Bedah Kausus KMB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 79

7

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Karena berkat Taufik dan
Hidayah – Nya, penulis dapat menyusun Makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian


penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat menambah
pengetahuan mahasiswa–mahasiswi Akademi Keperawatan Lamongan dengan judul
“Asuhan Keperawatan Fraktur”

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam membuatmakala ini

Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini
8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi
masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan
penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang
tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu
lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi
Interna melalui operasi Orif Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal,
traksi yang berlebihan dan infeksi
B. Rumusan Masalah
1) Apakah penyebab Fraktur khususnya fraktur pelvis dan femur serta
manifestasi klinis dari fraktur?
2) Bagaimana penatalaksanaan fraktur khususnya fraktur serta Asuhan
Keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada pasien dengan masalah
fraktur?
C. Tujuan
1. tujuan umu
Setelah dilakukan penyusunan makalah tentang fraktur diharapkan agar
mahasiswa lebih mengerti tentang fraktur
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui penyebab fraktur Manifestasi Klinis dari fraktur.
b) Mengetahui penatalaksanaan fraktur
c) mengetahui diagnosis fraktur
d) Mengetahui intervensi dan implementasi yang diberikan pada klien dengan fraktur
e) Mengetahui WOC dari fraktur
9

D. Manfaat
1) Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini mahasiswa dapat mempelajari tentang askep
kegawatdaruratan pada klien dengan fraktur sehingga memudahkan mahasiswa dalam
belajar.
2) Bagi Dosen
Memudahkan dosen dalam memberikan materi perkuliahan karena mahasiswa telah
mendapatkan pengetahuan dasar dari pembuatan makalah askep keperawatan pada klien
dengan fraktur
1
0

BAB II

TINJAUANPUSTAKA

KonsepTeori fraktur

2.1.1 Pengertian fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang baik karena trauma, tekanan

maupunkelainanpatologis.Frakturadalahpatahtulang,biasanya disebabkanoleh

trauma atau tenaga fisik (Price, 2005). Sedangkan menurut Smeltzer (2005)

frakturadalahterputusnyakontinuitastulangyang ditentukansesuaijenisdan

luasnya.Frakturterjadijikatulang dikenaistresyang lebihbesardariyang

diabsorpsinya.

2.1.2 Penyebab fraktur

Frakturdapat disebabkan oleh pukulanlangsung, gayameremuk,gerakan puntir

mendadakdankontraksiototyang ekstrim.Patahtulang mempengaruhijaringan

sekitarnya mengakibatkanoedema jaringanlunak,perdarahankeototdansendi,

dislokasisendi,ruptur tendon,kerusakansarafdanpembuluhdarah.Organtubuh

dapatmengalamicederaakibatgayayang disebabkanolehfrakturataugerakan fragmen

tulang(Brunner&Suddarth, 2005)

Faktor-faktoryangmempengaruhi terjadinyafraktur:

a.Faktorekstrinsikyaitumeliputikecepatandandurasitraumayangmengenai tulang,

arah sertakekuatan tulang.


1
1
b. Faktorintrinsikyaitumeliputikapasitastulangmengabsorpsienergitrauma,

kelenturan, densitassertakekuatan tulan


1
2

Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti kecelakan

mobil,olahragaataukarenajatuh. Jenisdanberatnyapatahtulang dipengaruhi

oleharah,kecepatan,kekuatandaritenagayangmelawantulang,usiapenderita

dankelenturantulang.Tulangyang rapuhkarenaosteoporosisdapatmengalami patah

tulang.

2.1.3 Jenis fraktur

Menurut Smeltzer(2005), jenis frakturdapat dibagi menjadi:

a.Frakturkomplit

Patahpadaseluruhgaristulang danbiasanyamengalamipergeserandariposisi

normal.

b.Frakturtidak komplit

Patah tulangyangterjadipadasebagiangaris tengah tulang.

c.Frakturtertutup

Patahtulangyangtidakmenyebabkanrobekan padakulit.Patahtulang tertutup

adalahpatahtulang dimanatidakterdapathubunganantarafragmentulang dengan

dunialuar.

d.Frakturterbuka/frakturkomplikata

Patahtulang denganlukapadapadakulitdanataumembranmukosasampai patahan

tulang.

Frakturterbukadigradasi menjadi:
1
3

1) GradeI: frakturterbukadengan lukabersih kurangdari 1 cm


1
4

2) GradeII:frakturdenganlukalebihluastanpakerusakanjaringanextensif

sekitarnya.

3) GradeIII:frakturdengankondisilukamengalamikerusakanjaringan lunak

ekstensifdan sangat terkontaminasi.

Menurut Feldman(1999), frakturterbukagradeIIIdibagi lagi menjadi:

a) Grade IIIA: terjadi kerusakan soft tissue pada bagian tulang yang

terbuka

b) GradeIIIB: trauma yang menyebabkan kerusakan periosteum

ekstensifdan membutuhkan teknik bedah plastikuntuk menutupnya

c) GradeIIIC: frakturterbukatermasuk rusaknyapembuluh darah besar

e.Jenis frakturkhusus

Menurut Smeltzer(2005), jenis frakturyangkhusus lain seperti:

1) Greenstick: salah satu sisi tulangpatah dan sisi lainnyamembengkok.

2) Transversal: fraktursepanjang garis tengah tulang

3) Oblik: garis patahan membentuk sudut dengangaris tengah tulang.

4) Spiral: frakturyangmemuntirseputarbatang tulang

5) Kominutif: tulangpecahmenjadi beberapabagian


1
5

6) Kompresif: tulang mengalami kompresi/penekanan pada bagian tulang

lainnyaseperti (padatulangbelakang)

7) Depresif:frakturdenganfragmenpatahanterdorongkedalam(padatulang

tengkorak)

8) Patologik:frakturpadatulangyangberpenyakitsepertipenyakitPaget,

Osteosarcoma.
10
10

9) Epifiseal: frakturpadabagian epifiseal f.

Tipe fraktur ekstremitas atas

1) Frakturcollum humerus

2) Frakturhumerus

3) Fraktursuprakondilerhumerus

4) Frakturradius dan ulna(fraktur antebrachi)

5) Frakturcolles

6) Frakturmetacarpal

7) Frakturphalangproksimal, medial, dan distal g.

Tipefrakturekstremitas bawah

1) Frakturcollum femur

2) Frakturfemur

3) Fraktursuprakondilerfemur

4) Frakturpatella

5) Frakturplateu tibia
11
11

6) Frakturcruris

7) Fraktur ankle

8) Frakturmetatarsal

9) Frakturphalangproksimal, medial dan distal

2.1.4 Manifestasi klinis

Manifestasiklinisfrakturadalahnyeri,hilangnyafungsi,deformitas,pemendekan

ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna (Smeltzer,

2005).
12
12

a.Nyeri terus menerus danbertambah berat sampaifragmen tulangdiimobilisasi.

b.Pergeseranfragmentulang menyebabkandeformitastulangyang bisadiketahui

dengan membandingkandengan bagianyangnormal.

c.Pemendekantulangyangdisebabkankarenakontraksiototyangmelekatdiatas

maupun dibawah tempatfraktur.

d.Padapemeriksaanpalpasiditemukanadanyakrepitasiakibatgesekanantara fragmen

satu denganyanglainnya.

e.Pembengkakandanperubahanwarnalokalkulitterjadisebagaiakibattrauma dan

perdarahanyangmengikuti fraktur.

