Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia adalah penyakit infeksi salura napas bagian bawah.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan balita hampir diseluruh dunia.
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005).
Bronkopneumonia merupakan penyakit saluran anapas bagian bawah yang
biasanya didahului dengan infeksi saluran napas bagian atas dan sering dijumpai
dengan gejala awal batuk,demam dan dyspnea. Selain itu juga disebabkan oleh infeksi
dari kuman atau bakteri juga didukung oleh kondisi lingkungan dan gizi anak.
Menurut WHO insiden bronkopneumonia anak-balita di negara berkembang
adalah 151,8 juta kasus/tahun. 10% diantara merupakan bronkopneumonia berat dan
memerlukan perawatan khusus dirumah sakit. Terdapat 15 negara dengan insidens
bronkopneumonia anak-balita yang paling tertinggi mencakup 74% (115,3 juta dari
156 kasus diseluruh dunia.
Berdasarkan kemkes (2009) jumlah bronkopneumonia pada balita masih tetap
tertinggi. Bronkopneumonia apabila tidak ditangani dengan benar maka akan
dikhawatirkan dapat menghambat upaya pencapaian target MDGs menurunkan angka
kematian bayi pada anak. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya
bronkopneumonia pada anak balita dengan cara memperbaiki status gizi, imunisasi
dan meningkatkan upaya manajemen tata laksana bronkopneumonia. Pada tahun 2010
ditemukan kasus bronkopneumonia pada anak sebesar 23% dengan jumlah kasus yang
ditemukan sebanyak 499.259 kasus.
Dengan meningkatnya presentasi dari tahun ke tahun ini jelaslah bawa
bronkopneumonia sangat memerlukan penanganan dan perawatan yang lebih
intensif,cepat dan tepat dengan didukung penggunaan teknologi yang lebih menitik
beratkan askepnya pada pembebasan bersihan jalan napas dari kotoran, pemberian
O2,pemenuhan nutrisi dan hidrasi dan mencegah terjadinya komplikasi serta masalah-
masalah yang meliputi bio-psiko dan spiritual.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan anak pada
kasus Bronkopneumonia
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu melaksanakan aplikasi jurnal terbaru dalam penerapan pada
kasus asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkopneumonia dalam melakukan
tindakan suction untuk mengurangi sekret yang terdapat pada jalan napas.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne
C,2002:57).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing( Ngastiyah,2005)
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus. (Riyadi sujono & Sukarmin,2009)

B. Etiologi atau predisposisi


Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus,
gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M.Nettina, 2001:628) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
C. Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik
tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus
dan sedang. (Ngastiyah, 2005).

D. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena aspirasi
makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli
2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
E. Pathways keperawatan
Jamur, virus, bakteri, protozoa
- Penderita yang dibawa di rs
- Penderita yang mengalami subresi sisrem
- Kontaminasi peralatan rs

Infeksi saluran pernapasan bawah Saluran pernapasan atas

Proses peradangan Kuman berlebih di bronkus Kuman terbawa ke saluran cerna

Ketidak efektifan bersihan


Infeksi saluran pencernaan
Akumulasi secret dibronkus jalan nafas

Peningkatan peristaltik
Peningkatan flora normal dalam usus
Mucus bronkus meningkat usus malabsobsi

Resiko kedak
diare
Bau mulut tidak sedap seimbangan elektrolit

Eksplorasi meningkat
anoreksia

Krtidak seimbangan nutrisi


Intake kurang Peningkatan metabolisme
kurang dari kebutuhan tubuh

Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu septikimia

Ketidakefektifan
Gangguan difusi dalam plasma bersihan jalan nafas
Eksudat plasma masuk ke alveoli

Iritan PMN eritrosit pecah Edema paru


Edema antara kapiler dan alveoli

Suplai O2 menurun Penurunan capliance paru Pergeseran dinding paru

dipsneu
hipoksia hiperventilasi

Retraksi dada/nafas cuping


Metabolik anairob hidung
Akumulasi asam laktat
meningkat

Gangguan pertukaran
gas
Intoleransi aktifitas fatique
F. Pemeriksaan penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan dengan cara :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
b. Laringoskopi atau bronkoskopi.
(Amin,Hardhi.2015)

G. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat akan dapat mengakibatkan
1. Otitis Media Akut (OMA)
2. Efusi pleura
3. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang
4. Abses otak
5. Osteomielitis

H. Penatalaksanaan
1. Menjaga kelancaran pernapasan
2. Kebutuhan istrahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istrahat.
3. Kebutuhan nurtisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang
kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang
kurang dapat menyebabkan dehidras. Untuk mencegah dehidrasi dan kalori
dipasang infus dan cairan glukosa 5% dan NaCL 0,9%
4. Mengontrol suhu tubuh
5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi da uji resistensi. Akan tetapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan
penisilin dan ditambahkan dengan cloramfenikol atau diberi antibiotik sampai
batas demam 4-5 hari karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis
metabolik akibat kurang makn dan hipoksia, maka dapat diberi koreksi sesuai
dengan hasil analisis gas darah arteri.

