Anda di halaman 1dari 23

SKENARIO 4

“Dokter Keluarga”

Akhirnya dr.Agung mendapatkan STR setelah menyelesaikan masa


interenshipnya di PKU Muhammadiyah Rembang. Setelah kembali ke Bontang,
tempat asalnya, dr.Agung membuka praktek dokter di rumahnya. Namun yang
dirasakan sangat sedikit sekali pasien yang datang berobat. Bahkan salah satu
pasien sempat mengatakan bahwa biasanya dia datang ke dokter pribadi yang
sangat peduli pada keluarganya beserta warga di sekitarnya. Karena penasaran,
dr.Agung mendatangi Dinas Kesehatan Bontang dan kaget dengan Penjelasan
Kadinkes yang mengatakan seluruh daerah Bontang sudah tercover area dokter
keluarga, dengan system kapitasi dan perujukan sesuai kompetensi. Terlebih di
jelaskan pula tentang BPJS dan Undang-undang BPJS yang sudah mulai
diterapkan di seluruh wilayah Indonesia sejak 1 Januari 2014. Dalam hati
dr.Agung kemudian bertanya ke dirinya sendiri mengapa dirinya tidak mengetahui
hal ini sewaktu pembelajaran di kampusnya. Yah, mungkin karena sewaktu itu dia
belum memperdulikannya.

STEP 1 : KLASIFIKASI ISTILAH

1. Interenship
Tahapan magang/latihan kerja untuk mendapatkan sertifikat
praktik mandiri.1
2. Sistem Kapitasi
Suatu sistem pembayaran pada Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) berdasarkan jumlah “kapita” atau jiwa yang harus dilayani baik
sakit/tidak sakit. Dalam sistem kapitasi, pembayaran diberikan di depan,
sebelum pelayanan diberikan (prepaired). Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) akan memperoleh insentif (financial incentive), apabila jumlah
biaya yang ditetapkan tidak terpakai.2

1
3. STR (Surat Tanda Registrasi)
Bukti tertulis yang diberikan oleh konsil kedokteran Indonesia
kepada dokter yang telah diregistrasi.2
4. BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial)
Merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan social. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.

STEP 2 : MENETAPKAN MASALAH

1. Bagaimana prosedur fasilitas kesehatan bekerjasama dengan BPJS ?


2. Bagaimana sistem kepesertaan BPJS ?
3. Berapakah iuran yang dibayarkan oleh peserta BPJS ?
4. Bagaimana peran dari dokter keluarga ?
5. Bagaimana sistem rujukan BPJS ?
6. Apa saja perbedaan dari dokter keluarga dan dokter praktik umum ?

STEP 3 : ANALISIS MASALAH

1. Prosedur Fasilitas Kesehatan Bekerjasama dengan BPJS.


a. Syarat Fasilitas
Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ingin bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan harus dapat melayani:
1) Pelayanan kesehatan promotif
2) Pelayanan kesehatan preventif
3) Pelayanan kesehatan kuratif
4) Pelayanan kesehatan rehabilitatif
5) Pelayanan kebidanan
6) Pelayanan kesehatan darurat medis

2
7) Pelayanan penunjang (laboratorium sederhana dan farmasi). Jika
faskes tidak memiliki layanan penunjang, maka wajib membangun
jejaring dengn sarana penunjang tersebut. 3
b. Kelengkapan dokumen
1) Praktik dokter atau dokter gigi:
a) Surat Ijin Praktik (SIP)
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan
jejaring lainnya
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
2) Puskesmas atau yang setara:
a) Surat Ijin Operasional
b) Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin
Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik
atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain
c) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
3) Klinik Praktek atau yang setara:
a) Surat Ijin Operasional
b) Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin
Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan
lain
c) Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal
klinik menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
e) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
f) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3

3
4) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara:
a) Surat Ijin Operasional
b) Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik
c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
d) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
e) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
5) Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat pada
wilayah yang tidak terdapat dokter:
a) Surat Ijin Praktik
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas
pembinanya
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
c. Cara pembayaran
BPJS Kesehatan membayar pelayanan kesehatan yang
dikontrak dengan tarif Kapitasi dan non Kapitasi.Menurut Permenkes
No. 69 Tahun 2013, Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-
bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa menghitung jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan. Sedangkan Tarif non Kapitasi adalah besaran pembayaran
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama berdasarkan jenis dan jumlah layanan yang diberikan. Tarif
non Kapitasi hanya diberikan untuk beberapa pelayanan yang telah
ditentukan.3

4
Tarif Kapitasi:

Faskes Tarif (Rp)

Puskesmas 3.000 – 6.000

Praktek Dokter Umum 8.000 – 10.000

Klinik Umum 8.000 – 10.000

RS Kelas D Pratama 8.000 – 10.000

Praktik Dokter Gigi 2.000

2. Sistem Kepengurusan Kepesertaan BPJS

Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan


kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah
bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan telah membayar
iuran.4
Peserta BPJS Kesehatan ada 2 kelompok, yaitu :
a. PBI Jaminan Kesehatan
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta Jaminan
Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana
diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari pemerintah sebagai
peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin
yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan
pemerintah. Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan Kesehatan
lainnya adalah yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu.
Cacat total tetap merupakan kecacatan fisik dan/atau mental yang
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan

5
pekerjaan. Penetapan cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang
berwenang.4
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan
Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Anggota TNI
c) Anggota POLRI
d) Pejabat negara
e) Pegawai pemerintah non pegawai negeri
f) Pegawai swasta dan
g) Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri
b) Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan penerima
upah.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a) Investor
b) Pemberi kerja
c) Penerima pensiun
d) Veteran
e) Perintis kemerdekaan
f) Bukan pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja
penerima upah

3. Iuran yang Dibayarkan oleh Peserta BPJS

a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) 
per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang 
perawatan Kelas II.

6
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) 
per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas
I.5

4. Peran dari Dokter Keluarga

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang


menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu,
integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan,
menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan
diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia
ataupun jenis penyakitnya. Peran dokter keluarga meliputi:

a. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh,


dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang
diperlukan
b. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan
tepat
c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada
saat sehat dan sakit
d. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya
e. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya
peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan
rehabilitasi
f. Menangani penyakit akut dan kronik
g. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke
rumah sakit
h. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter
Spesialis atau dirawat di Rumah sakit
i. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan
j. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya

7
k. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan
pasien
l. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar
m. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara
umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus. 5

5. Sistem Rujukan BPJS

Sistem Rujukan BPJS meliputi:

a. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang


sesuai kebutuhan medis, yaitu:
1) Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
2) Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien
dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua.
3) Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
4) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia
di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam
kondisi:
1) Terjadi keadaan gawat darurat.
Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku.
2) Bencana.
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah.

8
3) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien.
Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan.
4) Pertimbangan geografis.
5) Pertimbangan ketersediaan fasilitas.
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
1) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau
dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Rujukan Parsial
1) Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut.
2) Rujukan parsial dapat berupa:
a) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
b) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
3) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.6

9
6. Perbedaan dari Dokter Keluarga dan Dokter Praktik Umum

Dokter keluarga sebenarnya dokter umum juga, yaitu dokter yang


mempunyai cakupan layanan yang luas sehingga ia dapat menangani lebih
banyak kasus penyakit yang lazim terjadi di dalam anggota keluarga baik
anak, dewasa, remaja maupun lansia. Dokter keluarga bertugas bukan
hanya dalam permasalahan primary care saja, tapi juga semua aspek peran
dokter yang meliputi preventif, promosi-edukatif, kuratif dan rehabilitatif.6

Dokter keluarga bukan hanya menangani satu individu pasien saja,


tapi juga seluruh anggota keluarganya. Sehingga dokter keluarga
memahami status kesehatan semua anggota keluarga. Dengan memahami
status kesehatan anggota keluarga maka dokter keluarga dalam lebih aktif
dan efektif dalam upaya deteksi dini dan pencegahan penyakit. Tidak
semua dokter umum mempunyai keahlian sebagai dokter keluarga. Dokter
keluarga di Indonesia dihimpun dalam suatu organisasi yang bernama
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI).7, 8

10
STEP 4 : SKEMA

Sistem Rujukan

Prinsip PBI

Sistem
Fungsi Dokter Keluarga BPJS pembayaran

Non-
PBI
Peran dan Tugas FASKES Kapitasi

STEP 5 : SASARAN BELAJAR

1. Peran dan Fungsi BPJS


2. Sistem Kapitasi dan Penjaminan Nasional
3. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
4. Sistem Rujukan Nasional
5. Keluarga sebagai Unit of Care

PR :

1. Masa Berlaku BPJS: Bagaimana apabila peserta BPJS terlambat


membayarkan iuran per bulan?