Diagnosisfrakturbergantung padagejala,tandafisikdanpemeriksaansinarX. Setelah

mengalami cedera, pasien akan mengalami kebingungan dantidak

menyadariadanyafraktur,sertaberusahaberjalandengantungkai yangpatah

(Brunner& Suddarth, 2005). Nyeri berhubungandengan fraktursangat berat dan

dapatdikurangidenganmenghindarigerakanantarfragmentulang dansendi disekitar

fraktur.

2.1.5 Penatalaksanaan Frakturdan Kegawatdaruratannya

MenurutBrunner&Suddarth(2005)selamapengkajianprimerdanresusitasi,

sangatpenting untukmengontrolperdarahanyang diakibatkanolehtrauma


13
13
muskuloskeletal.Perdarahandaripatahtulang panjang dapatmenjadipenyebab

terjadinyasyokhipovolemik. Pasiendievaluasidenganseksama danlengkap.

Ekstremitassebisa mungkinjangandigerakkanuntukmencegahkerusakansoft tissue

pada areayang cedera.


14
14

Prinsip penangananfrakturmeliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalianfungsi

sertakekuatan normal denganrehabilitasi.

a.Reduksi fraktur

Reduksifrakturberartimengembalikan fragmentulangpada kesejajarandan

rotasianatomis.Reduksibisadilakukan secaratertutup,terbukadantraksi

tergantungpadasifat frakturnamun prinsipyang mendasarinyatetap sama.

1) Reduksi tertutup

Reduksitertutupdilakukandenganmengembalikanfragmentulang kembali

keposisinyadengan manipulasi dan traksi manual

2) Reduksi terbuka

Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan pendekatan

bedahdenganmenggunakanalatfiksasiinternadalambentukpin,kawat,

platsekrewdigunakanuntukmempertahankanfragmentulang dalam

posisinyasampai penyembuhan solid terjadi.

3)Traksi

Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi.Menurut

Brunner&Suddarth(2005),traksiadalahpemasangangaya tarikanke

bagiantubuh untukmeminimalisasi spasmeotot,mereduksi,mensejajarkan,

serta mengurangi deformitas. Jenis– jenis traksi meliputi:


15
15
a) Traksi kulit :Bucktraction, Russeltraction, Dunlop traction

b)Traksiskelet:traksiskeletdipasang langsungpadatulang dengan

menggunakanpinmetalataukawat.Bebanyang digunakanpadatraksi

skeletal 7 kilogram sampai 12 kilogram untuk mencapai efek traksi.


16
16

b.Imobilisasi fraktur

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau

dipertahankandalamposisidan kesejajaranyang benar sampaiterjadi

penyatuan.Imobilisasidapatdilakukandenganfiksasiinterna ataueksterna.

Fiksasieksterna dapatmenggunakanpembalutan,gips,bidai,traksikontinupin dan

teknikgips.Fiksatorinternadengan implant logam.

c.Mempertahankan dan mengembalikan fungsi

Latihan otot dilakukan untuk meminimalkan atrofi dan meningkatkan

peredaran darah. Partisipasi dalam aktifitas sehari-hari diusahakan untuk

memperbaiki kemandirian fungsi dan hargadiri.

2.1.6 Komplikasi Fraktur

Komplikasi frakturmenurut Brunner&Suddarth (2005) dibagi menjadi 2yaitu:

a. Komplikasi awal

1) Syok

Syokhipovolemikakibatdariperdarahankarenatulang merupakanorgan

yangsangatvaskulermakadapatterjadiperdarahan yangsangatbesar sebagai

akibat dari trauma khususnya pada fraktur femur dan fraktur pelvis.
17
17
2) Emboli lemak

Pada saatterjadifraktur,globula lemakdapatmasukkedalamdarahkarena

tekanansumsumtulanglebihtinggidaritekanankapiler dankatekolamin yang

dilepaskanmemobilisasiasamlemakkedalamalirandarah.Globula lemak ini

bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang dapat


18
18

menyumbatpembuluhdarahkecilyangmemasokdarahkeotak,paru-

paru,ginjal dan organ lainnya.

3) Compartment Syndrome

Compartmentsyndromemerupakanmasalahyang terjadisaatperfusi

jaringandalamototkurang dariyang dibutuhkan.Halinidisebabkanoleh

karena penurunan ukuran fasia yang membungkus otot terlalu ketat,

balutanyang terlalu ketatdanpeningkatanisikompartemenkarena

perdarahanatau edema.

4) Komplikasiawallainnyasepertiinfeksi,tromboembolidankoagulopati

intravaskular.

b. Komplikasi lambat

1) Delayed union, malunion, nonunion

Penyatuan terlambat (delayed union) terjadi bila penyembuhan tidak

terjadi dengan kecepatannormal berhubungan denganinfeksi dan distraksi

(tarikan)darifragmentulang.Tarikanfragmentulang jugadapat

menyebabkankesalahanbentukdaripenyatuantulang (malunion).Tidak

adanya penyatuan(nonunion)terjadikarena kegagalanpenyatuanujung-

ujungdari patahan tulang.

2) Nekrosis avaskulartulang
19
19

Nekrosisavaskularterjadibilatulang kekuranganasupandarah danmati.

Tulangyang matimengalamikolapsataudiabsorpsidandigantidengan

tulangyang baru.Sinar-Xmenunjukkankehilangan kalsiumdankolaps

struktural.
20
20

3) Reaksi terhadapalat fiksasi interna

Alatfiksasiinternadiangkatsetelahterjadipenyatuantulang namunpada

kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan

gejala.Nyeridanpenurunanfungsimerupakanindikator terjadinya masalah.

Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis daripemasangan

danstabilisasiyang tidakmemadai,kegagalanmaterial,berkaratnyaalat,

responalergiterhadaplogamyang digunakandanremodeling osteoporotik

disekitar alat.

2.2 KonsepDasarPembidaian

2.2.1 Pengertian Pembidaian

Saleh(2006),menyatakanbahwapembidaian(splinting) adalahsuatucara

pertolonganpertama pada cederaatautrauma pada sistemmuskuloskeletalyang

harusdiketahuiolehdokter,perawat,atauorangyang akanmemberikan

pertolonganpertamapada tempatkejadiankecelakaan. Pembidaianadalahcara untuk

mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuhyangmengalami cederadengan

menggunakan suatu alat.

Fitch(2008),menyatakan bahwapembidaianmengimobilisasi ekstremitasyang

mengalamicederadanmelindungidaricederayang lebihlanjut,mengurangi nyeri


21
21
danperdarahanserta digunakanuntukmemulaiprosespenyembuhan. Pemakaian

pembidaianpada pasienrawatjalantermasukdidalamnyafraktur,dislokasidan

sprainotot.Stabilisasi dariektremitasyang patahtulang denganpembidaian

membantu kesejajaran tulang dan mengurangi ketidaknyamanan. Sesudah


22
22

dilakukanreduksidaridislokasi,posisi anatomidijagadenganpembidaian. Menurut

Saleh(2006),bidaidapatkakuataulunak.Ada bidaibuatanpabrikuntuk

penggunaanpadatempattertentupadatubuhkitadanadapulabidaiyang dapat

dibuatdenganmelakukanimprovisasidari barangatau bendayang sudahada

disekitarkita.

2.2.2 Tujuan Pembidaian

Saleh (2006),menyatakan bahwa ada5 alasandalammelakukan pembidaian

padacedera musculoskeletalyaitu:

a.Untuk mencegahgerakan(imobilisasi) fragmen patah tulang atau sendiyang

mengalami dislokasi.

b.Untuk meminimalisasi/mencegah kerusakanpadajaringan lunak sekitartulang

yang patah(mengurangi/mencegahcederapada pembuluhdarah,jaringansaraf

periferdan padajaringanpatah tulangtersebut).

c.Untuk mengurangi perdarahan dan bengkakyang timbul.

d.Untuk mencegah terjadinyasyok.

e.Untuk mengurangi nyeridan penderitaan.

2.2.3 KontraIndikasi Pembidaian


23
23
Fitch (2008)menyatakan bahwa meskipuntidakadakontraindikasi absolut dalam

menggunakan pembidaian/splintingpada ekstremitasyangmengalami cedera,

beberapahal unik harus diperhatikan. Pembengkakan alami akan terjadi sesudah

terjadi cederadapat menjadi hambatan dari keamanan metodedari imobilisasi.


24
24

2.2.4 Prinsip DasarPembidaian

Prinsip dasar pembidaian ini harus selalu diingat sebelum kita melakukan

pembidaian (Saleh, 2006).

a.Harus melakukan proteksi diri sebelum pembidaian

b. Janganmelepaskanstabilisasimanualpadatulangyangcederasampaikita benar-

benarmelakukanpembidaian

c.Janganmereposisiataumenekanfragmentulangyang keluarkembaliketempat

semula

d.Bukapakaianyangmenutupi tulangyangpatah sebelum memasangbidai

e.Lakukan balut tekan untuk menghentikan perdarahan padafrakturterbuka

sebelum memasangbidai

f. Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulangyangpatah

g.Bila persendianyangmengalamicedera,lakukanjuga imobilisasipada tulang

proksimaldan distal darisendi tersebut

h.Berikan bantalanatau paddinguntuk mencegah penekanan padabagian tulang

yangmenonjol dibawahkulit

i. Sebelum dan sesudah memasang bidai lakukan penilaian terhadap nadi,

gerakandanrasa/sensasipadabagiandistaldaritempatyangfrakturatau cedera
25
25
j. Berikan dukungan dan tenangkan penderitamenghadapi cederaini.
26
26

2.2.5 Tipe-TipeBidai/Splint

Gilbert(2011) menyatakan bahwapembidaian membantu mengurangikomplikasi

sekunderdaripergerakanfragmentulang,trauma neurovaskulardanmengurangi nyeri.

Adabeberapamacamsplint,yaitu:

a.Hard splint(bidai kaku)

Bidai kaku biasanya digunakan untuk fraktur ekstremitas. Bidai kaku

sederhanabisadibuatdarikayudanpapan.Bidaiinijugabisadibuat dari

plastik,aluminium, fiberglassdangipsbackslab.Gipsbackslabinidibentuk

dandiberinamasesuaiperuntukannyauntukareatraumayang dipasang bidai.

Gipsbackslabmerupakanalatpembidaianyang lebihbaik danlebihtepat digunakan

pada ekstremitasatas dan bawah sertadigunakan untuk imobilisasi

sementarapadapersendian.

b. Soft splint(bidai lunak)

Pembidaian dimulai dari tempat kejadianyang dilakukan oleh penolong

dengan menggunakan alat pembidaian sederhanaseperti bantal atau selimut.

c. Air slintatau vacuum splint

Bidaiinidigunakanpadatrauma yangspesifiksepertibidaiudara. Bidai udara

mempunyaiefekkompresisehingga beresikoterjadicompartment syndrome dan

iritasi padakulit.
27
27
d.Traction splint(bidai dengan traksi)

Bidaidengantarikanmerupakanalatmekanikyang mampumelakukantraksi pada

bidai.Bidaidengantarikaninibiasanya digunakanuntuktrauma pada

daerahfemurdan sepertigabagian tengahekstremitasbawah.


28
28

2.2.6 Backslab cast

a. Pengertian

NewZealandOrthopaedicOrganization (2010), menyatakanbahwa backslab cast

adalahalatimobilisasi pertamasebelumdilakukantindakandefinitifyang

digunakanuntukstabilisasidaribagianfrakturdanototyang mengelilinginyadan

digunakanuntukmengurangioedema(swelling)sebagaibidai.Gipsini mudah

dilepaskan biladiperlukan pemeriksaan inspeksi padabagian tubuhyangditutupi.

Miranda (2010),menyatakanbahwaback slab castadalahgipssementarayang

digunakanpada penangananpertama trauma sepertipatahtulangankle.Back slab

castiniterdiridariplaster yangmenjagatendonachilesdandigunakanpada bagian

yang terjadi pembengkakan tanpa memberikan penekanan. Bidai

tradisionaldapatmenekanalirandarah,meningkatkan rasa nyeridanketidak

nyamanan.Back slabcastinidapatmembantumengurangi nyeri,pembengkakan,

spasmeototyang

terjadiketikatraumapatahtulang.SedangkanmenurutKoval&Zukerman(2006),backsl

abcastinimenjagatulangyang patah padakesejajaran selama proses penyembuhan.

Back slab cast ini dipasang mengikuti daerah tonjolan tulang.

b. Carapembuatan
29
29
Fitch (2008), menyatakan bahwa tahap pertama dalam pembidaian adalah

melapisi bagian ekstremitas dengan beberapalembarbantalan (padding) pada

bagiantonjolantulang ataubagiantubuhyang mengalamiiritasi.Ukurpanjang

pembidaianyangdiperlukanyaitumelewatiduasendi.Gunakan3lembardari
20
20

gipsuntukekstremitasatasdan6lembar untukekstremitasbawahuntuk meyakinkan

pembidaianyang dilakukancukup kuat. Celupkan kedalammangkok airyang

sudahdisiapkan,diamkanbeberapasaatsampaimengenaiseluruhgips,

kemudianangkat,pegangsecaravertikaldangunakanduajarimenurunkansisa air pada

gips sehingga memudahkan pengeringan kemudian lapisi dengan

padding.Letakkan dibawah ekstremitasyang akan dibidaisesuaiposisi anatomis.

Gunakanperbanelastisuntukmemegangposisidaribackslabcastyangdibuat dari

bagian terjauh dari tubuh ke bagian yang lebih dekat dari pusat tubuh.