I. Pengkajian fokus
1. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
3. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut- turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat dengan
sianosis bibir, dasar kuku.
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita kasus
yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan faktor
keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti merokok.
6. Pola pengkajian
a. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap dengan
produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning)
Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan pada polusi kimia/
iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok sigaret),
debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun, serbuk
gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas, penggunaan
otot bantu pernafasan (misalnya : meninggikan bahu, retraksi supra
klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP ( bentuk
barel), gerakan difragma mini mal.
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.

b. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung / takikardi
berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema dependen,
tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung redup (
yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada). Warna
kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.
c. Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah, Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema), Ketidak
mampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyebabkan, hepatomegali.
d. Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktifitas
sehari- hari karena sulit bernafas, Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur
dalam, posisi duduk tinggi, Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap,
aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan masa
otot
e. Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / faktor lingkungan, Adanya
infeksi berulang.
J. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler, gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhab tubuh b.d kebeutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia
4. Intoleransi aktifitas b.d insufisiensi O2 untuk aktifitas sehari-hari
5. Resiko ketidak seimbangan elektrolit b.d perubahan kebutuhan eluktrolit dalam
serum (diare)

K. Intervensi
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum.
Tujuan : Mengidentifikasi / menunjukan perilaku mencapai bersihan jalan nafas
Kriteria hasil : Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
dispenia.
Intervensi
a. Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipneau, pernafasan dangkal, dan pergerakan dada tidak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan
cairan paru.
b. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau / tak ada aliran udara dan
bunyi nafas adventius. Misalnya : krekels atau mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Bunyi nafas bronchial ( normal pada bronkus) dapat juga terjadi
pada area konsolidasi. Krekels, ronki, mengi terdengar inspirasi
dan / ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret
kental, dan spasme jalan nafas/ obstruksi.
c. Bantu pasien latihan nafas sering. Bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
misalnya dengan menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk
tinggi.
Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru- paru / jalan
nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan
nafas alami, membantu untuk mempertahankan jalan nafas pasien.
Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat.
d. Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/ hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air
hangat daripada dingin.
Rasional : Cairan (khususnya hangat) memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
30
e. Lakukan penghisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik
pada pasien yang tidak mampu melakukan, karena batuk tidak
efektif atau perubahan tingkat kesadaran.
f. Berikan sesuai indikasi : mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, analgesic.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi secret.
Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-
hati, karena dapat menurukan upaya batuk / menekan pernafasan.

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler, gangguan


kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen
Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress pernafasan
Kriteria Hasil : Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas.
Rasional : Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b. Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku. Catat adanya sianosis
perifer atau sirkulasi sentral
Rasional : Sianosis kuku menunjukan vasokonstriksi atau respon tubuh
terhadap demam / menggigil. Namun, sianosis daun telinga,
membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukan
hipoksemia sistemik.
c. Awasi frekuensi jantung / irama.
Rasional : Takikardia biasanya ada karena demam/ dehidrasi. Tetapi juga
dapat merupakan respon terhadap hipoksemia.
d. Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan
aktifitas senggang.
Rasional : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/ konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
e. Tinggikan kepala dan dorong untuk sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif.
Rasional : tindakan ini mengingatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran secret untuk perbaikan ventilasi.
f. Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan. Jawab
pertanyaan dengan jujur, kunjungi dengan sering sesuai indikasi.
Rasional : Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan
respon fisiologi terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan
peningkatan rasa aman dapat menurunkan komponen psikologis,
sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan
dari respon fisiologi.
g. Berikan terapi oksigen dengan benar.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh

3. Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhab tubuh


b.d kebeutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia
Tujuan : Pemenuhan nutrisi mencukupi kebutuhan
Kriteria Hasil : Menunjukan peningkatan nafsu makan, mempertahankan /
meningkatkan berat badan
Intervensi
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual / muntah, misalnya: Sputum
banyak, pengobatan, atau nyeri.
Rasional : Pilihan intervensi tergantung penyebab masalah.
b. Berikan / bantu kebersihan mulut setelah muntah, drainase postural dan
sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien
yang dapat menurunkan mual.
c. Berikan makan porsi kecil dan sering, termasuk makanan kering dan makanan
yang menarik untuk pasien.
Rasional : Meningkatkan masukan walaupun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali
d. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan.
Rasional :Adanya kondisi kronis (seperti PPOM atau alkoholisme) atau
keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi, dan atau lambatnya respon terhadap
terapi.

4. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi


oksigen untuk aktivitas hidup sehari- hari
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktivitas
Kriteria Hasil : tidak ada dispneau, kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam
rentang normal
Intervensi
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catat laporan dispneu, peningkatan
kelemahan, dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas.
Rasional : Menetapkan kebutuhan / kemampuan pasien dan memudahkan
dalam pemilihan intervensi.
b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi. Dorong penggunaaan manajemen stress dan pengalihan yang tepat
Rasional : Menurunkan stress dan rangsangan berlebih.
c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan pentingnya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energy untuk penyembuhan.
Pembatasan aktivitas dengan individual pasien terhadap aktifitas
dan perbaikan kegagalan pernafasan.
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat / tidur.
Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau tidur di kursi.
e. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional : Menurunkan keletihan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

5. Diagnosa keperawatan : Resiko ketidak seimbangan elektrolit b.d perubahan


kebutuhan eluktrolit dalam serum (diare)
Tujuan : Menunjukan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil : Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
cepat, tanda vital stabil
Intervensi
a. Kaji perubahan tanda vital, peningkatan suhu tubuh
Rasional : Peningkatan suhu meningkatkan laju metabolic dan kehilangan
cairan melalui evaporasi.
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa.
Rasional : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membrane mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan
oksigen tambahan.
c. Tekankan cairan setidaknya 1000ml/ hari atau sesuai kondisi individual.
Rasional : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
d. Beri obat sesuai indikasi, misalnya antipiretik, antiemetic.
Rasional : Berguna menurunkan kehilangan cairan.
e. Berikan cairan tambahan IV sesuai kebutuhan.
Rasional : Pada dasarnya penurunan masukan / banyak kehilangan.
Penggunaan parenteral dapat memperbaiki / mencegah
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih
bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit. Edisi 2, EGC, Jakarta
NANDA, NIC & NOC, 2010, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai