

pinggang yang sering terjadi pada lansia pada umumnya. Gerakan senam

difokuskan pada daerah sekitar pinggang dan adanya gerakan penguluran atau

strech pada otot-otot daerah tersebut (Turana, 2005). Dengan dilakukanya

latihan senam diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas pada sendi lumbal

dan mencegah terjadinya gangguan keterbatasan gerak sendi, sehingga lnsia

dapat menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan lebih mandiri.


Oleh karena itu, Dengan melihat permasalahan yang ada maka penulis

tertarik untuk meneliti tentang pengaruh senam untuk mencegah nyeri

pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia. Alat yang digunakan untuk

mengukur fleksibilitas lumbal adalah dengan menggunakan mide line,

berdasarkan skala Schober.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan dengan alasan beberapa hal, antara

lain: keterbatasan alat ukur, biaya dan waktu, maka peneliti membatasi

permasalahan penelitian pada senam untuk mencegah nyeri pinggang dan

pengaruhnya terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia yang memiliki usia

mulai dari 60-74 tahun di Organisasi Wanita Kota Surakarta.

D. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh senam untuk mencegah nyeri pinggang terhadap

fleksibilitas lumbal pada lanjut usia di Organisasi Wanita Islam Kota

Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh senam untuk mencegah nyeri pinggang

terhadap fleksibilitas lumbal pada lanjut usia di Organisasi Wanita Islam Kota

Surakarta.
F. Manfaat penelitian

Penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan dalan memberikan solusi pemecahan

masalah mengenai gangguan fleksibilitas lumbal pada lanjut usia.

2. Bagi Akademik

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkaya

pengetahuan mahasiswa dalam pelayanan kesehatan lansia dan latihan

fisik atau senam yang sebaiknya dilakukan oleh lanjut usia.

3. Bagi IPTEK

Memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan,

khususnya bagi lansia dengan adanya data-data yang menunjukkan

pengaruh senam pencegahan nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal

pada lanjut usia.

4. Bagi Fisioterapi

Menambah khasanah pengetahuan mengenai macam latihan dan dosis

latihan yang tepat yang nantinya berdampak pada keberhasilan terapi yang

berhubungan dengan peningkatan fleksibilitas lumbal.

5. Bagi Masyarakat khususnya Lansia

Sebagai masukan kepada lansia dan keluarganya serta bagi masyarakat

untuk menyadari pentingnya latihan olah raga seperti senam khususnya

senam pencegahan nyeri pinggang terutama untuk peningkatan

fleksibilitas lumbal, agar tercapai derajat kesehatan yang optimal .


BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Menua dan Teori Menua

Menua (menjadi tua/aging) adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejar (teramsuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo & Martono, 2000).

Menurut Pudjiastuti & Utomo (2003), bahwa penuaan dapat terjadi

secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang mengalami penuaan

fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat

(healthy aging). Penuaan menurut Darmojo & Martono (2000) dibagi

menjadi 2, yaitu: 1) Penuaan sesuai kronologis usia (penuaan primer) yang

dipengaruhi oleh faktor endogen, dimana perubahan dinilai dari sel,

jaringan, organ, dan sistem dalam tubuh. 2) Faktor sekunder yang

dipengaruhi oleh faktor eksogen, yaitu lingkungan, sosial, budaya, dan

gaya hidup. Faktor eksogen juga dapat mempengaruhi faktor endogen,

sehingga dikenal faktor resiko. Faktor resiko tersebut yang menyebabkan

penuaan patologis (pathological aging).


Ada beberapa teori yang menerangkan proses menua antara lain:

a. Teori Genetic Clock

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat

adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar

dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya

maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutip oleh

Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya

hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur

spesies Mutasistomatik (teori error catastrophe) hal penting lainnya

yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab

terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan

terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa

radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini

terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel

tersebut.

a. Teori akibat metabolisme

Peristiwa menua akibat metabolisme badan sendiri, antara lain

karena kalori yang berlebihan, kurang aktivitas dan sebagainya

(Darmojo & Martono,1999).


b. Teori Error ( mutasi sitomatik)

Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel

somatik adalah hipotesis Error Castastrophe (Darmojo dan Martono,

1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya

berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat

kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat

mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori Autoimun ( teori rusaknya sistem imun )

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca

tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem

imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi

somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka

hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang

mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan

menghancurkannya (Goldstein dalam Azis, 1994). Hal ini dibuktikan

dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia

(Brocklehurst dalam Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem

imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada

proses menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun,

sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur

(Suhana dalam Nuryati, 1994)


d. Teori Free Radical ( radikal bebas )

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal

bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa superoksida

(O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2).

Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga dapat

bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut

Oen (1993) yang dikutip oleh Darmojo dan Martono (1999)

menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal

bebas, sehingga poses perusakan terus terjadi, kerusakan organel sel

makin banyak akhirnya sel mati.

2. Pengertian Lansia (Lanjut Usia)

Lansia atau lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami

oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, terjadinya tidak bisa

dihindari oleh siapapun dan pada usia lanjut akan mengalami kemunduran

(Ismayadi, 2007). Lansia bukan merupakan suatu penyakit tetapi

merupakan tahap lanjut dari dari proses kahiduapan yang ditandai oleh

penurunan kemampuan tubuh. Salah satu akibat dari penurunan

kemampuan tubuh yaitu perubahan fungsi otot pada usia lanjut, dimana

terjadi penurunan elastisitas dan fleksibilitas otot (Pujiastuti, 2003).

Menurut Badrushalih (2008), batasan usia pada lansia adalah

sebagai berikut: 1) menurut WHO meliputi usia pertengahan atau midlle

age (45-59 tahun), lanjut usia pertama atau elderly (60-74 tahun), lanjut

usia kedua atau old (usia di atas 90 tahun), 2) menurut UU No. 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyatakan bahwa lansia adalah

seseorang yang mencapai umur 60 tahun ke atas atau lebih.

3. Perubahan Fisiologis Usia Lanjut

Bertambahnya usia dan faktor-faktor lingkungan yang lain,

mengakibatkan terjadinya perubahan anatomi dan fisiologis dari tubuh.

Perubahan tersebut dari normal menjadi homeostatis abnormal atau reaksi

adaptasi yang paling akhir yaitu kematian sel (Kumar et, all. 1992, dikutip

oleh Darmojo, 2003).

Pada proses menua, perubahan fisiologis akan terjadi pada sistem

muskoloskeletal, saraf, kardiovaskuler, respirasi dan indra, serta

integument (Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Pada penulisan ini akan

dibahas perubahan fisiologis pada sitem musculoskeletal terutama yang

berhubungan terhadap fleksibilitas lumbal.

a. Sistem muskuloskeletal

1) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)

Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,

tendon, tulang, dan jaringan pengikat mengalami perubahan

menjadi bentangan cross linking yang tidak teratur. Bentangan

yang tidak teratur dan penurunan hubungan Tarikan linier pada

jaringan kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas

pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau

daya mekaniknya karena penuaan, daya elastisitas dan kekakuan


dari kolagen menurun karena mengalami perubahan kualitatif dan

kuantitatif sesuai penuaan (Pudjiastuti & Utomo, 2003).

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya

fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa

nyeri, penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan

bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, serta terjadi

hambatan dalam melakukan aktivitas setiap hari (Pudjiastuti dan

Utomo, 2003).

2) Kartilago

Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan

mengalami granulari dan akhirnya menjadi rata, sehingga

kemampuan kartilago untuk generasi berkurang dan degenerasi

yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang

merupakan komponen dasar matriks kartilago berkurang atau

hilang secara bertahap. Kartilago mengalami klasifikasi di berbagai

tempat persendian, sehingga fungsinya sebagai peredam kejut dan

permukaan sendi yang berpelumas menurun dengan konsekwensi

kartilago pada persendian rentan terhadap gesekan (Pudjiastuti &

Utomo, 2003).

Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu

berat badan. Akibat perubahan tersebut sendi mudah mengalami

peradangan, kekakuan nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya

aktivitas setiap hari (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).


3) Tulang

Berkurangnya kepadatan tulang, setelah diobservasi

merupakan bagian dari penuaan secara fisiologis. Trabecula

longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorbsi

kembali, sehingga jumlah spongiosa berkurang dan tulang

kompakta menjadi tipis. Perubahan yang lain berupa penurunan

estrogen sehingga produksi osteoklast tidak terkendali, penurunan

penyerapan kalium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga

tulang keropos. Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara

keseluruhannya menyebabkan kekakuan dan penurunan

kekuatannya. Hal ini berdampak terjadi osteoporosis yang

selanjutnya dapat mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur

(Pudjiastuti dan Utomo, 2003).

4) Otot

Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi.

Penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, atropi pada beberapa

serabut otot dan hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain,

peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung dan lain-lain

mengakibatkan efek negatif. Efek tersebut adalah penurunan

kekuatan, penurunan fleksibilitas, perlambatan waktu reaksi dan

penurunan kemampuan fungsional (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).


5) Sendi

Jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan

fasia pada lansia mengalami penurunan elastisitas. Ligament,

kartilago dan jaringan particular mengalami penurunan daya lentur

dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan klasifikasi pada

kartigo dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya

sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi dan menimbulkan

kekakuan sendi (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).

4. Senam

a. Pengertian Senam

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah

serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok

dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga (Santosa,

1994).

Senam pencegahan nyeri pinggang adalah satu bagian dari

rumpun senam, sesuai dengan dengan istilahnya, maka gerakan-

gerakan pada latihan senam tersebut bertujuan untuk mencegah

ataupun mengurangi terjadinya nyeri pada bagian pinggang yang

sering terjadi pada lansia pada umumnya. Gerakan senam difokuskan

pada daerah sekitar pinggang dan adanya gerakan penguluran atau

strech pada otot-otot daerah tersebut. ( Turana, 2005 )


b. Manfaat Senam

Manfaat dari senam pencegahan nyeri pinggang bagi lanjut usia

menurut Yuda Turana ( 2005 ) antara lain :

1) Memberikan penjagaan pada postur tubuh.

2) Mobilisasi sendi, terutama bagian punggung hingga pinggang.

3) Meningkatkan kekuatan otot-otot pada bagian vertebralis.

4) Mencegah terjadinya pembebanan statistik terutama pada

bagian pinggang atau lumbal.

5) Memberikan perbaikan fleksibilitas otot.

6) Memberikan efek relaksasi pada otot dengan adanya penguluran atau

strech.

7) mobilisasi sendi.

Senam bagi lansia adalah senam yang diikuti dengan gerakan-

gerakan ringan yang mengandalkan posisi duduk di kursi, mengandalkan

tongkat, atau pembebanan ringan serta matras.

Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot, tulang serta

kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, pernafasan, tolerasnsi latihan,

serta kapasitas senam. Dengan melakukan olahraga seperti senam dapat

mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari

berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam,

selain menjaga kebugaran dapat melindungi tubuh agar tulang lebih kuat

dan otot dapat lebih lentur.


Pada umumnya ada 3 tahap dalam melakukan senam yaitu: (1)

pemanasan adalah salah satu bentuk persiapan emosional, psikologis dan

fisik untuk melakukan berbagai macam latihan (Brick, 2002). Pemanasan

dilakukan selama 5-10 menit (Gilang, 2007), (2) gerakan inti adalah

gerakan tubuh yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu

untuk kesehatan. Gerakan inti dilakukan selama 20 - 30 menit, (3)

pendinginan adalah suatu bentuk gerakan setelah melakukan atau

menyelesaikan latihan senam yang bertujuan untuk membantu

mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan semula atau sebelum latihan

(Brick, 2007). Pendinginan dilakukan selama 5-10 menit, dilakukan

dengan metode Double louw impact (Gilang, 2007).

Frekwensi latihan adalah seberapa banyak anda melakukan latihan

olahraga senam lantai dalam sepekan. Senam lantai sangat dianjurkan

dilaksanakan minimal seminggu 2 atau 3 kali, hal ini agar derajat

kesehatan tetap terjaga atau terpelihara. Sebagaimana beberapa hasil

penelitian dokter kesehatan olahraga menyatakan bahwa, jika tubuh

melaksanakan kegiatan olahraga 2 kali berturut-turut maka daya tahan

tubuh akan menurun. Namun demikian, tubuhpun dianjurkan agar

memiliki waktu khusus untuk istirahat dalam sepekan 1 atau 2 hari agar

tubuh tetap dapat istirahat dan memperbaiki kondisi jaringan tubuh yang

haus atau rusak akibat melakukan olahraga. Jadi lakukanlah senam secara

teratur dan terjadwal agar tubuh tetap terjaga (Smit, 2007).


Intensitas latihan adalah seberapa lama waktu atau bobot latuhan

yang dilakukan selama melakukan senam (Smit, 2007).

Biasanya lama wktu melakukan senam pencegahan nyeri pinggang

45-60 menit dengan diselingi waktu istirahat, interval yang cukup, variasi

saat intensitas tinggi, sedang dan rendah.

c. Gerakan Senam Pencegahan Nyeri Pinggang

Untuk gerakan Knee to Chest dilakukan 4 x pengulangan,

sedangkan gerakan yang lain masing-masing dilakukan 6x pengulangan.

1) Knee To Chest

Posisi berbaring , lutut ditekuk. Taruh tangan anda di sendi lutut dan

tarik menuju dada. Biarkan kaki sebelahnya datar. Tahan dalam posisi

tersebut 30 detik. Lakukan pada kaki sebelahnya.

2) Pelvic Tilt

Posisi berbaring,lutut ditekuk. Tekanlah secara perlahan pinggang

anda ke lantai dengan cara menarik otot perut ke atas dan ke bawah.

Lakukan sambil melakukan pernafasan perlahan. Tahan selama 5

detik. Jangan menahan nafas .


3) Hip Rolling

Posisi berbaring, lutut ditekuk.

Silangkan tangan anda di atas dada. Tengokkan kepala ke kanan dan

putar lutut anda ke kiri. Biarkan lutut anda tetap rileks dan jatuhkan

lutut tanpa tenaga. Balikkan kepala dan lutut dalam posisi awal.

Lakukan gerakan dalam arah yang berlawanan.

4) Pelvic Lift

Posisi berbaring, lutut ditekuk. Silangkan tangan anda di atas dada.

Tekanlah pinggang anda ke lantai seperti latihan sebelumnya,

kemudian perlahan angkatlah bokong dari lantai sejauh yang Anda

bisa. Tahan posisi tersebut 5 detik. Turunkan bokong ke lantai. Jangan

menahan nafas .
5) Lower Abdominal Exercises

Posisi berbaring, lutut ditekuk. Datarkan bagian belakang badan anda

dengan lantai dengan menarik otot perut ke atas dan bawah. Kemudian

lakukan gerakan: A. Tarik lutut ke arah dada. Tahan posisi selama 5

detik. Turunkan kaki pada posisi awal. Lakukan pada kaki yang lain.

B. Posisi A , lanjutkan dengan meluruskan kaki. C. Luruskan kaki

anda dan biarkan lurus selama 5 detik. Turunkan perlahan. Lakukan

pada kaki yang lain.

6) Curl Ups
Posisi berbaring, lutut ditekuk. A. Secara perlahan naikkan badan

semampu Anda. B. Silangkan tangan anda di dada. Tekuklah dagu

anda di dada dan perlahan gerakkan siku anda menuju lutut, lekukkan

punggung anda. Biarkan otot leher anda tetap rileks dan nafaslah

seperti biasa. Kembali pada posisi semula. C. Tangan anda di belakang

kepala, perlahan lekukkan kepala ke dada kemudian punggung anda.

7) Cat And Camel

Posisi kuda dengan leher tetap lurus pandangan mata ke lantai. Secara

perlahan lekukkan punggung sejauh yang anda bisa. Gerakkan jangan

ditarik ke bawah. Tetapi lakukanlah dengan rileks kemudian angkatlah

muka anda melihat ke langit-langit kemudian angkatlah punggung ke

atas dengan mengkonstraksikan otot perut kemudia Pelaksanaan

dilakukan enam kali pengulangan.n turunkan kepala anda melihat ke

lantai.
8) Tail Wagging

Posisi kuda dengan leher tetap lurus pandangan mata ke lantai.

Gerakkan pinggul anda sedekat mungkin menuju bahu sejauh yang

anda bisa. Perlahan kembali pada posisi semula. Lakukan pada pinggul

sebelahnya.

9) Hip Extension

Posisi kuda. Gerakkan lutut anda menuju ke arah kepala kemudian

luruskan kaki dan mata lurus ke depan , posisi sejajar dengan lantai.

Kembali de posisi awal. Lakukan pada kaki sebelahnya.


10) Hand Knee Rocking

Posisi rileks dengan duduk, lutut ditekuk, tangan memegang lantai dan

kepala melihat ke lantai. Kemudian bangun ke posisi kuda dengan

mata lurus ke depan.

11) Lying Prone In Extension

Posisi berbaring bertumpu pada perut dengan titik berat pada tangan.

Luruskan siku anda. Tahan selama 5 detik. Pastikan punggung anda

tetap rileks. Kembali ke posisi awal.


12) Press Up

Posisi berbaring bertumpu pada perut. Kuatkan lengan anda. Angkat

dan lengkungkan punggung dari lantai. Tahan pinggul anda tetap di

lantai. Tahan selama 5 detik . kembali ke posisi awal.

13) Back Extension

Posisi berbaring bertumpu pada perut. Letakkan tangan anda. Telapak

tangan sejajar dengan lantai. Kemudian luruskan tangan anda ke

belakang sambil menaikkan punggung dari lantai. Pandangan lurus ke

depan. Tahan selama 5 detik. Kembali ke posisi awal dan ulangi

gerakan.

14) Arms Lift

Posisi berbaring bertumpu pada perut. Letakkan tangan di samping

kepala lurus ke depan. Kemudian angkat ke atas sebisa anda. Tahan

selama 5 detik.
15) Hip Extension

Posisi berbaring bertumpu pada perut. Tekuklah lutut anda 90 derajat

kemudian angkat ke atas. Pinggul anda tetap di lantai sementara paha

diangkat ke atas. Kembali ke posisi awal.

16) Trunk Rotation

Posisi kuda. A. Gerakkan tangan anda ke arah lutut yang

berseberangan. Tahan selama 5 detik. Perlahan kembali ke posisi awal.

Ulangi pada tangan yang lain. B. Gerakkan lutut ke arah pundak yang

berseberangan. Tahan selama 5 detik. Perlahan kembali ke posisi awal.


17) Full Back Release

Duduk tegap di kursi dengan telapak kaki datar. Pundak dalam posisi

rileks. Lekukkan badan anda perlahan ke depan. Biarkan tangan anda

mencapai lantai. Tahan selama 5 detik. Angkat dan kembali ke posisi

semula.

18) Upper Back Strecth

Duduk di atas kursi dengan bagian belakang tubuh anda tetap lurus ke

dinding. Angkat tangan anda di atas kepala, biarkan kepala dan tangan

anda lurus di dinding. Tahan selama 5 detik. Turunkan tangan anda

kembali ke posisi awal.


19) Side Bending

Posisi berdiri tegap dengan kaki selebar bahu. Tekuklah badan ke satu

sisi, dengan menurunkan pundak dan tangan anda. Tahan selama 2

detik. Perlahan luruskan kembali. Lakukan pada sisi yang berlawanan.

20) Backward Bending

Posis berdiri tegap dengan kaki selebar bahu. Jaga lutut tetap lurus.

Letakkan tangan anda di pinggang. Tekuklah pinggang anda ke

belakang dengan posisi lutut tetap lurus. Tahan selama 5 detik.

Kembali ke posisi awal.


21) Pectoralis Stretch

Berdiri dengan menghadap sudut rumah. Tempatkan tangan anda pada

kedua sisi tembok. Dekatkan badan anda ke tembok. Posisi badan dan

kaki tetap lurus pada lantai. Tahan selama 5 detik. Kembali ke posisi

awal. Gerakkan dapat diulangi dengan posisi yang lebih jauh dari

lantai.

5. Fleksibilitas Sendi

Istilah fleksibilitas sering digunakan untuk menyebutkan

adanya kemampuan otot dan tendon untuk memanjang sesuai

dengan ROM (range of motion) sendi yang bersangkutan

(Wahyuni dan Herawati, 2004). Fleksibilitas yang baik pada

umumnya dicapai bila semua sendi tubuh menunjukkan

kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan

fungsinya. Lentur tidaknya seseorang ditentukan oleh luas

sempitnya ruang gerak sendi-sendinya.


Menurut American Alliance for Health (1999), fleksibilitas

dapat diartikan sebagai kemampuan persendian dan otot serta

tendon yang mengelilinginya untuk bergerak bebas dan nyaman

hingga mencapai ROM yang maksimal. Jaringan yang mengalami

perenggangan tidak hanya ligamentum, fasilitas dan jaringan

penghubung sendi tetapi juga otot antagonisnya. Fleksibilitas

kapsula fibrosa memungkinkan terjadinya pergerakan tulang

persendian selama mempunyai kekuatan perenggangan yang besar

(tahanan perenggangan) untuk mencegah tulang dari dislokasi.

Kapsul fibrosa pada persendian didukung oleh ligamentum.

Kekuatan ligamentum adalah salah satu faktor mekanik utama

yang dapat memperkuat tulang persendian (Tortora dan

Grabowski, 2003).

Fleksibilitas sendi adalah kemampuan jaringan disekitar

persendian untuk menghasilkan perenggangan tanpa adanya

gangguan dan komunikasi relaksasi (Luttgens dan Hamilton,

1997).

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa fleksibilitas lumbal adalah kemampuan

jaringan disekitar persendian atau kemampuan persendian pada

lumbal untuk bergerak bebas dan nyaman hingga mencapai ROM

yang maksimal.
6. Lumbal

Tulang belakang dalam medis dikenal sebagai kolumna

vertebralis, dan dibentuk oleh 33 ruas tulang vertebrae yang

tersusun dari atas ke bawah mulai dari leher sampai ke tulang ekor.

Susunan tulang bertebrae tersebut adalah tujuh ruas vertebrae

cervikalis, dua belas ruas vertebrae thorakalis, lima ruas vertebrae

lumbalis, limas ruas vertebrae sakralis dan empat ruas cogcigealis

(Saifuddin, 2002).

Fungsi dari kolumna vertebrae adalah sebagai pilar utama

batang tubuh dan juga sebagai penggerak, sebagai pendukung dan

stabilisator anggota gerak atas dan anggota gerak bawah,

menunjang posisi tubuh agar tetap tegak, melindungi medula

spinalis. Kolumna vertebrae terdiri dari dua bagian yaitu bagian

depan dan belakang. Bagian depan terdiri dari korpus vertebrae,

diskus intervertebralis serta ligament longitudinal anterior dan

posterior. Diskus terdiri dari nukleus pulposus dan anulus fibrosus

yang berbatasan dengan cartilage end plate yang melekat pada

korpus vertebrae. Nukleus pulposus terdiri dari gel polisakarida

dan air. Anulus fibrosus yang mengelilinginya terdiri dari jaringan

fibroelastis.

Tekanan yang datang dari luar diabsorbsi oleh nukleus

pulposus dan disebar merata sampai anulus fibrosus sehingga

diskus ini berfungsi sebagai bantalan. Bagian belakang dari


vertebrae dikenal sebagai neural arch terdiri dari pedikel, lamina,

facet articular, processus tranversus dan prosessus spinosus.

Segmen posterior berfungsi melindungi medulla spinalis dan

mengontrol geraka. Segmen posterior ini terdiri atas dua arkus

vertebrae, dua pasang artikulasio yang dibentuk oleh prosessus

artikularis superior dan inferior. Sendi ini merupakan artikulasio

sinovialis dan diselubungi oleh kapsul yang melekat erat pada tepi

fasies amat kuat dimana di lubang tengahnya terdapat medulla

spinalis.

7. Anatomi Terapan dan Biomekanika Lumbal

1. Anatomi Terapan

Vertebrae lumbal bentuknya lebih besar dari pada

vertebrae lainnya. Hal ini sesuai dengan fungsinya menahan beban

lebih berat. Antara L1–L4 letak faset artikularisnya pada bidang

sagital sehingga gerak yang timbul adalah fleksi dan ekstensi,

sedang faset artikularis L4–L5 lebih ke arah bidang frontal yang

memungkinkan gerak ke arah lateral fleksi (Raharja, 2007). Sendi

lumbosacral joint dibentuk oleh facies inferior lumbal lima dengan

basis os sacrum, dan processus inferior lumbal lima dengan

processus superior os sacrum. Sendi ini merupakan sendi

amphiartrosis (hyaline joint) yaitu suatu sendi yang ukuran

sendinya kurang luas gerakannya(Sobota, 2000).


Otot-otot penting pada daerah pinggang dan perut yang

menjaga fleksibilitas kolumna vertebrae adalah: Otot–otot bagian

posterior, Otot-otot ini bekerja untuk gerakan ekstensi, laterofleksi

dan rotasi batang tubuh dan menjaga keseimbangan kolumna

vertebrae. Terdiri dari, Otot paraspinalis torakolumbalis dan Otot

seratus posterior inferior (Syaifuddin, 2002). Otot-otot bagian

anterior dan lateral Otot-otot ini bekerja untuk gerakkan fleksi,

laterofleksi, dan rotasi batang tubuh. Dan terdiri dari, Otot rectus

abdominis, Otot quadratus lumborum dan Otot iliopsoas (Gibson,

2002).

Selain itu terdapat pula Ligamen yang mempengaruhi gerak fleksi

dan ekstensi vertebrae, terdiri dari : L.iagment supraspinonusus, Ligament

interspinosus Ligamen intertransversaria, Ligament flavum, Ligament

longitudinal posterior, Ligamen longitudinal anterior (Snell, 2008).

2) Biomekanika Lumbal

Penggerak kolumna vertebralis terdapat pada tulang

sacrum, sehingga tulang sacrum dianggap sebagai tempat yang

tidak bergerak atau dianggap sebagai titik tetapnya, gerakan yang

terjadi masing-masing vertebra ditentukan oleh bentuk permukaan

persendian dan ligament-ligament di sekeliling persendian dan juga

ditentukan oleh otot-otot yang menggerakkan persendian tersebut.

Meskipun gerakan pada tiap-tiap vertebrae yang berbatasan sangat

sedikit, tetapi gerakan keseluruhan dari columna vertebralis


mempunyai jarak gerak sendi yang sangat luas. Di bawah ini akan

diuraikan pergerakan pada vertebra tersebut. Gerakan terjadi pada

articulatio intervertebralis yang mana gerakan-gerakan yang

terjadi adalah: (a) fleksi, (b) ekstensi, (c) lateral fleksi dan (d)

rotasi.

1. Fleksi: gerakan ini mempunyai sumbu gerak trasfersal

dan berada dalam bidang gerak sagital pada sikap berdiri

tegak. Gerak fleksi vertebrae dimulai dari sikap berdiri

tegak kemudian membungkukkan badan kedepan sampai

lordosis cervikalis hilang sehingga membentuk sudut gerak

yang semakin kecil terhadap tubuh pada akhir gerakan.

Fleksi vertebrae mempunyai jarak gerak sendi

yang cukup luas, tetapi gerak ini mendapat hambatan

oleh adanya ligament longitudinal posterior, ligament

supra spinalis. Gerakan fleksi vertebrae juga dihambat

oleh adanya ketegangan dari otot-otot ekstensor

punggung.

Otot yang bekerja untuk gerakan fleksi disebut

otot fleksor yang umumnya terletak di depan sumbu

trasversal. Penggerak utamanya musculus rectus

abdominalis, Musculus obliqus abdominis eksternus dan

internus yang dibantu oleh peronius mayor dan minor.


Di dalam menghasilkan gerakan fleksi kesemua otot-otot

tersebut bekerja secara simetris.

2. Ekstensi: gerakan ini mempunyai sumbu transversal dan

berada pada bidang gerak sendi sagital, tetapi arah

gerakannya berlawanan dengan arah gerak fleksi.

Gerakan ekstensi dimulai dari sikap berdiri tegak

kemudian menekuk badan kebelakang sampai terjadi

penambahan lordosis pada lumbal sehingga membentuk

sudut gerak yang semakin besar terhadap tubuh pada

akhir gerakan. Jarak gerak sendi pada ekstensi vertebrae

hanya kecil karena dihambat oleh ligament longitudinal

anterior dan juga dihambat oleh kelompok otot fleksor.

Gerakan ekstensi ini dilakukan oleh otot-otot

yang melalui sebelah dorsal, dari sumbu transversal dan

disebut dengan otot-otot ekstensor. Otot ini berfungsi

untuk mempertahankan tegaknya badan secara statis

yang disebut dengan otot erector spina. Ekstensi

vertebrae terutama digerakkan musculus inter spinalis,

musculus semi spinalis, musculus multifudus, musculus

rotator brevis dan longus, musculus illio costalis,

muslucus longisimus dan musculus spinalis. Otot-otot

tersebut bekerja simetris kanan dan kiri.


3. Lateral Fleksi: gerakan lateral fleksi mempunyai sumbu

sagital dan terjadi dalam bidang frontal. Gerakan ini

dapat dilakukan keluar arah samping, kanan dan kiri

dimulai dari sikap berdiri tegak kemudian badan

dibengkokkan kesamping. Gerakan lateral fleksi

dihambat oleh ligament plafum dan juga adanya

ketegangan otot lateral fleksi pada samping berlawanan.

Otot pengerak lateral fleksi tersebut adalah otot-

otot lateral fleksor yang bekerja sepihak kesamping yang

sama. Adapun otot pengerak utama adalah musculus

saccro spinalis, musculus transversus spinalis, musculus

obliqus eksternus abdominis, musculus obliqus internus

abdominis, dan musculus quadrates lumborum juga

dibantu oleh musculus laticimus dorsi, musculus rectus

abdominis dan musculus pesoas.

4. Rotasi: seperti telah disebutkan di muka aksis melalui

procesus spinosus. Jika terjadi gerakan ante fleksi maka

yang bergerak terbesar adalah tepi ventral corpus

vertebrae sehingga mengakibatkan gerakan rotasi ke

dorsal, tetapi karena corpus vertebrae satu dengan

lainnya dihubungkan oleh suatu discus intervertebralis

maka kemungkinan gerakan rotasi menjadi terbatas.


Gerakan rotasi mempunyai sumbu vertical yang

melalui processus spinosus dan gerakan ini terjadi pada

bidang gerak horizontal.

Otot-otot bergerak rotasi vertebrae dilakukan

oleh musculus externus obliqus dan musculus internus

obliqus sebagai penggerak utama dan dibantu oleh

musculus laticimus dorsi, musculus semi spinalis,

musculus multifudus, musculli rotators, dan musculus

abdominis.

Secara grafis anatomi lumbal dapat dilihat pada gambar

berikut:

m. latissimus
dorsi

m. obliqus
externus

Gambar 2.1 Otot paravertebra lapisan superfisial


Sumber: Sobotta, (2000)
m. Longissimus
thoracis m. Spinalis thoracis
m. Iliocostalis
thoracis
m. Iliocostalis
lumborum m. Errector
spinae

Gambar 2.2 Otot-otot paravertebral lapisan intermediate


Sumber: Sobotta, (2000)

m. psoas minor

m. psoas mayor m. quadratus


lumborum
m. transversus
abdominis

m. iliacus

Gambar 2.3 Otot-otot abdominal


Sumber: Sobotta (2000)
m. rectus
abdominis
m. transversus
abdominis

m. oliqus
internus

Gambar 2.4 Otot-abdominal


Sumber: Sobotta (2000)

Gambar 2.5 Sendi Lumbal


Sumber: Sobotta (2000)
Tabel 2.1

Otot-otot Penggerak Vertebrae Lumbalis


Gerakan Otot yang bekerja Innervasi
Fleksi 1. Psoas major L1-- L3
2. Rectus abdominis T6 – T12
3. External abdominal oblique T7 – T12
4. Internal abdominal oblique T7 – L1
5. Transversus abdominis T7 – L1
6. Intertransversarii L1 – L5
Ekstensi 1. Latissimus dorsi Thoracodorsal
(C6 – C8)
2. Erector spine iliocostalis lumborum L1 – L3
3. Erector spine longissimus thoracis L1 – L3
4. Transversospinalis L1 – L3
5. Interspinalis L1 – L5
6. Quadratus lumborum L1 – L5
7. Multifidus T12 – L4
8. Rotatores L1 – L5
9. Gluteus maximus L1- L5
Lateral fleksi 1. Latissimus dorsi Thoracodorsal
(C6 – C8)
2. Erector spine iliocostalis lumborum L1 – L3
3. Erector spine longissimus thoracis L1 – L3
4. Transversalis L1 – L5
5. Intertransversarii L1 – L5
6. Quadratus lumborum T12 – L4
7. Psoas major L1 – L3
8. External abdominal oblique T7 – T12
Rotasi 1. Transversalia L1 –L5
2. Rotatores L1 –L5
3. Multifidus L1 –L5

Sumber: Magge, D.J., 2000

8. Pengukuran Fleksibilitas Lumbal

Pengukuran fleksibilitas dengan menggunakan skala

Schober, untuk mengetahui kemampuan lumbal dalam gerakan

membungkuk. Prosedur pengukurannya adalah sebagai berikut: (1)


ditentukan titik pertama pada sendi lumbo–sacral yang berada pada

garis maya yang menghubungkan dample of venous, (2) dibuat titik

kedua yang berjarak 10 cm di atas titik pertama, (3) dibuat titik

ketiga yang berjarak 5 cm di bawah titik pertama dan titik-titik

tersebut berada pada linea mediana, (4) diletakkan pita pengukur

pada titik atas dan titik bawah, posisi subyek berdiri tegak, (5)

subyek membungkuk sebatas kemampuannya dengan lutut tetap

lurus, (6) kemudian jarak titik ketiga dan kedua diukur dengan pita

pengukur, titik pangkal pita ukur tidak berubah, (7) catat angka

pada pira ukur yang menunjuk pada titik kedua dan ketiga

dikurangi 15 cm ( Moll & Wright, 1971)

Gambar 2.6 Pengukuran Schober


( Moll & Wright, 1971 )
Kriteria hasil pengukuran fleksibilitas lumbal adalah :

Tabel 2.2
Kriteria pengukuran fleksibilitas lumbal
KRITERIA UKURAN

Normal > 6 cm

Ringan 4-6 cm

Sedang 2-4 cm

Terbatas 0-2 Cm

( Moll & Wright, 1971 )

9. Pengaruh Senam Terhadap Fleksibilitas Lumbal

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa manfaat senam

bagi kebugaran tubuh terutama pada proses degenerasi karena perubahan

usia, salah satunya adalah adanya ketegangan otot atau stress berlebih

pada daerah lumbal yang mengakibatkan adanya penurunan Kelenturan

daerah punggung sering menyebabkan keterbatasan aktifitas hidup sehari-

hari dan menyebabkan timbulnya penyakit punggung kronik pada bagian

bawah (Brunner&Suddarth, 2002). Tingkat kelenturan yang adekuat akan

meningkatkan kemampuan fungsional individu (membungkuk dan

berputar) dan mengurangi kemungkinan cidera (resiko ketegangan otot

dan masalah punggung bawah). Parameter ini tergantung pada sejumlah

variabel yang spesifik termasuk distensibilitas kapsul sendi, suhu otot dan

disamping itu keketatan jaringan seperti ligamentum, tendon memenuhi

kelenturan (Doewes, 2003).


Salah satu kegiatan yang dapat mengurangi dampak resiko

sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satunya adalah dengan

kegiatan olah raga yang bermanfaat bagi para lansia. Jenis olahraga yang

dapat dilakukan pada lansia antara lain adalah senam. Program-program

latihan untuk usia lanjut harus menekankan perenggangan yang sesuai,

khususnya untuk tubuh bagian atas, bawah leher dan daerah panggul

(Doewes, 2003).

Jadi diharapkan dengan adanya senam untuk pencegahan nyeri

pinggang dengan gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan fleksibilitas

tulang belakang terutama pada lumbal dapat berpengaruh secara positip bagi

para lansia.

B. Kerangka Berfikir
Permasalahan kesehatan lansia wanita lebih kompleks dari pada lansia

pria. Hal ini disebabkan lansia wanita mempunyai siklus hidup yang lebih

rumit. Sebelum memasuki lansia, wanita terlebih dahulu memasuki masa yang

disebut menopause dan setahun kemudian memasuki masa yang disebut pasca

menopause (Schiff & Walsh, 1995).

Dengan bertambahnya umur terjadi perubahan kolagen, elastin

(jaringan penghubung) setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya

mekaniknya karena penuaan, daya elastis dan kekuatan dari kolagen menurun

karena mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada

lansia.

Selain itu perubahan srtuktur otot dan jaringan ikat sekitar sendi

seperti tendon, ligamentum, dan fasia pada lansia mengalami penurunan


elastisitas. Ligamentum, kartilago dan jaringan particular mengalami

penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan klasifikasi

pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga

terjadi penurunan luas gerak sendi dan menimbulkan kekakuan sendi.

Selain itu, pada proses menua biasanya terjadi penurunan produksi

cairan sinovial pada persendian, tonus otot menurun, kartilago sendi menjadi

lebih tipis dan ligamentum menjadi lebih kaku serta terjadi penurunan

kelenturan (fleksibilitas), sehingga mengurangi gerakan persendian terutama

pada sendi lumbal. Kekakuan dapat disebabkan oleh adanya kalsifikasi pada

lansia yang akan menurunkan fleksibilitas sendi pada lumbal, karena berfungsi

sebagai penopang tubuh (Tortora & Grabowski, 2003).

Salah satu kegiatan yang dapat mengurangi dampak resiko

sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satunya adalah dengan kegiatan

olah raga yang bermanfaat bagi para lansia. Jenis olahraga yang dapat

dilakukan pada lansia antara lain adalah senam. Program-program latihan

untuk usia lanjut harus menekankan perenggangan yang sesuai, khususnya

untuk tubuh bagian atas, bawah leher dan daerah panggul.

Jadi diharapkan dengan adanya senam pencegahan nyeri pinggang

dengan gerakan-gerakan yang dapat meningkatkan fleksibilitas tulang

belakang terutama pada lumbal dapat berpengaruh secara positip bagi para

lansia. Fleksibilitas tulang lumbal di ukur dengan metode Schober test.

Secara ringkas kerangka berpikir penelitian adalah sebagai berikut:


Wanita Lanjut Usia
1.

Faktor fisiologi
umur, genetik dan
hormonal

Penurunan Fungsi
Organ Tubuh

Sistem Muskuloskeletal
( Tulang, otot, ligament,
tendon)

Penurunan Fleksibilitas
Lumbal

Pergerakan Sendi
Lumbal terbatas dan
Gangguan Aktivitas
Sehari-hari
Menggunakan Sendi
Lumbal
Senam Untuk
Mencegah Nyeri
Pinggang
Peningkatan Fleksibilitas
Sendi Lumbal

Peningkatan Kegiatan
Sehari-hari dan kualitas
hidup lansia

Gambar 2.7 Kerangka Berfikir


C. Kerangka Konsep

Schober Senam Pencegahan Fleksibilitas


Test nyeri pinggang Lumbal

Gambar 2.8 Kerangka konsep

D. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh senam pencegahan nyeri pinggang terhadap peningkatan

fleksibilitas lumbal pada lanjut usia di Organisasi Wanita Islam Kelurahan

Sriwedari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dengan menggunakan metode Eksperimen Semu yaitu

suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang

timbul dari adanya perlakuan tertentu dan semua variabel tidak dapat di

kontrol oleh peneliti (Notoatmojo, 2003). Dengan bentuk penelitian Two

Group Pre and Post Test design yaitu membandingkan antara fleksibilitas

lumbal wanita lanjut usia yang diberikan latihan senam untuk pencegahan

nyeri pinggang sebagai kelompok perlakuan dengan wanita lanjut usia yang

tidak diberikan senam sebagai kelompok kontrol.

Perlakuan : O1 X O2

Subjek randomisasi

Kontrol : O3 O4

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan gambar 3.1 :

O1 : Kelompok perlakuan yang diukur fleksibilitas lumbal dengan schober

test sebelum diberikan perlakuan senam pencegahan nyeri pinggang.

X : Pemberian senam lantai 3 kali seminggu dalam 4 minggu.


O2 : Kelompok perlakuan yang diukur fleksibilitas lumbal dengan schober

test setelah diberikan perlakuan senam pencegahan nyeri pinggang.

O3 : Kelompok kontrol yang diukur flesibilitas lumbal dengan schober test

awal, tanpa diberikan senam pencegahan nyeri pinggang.

O4 : Kelompok kontrol yang diukur fleksibilitas lumbal dengan schober

test akhir tanpa diberikan senam pencegahan nyeri pinggang.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Sriwedari yang digunakan

sebagai kantor Organisasi Wanita Islam bertempat di Kelurahan Sriwedari

Kecamatan Laweyan Surakarta.

C. Waktu Penelitian

Penelitian direncakan mulai bulan Desember 2009-Januari 2010.

Penelitian dilakukan selama 4 minggu.

D. Populasi dan Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua lanjut usia wanita Organisasi Wanita

Islam kelurahan Sriwedari. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi

sebanyak 44 orang dan berumur 60 – 74 tahun.


2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian wanita lanjut usia Organisasi Wanita Islam Kelurahan

Sriwedari di Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi.

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok menggunakan sistem random yaitu,

kelompok lansia yang diberikan senam pencegahan nyeri pinggang dan

yang tidak diberikan senam pencegahan nyeri pinggang.

Kriteria inklusi (penerimaan) adalah :

a. Lansia wanita berumur 60-74 tahun.

b. Tidak ada kecacatan, baik cacat fisik maupun anggota gerak bawah

dan punggung (lordosis, skeleosis, kiphosis).

c. Kondisi umum baik, kondisi vital sign dalam keadaan normal tidak

dalam kondisi sakit.

d. Tidak sedang aktif dalam kegiatan olah raga atau senam yang

berkaitan dengan fleksibilitas lumbal terutama senam selama 3 bulan

terakhir.

Kriteria ekslusi (penolakan) adalah :

a. Responden tidak mengikuti latihan senam lantai secara rutin 3 kali

dalam seminggu selama 4 minggu.

b. Responden tidak bersedia mengikuti dan tidak dapat bekerja sama

untuk penelitian.

Kriteria drop out (pengguguran) adalah:

a. Responden yang tidak mengikuti prosedur dengan baik.

b. Responden yang tidak hadir pada evaluasi akhir.


E. Definisi Konseptual

1. Senam untuk pencegahan nyeri pinggang

2. Fleksibilitas lumbal

Kemampuan jaringan disekitar persendian atau kemampuan

persendian pada lumbal untuk bergerak bebas dan nyaman hingga

mencapai ROM yang maksimal (Tortora dan Grabowski, 2003) dan

(Luttgens dan Hamilton, 1997).

F. Definisi Operasional

Senam pencegahan nyeri pinggang adalah satu bagian dari

rumpun senam, sesuai dengan dengan istilahnya, maka gerakan-gerakan pada

latihan senam tersebut bertujuan untuk mencegah ataupun mengurangi

terjadinya nyeri pada bagian pinggang yang sering terjadi pada lansia pada

umumnya. Gerakan senam difokuskan pada daerah sekitar pinggang dan

adanya gerakan penguluran atau strech pada otot-otot daerah tersebut.

(Turana, 2005 )

Senam dilakukan tiga kali dalam satu minggu, selama empat minggu. Waktu

yang d gunakan saat latihan adalah 45 menit.

Fleksibilitas lumbal adalah kemampuan otot untuk memanjang dan

mengulur semaksimal mungkin, sehingga sendi yang digerakkan otot tersebut

dapat bergerak maksimal tanpa disertai rasa nyeri atau tidak nyaman.

Pengukuran fleksibilitas lumbal pada penelitian ini dengan menggunakan


Schober Test. Sedangkan alat yang di gunakan dalam pengukuran fleksibilitas

lumbal adalah menggunakan mid line ( butterfly ).

G. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel independen (variabel bebas) adalah merupakan sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (Alimul, 2003). Variabel independen

dalam penelitian ini adalah senam pencegahan nyeri pinggang.

2. Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas atau independen. Variabel dependen dalam penelitian ini

adalah fleksibilitas lumbal yang diukur menggunakan schober test.

H. Metode Pengumpulan data

1. Tahap persiapan

Diawali dengan persiapan penelitian meliputi pengajuan ijin

penelitian, ijin peminjaman fasilitas yang mendukun terlaksananya

penelitian kepada kepala jurusan fisioterapi dan pihak pengelola fasilitas

alat di kampus akademi fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Selanjutnya peneliti merekrut beberapa orang untuk membantu

pengukuran pre tes dan post tes. Kemudian mengumpulkan beberapa

wanita lanjut usia yang akan menjadi subyek penelitian untuk diberikan

Penjelasan dan perencanaan jadwal program penelitian. Penjelasan

tersebut di berikan kepada kedua kelompok agar semua lansia Organisasi


Wanita Islam Kelurahan Sriwedari yang menjadi subyek penelitian dapat

mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Memilih subyek penelitian

Subyek penelitian adalah wanita lanjut usia Organisasi Wanita Islam

Kelurahan Sriwedari di Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi.

b. Randomnisasi Subyek Penelitian

Jumlah subyek penelitian yang diadapat berdasarkan kriteria inklusi

kemudian di randomnisasi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang

diberikan senam lantai (kelompok perlakuan). Dan kelompok yang

tidak diberikan senam lantai (kelompok kontrol), pembagian sampel

dilakukan dengan cara randomnisasi, dengan cara menuliskan semua

nama subyek penelitain pada kertas kecil, kemudian gulung masukkan

kedalam kotak lalu dikocok. Nama yang keluar kemudian dimasukkan

dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol secara begantian.

3. Pre Test

Sebelum dimulai penelitian terlebih dahulu dilakukan pengukuran

fleksibilitas lumbal dengan menggunakan pita ukur pada kedua kelompok.

Cara melakukannya adalah dengan menggunakan skala schober, untuk

mengetahui kemampuan lumbal pada saat gerakan membungkuk. Prosedur

pengukurannya adalah sebagai berikut : (1) ditentukan titik pertama pada

sendi lumbo-sacral yang berada pada garis maya yang menghubungkan

dample of venous, (2) dibuat titik kedua yang berjarak 10cm di atas titik
pertama, (3) dibuat titik ketiga yang berjarak 5cm dibawah titik pertama

dan titik-titik tersebut berada pada linea mediana, (4) diletakkan pita

pengukur pada titik atas dan titik bawah, posisi pasien berdiri tegak (5)

subyek membungkuk sebatas kemampuanya dengan lutut tetap lurus (6)

kemudian jarak titik ketiga dan kedua diukur dengan pita pengukur, titik

pangkal pita ukur tidak berubah, (7) catat angka pada pita ukur yang

menunjuk pada titik kedua dan ketiga kemudian dikurangi 15cm ( Moll &

Wright, 1971).

4. Pelaksanaan penelitian

Sebelum dilakukan senam lantai terlebih dahulu peneliti

memberikan penjelasan tentang maksud dari penelitian yang akan di

laksanakan, dilakukan pemeriksaan tekanan darah pada lansia terlebih

dahulu dan menilai berat badan dan tinggi badan. Kemudian peneliti

melakukan penilaian fleksibilitas lumbal dengan menggunakan alat ukur

berupa mid line, Setelah itu peneliti mencatat hasil masing-masing

penilaian pada lembar pengamatan. Senam lantai diberikan kepada

kelompok perlakuan selama 4 minggu dengan frekuensi latihan 3x per

minggu dan dosis latihan 45 menit. Setelah 4 minggu dilakukan kembali

pengukuran fleksibilitas dengan menggunakan pita ukur ( mid line ) pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.


I. Analisa Data

Pada penelitian ini akan diperoleh data berupa nilai fleksibilitas sendi

lumbal menggunakan schober test pada awal penelitian serta setelah 4 minggu

melakukan senam untuk mencegah nyeri pinggang . Teknik analisa data yang

digunakan adalah Wilcoxson Signed Rank Test dan Mann Whithney dengan

tingkat kemaknaan p < 0,05 untuk menilai perubahan fleksibilitas sendi

lumbal sebelum dan setelah melakukan senam untuk mencegah nyeri

pinggang. Data akan di analisis dengan program komputer model SPSS 15.00.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Subyek Penelitian

Penelitian ini bertempat di organisasi wanita islam kelurahan

Sriwedari kecamatan Laweyan Surakarta pada tanggal 10 Januari 2010 hingga

14 Februari 2010. Alasan subyek penelitian di organisasi ini, karena selain

dekat dengan peneliti, subyek di lingkungan kelurahan Sriwedari mudah

ditemui dan ketahui oleh peneliti lingkungan tempat tinggalnya, sehingga

mempermudah bagi peneliti dalam pengumpulan data.

Subyek penelitian adalah kaum perempuan lanjut usia dengan usia

antara 60 hingga 74 tahun. Jumlah lansia secara keseluruhan ada 130 orang,

namun yang masuk dalam kriteria inklusi ada 22 orang lansia. 22 orang

dijadikan kelompok kontrol dan 22 orang dijadikan kelompok perlakuan.

Kelompok perlakuan merupakan kelompok lansia yang diberi senam

mencegah nyeri pinggang. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan

peningkatan fleksibilitas lumbal.

B. Deskripsi Karakteristik Subyek Penelitian

Adapun distribusi karakteristik subyek penelitian yang masuk dalam

analisis statistik, yaitu usia, tinggi badan, berat badan, berturut-turut

dijelaskan sebagaimana tampak pada tabel berikut:


Tabel 4.1
Deskripsi Karakteristik Usia Subyek Penelitian

Subyek Min Max Mean Standard Dev.


Perlakuan 60 74 64,41 4,228
Kontrol 60 74 65,27 4,421

Grafik 4.1
Grafik Usia Responden
Histogram Kelompok Perlakuan dan Kelompok Histogram
Kontrol
10
6

8 5

4
Frequency

6
Frequency

2
1
Mean =64.41
Std. Dev. =4.228 Mean =65.27
N =22 Std. Dev. =4.421
N =22
0
0
60 62.5 65 67.5 70 72.5
60 62.5 65 67.5 70 72.5
umur umur

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada kelompok

perlakuan usia responden yang paling banyak adalah 65 tahun sedangkan

kelompok kontrol adalah 60 tahun.


Tabel 4.2
Deskripsi Karakteristik Tinggi Badan Subyek Penelitian
Standard Dev.
Subyek Min Max Mean
Perlakuan 140 165 151,05 7,587
Kontrol 140 165 154,55 7,398

Grafik 4.2
Grafik Tinggi Badan Responden Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Histogram Histogram Kontrol

10

6
8
Frequency
Frequency

6
4

Mean =154.55
Mean =151.05 Std. Dev. =7.398
Std. Dev. =7.587 N =22
N =22
0
0
140 145 150 155 160 165
140 145 150 155 160 165
TINGGI BADAN TINGGI BADAN

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa tinggi badan

responden yang paling banyak pada kelompok perlakuan adalah 145-150 cm

dan tinggi badan kelompok kontrol yang paling banyak adalah 160-165 cm.
Tabel 4.3
Deskripsi Karakteristik Berat Badan Subyek Penelitian
Standard Dev.
Subyek Min Max Mean
Perlakuan 45 65 52,73 5,101
Kontrol 45 60 51,50 4,091

Grafik 4.3
Grafik Berat BadanHistogram
Responden Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Histogram

8 6

4
Frequency
Frequency

4 3

Mean =52.73 Mean =51.5


Std. Dev. =5.101 Std. Dev. =4.091
N =22 N =22
0 0
45 50 55 60 65 46 48 50 52 54 56 58 60

BERAT BADAN BERAT BADAN

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa berat badan

responden yang paling banyak pada kelompok perlakuan adalah 50 kg dan

berat badan kelompok kontrol yang paling banyak adalah 52 kg.