Gunakantelapaktanganpada saatpemasanganback slabcast. Setelahkering

periksakembaliadekuattidaknyaimobilisasiyang dilakukan,posisianatomisdan

kenyamanan pasien.

Brunner&Suddarth(2005),menyatakanbahwagipsakanmengalamikristalisasi yang

menghasilkanpembalutanyang kaku.Kecepatanterjadinya reaksi bervariasi

sekitar30menitsampai 60menittergantung dariketebalan dankelembaban

lingkungan.SelanjutnyaperlupemeriksaanX-ray untukmengetahuifrakturatau

dislokasiyangmembutuhkan reduksi sebelum pembidaian dilepaskan.

c. Keunggulan dari pembidaian denganbackslab cast

Brunner&Suddarth(2005),menyatakan bahwapasienyangmenderitamasalah

tulangdansendiseringmengalaminyeriyang sangatberat. Nyeridapattimbul secara

primer baikkarena masalahmuskuloskeletalmaupunmasalahpenyertanya


21
21
misalnya;tekananpadatonjolantulang akibatdaripembidaian,spasmeototdan

pembengkakan. Tekanan yang berkepanjangan diatas tonjolan tulang dapat


22
22

menyebabkanrasa terbakar.MenurutMiranda (2010)back slabcastinidapat

membantu mengurangi nyeri, pembengkakan, spasmeotot yangterjadi ketika

trauma pada kasus patah tulang. Back slab cast ini terdiri dari plaster yang

menjagatendondandigunakanpada bagianyang terjadipembengkakantanpa

memberikan penekanan.Pergerakanekstremitasyang mengalamifraktursetelah

pembidaiandenganbackslabcast sangatminimal,sehinggadapatmencegah

kerusakanfragmen tulangdan jaringan sekitarnyayanglebih berat.

Koval&Zukerman(2006),menyatakanbahwabackslabcastmenjagatulang yang

patahpadakesejajaranselamaprosespenyembuhan.Backslabcastini

dipasangmengikutidaerahtonjolantulang.SedangkanmenurutNew Zealand

OrthopaedicOrganization(2010),back slabcastdigunakanuntukstabilisasidari

bagianfraktur danototyang mengelilinginyadandigunakanuntukmengurangi

oedema (swelling) sebagai bidai. Gips ini sangat mudah dilepaskan bila

diperlukan pemeriksaan inspeksi padabagian tubuhyangditutupi.

2.2.7 Komplikasi Pembidaian

Saleh (2006)menyatakanbahwa komplikasi pembidaian biasanyatimbul bilakita

tidak melakukan pembidaian secarabenar, misalnya;

a.Bisamenekanjaringansaraf,pembuluh darahatau jaringan dibawahbidaiyang

bisamemperparah cederayangsudah ada, biladipasangterlalu ketat.


23
23
b.Bila bidai terlalu longgar bisa menimbulkan kerusakan pada saraf perifer,

pembuluhdarah, ataujaringansekitarnyaakibatpergerakanujung – ujung

fragmen patah tulang.


24
24

c.Menghambat aliran darah bilaterlalu ketat bisamenyebabkan iskemi jaringan.

Brinkley(2010), meyatakan bahwa komplikasi pembidaianantaralain:

a. Kerusakan kulit

Penekananpada kulitdapatmenyebabkaniritasidankerusakanpada kulit

sehinggasebelumdilakukanpembidaiankulitharusbenar–benar dalam keadaan

bersih. Pasirdankotoran dapat menjadi titik tekanan padakulit.

b. Compartment syndrome

Compartment syndromemerupakan komplikasi serius dari pembidaian.

Peningkatannyeri,pembengkakan,perubahanwarna danpeningkatan

temperaturmerupakangejalapentingyangharus diperhatikan.

c. Infeksi

Kerusakankulitdalampembidaiandapatmenjaditempatmasuknyabakteri dan

infeksi jamur.

d. Kerusakan saraf

Traumadapatmenyebabkanpembengkakanyang dapatmenimbulkan penekanan

sirkulasi dankerusakan saraf.


25
25

2.3 KonsepDasarNyeri pada Fraktur

2.3.1 PengkajianNeurovaskular

Nyeri merupakansalahsatu aspek dalam pengkajian neurovaskular. Pengkajian

neurovaskularpada pasiendengantrauma ekstremitasmerupakanketerampilan

pentingyang harusdimilikiolehseorang perawat.Menurut Judge(2007) pengkajian

neurovaskular adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui


26
26

fungsi neurologis dan integritas vaskuler dari ekstremitas. Pengkajian ini

dilakukansecara sistematisuntukmengetahuiadanyapenurunanfungsi

neurovaskularyangdapatmembantudalamupaya pencegahankematianjaringan

dariekstremitasyang mengalamicedera.Pengkajiandifokuskanpadatandadan

gejalapenurunanstatusneurovaskularyangberdasarkanpadaprinsip5Pyaitupain(nyeri

), paralyze(kelemahan), pulselessness(penurunan/hilangnyadenyut

nadi,parestesia(kehilangansensasi)danpallor(penurunansuhu). Pengkajian

neurovaskulerdengan akurat sertapelaporanyang cepatdan tepat dilakukan untuk

mencegah iskemia, deformitas atau kehilangan fungsi permanen dari ekstremitas

tersebut.

Pengkajian neurovaskulardilakukan padakasus traumamuskuloskeletal, pada

pasienyang dilakukanpemasangangips,pascaoperasiorthopedikdankasus

pemasangan traksi. Beberapa hal yang diobservasi pada pemeriksaan

neurovaskularmeliputi:

a. Warna

Warna ekstremitasyangdilakukantindakanseharusnyanaturalyang

menggambarkansuplaiarteridanvena lancarkeareayangcedera. Warnapucat

mengindikasikanadanyasumbatanarteridanwarna kebiruanmengindikasikan

adanyasumbatan vena.

b. Suhu
27
27
Judge (2007), menyatakan bahwa pemeriksaan suhu dari ekstremitas bagian

bawahyangcederadenganmenggunakanpunggung tangan.Ekstremitasyang

terasadinginmengindikasikanadanyainsufisiensiarteri.Ekstremitasyanglebih
28
28

hangat dari ekstremitasyang tidak mengalami cederakemungkinan terdapat stasis

vena.

c. Pergerakan/movement

Pasiendisuruhuntukmenggerakkanjemariserta pergelangan/sendiekstremitas

sesuaidengantoleransi. Jikapasientidakbisamelakukansecaraaktif,maka bantu

dengan teknik pergerakan pasif.Penurunan kemampuan pergerakan

mengindikasikan masalah persarafan.

d. Pengisian kapiler/capillaryrefill

Dilakukan dengan menekan ujung jari pada kuku dan melihat pengembalian

warnasehinggamenjadinormal.Tekanujung jarikukuselama2-3detiksampai

berwarna pucatkemudianlepastekanandanobservasiwaktusampaiwarna kuku

kembali seperti semula:

1) Normal Capillaryrefill 1 – 2 detik

2) Capillaryrefill >2 detik(lambat) : insufisiensi arteri. e.

Sensasi

Pemeriksaaninidilakukanuntukmengetahuisensasidenganmeminta pasien

menutupmata saatmelaksanakansentuhanpada ekstremitas.Kemudianminta

pasienmendeskripsikansentuhantersebut,apakahmerasa denganbaikatau kesemutan/

tidak merasakan sentuhan.


29
29
f. Nadi

Perawat melakukan palpasi pada daerah-daerah denyut nadi. Bandingkan

kekuatan denyutan dengan ekstremitasyangsehat.


30
30

g. Nyeri

Pasienyang mengalamiiskemiakarenavaskularisasiyang burukakanmengalami

nyeri padasaat pergerakan pasif.

2.3.2 Nyeri PadaFraktur

Nyeri merupakan gejala penting yang timbul pertama kali saat terjadi

kompartemen sindrom (Davis danLukas, 2005dalamJudge, 2007).Bagian

pertamadariobservasineurovaskularadalahmenentukanleveldarirasanyeri yang

dialamipasien. Alatpengkajiannyeriharusmemberikanpilihansesuai kondisi pasien.

Berbagai macam alat pengkajian nyeri dapat digunakan dan masing – masing

mempunyai kelebihan dan kekurangan tetapi yang paling penting

alatpengkajiannyeriharussamadigunakanolehsatuteamyang memberikan

perawatanpasien. Hal ini akanmeningkatkan reliabilitas dan

menurunkansubyektifitasdaripemeriksa.Numericpainscaleyang memberikan rata-

rata dari tingkat rasa nyeri dengan menggunakan skala dari angka satu sampai

sepuluh sangat berguna.Respon nonverbal seperti mengepalkantangan, meringis,

berkeringat jugapentingsebagai perwujudan nyeri.

Nyeridapattimbulsecara primerbaikkarena masalahmuskuloskeletalmaupun

masalahpenyertanya.Misalnya;tekananpadatonjolantulang akibatdari pembidaian,

spasme otot dan pembengkakan. Tekanan yang berkepanjangan diatas tonjolan


31
31
tulang dapat menyebabakan rasa terbakar. Nyeri adalah

pengalamansensoridanemosionalyang tidakmenyenangkanakibatkerusakan

jaringanyangaktual maupun potensial (Brunner&Suddarth, 2005).


32
32

Pasiendenganfrakturterjadikerusakanfragmentulang danjaringan sekitar. Jaringan

tulang terutama pada periosteum terdapat ujung-ujung saraf bebas

sebagaireseptornyeri.Kerusakanjaringantulang dansekitarnyamengakibatkan

keluarnyamediatorkimiayaitubradikinin,histamindankaliumyang bergabung

denganlokasireseptordinosiseptoruntukmemulaitransmisineural(Clancy dan

McVicar,1992dalamPotterdanPerry,2005).Bradikinindilepasdariplasma yang

keluardaripembuluhdarahdijaringansekitarpadalokasicederajaringan.

Bradikininjugaterikatdengansel-selyang menyebabkanreaksirantaiyang

menghasilkanprostaglandindaripemecahan fosfolipiddalammembrane sel.

Rangsangannyeriinimenyebardisepanjangserabutsarafperiferaferen yang

terdiriatasserabutAdeltayangbermielinmenghantarkanimpulssecaralebih

cepatdaripadaserabutCyangtidakbermielin.Transmisistimulusnyeriberakhir

dibagiankornudorsalismedullaspinalis. Didalamkornudorsalis, neurotransmitter

sepertisubstansiglutamatdansubstansiPdilepaskan sehingga

menyebabkansuatutransmisisinapsisdarisaraf perifer ke saraftraktus

spinotalamus.Impulsnyeriditeruskanke systemsarafpusat,systemlimbik,

thalamus,korteksensoridankortekasosiasisehingga nyeridapatdipersepsikan

(Potterdan Perry, 2005)

Nyerididefinisikansebagaisuatukeadaan yangmempengaruhiseseorangdan

ekstensinyadiketahuibilaseseorang pernahmengalaminya(Tamsuri,2007).

MenurutInternationalAssociationforStudyofPain(IASP)yang dikutifdari
33
33
Lestari(2010)nyeriadalahsensorisubyektifdanemosionalyang tidak

menyenangkandidapat terkaitdengankerusakanjaringan yangbersifat aktual


34
34

maupun potensial, ataumenggambarkan kondisiterjadinyakerusakan.Nyeri

merupakansensasiperingatanbagiotakterhadapbeberapa stimulusyang

menyebabkankerusakanjaringantubuh.Nyerimerupakantandapenting terhadap

adanyagangguan fisiologis.

2.3.3 Penyebab Nyeri

Wiryoatmojo(2002)dalam Zahrulyza(2005)danLestari(2010), menyatakan

bahwabeberapapenyebab nyeri antaralain:

a.Rangsangan fisik misalnya karena terpapar suhu, mekanik, listrik, atau

pembedahan.

b.Rangsangankimiawi,misalnyakarenaadasubstansiaalgogenik ekstrensik:

HCllambung, ATP, bradikinin, prostaglandin dariselyang rusak,serotonin,

asetilkolin,asamlaktat.Zat-zatiniakanmenimbulkanrasanyeribilakeluar dari sel

dan beradadi jaringan interstisial.

2.3.4 Klasifikasi Nyeri

Secaraumum nyeri diklasifikasikan kedalam 2 jenisyaitu:

a.Nyeri akut
35
35
Nyeriakutdisebabkanolehinjuripadatubuh. Nyeriinimerupakanperingatan

adanyapotensialkerusakanjaringanyang membutuhkanreaksitubuhyang

diperintahkanolehotak.Nyeridapatberkembangsecara cepatataupunperlahan.

Nyeridikatakanakutjikaberlangsung paling lama6bulansejakterjadinyainjuri

padatubuh.
36
36

b.Nyeri kronis

Nyeriyangberlangsunglebihdarienambulanbiasanyadiklasifikasikansebagai nyeri

kronis. Nyeri kronis biasanyaakibat terjadinyapenurunanfungsi tubuh.

2.3.5 Jenis-Jenis Nyeri

Mubarak dan Chayatin (2008), menyatakan bahwa adatigajenis nyeriyaitu:

a.Nyeri perifer

Nyeri periferini dibedakan lagi menjadi tigamacam,yaitu:

1) Superficial pain, nyeri pada kulit, mukosa terasa tajam atau seperti ditusuk,

akibat dari rangsangan fisik, mekanis, kimiawi.

2) Deep pain (nyeri dalam), nyeri pada daerah viscera, sendi pleura,

peritoneum

3) Referred(menjalar),kejang ototdidaerahlain,nyeridirasakanpadadaerah

yangjauh dari sumberrangsangan,seringterjadipadadeep pain.

b. Nyeri sentral (centralpain), akibat rangsanganpadatulangbelakang, batang

otak, dan thalamus.

c.Nyeripsikogenik,keluhannyeritanpaadanyakerusakandiorgantempatdan tingkat

keparahan berupa (rekayasa). Nyeri psikogenik tidak diketahui


37
37
penyebabfisiknya. Seringkalimunculkarenafaktor psikologisbukankarena faktor

fisiologis.

