Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN ISLAM

Nama Anggota :

1. Silvia Yusrianawati (24040116140073)


2. Indri Latifah Nabila (24040116140074)
3. Dewi Robiatul M (24040116130076)
4. Dewi Anggraini (24040116130080)
5. Siti Sofiyatun (24040116130106)
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan tugas dan tanggung jawab yang dimiliki setiap orang sejak kecil.
Seseorang dituntut untuk memiliki ilmu dengan menempuh pedidikan agar dapat
mengarahkan kehidupannya ke jalan yang baik. Proses pendidikan dapat dilakukan secara
formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal dapat berupa menuntut ilmu di sekolah
seperti di SD, SMP, dan SMA sedangkan pendidikan informal dapat berupa pendidikan yang
dikelola oleh masyarakat seperti Taman Pendidikan Al Quran (TPA). Dan pendidikan
nonformal adalah kajian yang dilakukan pada Majlis Ta’lim.

Kajian yang dilakukan dalam Majlis Ta’lim tidak terikat pada faham dan organisasi
keagamaan yang tumbuh dan berkembang di era sekarang ini. Sehingga dapat dikatan
menyerupai kumpulan pengajian yang diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk dapat
memahami islam disela sela kesibukan manusia dan nmerupakan bentuk untuk mengsisi
aktivitas dalam waktu kosong yang dimiliki manusia. Kajian dalam Majlis Ta’lim ini juga
dapat dikatakan sebagai bentuk pengabdian masyrakat. Hal ini karena kita berkumpuldengan
masayarakat umum yang ada disekitar majlis Ta’lim tersebut

Oleh karena itu, kami disini melakukan salah satu bentuk pengabdian masyarakat dengan
terjun langsung ke dalam Majlis Ta’lim agar kami mengetahui manfaat dari pengabdian
masyarakat yang kami lakukan dan untuk menempuh ridho Allah Swt.

Tujuan :

1. Mampu beradapatasi dengan lingkungan masyarakat yang belum dikenal


2. Menambah saudara muslim dan menjalin silaturrahmi kepada sesame muslim
3. Menambah ilmu dari pengabdian masyarakat yang dilakukan

Manfaat

1. Dapat berdapatasi dengan masyarakat dengan lebih mudah


2. Dapat menambah teman antar sesame umat muslim
BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

Acara kajian islam ini diselenggarakan pada :

Hari/ Tanggal : Selasa, 29 November 2016

Waktu : 06.00 WIB

Tempat : Masjid Kampus Universitas Diponegoro, Semarang

Peserta : Umum

Pembicara : Dr. Anggorowati, S.Kp, Sp.Mat.

Tema Kajian : Menjaga Kesuburan Reproduksi

Uraian Kegiatan :

Kegiatan kajian islam diawali dengan registrasi peserta, lalu dilanjut dengan pembukaan
acara pada pukul 06.15 WIB. Selanjutnya pembacaan tilawah pada pukul 06.18 WIB. Acara
berikutnya yaitu oleh Dr. Anggorowati, S.Kp, Sp.Mat. dengan tema “Menjaga Kesuburan
Reproduksi”.

Kemampuan bereproduksi bagi masyarakat di bumi Palestina berbeda dengan kekuatan


bereproduksi bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya dalam sekali kehamilan, wanita-wanita di
Negara Palestina bisa melahirkan lebih dari satu keturunan. Sedangkan wanita-wanita di
Negara Indonesia dalam sekali hamil belum tentu melahirkan sebuah keturnan. Terkadang
janin yang ada di dalam rahim meninggal sebelum sempat merasakan dunia luar. Masalah
tersebut berkaitan dengan kekuatan kesuburan alat reproduksi seseorang. Pentingnya
mempelajari kesuburan reproduksi tidak hanya bagi seseorang yang telah menikah, tetapi
juga bagi yang belum menikah karena hal ini penting agar nantinya seorang wanita ketika
telah dinikahi oleh seorang pria sudah siap untuk memfungsikan alat reproduksinya. Terkait
dengan penciptaan manusia, terdapat dalam qur’an surah Al-Hajj ayat 5 yang berbunyi

“hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes
mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan
dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian
Kami keluarkan sebagai bayi, kemudian ( dengan berangsunr angsur ) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ( adapula ) diantara kamu
yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun
yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering kemudian apabila telah
Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh tumbuhan yang indah.