Tabel 4.4
Deskripsi Data Tes Schober Variabel Perlakuan
Standard Dev.
Variabel Perlakuan Min Max Mean
Schober Test Awal 2,5 6,0 4,250 1,0703
Schober Test Akhir 3,5 7,0 5,432 1,0567

Tabel 4.5
Deskripsi Data Tes Schober Variabel Kontrol
Standard Dev.
Variabel Kontrol Min Max Mean
Schober Test Awal 2,8 5,8 4,059 0.8894
Schober Test Akhir 2,3 6,0 4,041 1,0509

Tampak pada tabel di atas, yaitu tabel 4.1 hingga tabel 4.3 adalah

deskripsi data berdasarkan usia, tinggi badan dan berat badan. Sedangkan pada

tabel 4.4 dan tabel 4.5 adalah deskripsi data skoring schober test untuk

variabel perlakuan (tabel 4.4) dan variabel kontrol (tabel 4.5).

Pada variabel perlakuan yang diberi perlakuan senam untuk mencegah

nyeri pinggang tampak bahwa pada schober test akhir memiliki rata-rata

(mean) lebih besar daripada nilai schober test awal, hal ini menunjukkan jika

pada variabel perlakuan tampak ada perubahan, sedangkan apabila dilihat

pada tabel 4.5 pada schober test awal dan schober test akhir tampak bahwa

nilai minimal dan maksimal untuk skor schober test tidak mengalami

perubahan, namun pada rata-rata terdapat perubahan yang sangat kecil.

Apakah perubahan tersebut signifikan atau tidak pada sub bab selanjutnya

akan dilakukan test uji perbedaan dengan menggunakan analisis wilcoxon rank

test dan mann whithney.


C. Analisis Data

Hasil pengumpulan data di olah menggunakan program SPSS

Windows dengan menggunakan metode analisis wilcoxon rank test dan Mann

Whitney. Sehubungan metode pengujian hipotesis membutuhkan persyaratan

pengujian homogenitas data, maka sebelumnya dilakukan uji homogenitas

sebagai berikut:

1. Uji Homogenitas Data

Pengujian homogenitas menjelaskan bahwa data yang digunakan berasal

dari populasi yang sama. Dengan demikian maka pengujian hipotesis

menggunakan seluruh sampel yang berasal dari lansia yang telah masuk

dalam kategori layak uji sebanyak 22. Selengkapnya hasil pengujian

homogenitas data dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.8
Hasil Pengujian Homogenitas
Variabel Schober Test F hitung p-value
Kontrol 0,602 0,442
Perlakuan 0,005 0,946

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas data tampak pada tabel

4.8 bahwa p-value > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

variabel schober test awal dan schober test akhir merupakan sampel dari

populasi yang sejenis atau homogen.


2. Uji Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini menyatakan bahwa, ada pengaruh

senam mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia.

Sedangkan metode yang digunakan adalah pre and post design, Sehingga

pada data kelompok perlakuan diadakan perbandingan antara schober test

sebelum adanya senam yaitu schober test awal dengan schober test setelah

diberikan senam yaitu schober test akhir. Sedangkan pada data kelompok

kontrol juga demikian, pada schober test awal bersamaan dengan

kelompok perlakuan dan pada schober test akhir bersamaan pada

kelompok perlakuan di adakan perbandingan.

Secara deskriptif hasil pengujian secara keseluruhan dijelaskan

sebagai berikut:

a. Pengujian hipotesis pre and post test design schober test pada

kelompok perlakuan dengan senam mencegah nyeri pinggang

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji wilcoxon rank test

adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.9
Hasil Pengujian Hipotesis Schober Test 1 dan
Schober Test 2 Pada Kelompok Perlakuan

Kelompok Z score p-value Kesimpulan


Perlakuan -4,033 0,000 Signifikan
b. Pengujian hipotesis pre and post test design schober test pada

kelompok kontrol tidak diberikan (belum pernah melakukan) senam

mencegah nyeri pinggang

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji wilcoxon rank test

adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Hasil Pengujian Hipotesis Schober Test 1 dan
Schober Test 2 Pada Kelompok Kontrol
Kelompok Z score p-value Kesimpulan
Kontrol -0,716 0,474 Tidak
Signifikan

c. Pengujian hipotesis pre and post test design schober test sebagai uji

hipotesis antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney

adalah sebagaimana tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.11
Hasil Pengujian Hipotesis
Kelompok Z score p-value Kesimpulan
Perlakuan – -5,295 0,005 Signifikan
Kontrol

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, terdapat banyak

kekurangan antara lain:


1. Waktu penelitian yang singkat sehingga mengurangi kecermatan dan

ketelitian dalam penelitian

2. Subyek penelitian yang sering beristirahat di sela-sela latihan senam,

sehingga di dapatkan hasil yang kurang maksimal terhadap fleksibilitas

lumbal.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dengan menggunakan metode Eksperimen Semu yaitu

suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gejala atau pengaruh yang

timbul dari adanya perlakuan tertentu dan semua variabel tidak dapat di

kontrol oleh peneliti. Dengan penelitian Two Group Pre and Post Test design

yaitu membandingkan antara fleksibilitas lumbal wanita lanjut usia yang

diberikan latihan senam untuk pencegahan nyeri pinggang sebagai kelompok

perlakuan dengan wanita lanjut usia yang tidak diberikan senam sebagai

kelompok kontrol. Pada penelitian ini pengukuran fleksibilitas sendi lumbal

menggunakan schober test pada awal penelitian serta setelah 4 minggu

melakukan senam untuk mencegah nyeri pinggang . Teknik analisa data yang

digunakan adalah Wilcoxson Signed Rank Test dan Mann Whitney dengan

tingkat kemaknaan p < 0,05 untuk menilai perubahan fleksibilitas sendi

lumbal sebelum dan setelah melakukan senam untuk mencegah nyeri

pinggang. Data akan di analisis dengan program komputer model SPSS 15.00.

Penelitian ini bertempat di organisasi wanita islam kelurahan Sriwedari

kecamatan Laweyan Surakarta pada tanggal 10 Januari 2010 hingga 14

Februari 2010. Alasan subyek penelitian di organisasi ini, karena selain dekat

dengan peneliti, subyek di lingkungan kelurahan Sriwedari mudah ditemui dan

ketahui oleh peneliti lingkungan tempat tinggalnya, sehingga mempermudah


bagi peneliti dalam pengumpulan data. Subyek penelitian adalah kaum

perempuan lanjut usia dengan usia antara 60 hingga 74 tahun. Jumlah lansia

secara keseluruhan ada 130 orang, namun yang masuk dalam kriteria inklusi

ada 22 orang lansia. 22 orang dijadikan kelompok kontrol dan 22 orang

dijadikan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan merupakan kelompok

lansia yang diberi senam mencegah nyeri pinggang. Penelitian ini berusaha

untuk mendeskripsikan peningkatan fleksibilitas lumbal.

Karakteristik responden berdasarkan usia adalah bahwa responden

memiliki usia antara 60-74 tahun dengan nilai rata-rata sebesar 64,41 untuk

kelompok perlakuan dan 65,27 untuk kelompok kontrol. Kemudian

berdasarkan tinggi badan diketahui bahwa tinggi badan responden berkisar

antara 140-165 cm dengan rata-rata sebesar 151,05 cm untuk kelompok

perlakuan dan 154,55 cm untuk kelompok kontrol. Sementara itu, distribusi

berat pada responden diketahui bahwa bagi kelompok perlakuan memiliki

berat badan antara 45-65 kg dengan nilai rata-rata sebesar 52,73 kg dan

standar deviasi sebesar 5,101, sedangkan bagi kelompok kontrol memiliki

berat badan antara 45-60 kg dengan nilai rata-rata 51,50 kg dan standar deviasi

sebesar 4,091.

Karakteristik responden berdasarkan tes schober untuk kelompok

perlakuan memiliki schober test awal antara 12,5 – 17,2 cm dengan nilai rata-

rata sebesar 15,182 dan standar deviasi sebesar 15,182 dan standar deviasi

sebesar 1,1802, sedangkan schober test akhir berkisar antara 13-19 cm dengan

nilai rata-rata sebesar 16,418 cm dan standar deviasi sebesar 1,5168.


Sementara itu, untuk kelompok kontrol pada schober test awal memiliki

kisaran data antara 13-16,8 cm dengan nilai rata-rata sebesar 14,805 dan

standar deviasi sebesar 1,1705, sedangkan pada schober test akhir data

berkisar antara 13-16,5 cm dengan nilai rata-rata sebesar 14,7 dan standar

deviasi sebesar 1,1798. Pada variabel perlakuan yang diberi perlakuan senam

untuk mencegah nyeri pinggang tampak bahwa pada schober test akhir

memiliki rata-rata (mean) lebih besar daripada nilai schober test awal, hal ini

menunjukkan jika pada variabel perlakuan tampak ada perubahan. Dengan

demikian, terjadi peningkatan panjang fleksibilitas sendi lumbal pada schober

test akhir kelompok perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian hipotesis

pre and post test design schober test pada kelompok perlakuan dengan senam

mencegah nyeri pinggang dengan menggunakan uji wilcoxon rank test

diperoleh nilai z-score sebesar -4,033 dan p-value sebesar 0,000. Dengan

demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara senam mencegah nyeri

pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia. Kemudian, pengujian

hipotesis pre and post test design schober test pada kelompok kontrol tidak

diberikan (belum pernah melakukan) senam mencegah nyeri pinggang

diketahui bahwa nilai z-score sebesar -0,716 dan p-value sebesar 0,474.

Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara senam mencegah

nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia. Sementara itu,

pengujian hipotesis pre and post test design schober test sebagai uji hipotesis

antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol diperoleh nilai z-score


sebesar -5,295 dan p-value sebesar 0,000. Dengan demikian terdapat pengaruh

yang signifikan antara senam mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas

lumbal pada lansia. Secara umum, terdapat pengaruh yang signifikan antara

senam mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia

dengan p-value < 0,05.

B. Hubungan Senam Untuk Mencegah Nyeri Pinggang terhadap fleksibilitas

lumbal

Fleksibilitas otot adalah kemampuan maksimum otot untuk

menggerakkan sendi dalam jangkauan gerakan (Doewes, 2003). Tidak

fleksibilitasnya otot dapat mengakibatkan terbatasnya lingkup gerak sendi

(LGS) yang diakibatkan oleh adanya kekakuan otot dan tendon sehingga

menyebabkan kontraktur sendi. Menurut Doewes (2003) kelenturan daerah

punggung sering menyebabkan penurunan aktifitas hidup sehari-hari dan

menyebabkan timbulnya penyakit punggung kronik pada bagian bawah.