2.3.6 Fisiologi Nyeri

Murdianto(2009),menyatakanreseptornyeriadalahorgantubuhyangberfungsi

untukmenerimarangsangnyeri.Organ tubuh yangberperansebagai reseptor


38
38

nyeriadalahujung sarafbebasdalamkulityang beresponhanyaterhadap stimulus

kuatyang secarapotensialmerusak.Reseptornyeridisebutjuganosireceptor,

secaraanatomisreseptornyeri(nosireceptor)adayang bermieliendanadajuga

yangtidak bermielin dari sarafperifer.

Nosireseptorberdasarkanletaknyadapatdikelompokkandalambeberapa bagaian

tubuhyaitupada kulit(kutaneus),dalam(deepsomatic),danpadadaerah,karena

letaknyayang berbeda-bedainilah,nyeriyang timbuljugamemilikisensasiyang

berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang

berasal dari daerah ini biasanyamudah untuk dialokasi dan didefinisikan.

Reseptorjaringan kulit (kutaneus)terbagi dalam duakomponenyaitu:

a.ReseptorA delta

Merupakanserabutkomponencepat(kecepatantranmisi6-30 m/det)yang

memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila

penyebab nyeri dihilangkan.

b.Serabut C

Merupakanserabut komponen lambat(kecepatan tranmisi0, 5m/det)yang

terdapatpadadaerahyang lebihdalam,nyeribiasanya bersifattumpuldansulit

dilokalisasi.
39
39

Strukturreseptor nyeridalammeliputireseptornyeriyang terdapatpadatulang,

pembuluhdarah,syaraf,otot,danjaringanpenyangga lainnya.Karena struktur

reseptornyakomplek,nyeriyang timbulmerupakan nyeriyang tumpuldansulit

dilokalisasi.Spasmeototmenimbulkannyerikarenamenekanpembuluhdarah
30
30

yangmenjadianoksia.Spasme ototjuga dapatberakibatanoksia. Pembengkakan

jaringanmenjadinyeriakibattekanankepadanosiseptoryang menghubungkan

jaringan (Brunner&Suddarth, 2005).

Sejumlahsubstansidilepaskankejaringanekstraseluler sebagaiakibatdari kerusakan

jaringan. Zat–zat kimia yangmeningkatkan transmisi atau persepsi nyerimeliputi

histamin, bradikinin, asetilkolin, dan substansi prostaglandin.

Prostaglandinadalahzatkimiayang didugadapatmeningkatakansensitivitas

reseptornyeri dengan meningkatkanefek dari bradikinin.

2.3.7 Teori Transmisi Nyeri

Impulsnyeridialirkankesumsumtulang belakang olehduajenisserabutyaitu serabut-

serabutyang bermielinrapatdisebutserabutA-deltadanserabutlamban yang

disebutbserabutC.MenurutLong (1997)terdapat beberapateoritentang

terjadinyapengirimanrangsangan nyeriyaitu :

a.Teori pengendaliangerbang(GateControl Theory)

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang

terdapatpada akargangliondorsalis.Rangsanganpada seratsaraf besarakan

meningkatkanaktifitassubstansiagelatinosayang mengakibatkantertutupnya

pintumekanisme (gate control)sehingga aktifitasselTterhambatsehingga

rangsanganikutterhambat.Rangsangansarafbesarinilangsung merangsang
31
31
kortekscerebri.Hasilpersepsiiniakandikembalikanke medulla spinalis

melaluiseratefferent.Rangsanganseratsarafkecilmenghambatsubstansia
32
32

gelatinosasehinggamembukapintumekanismegatecontrol,mengaktivasisel

T dan menghantarkan nyeri.

b.Teori pemisahan( specifitytheory)

Menurutteoriinirangsangansakitmasukkemedulla spinalismelalui kornu

dorsalisyangbersinapdidaerahposterior,kemudiannaikketraktuslissur dan

menyilang digarismediankesisilainnyadanberakhirdikorteks sensoris tempat

rangsangan diteruskan.

c.Teori pola(pattern theory)

Rangsangannyerimasukmelaluiakar dorsaliske medulla spinaliskemudian

merangsangaktifitassel Tmengakibatkanrespon yangmerangsangbagian lebih

tinggiyaitu kortekserebrisertamenimbulkan persepsi.

d.Teori transmisi dan inhibisi

Adanya stimuluspada nociceptormemulaitransmisiimpulssarafsehingga menjadi

lebih efektifoleh neurotransmitteryangspesifik.

2.3.8 Karakteristik Nyeri

Karakteristiknyerimeliputiletakataulokasi,durasi,iramadankualitas(Brunner
33
33
&Suddarth, 2005). Nyeri merupakan kejadian yang bersifat individu. Untuk

mengkaji nyeri dapat dilakukan dengan pendekatan PQRSTyaitu:

P:Provokating(pemacu) faktoryangmemperberat atau meringankan nyeri

Q: Quality (kualitas) tumpul, tajam, merobek

R:Region (daerah) lokasi

S:Severity (keparahan)

T: Time (waktu) serangan, lamanya


34
34

2.3.9 SkalaIntensitas Nyeri

Untukmengetahuisuatutindakanterhadapnyeriberhasilatautidak,maka perlu adanya

suatualatukur.MenurutAHCPR(Agency forHealthcare policy and

research,1992dalamLestari,2010)adabeberapametodepengukurantingkat nyeri

sepertiyangterlihat dalam gambarberikut ini:

a.SkalaVisual AnalogNyeri(Visual Analog Scale)

Skalaanalog visual(VisualAnalogScale)adalahsuatugarislurusyang mewakili

intensitas nyeriyang terusmenerusdanpendeskripsiverbalpadasetiapujungnya. Skala

ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri.VASdapatmerupakanpengukurankeparahannyeriyang lebihkarenaklien

dapatmengidentifikasisetiaptitikpada rangkaiandaripada dipaksa memilihsatu kata

atau satuangka(Potter, 2005).

Tida Nyeri
k sanga
nyeri t
hebat

Gambar1. Visual analog scale

b. SkalaIntensitasNyeriNumerik ( NumericPain Rating Scale)


35
35
Skala penilaianNPRS(NumericalPainRatingScales)lebihdigunakansebagai

pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeridengan

menggunakanskala 0-10.Skalainipaling efektifdigunakansaatmengkaji intensitas

nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk

menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,

1992).
36
36

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tida Nyerisedan Nyer
k g i
nyeri heba
t

Gambar 2. Numerical painratingscale

c.SkalaNyeriBourbanis

0 : Tidak nyeri

1-3: Nyeri ringan: secaraobyektifklien dapat berkomunikasi dengan baik.

4-6: Nyeri sedang: secaraobyektifklien mendesis,menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9: Nyeri berat: secaraobyektifklientidak dapatmengikutiperintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi denganalih posisi nafas

panjangdan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat: Pasientidak mampu lagiberkomunikasi, memukul.