Kejadian manusia ada yang sempurna dan adapula yang tidak sempurna. Hal ini berkaitan
dengan kesehatan reproduksi. Seseorang dianggap subur atau tidak akan diuji ketika telah
menikah. Apabila setelah satu tahun menikah dan rutin melakukan hubungan suami istri namun
belum diberi keturunan maka ada kemungkinan terdapat masalah kesuburan alat reproduksi.
Ketidaksuburan tersebut dapat berasal dari suami atau istri.

Penyebab ketidaksuburan pada wanita yaitu masalah hormonal seperti gangguan ovulasi,
adanya sumbatan yang sering terjadi pada tuba fallopi, dan adanya erosi pada servik. Sedangkan
penyebab ketidaksuburan pada laki laki yaitu gangguan pembentukan sperma atau
spermatogenesis. Kualitas spermatogenesis dapat diuji dengan analisis semen. Gangguan pada
spermatogenesis berkaitan dengan jumlah sperma yang dihasilkan ( 2 juta sperma tiap per 1 ml ).
Agar kualitas sperma bagus, maka hubungan pasutri dilakukan tiap 3 hari sekali. Penyebab yang
lain yaitu adanya bahan kimia pada sperma karena pola hidup yang tidak baik. Pola hidup yang
tidak baik tersebut misalnya merokok dan konsumsi minuman alcohol.

Jika terjadi gangguan pada alat reproduksi sebaiknya diperiksakan ke dokter yang
bersangkutan, Saat memeriksakan alat reproduksi sebaiknya kita menceritakan keluhan yang kita
alami dan menanyakan solusi kepada dokter dari keluhan yang kita alami.
Uraian Kegiatan :

Wisata Qur’an yang dilaksanakan di Masjid Kampus Universitas Diponegoro pada hari Kamis
pukul 16.00 menafsirkan terkait Surah Al-Baqarah ayat 159-164.

Ayat-ayat ini masih menyangkut dengan sikap ahlul kitab, terutama Yahudi yang ada di Madinah
seketika Rasululiah memulai da'wahnya ini. Mereka telah mengetahui bahwa kiblat yang
diajakkan oleh Rasul itu adalah benar. Di ayat 146 di atas telah diterangkan pula bahwa mereka
mengenal siapa Rasulullah s.a.w. itu sebagairnana mereka mengenal anak kandung mereka
sendiri , sebab sifat-sifatnya cukup tertera di dalarn Kitab yang mereka terima (Taurat), tetapi
sebahagian besar di antara mereka sengaja menyemburryikan kebenaran itu. Sekarang datanglah
ayat ini, (159) menerangkan orang-orang yang menyembunyikan kebenaran itu:

ِ ‫إِنَّ الَّ ِذ ْينَ يَ ْكت ُ ُم ْونَ َما أ َ ْن َز ْل َنا ِمنَ ا ْلبَيِنَا‬


‫ت َو ا ْل ُهدَى‬

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah pernah Kami turunkan, dari
keterangan-keterangan dan petunjuk. " ( pangkai ayat 159 ).

Keterangan-keterangan itu ialah tentang sifat-sifat Rasul Akhir Zaman yang akan diutus Tuhan
itu, yaitu Nabi Muhamrnad s.a.w. yang demikian jelas sifat sifatnya itu diterangkan , sehingga
mereka kenal sebagaimana rnengenal anak mereka sendiri. Dengan menyebut keterangan-
keterangan , nyatalah bahwa penjelasan ini bukan di satu tempat saja dan bukan satu kali saja,
melainkan di berbagai kesempatan. Dan yang dirnaksud dengan petunjuk atau hudan ialah
intisari ajaran Nabi Musa , yang sama saja dengan intisari ajaran Muhammad s.a.w. yaitu tidak
mempersekutukan yang lain dengan Allah , tiada membuatnya patung dan berhala:

ِ ‫ا ْل ِكتَا‬
‫ب‬ ‫فِي‬ ِ ‫ِلل َّن‬
‫اس‬ ‫بَيَّنَّا ُه‬ ‫َما‬ ‫بَ ْع ِد‬ ‫ِم ْن‬

"Setelah kami terangkan dianya kepada manusia di dalam Kitab."


Artinya, segala keterangan dan petunjuk itu jelas tertulis di Kitab Taurat itu sendiri , dan sudah
disampaikan kepada manusia, sehingga tidak dapat disembunyikan lagi:

‫أُولَ ِئكَ يَلعَنُ ُه ُم هللاُ َو يَ ْل َعنُ ُه ُم الالَّ ِعنُ ْون‬

"Mereka itu akan dilaknat oleh Allah dan merekapun akan dilaknat oleh orang orang yrang
melaknat." (ujung ayat 159).

Orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan itu adalah orang yang tidak jujur, orang-
orang yang curang , yang telah melakukan korupsi atas kebenaran , karena mempertahankan
golongan sendiri , Orang yang sernacam itu pantaslah rnendapat laknat Tuhan dan laknat
manusia. Kecurangan terhadap ayat suci di dalam Kitab-kitab Tuhan, hanya semata-mata untuk
mempertahankan kedudukan, adalah satu kejahatan yang patut dilaknat.

Di dalam Kitab Ulangan fasal 18 ayat 15 telah ditulis perkataan Nabi Musa demikian bunyinya:

"Bahwa seorang Nabi dari tengah-tengah kamu dan antara segala saudaramu , dan yang seperti
aku ini; yaitu yang akan dijadikan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu
dengar."

Kemudian pada ayat berikutnya , ayat 18 lebih dijelaskan lagi sebagai sabda Tuhan Allah kepada
Musa disuruh menyampaikan kepada Bani Israil:

"Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka seorang Nabi dari antara segala saudaranya, yang
seperti engkau, dan Aku akan rnemberi segala firmanKu dalam mulutnya dan iapun akan
mengatakan kepadanya segala yang aku suruh akan dia."

Di ayat berikutnya (ayat 19) Iebih dijelaskan lagi;

"Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firmanKu, yang akan
dikatakan olehnya dengan namaKu, niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang lain."
Setelah itu pada ayat 20 dijelaskan lagi perbedaan di antara Nabi yang benar-benar Nabi dengan
Nabi palsu. Demikian firman Tuhan dengan perantaraan Nabi Musa.

"Tetapi adanya Nabi yang melakukan dirinya dengan sombong dan mengatakan firman dengan
namaKu, yang tiada Kusuruh katakan, atau yang berkata dengan nama dewa-dewa , niscaya
orang nabi itu akan mati dibunuh hukumnya."

Kernudian pada ayat berikutnya (ayat 21) dijelaskan lagi:

"Maka jikalau kiranya kamu berkata dalam hatimu demikian; dengan apakah boleh kami ketahui
akan perkataan yang bukannya firman Tuhan adanya?"

Ayat 22 seterusnya menjelaskan tanda itu demikian:

"Bahwa jikalau Nabi itu berkata demi nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tiada jadi
atau tiada datang, jatuhlah perkataan yang bukan firman Tuhan adanya , maka Nabi itupun telah
berkata dengan sombongnya, janganlah kamu takut akan dia."

Ayat-ayat ini terpancang dengan jelasnya di dalam Kitab Ulangan tersebut, yang menurut
keyakinan orang Yahudi, kitab itu adalah salah satu dari rangkaian Kitab Taurat.
Orang Kristenpun mengakuinya. Kumpulan kitab yang sebelum Nabi Isa a.s. mereka namai
"Perjanjian Lama".

Ayat 20 tersebut sesuai bunyinya dengan al-Quran Surat al-Haqqah (Surat 69), ayat 44, 45 dan
46; yaitu jikalau Nabi Muhammad s.a.w. berani mengatakan suatu perkataan yang bukan wahyu
dikatakannya wahyu, diapun akan dibunuh: "Akan Kami putusken urat lehernya."
Dari antara segala saudara itu, ialah saudara yang satu keturunan yaitu Bani Israil adalah
keturunan dari Ishak dan orang Arab adalah keturunan dari Ismail.

Keduanya anak kandung Nabi Ibrahim , maka dari kalangan Bani lsrail itupun akan diutus Tuhan
seorang Nabi yang seperti engkau, yaitu seperti Nabi Musa juga.

Demikianlah bunyi firman Tuhan itu, yang sampai sekarang tetap terpancang didalam Kitab
Ulangan tersebut.

Tetapi orang Yahudi sengaja menyembunyikan kebenaran itu. Dan orang Nasrani
menafsirkannya kepada Nabi Isa bukan kepada Nabi Muhammad. Padahal kalau difikirkan
dengan tenang dan jujur, lebih serupalah Nabi Musa dengan Nabi Muhammad, daripada dengan
Nabi Isa. Dan kalau difikir secara jujur pula, jauhlah perbedaan Musa dengan Isa. Lebih banyak
keserupaan Musa dengan Muhammad. Musa dan Muhammad sama-sama lahir sebagai manusia
biasa, yaitu berbapa. Bapa Musa keturunan Bani Israil clan Bapa Muhammad keturunan Bani
Ismail.

Tetapi kebenaran dan kenyataan firman ini mereka sembunyikan. Di zaman Rasulullah s.a.w.
masih hidup, benar-benar naskah itu,tidak mereka bolehkan jatuh ketangan orang-orang yang
beriman. Tetapi di zamari sekarang dengan kemajuan cetak-mencetak dan telah disalinnya Kitab-
kitab itu ke dalam segala bahasa , tidaklah dapat mereka sembunyikan lagi.

Sungguhpun begitu mereka berkeras memberikan tafsir yang lain. Orang.Yahudi mengatakan
bahwa Nabi yang disebutkan itu bukanlah Muhammad, melainkan Nabi yang lain masih
ditunggu. Dan orang Nasrani berkeras juga mengatakan bahwa Nabi yang disebut itu ialah Isa
Almasih; sebab kata mereka Isa Almasih itu keturunan Daud. Padahal Yusuf yang kawin dengan
Maryam sesudah Isa lahirlah yang keturunan Daud bukan Isa. Silsilah keturunan Yusuf dari
Daud itulah yang ditulis Matius dalam Injilnya fasal 1 ayat 1 sampai ayat 17. Bukan keturunan
lsa Almasih, sebab dia bukanlah anak dari Yusuf tersebut, Isa tidak berbapak.

Dan segala puji bagi Tuhan. Nabi kita Muhammad s.a.w. bukanlah membuat-buat wahyu sendiri
dan bukan menyerukan dewa-dewa. Sebab itu bukanlah beliau mati dihukum bunuh, dengan
diputus urat lehernya. Seorang perempuan Yahudi yang jahat telah mencoba meracuni beliau
seketika beliau menaklukkan benteng Khaibar. Tetapi cepat beliau tahu. Sahabatnya Abu Bakar
termakan juga sedikit racun itu. Sejak termakan racun itu kesihatan Abu Bakar sangat mundur.
Salah satu penyakit yang membawa ajalnya ialah bengkak dalam perut, bekas racun tersebut.

Seketika ditanyakan kepada perempuan tersebut mengapa dia berbuat demikian keji, dengan
terus-terang perempuan itu berkata bahwa kalau dia memang Nabi, niscaya dia akan tahu racun
itu.
Maka yang dimaksud dengan ayat yang akan kita tafsirkan ini ialah penyembunyian kebenaran
yang telah mereka lakukan itu; karena tidak mau percaya kepada Utusan Tuhan, sampai hatilah
mereka menyembunyikan. Berani mereka berlangkah curang terhadap yang mereka sendiri
mengakui Kitab Suci. Tentu laknat kutuk Allahlah yang akan menimpa orang yang demikian.
Dan manusiapun akan mengutuk selama manusia itu masih ingin akan kebenaran. Apatah lagi
tulisan itu tidak dapat dihilangkan, melainkan bertambah tersebar di muka bumi ini. Orang yang
datang di belakang tentu hanya menurut tafsiran yang telah ditentukan oleh orang yang dahulu.