Tingkat kelenturan yang adekuat akan meningkatkan kemampuan fungsional

individu (membungkuk dan berputar) dan mengurangi kemungkinan cidera

(resiko ketegangan otot dan masalah punggung bawah). Parameter ini

tergantung pada sejumlah variabel yang spesifik termasuk distensibilitas

kapsul sendi, suhu otot dan disamping itu keketatan jaringan seperti

ligamentum, tendon memenuhi kelenturan (Doewes, 2003).

Dengan bertambahnya umur terjadi perubahan kolagen, elastin

(jaringan penghubung) setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya


mekaniknya karena penuaan, daya elastis dan kekuatan dari kolagen menurun

karena mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada

lansia. Selain itu perubahan srtuktur otot dan jaringan ikat sekitar sendi

seperti tendon, ligamentum, dan fasia pada lansia mengalami penurunan

elastisitas. Begitu pula Dengan diskus yang tersusun oleh fibrokartilago

dengan matrik glatimus akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak

teratur. maka seiring bertambahnya umur sering di jumpai terjadinya

degenerasi, erosi dan klasifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Sendi

kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas gerak sendi. Hal-

hal diatas lebih cepat terjadi pada lansia wanita diakibatkan proses menopause

karena adanya penurunan hormon estrogen. pada kondisi patologi gangguan

fungsional gerak disebabkan karena immobilisasi yang lama dan kurangnya

latihan pada daerah punggung terutama lumbal. Selain itu gangguan berat

badan (obesitas) juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan

pada daerah pinggang atau lumbal, hal ini diakibatkan karena adanya

pembebanan berlebih pada daerah lumbal atau tulang belakang.

Dengan melakukan olahraga seperti senam di harapkan dapat

mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari

berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam, selain

menjaga kebugaran dapat melindungi tubuh agar tulang lebih kuat dan otot

dapat lebih lentur. Salah satu kegiatan yang dapat mengurangi dampak resiko

sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satunya adalah dengan kegiatan


olah raga yang bermanfaat bagi para lansia. Jenis olahraga yang dapat

dilakukan pada lansia antara lain adalah senam untuk mencegah nyeri

pinggang. Program-program latihan untuk usia lanjut harus menekankan

perenggangan yang sesuai, khususnya untuk tubuh bagian atas, bawah leher

dan daerah panggul (Doewes, 2003).

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut

(Santosa, 1994). Sedangkan menurut Nugroho (1999), lansia yaitu seseorang

individu baik laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-69 tahun.

Jadi dengan demikian pengertian senam untuk mencegah nyeri pinggang

adalah, bagian dari rumpun senam, sesuai dengan dengan istilahnya, maka

gerakan-gerakan pada latihan senam tersebut bertujuan untuk mencegah

ataupun mengurangi terjadinya nyeri pada bagian pinggang yang sering terjadi

pada lansia pada umumnya. Gerakan senam difokuskan pada daerah sekitar

pinggang dan adanya gerakan penguluran atau strech pada otot-otot daerah

tersebut.

Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya, didapatkan bahwa dengan

dilakukannya latihan senam untuk mencegah terjadinya nyeri pinggang dapat

memberikan dampak terjadinya penambahan fleksibilitas lumbal pada lansia.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengujian hipotesis pre and post test design schober test pada kelompok

perlakuan dengan senam mencegah nyeri pinggang dengan menggunakan uji

wilcoxon rank test diperoleh nilai z-score sebesar -4,033 dan p-value sebesar

0,000. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara senam

mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia.

Kemudian, pengujian hipotesis pre and post test design schober test

pada kelompok kontrol tidak diberikan (belum pernah melakukan) senam

mencegah nyeri pinggang diketahui bahwa nilai z-score sebesar -0,716 dan p-

value sebesar 0,474. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan

antara senam mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada

lansia. Sementara itu, pengujian hipotesis pre and post test design schober test

sebagai uji hipotesis antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol

menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai z-score sebesar -5,295 dan p-

value sebesar 0,000. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan

antara senam mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada

lansia. Secara umum, terdapat pengaruh yang signifikan antara senam

mencegah nyeri pinggang terhadap fleksibilitas lumbal pada lansia dengan p-

value < 0,05.


B. Implikasi

Dengan bertambahnya umur terjadi perubahan kolagen, elastin

(jaringan penghubung) setelah kolagen mencapai puncak fungsi atau daya

mekaniknya karena penuaan, daya elastis dan kekuatan dari kolagen menurun

karena mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.

Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada

lansia.

Dengan melakukan latihan senam untuk mencegah nyeri pinggang

diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas lumbal pada lansia. Dari hasil

perhitungan secara statistic dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

pengaruh senam pencegah nyeri pinggang pada lansia.

C. Saran

Penelitian ini dirapkan memberikan sumbangan bagi perkembangan

ilmu pengetahuan, khususnya bagi lansia dengan adanya data-data yang

menunjukkan pengaruh senam untuk mencegah nyeri pinggang terhadap

terhadap peningkatan fleksibilitas lumbal pada lanjut usia di Kelurahan

Sriwedari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Penelitian ini diharapkan juga

bisa menambah khasanah pengetahuan mengenai macam latihan dan dosis

latihan yang tepat yang nantinya berdampak pada keberhasilan terapi dan

sebagai masukan kepada lansia dan keluarganya serta bagi masyarakat untuk

menyadari pentingnya latihan fisik agar tercapainya derajat kesehatan yang

optimal.
DAFTAR PUSTAKA

American Alliance For Healt, Physicial Education, Recreaton and Dance, 1999,
Physicial Education for Lifelong Fitness, Human Kinetics, Champaign.

Aswin, S. 2003. Pengaruh Proses Menua Terhadap Sistem Muskuloskeletal.


Dalam W. Rochmah (ed) : Naskah Lengkap Simposium Gangguan
Muskuloskeletal. Fakultas Kedokteran Universias Gadjah Mada.
Yogyakarta, hal. 10-20.

Badrushalih, 2008, Batas-batas Lanjut Usia, diaskes tanggal 18/06/09, Tersedia


dalam : http://ahmadfikri.blogspot.com.

Bandy, E., 2006, Exercise and Women with Physical Disabilities, Practitioners’
Guide to Primary Care, Primary Health Care Considerations.

Branner & Suddarth, Alih bahasa Monica Ester, SKP, 2002; Buku Ajaran
Keperawatan Medika Bedah edisi 8, Volume I, ECG, Jakarta.

Brick, L., 2002, Bugar dengan Senam Osteoporosis, Alih bahasa Anna Agustina,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, hal. 6 dan 45-47.

Brooks. G.A. & Fahey T.D. 1984. Exercise Physiology. Human Bioenergetics and
Its Applications John Wiley & Sons, Singapore.

Budiharjo, S., 2003, Pengaruh Senam Bugar Lansia terhadap Kekuatan otot
Wanita Lanjut Usia Tidak Terlatih di Yogyakarta, Tesis, Pascasarjana
UGM, Yogyakarta.

Burke, E.R. 2001. Panduan Lengkap Latihan Kebugaran di Rumah. Rajagraindo.


Persada, Jakarta.

Darmojo dan Martono, 2000, Mild Cognitive Impairment (MCI) Gangguan


Kognitif Ringan. Berkala Neuro Sains, 1 (1):11-15.

Departemen Kesehatan, 2003, Kesehatan Jiwa Lanjut Usia (Internet). Tersedia


dalam : http://www.depkes.go.id (Diaskes 19 Juli 2009).

Gilang, S., 2007, Sehat dan Bugar Petunjuk Praktis Berolahraga yang benar, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 30, 38.

Hardywinoto & Setiabudhi, T 1999 Panduan Gerontology Tinjauan Dari


Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kusumastuti, P.m 2000, Pengaruh Latihan pada Perbaikan Kecepatan Berjalan
para Lansia di panti Werdha, Berkala Ilmiah Kesehatan FATMAWATI, 2
(4) : 136-43.

Luttgens, K., and Hamilton N., Kinesiologi Scientific Basic of Human Motion,
Mc. Graw-Hill, Boston.

Magge, D.J., 2000, Orthopedic Physical Assessment, Edisi 4, W.B. Saunders Co.,
Philadelphia.

Moll & Wright, 1971, Modified Schober Test (internet). Tersedia dalam:
http://www.schobertest.go.id(diaskes 28 Desember 2009).

Nazir, Almul., 2003, Metode Penelitian, Cetakan Keenam, Ghalia Indonesia,


Ciawi Bogor Selatan, hal. 386.

Notoatmojo, 2003. Metode Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta : PT


Rieke Cipt.

Prayitno, Nugroho, 1999, Manula (Manusia Lanjut Usia). Jakarta : Inti I Daya
Press.

Pujiastuti S., Utomo B., 2003, Fisioterapi Pada Lansia, Cetakan I, Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta.

Putz. R and Pabst, R, 2000, Atlas Anatomi Manusia, Sobatta Anatomi, Edisi XXI,
Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.

Rochmat, W. And Aswin, S. 2001 Tua dan Proses menua B.I. Ked. 33 (40:22) –
227.

Santosa M. Hj. Dra. 1994. Senam Bugar Lansia Perwasi.DIY. FK. UGM.
Yogyakarta.

Schiff, I and Walsh B. Menopause in K.L. Becker (ed) : Principles and Practice
of Endocrimology and Metabolism. 2nd ed. J.B. Lippincot Company,
Philadelphia, pp. 915 – 28.

Smit, 2007, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Grafindo Media,


Jakarta, hal. 81-83.

Snell, R.S., 2008, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi Keenam,
Alih Bahasa Liliana Sugiarto, EGC, Jakarta, hal. 884-885.

Susanto, Ha., 2000, Pengaruh Senam Tai-Chi terhadap Fleksibilitas Wanita


berusia 50 tahunb ke atas, Journal Kedokteran Yarsis, 8 (1) : 53-58.
Syaifuddin, 2002, Struktur dan Komponen Tubuh Manusia, Widya Medika,
Jakarta.

Tarana, Yuda. 2005, Senam Untuk Mencegah Nyeri Pinggang. Jakarta (Internet)
tersedia dalam : http:///www.Senam Lansia.go.id (Diaskes 9 Agustus
2009).

Tortora & Grabowski, 2003, Muscle and Its Peasease. An Outline Primer of Basic
Science and Clinical Method. Year Book Medical Publisher, Inc.
Chicaco.

Wahyuni, Herawati, I., 2004, Latihan Peregangan untuk Meningkatkan


Fleksibilitas Punggung, diaskes tanggal 6 Oktober 2009, dari :
http://eprints. ums.ac.id.

