Anda di halaman 1dari 3

1) Pertanyaan: Arima

1. Apa bedanya uji depirogenasi dan uji sterilitas?

Uji pirogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakan suatu sediaan uji
bebas pirogenatau tidak (Anonim, 1995) dengan maksud untuk membatasi resiko reaksi
demam yang dapat diterima oleh pasien apabila diinjeksi dengan suatu sediaan farmasi
(Suwandi, 1988). Uji pirogenitas biasanya menggunakan kelinci. Pengujian ini ditetapkan
di USP pertama kali pada tahun 1942 dan merupakan pengujian resmi untuk menentukan
non-pirogenitas sediaan farmasi. Sejak diketahui bahwa endotoksin ternyata mampu
menggumpalkan sel darah Limulus, kemudian dikembangkan suatu pengujian untuk
mendeteksi adanya endotoksin dengan menggunakan reagensia yang dibuat dari sel darah
Limulus. Pengujian ini kemudian dikenal sebagai metode Limulus Amebocyt Lysate (LAL
Test).

Uji sterilitas merupakan suatu cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan atau bahan
farmasi atau alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan harus dalam keadaan steril. Dengan
demikian sediaan dan peralatan tersebut harus bebas dari mikroorganisme. Jadi, hanya
dikenal sediaan dan peralatan tersebut steril atau tidak steril, tidak ada istilah hampir atau
setengah steril.

2) Pertanyaan: Devitamara Ayu N


Tujuan dilakukan uji depirogenasi dan uji sterilitas?
1. Uji depirogenasi untuk membatasi resiko reaksi demam yang dapat diterima oleh
pasien apabila diinjeksi dengan suatu sediaan farmasi (Suwandi, 1988). Uji pirogen
dimaksudkan juga untuk membatasi risiko reaksi demam pada tingkat yang dapat
diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi. Contoh pengujian depirogenasi
yaitu pengujian meliputi pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan
larutan uji secara intravena dan ditujukan untuk sediaan yang dapat ditoleransi
dengan uji kelinci pada dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 ml per kg bobot badan
dalam waktu tidak lebih dari 10 menit.

2. Tujuan dari uji sterilitas adalah untuk menjamin bahwa produk yang melalui proses
pembuatan itu tidak mengandung mikroorganisme atau faktanya terkontaminasi. Uji
sterilisasi sebenarnya dilakukan untuk menentukan seluruh kemasan yang telah
disterilkan. Penggunaan teori diinginkan untuk menunjukkan sterilisasi telah
berkembang sejak 50 atau 60 tahun. Masalah bahwa produk steril diinginkan steril –
bebas dari semua bentuk mikroorganisme secara definisi dan secara status. Metode
valid telah berkembang untuk uji produk steril. Namun demikian, produk yang diuji
tidak dapat dipasarkan. Kenyataannya. Tidak realistis untuk menguji semua unit lot.
Uji sampel lot menjadi dibutuhkan. Menganggap metode sterilisasi sempurna (yang
mana tidak), sampling menjadi latihan statistik yang meninggalkan keraguan.
Contohnya, jika ukuran lot 5000 wadah dan setelah proses sterilisasi, 450 wadah (1%
ukuran lot), terkontaminasi, ini akan menjadi perlu untuk menguji sampel random 32
wadah dengan 95% kemungkinan terdeteksi. Farmakope mengisyaratkan sampel 20
wadah yang diuji untuk tiap lot, oleh karena itu, jumlah bagian yang ditemukan
terkontaminasi adalah sedikit pada batch. Kenyataannya, tujuan uji sterilisasi hanya
menentukan ada atau tidak batch yang telah terkontaminasi setelah proses sterilisasi.
3.
3) Pertanyaan: Mulia Indah Kusuma Dewi

Prinsip uji Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke
medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman
bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya
dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murni mikroorganisme
yaitu :

Metode gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi
memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang
sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media
agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis
goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila
dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang
berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan
sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.

2. Metode tebar

Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish
dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam
medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat
menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul
koloni koloni yang terpisah-pisah.

3. Metode tuang

Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan


pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya
ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).

4. Metode tusuk

Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose
yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni, 1997).

Anda mungkin juga menyukai