37
37

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tida Nyer Nyeri Nyer Nyer


k sedan
nyeri i g i i
ringa bera sanga
n t t
berat
3. Bourbanis scale
38
38

2.3.10 Respon Terhadap Nyeri

Secaraobjektif responnyeridapatdiamatiberupa tanda dangejala fisiknya. Menurut

Potter &Perry (2006) berupa respon fisiologis dan respon prilaku sebagai

berikut:

a. Respon prilaku akibat nyeri

Respon prilaku terhadap nyeri meliputi pernyataan verbal, prilaku vokal, ekspresi

wajah,gerakan tubuh, kontak fisik dan perubahan respon terhadap lingkungan,

seperti:

1) Menangis

2) Merintih

3) Mendesis

4) Merenggut

5) Memegangbagian tubuhyangterasanyeri

6) Takut menggerakkan bagian tubuh

7) Mengepalkan tangan

8) Menarik diri
39
39

b. Respon fisiologis terhadap nyeri

Padanyeriakutakanterjadiakanterjadiperubahanfisiologisyangdianggap sebagai

indikatornyeri:

1) Peningkatanfrekuensi pernafasan

2) Peningkatanfrekuensi nadi

3) Pucat

4) Berkeringat.
40
40

2.3.11 Faktor –FaktorYangMempengaruhi Respon Nyeri

Prohealth (2009), menyatakan bahwa nyeriyangdialami pasien dipengaruhi oleh

sejumlah faktor antaralain:

a.Usia

Anak belum bisa mengungkapkannyeri,sehingga perawatharusmengkajirespon

nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah

patologis danmengalamikerusakanfungsi. Pada lansia cenderung

menyembunyikannyeriyangdialami,karenamerekamenganggapnyeriadalah

halalamiahyang harus dijalanidanmerekatakutkalaumengalamipenyakitberat atau

meninggal jikanyeridiperiksakan.

b.Maknanyeri

Makna nyeri berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap

nyeri dan dan bagaimanamengatasinya.

c.Jenis kelamin

Gill(1990)mengungkapkanlaki-lakidanwanitatidakberbedasecarasignifikan dalam

merespon nyeri, lebih dipengaruhi budaya contoh: tidak pantas kalau

laki-lakimengeluh nyerisedangkan wanitabolehmengeluh nyeri.

d.Kultur
41
41
Orang belajardaribudayanya,bagaimanaseharusnyamereka beresponterhadap

nyerimisalnya sepertisuatudaerahmenganutkepercayaanbahwa nyeriadalah

akibatyang harusditerima karena mereka melakukankesalahan,jadimereka tidak

mengeluh jika adanyeri.


42
42

e.Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri.

f. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas.

g.Pengalaman masalalu

Seseorangyangpernah berhasil mengatasi nyeri dimasalampau, dan saat ini nyeri

yangsamatimbul, makaia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah

tidaknyaseseorangmengatasi nyeri tergantungpengalaman di masalalu dalam

mengatasi nyeri.

h.Polakoping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan

sebaliknyapola kopingyangmaladaptiveakanmenyulitkanseseorangmengatasi nyeri.

i. Support keluarga

Individuyangmengalaminyeriseringkalibergantungkepadaanggotakeluarga atau

teman dekatntuk memperoleh dukungan danperlindungan.


43
43

2.3.12 Manajemen Nyeri

Metodenonfarmakologiyangdapatdigunakanuntukpengelolaannyerimenurut

Brunner&Suddarth (2005) adalah:

a.Stimulasi danmasasekutaneus

b.Terapi es dan panas


44
44

c.Stimulasi saraf elektris transkutan (TrancutaneusElectrical NerveStimulating)

d.Distraksi

e.Teknik relaksasi pernafasan dan relaksasi otot progresif f.

Imaginasi terbimbing

g.Hypnosis

h.Metodebedah neuro dari penatalaksanaan nyeri

Metode farmakologi menurut Long (1997) dalam Lestari (2010) pengelolaan

nyerimenggunakanfarmakologidilakukandenganpemberianobat- obatanyang terdiri

dari analgesik, narkotik, analgesik nonnarkotik, Non Steroid AntiinflamatoryDrug

(NSAID) dan obat lain untuk mengurangi nyeri.


45
45

B. Konsep Keperawatan
Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau metode proses
keperawatan yang dalam pelaksanaannyadibagi menjadi 5 tahap, yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a.Pengumpulan Data
1)Anamnesa
a)Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan,
pendidikan,pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b)Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut
atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan:
(1)Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
(2)Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah
seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(3)Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(4)Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeriyang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
(5)Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakahbertambah buruk pada malam
hari atau siang hari

c)Riwayat Penyakit Sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya
membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi
terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan
bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

d)Riwayat Penyakit Dahulu


Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa
lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit paget’syang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
46
46

Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis
akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang

e)Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada
beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik
(Ignatavicius, Donna D, 1995).

f)Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

g)Pola-Pola Fungsi Kesehatan


(1)Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada dirinya
dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya.
Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid
yang dapat mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau
tidak.(Ignatavicius, Donna D,1995).

(2)Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti
kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat
terutamakalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor
predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

(3)Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu
perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.
Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat Semua klien
fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan
kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur (Doengos.
Marilynn E, 2002).

(4)Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi
berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu
dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk
pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius,
Donna D, 1995).
47
47

(5)Pola Hubungan dan Peran


Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien harus
menjalani rawat inap (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(6)Pola Persepsi dan Konsep Diri


Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat
frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image). (Ignatavicius, Donna D,
1995).

(7)Pola Sensori dan Kognitif


Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada
indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu jugapada kognitifnya tidak mengalami
gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna D, 1995).

(8)Pola Reproduksi Seksual


Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus
menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama perkawinannya
(Ignatavicius, Donna D, 1995). 10)Pola Penanggulangan Stress Pada klien fraktur timbul rasa
cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatanpada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

11)Pola Tata Nilai dan Keyakinan


Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama
frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien

2)Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk


mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu untukdapat
melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya
memperlihatkan daerah yang lebihsempit tetapi lebih mendalam.

a)Gambaran Umum
48
48

Perlu menyebutkan:

(1)Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda seperti;
(a)Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan
klien.
(b)Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur
biasanya akut.
(c)Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

(2)Secara sistemik dari kepala sampai kelamin


(a)Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
(b)Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri
kepala.
(c)Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
(d)Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada
lesi, simetris, tak oedema.
(e)Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
(f)Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
(g)Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
(h)Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
(i)Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

(j)Paru
(1)Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien
yang berhubungan dengan paru.
(2)Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
(3)Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
(4)Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan
ronchi.
(k)Jantung
(1)Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
(2)Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
(3)Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l)Abdomen
49
49

(1)Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
(2)Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
(3)Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
(4)Auskultasi Peristaltik usus normal 20 kali/menit.