Ayat yang tengah kita tafsirkan ini adalah celaan keras atas perbuatan curang terhadap
kebenaran. Sebab itu janganlah kita hanya menjuruskan perhatian kepada sebab turunnya ayat,
yaitu pendeta Yahudi dan Nasrani tetapi menjadi peringatan juga kepada kita ummat Muslimin
sendiri. Apabila orang-orang yang dianggap ahli tentang agama tentang al-Quran dan Hadits
telah bersikap pula menyembunyikan kebenaran, misalnya karena segan kepada orang yang
berkuasa, atau takut pengaruh akan hilang terhadap pengikutpengikut mereka, maka kutuk-yang
terkandung dalam ayat inipun akan menimpa mereka.

Terutama dari hal Amar Ma'ruf , Nahi Munkar, menganjur-anjurkan berbuat yang baik-baik dan
mencegah daripada mungkar, menjadi kewajibanlah bagi orang-orang yang telah dianggap ahli
dalam hal agama. Apatah lagi karena sabda Nabi:

"Ulama-ufama adalah penjawat waris Nabi-nabi." Dirawikan oleh Abu Daud, Termidzi, Ibnu
Majah, Ibnu Hibban, al-Baihaqi dari Hadis Abu Darda'.

Lantaran itu dalam Islam ulama mempunyai dua kewajiban, yaitu menuntut ilmu agama untuk
mengajarkanriya pula kepada orang yang belum rahu, sehingga diwajibkan bagi yang belum tahu
itu bertanya kepada yang tahu. Kewajiban yang kedua menyampaikan atau mentablighkan.
Ulama dalam Islam bukanlah hendaknya sebagai sarjana yang duduk di atas istana gading, men-
jauhkan diri dari bawah dan melihat-lihat saja dari atas. Lantaran itu maju mundurnya agama di
suatu negeri amat bergantung kepada aktif tidaknya ulama di tempat itu dalam menghadapi
masyarakat. Kalau mereka telah menyembunyikan pula ilmu dan pengetahuan , keterangan
keterangan dan petunjuk , kutuk laknat Tuhanlah yang akan menimpa dirinya. Dan manusiapun
mengutuk pulalah , sehingga kadang-kadang jika terdapat banyak maksiat di satu negeri, maka
bertanyalah orang: "Tidakkah ada ulama di sini?"

Imam Ghazali menceritakan bahwa shufi yang besar itu, Hatim si Tuli (al-Asham) datang ke satu
negeri Islam dan bermaksud hendak berdiam lama di sana. Tetapi baru tiga hari dirobahnyalah
niatnya , dia hendak segera berangkat meninggalkan negeri itu. Maka bertanyalah orang
kepadanya , mengapa tidak jadi niatnya diteruskari hendak menetap di negeri itu ? Beliau
menjawab: "Sudah tiga hari saya di sini, tidak pernah saya mendengar suatu pengajianpun dalam
negeri ini. Tidak ada rupanya ulama di sini yang sudi mencampungkan dirinya kepada orang
awam buat mengajar mereka. Maka kalau aku tahan lama-lama di sini akan matilah aku."

‫إِالَّ الَّ ِذ ْينَ تَابُ ْوا‬


"Kecuali orang-orang yang bertaubat."(pangkal ayat 160)

Taubat artinya kembal:. Yaitu kembali kepada jalan yang benar. Karena jalan menyembunyikan
kebenaran itu adalah jalan yang sesat.

ْ َ ‫َو أ‬
‫صلَ ُح ْوا‬
"Dan berbuat perbaikan. "

Maka langkah yang salah selama ini diperbaiki kembali, lalu mereka jelaskan ke benaran dan
tidak ada yang disembunyi-sembunyikan lagi. Atau , mana-mana keadaan yang salah dalam
masyarakat segera diperbaiki, sediakan seluruh waktu buat ishlah.

‫َو بَيَّنُ ْوا‬


"Dan mereka yang memberikan penjelasan. "

Terangkan keadaan yang sebenar-benarnya, jangan lagi berbelok-belok, karena kedustaan


tidaklah dapat dipertahankan lama.

‫علَي ِْه ْم‬ ُ ‫فَأُو َلئِكَ أَت ُْو‬


َ ‫ب‬
"Maka mereka itulah yang akan Aku beri taubat atas mereka. "
Inilah penegasan dari Tuhan, bahwa apabila orang te!ah kembali ke jalan yang benar, telah insaf,
dan keinsafan itu dituruti dengan kegiatan menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang telah
keruh, mernperbaiki yang telah rusak dan tidak bosan-bosan memberikan penjelasan, segeralah
Tuhan akan memberikan taubatnya. Dan segeralah keadaan akan berubah, sebab yang berubah
itu ialah orang yang bersalah sendiri.

‫الر ِح ْي ُم‬ ُ ‫َو أَنَا التَّ َّو‬


َّ ‫اب‬

"Dan Aku adalah Pemberi taubat, lagi Penyayang." (ujung ayat 160).

Apabila orang telah insaf akan kesalahannya itu, dan segera dia berbalik ke jalan yang benar,
maka Tuhanpun cepatlah menerima taubatnya. Kelalaian yang sudah-sudah segera diampuni.
Dan Tuhanpun Penyayang; niscaya akan diberiNya pimpinan, bimbingan dan bantuan kepada
orang yang telah mulai menempuh jalan yang benar itu.

Lantaran itu maka terhadap ayat ini janganlah kita terlalu berpegang kepada Asbabun-
Nuzul.(sebab turun ayat). Karena sudah ditakdirkan Allah didalam hikmatNya yang tertinggi
bahwa perlombaan golongan-golongan agama akan masih tetap ada di dunia ini, untuk oramg
berlomba berbuat yang baik. Maka ayat ini menjadilah hasungan bagi kita yang telah menyambut
al-Quran supaya menghindarkan diri daripada menyembunyikan kebenaran. Mari kita kembali
ke jalan Tuhan dan membuat ishlah dan memberikan penjelasan.

‫إِنَّ الَّ ِذ ْينَ َكفَ ُر ْوا‬

"Sesumgguhnya orang-orangyang tidak rnaupercaya."(pangkal ayat 161),

padahal segala keterangan telah diterimanya , dan dia masih berkeras kepala mernpertahankan
yang salah dan tidak mau berganjak daripadanya.

‫َو َمات ُْوا َو ُه ْم ُكفَّار‬


"Dan mati padahal mereka masih di dalam kufur,"
sehingga kesempatan yang selalu diluangkan Tuhan bagi mereka, tidak mereka pergunakan.
mereka itu,

ِ َّ‫علَي ِْه ْم لَ ْعنَةُ هللاِ َو ا ْل َمآلئِ َك ِة َو الن‬


‫اس أَجْ َم ِعيْن‬ َ َ‫أُولَئِك‬

"atas mereka adalah laknat Allah dan Malaikat dan manusia sekaliannya."(ujung ayat I61).

Kebenaran sudah datang, masih saja tidak mau menerima. Alasan buat menariknya tidak ada
selain dari keras kepala atau ta'ashshub, mempertahankan yang salah. Niscaya kutuk laknatnya
yang akan menimpa mereka terus menerus. Sebenarnya kutuk dari Allah sajapun sudah cukup;
tetapi oleh karena kebenaran Allah itu turut juga dipertahankan oleh Malaikat, yang selalu me-
nyembah Allah clan mensucikanNya,'tentu terganggulah perasaan Malaikat melihat kebenaran
disanggah. Tidak pelak lagi, MaTaikat itupun mengutuk. Dan umumnya manusiapun
menghendaki kebenaran clan tidak menyenangi kecurangan clan kekerasan kepala. Niscaya
nranusiapurr turut mc:ngutuk pula. Maka laknat Allah dan Malaikat serta manusia itu akan
didapatnya terus-menerus:

‫َخا ِل ِد ْينَ فِ ْيهَا‬


"Kekal mereka di dalamnya" (pangkal ayat 162).

Kekal dalam kutukan, walaupun telah hancur tulangnya dalam kubur. Ingatlah nama-nama
sebagai Fir'aun, Karun, Haman dan Abu Lahab yang tersebut dalam al-Quran, walau pun telah
beribu tahun mereka mati , kutuk Allah dan kutuk Malaikat serta kutuk manusia masih rnereka
terima. Bahkan jika timbul manusia lain membawakan kekufuran sebagai mereka, terkenang lagi
orang akan mereka dan mengutuk lagi: "Orang ini seperti Fir'aun! Orang ini jahat sebagai Abu
Lahab." Dan sebagainya.