Wold, G., 1999, Basic Geratric Nursing, Mosby, St. Loui

Yuniadi, 2006, Pemeriksaan dan Konsultasi Kesehatan, diaskes pada tanggal 16


Desember 2010, Tersedia dalam : http://Pemeriksaan Kebugaran.
blogspot.com.
Kelompok perlakuan

Uji Normalitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion


Schober Test Awal 22 12.5 17.2 15.182 1.1802
Schober Test Akhir 22 13.0 19.0 16.418 1.5168
Valid N (list wise) 22

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Schober Schober
Test Awal Test Akhir
N 22 22
Normal Parameters a,b Mean 15.182 16.418
Std. Dev iat ion 1.1802 1.5168
Most Extreme Absolute .152 .149
Dif f erences Positiv e .114 .107
Negativ e -.152 -.149
Kolmogorov -Smirnov Z .712 .701
Asy mp. Sig. (2-tailed) .692 .710
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Uji Normalitas: Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion


Schober Test Awal 22 13.0 16.8 14.805 1.1705
Schober Test Akhir 22 13.0 16.5 14.700 1.1796
Valid N (list wise) 22

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Schober Schober
Test Awal Test Akhir
N 22 22
Normal Parameters a,b Mean 14.805 14.700
Std. Dev iat ion 1.1705 1.1796
Most Extreme Absolute .119 .138
Dif f erences Positiv e .118 .133
Negativ e -.119 -.138
Kolmogorov -Smirnov Z .559 .645
Asy mp. Sig. (2-tailed) .913 .800
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Wilcoxon Signed Ranks Test: Kelompok perlakuan

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Schober Test Akhir - Negativ e Ranks 0a .00 .00
Schober Test Awal Positiv e Ranks 21b 11.00 231.00
Ties 1c
Total 22
a. Schober Test Akhir < Schober Test Awal
b. Schober Test Akhir > Schober Test Awal
c. Schober Test Akhir = Schober Test Awal

Test Statisticsb

Schober
Test Akhir
- Schober
Test Awal
Z -4.027a
Asy mp. Sig. (2-t ailed) .000
a. Based on negativ e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Wilcoxon Signed Ranks Test: Kelompok Kontrol

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Schober Test Akhir - Negativ e Ranks 7a 4.86 34.00
Schober Test Awal Positiv e Ranks 1b 2.00 2.00
Ties 14c
Total 22
a. Schober Test Akhir < Schober Test Awal
b. Schober Test Akhir > Schober Test Awal
c. Schober Test Akhir = Schober Test Awal

Test Statisticsb

Schober
Test Akhir
- Schober
Test Awal
Z -2.266a
Asy mp. Sig. (2-t ailed) .023
a. Based on positiv e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Perbedaan schober Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Descriptives

Descriptive Stati stics

N Minimum Maximum Mean Std. Dev iat ion


perlakuan 22 .0 2.5 1.236 .6403
kontrol 22 -.5 .2 -.105 .1963
Valid N (list wise) 22

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

perlakuan kontrol
N 22 22
Normal Parameters a,b Mean 1.236 -.105
Std. Dev iat ion .6403 .1963
Most Extreme Absolute .144 .385
Dif f erences Positiv e .144 .252
Negativ e -.129 -.385
Kolmogorov -Smirnov Z .675 1.804
Asy mp. Sig. (2-tailed) .752 .003
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom data.
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


kontrol - perlakuan Negativ e Ranks 21a 11.00 231.00
Positiv e Ranks 0b .00 .00
Ties 1c
Total 22
a. kontrol < perlakuan
b. kontrol > perlakuan
c. kontrol = perlakuan

Test Statisticsb

kontrol -
perlakuan
Z -4.024a
Asy mp. Sig. (2-t ailed) .000
a. Based on positiv e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Umur: Kelompok Perlakuan

Statistics

umur
N Valid 22
Missing 0
Mean 64.41
Median 65.00
Mode 60
St d. Dev iation 4.228
Minimum 60
Maximum 74
Sum 1417

umur

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60 8 36.4 36.4 36.4
64 2 9.1 9.1 45.5
65 7 31.8 31.8 77.3
70 4 18.2 18.2 95.5
74 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0
Histogram

10

8
Frequency

Mean =64.41
Std. Dev. =4.228
N =22
0
60 62.5 65 67.5 70 72.5
umur
Umur: Kelompok Kontrol

Statistics

umur
N Valid 22
Missing 0
Mean 65.27
Median 65.00
Mode 60a
St d. Dev iation 4.421
Minimum 60
Maximum 74
Sum 1436
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown

umur

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60 5 22.7 22.7 22.7
61 1 4.5 4.5 27.3
62 3 13.6 13.6 40.9
64 2 9.1 9.1 50.0
66 2 9.1 9.1 59.1
68 2 9.1 9.1 68.2
69 1 4.5 4.5 72.7
70 5 22.7 22.7 95.5
74 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0
Histogram

4
Frequency

Mean =65.27
Std. Dev. =4.421
N =22
0
60 62.5 65 67.5 70 72.5
umur
Tinggi Badan Kelompok Perlakuan

Statistics

TINGGI BADAN
N Valid 22
Missing 0
Mean 151.05
Median 150.00
Mode 140a
St d. Dev iation 7.587
Minimum 140
Maximum 165
Sum 3323
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown

TINGGI BADAN

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 140 3 13.6 13.6 13.6
145 3 13.6 13.6 27.3
147 1 4.5 4.5 31.8
148 3 13.6 13.6 45.5
150 3 13.6 13.6 59.1
152 1 4.5 4.5 63.6
155 3 13.6 13.6 77.3
158 1 4.5 4.5 81.8
160 1 4.5 4.5 86.4
162 1 4.5 4.5 90.9
165 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0
Histogram

6
Frequency

Mean =151.05
Std. Dev. =7.587
N =22
0
140 145 150 155 160 165
TINGGI BADAN
Berat Badan Kelompok Perlakuan
Statistics

BERAT BADAN
N Valid 22
Missing 0
Mean 52.73
Median 51.50
Mode 50
St d. Dev iation 5.101
Minimum 45
Maximum 65
Sum 1160

BERAT BADAN

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45 2 9.1 9.1 9.1
48 1 4.5 4.5 13.6
49 2 9.1 9.1 22.7
50 5 22.7 22.7 45.5
51 1 4.5 4.5 50.0
52 2 9.1 9.1 59.1
53 1 4.5 4.5 63.6
55 3 13.6 13.6 77.3
58 3 13.6 13.6 90.9
62 1 4.5 4.5 95.5
65 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0
Histogram

6
Frequency

Mean =52.73
Std. Dev. =5.101
N =22
0
45 50 55 60 65
BERAT BADAN
Tinggi Badan Kelompok Kontrol
Statistics

TINGGI BADAN
N Valid 22
Missing 0
Mean 154.55
Median 155.00
Mode 150a
St d. Dev iation 7.398
Minimum 140
Maximum 165
Sum 3400
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown

TINGGI BADAN

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 140 1 4.5 4.5 4.5
145 3 13.6 13.6 18.2
148 1 4.5 4.5 22.7
150 4 18.2 18.2 40.9
152 1 4.5 4.5 45.5
155 2 9.1 9.1 54.5
158 1 4.5 4.5 59.1
160 4 18.2 18.2 77.3
162 2 9.1 9.1 86.4
163 1 4.5 4.5 90.9
165 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100.0 100.0
Histogram

10

8
Frequency

Mean =154.55
Std. Dev. =7.398
N =22
0
140 145 150 155 160 165
TINGGI BADAN

Berat Badan Kelompok Kontrol


Statistics

BERAT BADAN
N Valid 22
Missing 0
Mean 51.50
Median 52.00
Mode 48a
St d. Dev iation 4.091
Minimum 45
Maximum 60
Sum 1133
a. Mult iple modes exist. The smallest v alue is shown
BERAT BADAN

Cumulativ e
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45 2 9.1 9.1 9.1
47 1 4.5 4.5 13.6
48 4 18.2 18.2 31.8
49 1 4.5 4.5 36.4
50 2 9.1 9.1 45.5
52 4 18.2 18.2 63.6
53 1 4.5 4.5 68.2
55 4 18.2 18.2 86.4
56 1 4.5 4.5 90.9
58 1 4.5 4.5 95.5
60 1 4.5 4.5 100.0
Total 22 100.0 100.0

Histogram

4
Frequency

Mean =51.5
Std. Dev. =4.091
N =22
0
46 48 50 52 54 56 58 60
BERAT BADAN

Uji Homogenitas: schober test awal


Uji Homogenitas Kelompok Perlakuan

Descriptives

SCHOBER TEST AWAL


95% Confidence Interv al for
Mean
N Mean Std. Dev iation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
PERLAKUAN 22 15.182 1.1802 .2516 14.659 15.705 12.5 17.2
KONTROL 22 14.805 1.1705 .2495 14.286 15.323 13.0 16.8
Total 44 14.993 1.1772 .1775 14.635 15.351 12.5 17.2

Test of Homogeneity of Variances

SCHOBER TEST AWAL


Lev ene
St at ist ic df 1 df 2 Sig.
.069 1 42 .794

ANOVA

SCHOBER TEST AWAL


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups (Combined) 1.566 1 1.566 1.133 .293
Linear Term Contrast 1.566 1 1.566 1.133 .293
Within Groups 58.022 42 1.381
Total 59.588 43
Uji Homogenitas: schober test Akhir

Descriptives

SCHOBER TEST AKHIR


95% Confidence Interv al for
Mean
N Mean Std. Dev iation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
PERLAKUAN 22 16.418 1.5168 .3234 15.746 17.091 13.0 19.0
KONTROL 22 14.700 1.1796 .2515 14.177 15.223 13.0 16.5
Total 44 15.559 1.5995 .2411 15.073 16.045 13.0 19.0

Test of Homogeneity of Variances

SCHOBER TEST AKHI R


Lev ene
St at ist ic df 1 df 2 Sig.
1.686 1 42 .201

ANOVA

SCHOBER TEST AKHIR


Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups (Combined) 32.474 1 32.474 17.591 .000
Linear Term Contrast 32.474 1 32.474 17.591 .000
Within Groups 77.533 42 1.846
Total 110.006 43
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA SEBELUM DI
LAKUKAN SENAM PENCEGAHAN NYERI PINGGANG

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA SEBELUM


MELAKUKAN SENAM PENCEGAHAN NYERI PINGGANG
PERSIAPAN PARA LANSIA SEBELUM MELAKUKAN SENAM

PARA LANSIA MELAKUKAN SENAM DENGAN GERAKAN LYING


PRONE IN EXTENSION
PARA LANSIA MELAKUKAN SENAM DENGAN GERAKAN FULL
BACK RELEASE

PARA LANSIA MELAKUKAN SENAM DENGAN GERAKAN


BACKWARD BENDING

Anda mungkin juga menyukai