(m)Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

b)Keadaan Lokal
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagiandistal terutama mengenai status
neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse,
Pergerakan).Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:

(1)Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a)Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi).
(b)Cape au lait spot (birth mark).
(c)Fistulae.
(d)Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
(e)Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
(f)Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
(g)Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

(2)Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral
(posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua
arah, baik pemeriksamaupun klien. Yang perlu dicatat adalah:

(a)Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan


kelembaban kulit. Capillary refill time Normal <2 detik
(b)Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
(c)Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah, atau distal).
Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau
melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan,
maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap
dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.

(3)Move (pergerakan terutama lingkup gerak)


Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas
dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini
perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat
dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik0 (posisi netral) atau dalam ukuran
metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.
Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. (Reksoprodjo, Soelarto, 1995)
50
50

3)Pemeriksaan Diagnostik

a)Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar
rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang
yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu
diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang
dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaanx-ray harus atas dasar
indikasi kegunaan pemeriksaanpenunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal
yang harus dibaca pada x-ray:
(1)Bayangan jaringan lunak.
(2)Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.
(3)Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
(4)Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi. Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin
perlutehnik khususnya seperti:
(1)Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang
lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur
lain juga mengalaminya.
(2)Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di
ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
(3)Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
(4)Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secaratransversal dari
tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

b)Pemeriksaan Laboratorium
(1)Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
(2)Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang.
(3)Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat
Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.

c)Pemeriksaan lain-lain
(1)Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme
penyebab infeksi.
(2)Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan
diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
(3)Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
(4)Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
(5)Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
(6)MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat
fraktur. (Ignatavicius, Donna D, 1995
51
51

3.Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur
adalah sebagai berikut:

a.Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang,edema, cedera jaringan lunak,
pemasangan traksi, stress/ansietas.

b.Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera vaskuler, edema,
pembentukan trombus)

c.Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah,emboli, perubahan membran


alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

d.Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif
(imobilisasi)

e.Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

f.Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, trauma jaringan
lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
52
52

g.Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada(Doengoes, 2000)
53
53

A.PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data
a. Identitaspasiendankeluarga
1) Identitaspasien
Nama :An.D
Umur : 14 tahun
Jeniskelamin :Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Sukubangsa : Indonesia
Status perkawinan :BelumMenikah
No cm : 755156
Tanggalmasuk : 22-10-2017
Tanggalpengkajian : 23-10-2017
Diagnose medis :
Alamat :TabaPenanjung, Bengkulu Tengah

2) Identitaspenanggungjawab
Nama :Ny.D
Umur : 38 tahun
Jeniskelamin :Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IbuRumahTangga
Sukubangsa : Indonesia
Hubungandenganklien :IbuKandung
Alamat :TabaPenanjung, Bengkulu Tengah

b. Riwayatkesehatan
1) Keluhanutama
54
54

Pasienmasukke IGD RSMY


dengankeluhanpatahtulangtangankirikarenaterjatuhsudah 2
mingguberobatdengantukanguruttapitangannyatetapbengkak.

2) Riwayatpenyakitsekarang
Pasien Post Op mengeluhnyeri di ekstremitaskirifrakturrodius ulna
terasaditusuk-tusukdenganskalanyeri><beratdannyeri
lama.Pasienmengatakansusahtidur,
sertapasienterlihatcemaspasienselalumenanyakantanganyabisakembalis
epertisemulalagi, pasienmengatakantangannyabengkak di jari-jari.
3) Riwayatpenyakitdahulu
Pasienmengatakantidakpernahmengalamisakitsebelumnyaatautidakper
nahmasukrumahsakit.

4) Riwayatpenyakitkeluarga
Klienmengatakantidakadapenyakitketurunansepertihipertensi,dll.

c. Pemeriksaanfisik
TTV : TD : 140/90 mmhg
N : 90X/M
P : 20x/M
S : 37,5 C

Sistemmuskulosektal

Eksteremitasatas :

Inspeksi: Luka pasienorif radius dan ulna ekstremitaskiriatasadanyaudem di


jari-jari.

Palpasi : Adanyanyeritekanekstremitasataskiri..

Eksteremitasbawah :

Inspeksi :Tidakadalesi,tidakadakekakuanotot.
55
55

Palpasi : Tidakadanyeritekan.

d. Polaaktivitassehari-hari

NO JENIS PENGAKAJIAN DI RUMAH DI RUMAH


SAKIT
1. Polanutrisi
1. Makan : frekuensi 3 x 1/hari 3 x 1/sehari
Jenis Nasidanlaukpauk Nasi,sayur,daging
Porsi 1 1
Cara Mandiri dibantu
2. Polaeliminasi
1. BAB : frekuensi 2 x sehari 2 x sehari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning Kuning
Bau Iya Iya
Cara Mandiri Bantu sebagian

2. BAK : frekuensi 5 x sehari 7 x sehari


Warna Putihkuning Putihkuning
Bau Amoniak Amoniak
56
56

Cara mandiri Mandiri

3. Polaaktivitastidur
1. Malam 9 jam / hari 3 jam
2. Siang 2 jam / hari Tidaktidur
4. Personal hygne
1. Mandi Iya Iya
2. Gosokgigi Iya Iya
3. Gantipakaian Iya Iya
4. Cara Mandiri Dibantusebagian
5. Keluhan Tidakada Tidakada

e. data psikologis,sosialdan spiritual


1. data psikologis

pasienmengatakankapantangannyaakansembuh, apakahtanganyaakanakan (
kembalisepertisemula ,pasientampakcemas).

2. Data sosial
Pasienberinteraksidenganbaik.

3. Spiritual
Pasienmengatakansemuainiterjadisudah yang terbaikbagidirinya.
f. Data penunjang
 Rontgen :fraktur radius dan ulna
 Therapy : ceftriozone 2 x 1
Ketorolac 2 x 1
Ranitidine 2 x 1
57
57

ANALISA DATA

Nama :An.D

Ruangan :seruni

No Data senjang Analisa data Masalah


58
58

1. DS :pasienmengatakantanganyanyeri di post op nyeri


ekstremitasataskiriberasaditusuk-tusuk.

DO : sklanyeripasienberat pembengkakan
TTV : TD:140/90mmhg P: 20X/m
N :90/M S:37,5C
nyeri
2. DS :pasienmengatakantidurhanya 3 Tindakanpembedahan kecemasan
jam,pasienmengatakansusahuntuktidur.

DO :pasienterlihatcemas. Defisitpengetahuan

Cemas

3. DS : Prosedurinvesif Resikoinfeksi
pasienmengatakantanganyabengkak

DO : luka post op,prosedurinvasif,suhu Penurunanimun


37,5c

Resikoinfeksi
59
59

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama :An.D

Ruangan :Seruni

n Diagnosakeperawatan Tglmasalahm Par Tglmasalahte Par


o uncul af ratasi af
1 NyeriakutB.d post op 23-10-2017
. orifditandaidenganpasienmengatakannyeri.
2 KecemasanB.dfrakturditandaidengansusahti 23-10-2017
. durdantidurhanya 3 jam.
3 ResikoinfeksiB.dprosedurinvasifditandaiden 23-10-2017
. ganjari-jaripasienbengak.

Anda mungkin juga menyukai