ُ َ‫ع ْن ُه ُم ا ْلعَذ‬
‫اب‬ ُ َّ‫الَ يُ َخف‬
َ ‫ف‬
"Tidak akan diringankan azab atas mereka."
Yaitu azab akhirat di samping kutukan di dunia.

‫َوالَ ُه ْم يُ ْن َظ ُر ْو‬
"Da» tidaklah mereka akan diperdulikan." (ujung ayat 162).

Akan dibiarkan mereka berlarut-larut dalam siksaan akhirat.


Di dalam permulaan Surat al-Baqarah sudah juga diterangkan tentang kufur -atau orang kafir.
Puncak kekafiran adalah mengingkari adanya Allah , atau mempersekutukanNya dengan yang
lain, atau tidak mau percaya kepada adanya hari kemudian (Kiamat) atau tidak mau mengakui
wahyu , atau berkata tentang Allah dengan tidak ada pengetahuan. Pendeknya segala sikap
menalak kebenaran yang dijalankan agama dan mempertahankan yang batil, yang telah
diterangkan batilnya oleh agama.

Ayat 159, yaitu firman Allah ta’ala,

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada
manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk)
yang dapat mela’nati.” (al-Baqarah: 159)

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalur Sa’id atau Ikrimah dari Ibnu Abbas,
dia berkata, “Mu’adz bin Jabal, Sa’ad bin Muadz dan Kharijah bin Zaid bertanya kepada
beberapa pendeta Yahudi tentang beberapa hal di dalam Taurat. Namun para pendeta Yahudi
itu tidak mau memberi tahu mereka tentang hal-hal yang ditanyakan itu. Maka Allah
menurunkan firman-Nya pada mereka,

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,….'”
Ayat 164, yaitu firman Allah ta’ala,

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (al-Baqarah: 164)

Sebab Turunnya Ayat

Sa’id bin Manshur dalam sunannya, al-Faryabi dalam tafsirnya dan al-Baihaqi di dalam
Syu’abul Iman meriwayatkan dari Abudh Dhuha, dia berkata, “Ketika turun firman Allah,
‘Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang.” (al-Baqarah: 163)

Orang-orang musyrik pun terheran-heran, lalu mereka berkata, ‘Satu Tuhan? Kalau benar apa
yang dikatakannya, coba datangkan kepada kami sebuah ayat.’ Maka turunlah firman Allah,

‘Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,…. bagi orang-orang yang mengerti.'” (al-
Baqarah: 164)

Saya katakan, “Hadits ini adalah mu’dhal, akan tetapi ada riwayat lain yang menguatkannya
yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Abusy Syekh di dalam kitab al-Azhamah
dari Atha’, dia berkata, ‘Ketika turun firman Allah,

‘Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang.” (al-Baqarah: 163)

Rasulullah masih berada di Mekah. Mendengar ayat itu orang-orang kafir Quraisy berkata,
‘Bagaimana satu Tuhan cukup untuk semua orang?’

Maka Allah menurunkan firman-Nya,


‘Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,…. bagi orang-orang yang mengerti.'” (al-
Baqarah: 164)

Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dengan sanad yang baik dan bersambung
dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi saw., ‘Mintalah
kepada Allah untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kita jadikan
bekal menghadapi musuh kami.’ Maka Allah mewahyukan kepada Rasulullah, ‘Aku akan
memberikan apa yang mereka minta, akan tetapi jika mereka kafir setelah itu, maka Aku akan
mengazabnya dengan azab yang belum pernah diturunkan kepada seorang manusia pun.’
Namun Rasulullah berdoa, ‘Ya Allah, biarlah aku berdakwah kepada kaumku hari demi hari
secara perlahan.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, ‘Sesungguhnya pada penciptaan
langit dan bumi, pergantian malam dan siang….,’ hingga akhir ayat.”

Bagaimana mereka memintamu agar bukit Shafa dan Marwah menjadi emas, sedangkan
mereka telah melihat bukti-bukti kebesaran Allah yang lebih besar?

Anda mungkin juga menyukai