Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaimana penatalaksanaan DKI?

Penatalaksanaan dari dermatitis kontak iritan dapat dilakukan dengan melakukan dengan memproteksi atau menghindakan
kulit dari bahan iritan. Selain itu, prinsip pengobatan penyakit ini adalah dengan menghindari bahan iritan, melakukan proteksi
(seperti penggunaan sarung tangan), dan melakukan substitusi dalam hal ini, mengganti bahan-bahan iritan dengan bahan lain.6

Selain itu, beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut

1. Kompres dingin dengan Burrow’s solution


Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri.
Kompres ini diganti setiap 2-3 jam.
2. Glukokortikoid topikal
Efek topical dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada
penggunaan yang lama dari corticosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada stratum korneum. Pada pengobatan untuk
DKI akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis inisial, dan di tappering
10mg.
3. Antibiotik dan antihistamin
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan
mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi
dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk
mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien,
dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis
akibat iritan. Terdapat percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara
klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.
4. Anastesi dan Garam Srontium (Iritasi sensoris)
Lidokain, prokain, dan beberapa anastesi lokal yang lain berguna untuk menurunkan sensasi terbakar dan rasa gatal pada kulit
yang dihubungkan dengan dermatitis iritan oleh karena penekanan nosiseptor, dan mungkin dapat menjadi pengobatan yang
potensial untuk dermatitis kontak iritan.5 Garam strontium juga dilaporkan dapat menekan depolarisasi neural pada hewan,
dan setelah dilakuan studi, garam ini berpotensi dalam mengurangi sensasi iritasi yang dihubungkan dengan DKI.
5. Kationik Surfaktan
Surfaktan kationik benzalklonium klorida yang iritatif dapat meringankan gejala dalam penatalaksanaan iritasi akibat anion
kimia.
6. Emolien
Pelembab yang digunakan 3-4 kali sehari adalah tatalaksana yang sangat berguna. Menggunakan emolien ketika kulit masih
lembab dapat meningkatkan efek emolien. Emolien dengan perbandingan lipofilik : hidrofilik yang tinggi diduga paling efektif
karena dapat menghidrasi kulit lebih baik.
7. Imunosupresi Oral
Pada penatalaksanaan iritasi akut yang berat, glukokortikoid kerja singkat seperti prednisolon, dapat membantu mengurangi
respon inflamasi jika dikombinasikan dengan kortikosteroid topikal dan emolien. Tetapi, tidak boleh digunakan untuk waktu
yang lama karena efek sampingnya. Oleh karena itu, pada penyakit kronik, imunosupresan yang lain mungkin lebih berguna.
Obat yang sering digunakan adalah siklosporin oral dan azadtrioprim.
8. Fototerapi dan Radioterapi Superfisial
Fototerapi telah berhasil digunakan untuk tatalaksana dermatitis kontak iritan, khususnya pada tangan. Modalitas yang
tersedia adalah fototerapi photochemotherapy ultraviolet A (PUVA) dan ultraviolet B, dimana penyinaran dilakukan bersamaan
dengan penggunaan fotosensitizer (soralen oral atau topical). Sedangkan radioterapi superfisial dengan sinar Grentz juga dapat
digunakan untuk menangani dermatitis pada tangan yang kronis. Penalataksanaan ini jarang digunakan pada praktek terbaru,
hal ini mungkin disebabkan oleh ketakutan terhadap kanker karena radioterapi.

2. Apa saja faktor faktor yang menyebabkan / menimbulkan DKI selain karena bahan iritan?
1. Faktor Eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi
potensi iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan
bentuk senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan termasuk sifat kimia bahan iritan,
yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari
pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan serentak dengan bahan iritan lain dan
jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang
terpajang dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan lingkunan yang rendah dan
suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.
2. Faktor Endogen
2.1. Faktor genetik
Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk
mengeluarkan radikal bebas, dan mengubah derajat enzym antioksidan,dan
kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya
dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon
tubuh terhadap bahan-bahan ititan.Selain itu, predisposisi genetik terhadap
kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan. Pada
penelitian, diduga bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan
terhadap bahan iritan.3
2.2. Jenis Kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, dan
wanita dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis
kelamin dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh
bahan iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada
pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontak iritan yang ditetapkan
berdasarkan penelitian (Wolff, 2008).
2.3. Umur
Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahanbahan
kimia dan bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa
tidak ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya
umur. Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi
kulit yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang
tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda (Wolff,
2008).

2.4. Suku
Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit mempengaruhi berkembangnya dermatitis kontak iritan secara
signifikan.Karena eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema sebagai satusatunya
parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah sampai pada
kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap bahan iritan
daripada kulit putih (Wolff, 2008).
2.5. Lokasi Kulit
Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan, sehingga kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian
dorsal tangan lebih rentan terhadap dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten (Tony, 2010).

3. Bagaimana epidemiologi dan predileksitersering DKI?


Dermatitis kontak mengenai semua usia tetapi lebih sering diderita oleh orang dewasa dan tertinggi pada usia produktif 25-
44 tahun. Diantara pasien usia kerja, penyakit kulit menempati urutan ketiga dari seluruh penyakit akibat kerja pada
umumnya, dengan kejadian dermatitis kontak sendiri 70-90% dari semua penyakit akibat kerja. Insidens dermatitis kontak
menurut jenis kelamin terjadi lebih banyak pada wanita daripada pria. Menurut predileksi dermatitis kontak paling sering di
tangan, karena tangan merupakan bagian organ yang paling sering digunakan untuk pekerjaan sehari-hari

4. Perbedaan yang paling mendasar dari DKI dibandingan dg DKA?

Tabel 1. Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi 4,5


DKI DKA
Cenderung akut Cenderung kronik
Semua orang bisa terkena Hanya orang tertentu (riwayat
alergi/sensitisasi) yang terkena
Lesi awal berupa : makula, eritema, vesikel, Lesi awal berupa : makula, eritema, papula,
bula, dan erosi. melebar dari tempat awal
Penyebab : iritan primer Penyebab : alergen
Tergantung konsentrasi bahan iritan dan Tidak tergantung dengan konsentrasi.
status swar kulit. Terjadi jika bahan iritan Konsentrasi rendah sekalipun sudah dapat
melewati ambang batas memicu DKA. Bergantung pada tingkat
sensitisasi
Onset pada saat kontak pertama Onset pada saat kontak berulang, setelah
fase sensitisasi
Uji tempel menunjukkan respon yang Uji tempel menunjukkan respon yang
cenderung menurun (Decrescendo) cenderung meningkat (Crescendo)

5. Bagaimana prognosis dari DKI ini?

Prognosis kasus ini baik setelah mempertimbangkan beberapa hal, yaitu gejala klinis yang ringan, tipenya akut, tidak ada
riwayat atopik dan alergi. Namun bisa menjadi kurang baik bila tidak dapat menghindari sepenuhnya bahan iritan penyebab
dermatitis.1

Anda mungkin juga menyukai