STEP 6 : BELAJAR MANDIRI

11
STEP 7 : HASIL BELAJAR MANDIRI

1. Peran dan Fungsi BPJS


a. Peran BPJS
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), secara tegas menyatakan
bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum
publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS tersebut pada dasarnya
mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap
orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan
yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Penyelenggaraan jamianan sosial
yang adekuat dan berkelanjutan merupakan salah satu pilar Negara
kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua,
lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan ekonomi yang
stabil dan berkeadilan.4
Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan
program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia,
maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang
jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti
batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana
untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut secara transparan.4
b. Fungsi BPJS
UU BPJS menetukan bahwa BPJS Kesehatan berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan
menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.4

12
c. Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
bertugas untuk:
1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi
kerja.
3) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
5) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial.
6) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial.
7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat. 4

2. Sistem Kapitasi dan Penjaminan Nasional

BPJS Kesehatan dalam menyelenggaran jaminan kesehatan,


menggunakan sistem pembiayaan Kapitasi di faskes tingkat pertama
(primer) dan INA CBG’s untuk faskes tingkat lanjutan. Sistem
pembayaran kapitasi adalah sistem pembayaran yang dilaksanakan pada
fasilitas kesehatan tingkat pertama khususnya pelayanan Rawat jalan
Tingkat Pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan yang
didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di faskes tersebut dikalikan
dengan besaran kapitasi per jiwa.2, 3, 5
Sistem pembayaran ini adalah pembayaran di muka atau prospektif
dengan konsekuensi pelayanan kesehatan dilakukan secara pra upaya atau
sebelum peserta BPJS jatuh sakit. Sistem ini mendorong Faskes Tingkat
Pertama untuk bertindak secara efektif dan efisien serta mengutamakan
kegiatan promotif dan preventif. BPJS Kesehatan sesuai ketentuan, wajib

13
membayarkan kapitasi kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama paling
lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan.2, 3, 5
Sesuai dengan Pasal 38 Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013
tentang Perubahan PerPres 12 Tahun 2013, BPJS Kesehatan wajib
membayarkan kapitasi kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama paling
lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan.2, 3, 5
Pelayanan Kesehatan yang termasuk di dalam cakupan
pembayaran kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Pasal
16 Permenkes 71 Tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputi:
a. Administrasi pelayanan.
b. Pelayanan promotif dan preventif.
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis.
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama.2, 3, 5

Dalam Pasal 17 Permenkes 71 Tahun 2013, Pelayanan Kesehatan


Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 untuk pelayanan
medis mencakup:
a. Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama.
b. Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan.
c. Kasus medis rujuk balik.
d. Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama.
e. Rehabilitasi medik dasar. 2, 3, 5

Kapitasi yang dibayarkan kepada Puskesmas, Dokter Praktek dan


Klinik sudah termasuk pembayaran biaya pelayanan yang dilakukan oleh

14
jejaring faskes (Pelayanan obat RJTP oleh apotek dan laboratorium
sederhana).2, 3, 5

3. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)


a. Pengertian
Sistem Jaminan Sosial Nasional (national social security
system) adalah sistem penyelenggara program negara dan pemerintah
untuk memberikan perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, menuju terwujudnya
kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk Indonesia.
SJSN disusun dengan mengacu pada penyelenggaraan yang
berlaku universal dan telah diselenggarakan oleh negara-negara maju
dan berkembang sejak lama. Penyelenggaraan jaminan sosial di
berbagai negara memang tidak seragam, ada yang berlaku secara
nasional untuk seluruh penduduk dan ada yang hanya mencakup
penduduk tertentu untuk program tertentu.9
b. Dasar Hukum:
1) UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal
28, dan pasal 34.
2) Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights
tahun 1948 dan konferensi ILO No. 102 tahun 1952.
3) TAP MPR RI No. X/MPR/2001 yang menugaskan kepada
Presiden Republik Indonesia untuk membentuk SJSN.
4) UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN.9
c. Asas
SJSN diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas
manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.9
d. Prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan
pada prinsip:

15
1) Prinsip Kegotong-Royongan
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotongroyong
dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu
dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat. Peserta yang
berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi, peserta yang sehat
membantu yang sakit, untuk menumbuhkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2) Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana tidak dimaksudkan untuk mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi
tujuan utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3) Prinsip Keterbukaan
Merupakan suatu keharusan dalam jaminan sosial karena
dana yang dikelola merupakan dana milik peserta oleh karenanya
akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi peserta harus
dipermudah.
4) Prinsip Kehati-hatian
Pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
5) Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Prinsip Portabilitas
Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau
tempat tinggal dalam wilayah NKRI.
7) Prinsip Kepesertaan Yang Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat
menjadi peserta hingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan

16
dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta
kelayakan penyelenggaraan program.
8) Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipam
kepada badan-bdan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
9) Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
Hasil berupa deviden dari pemegang saham yang
dikembalikan untuk kepentingan peserta jamsostek. 9

4. Sistem Rujukan Nasional


a. Pengertian
Sistem rujukan adalah penyerahan tanggung jawab dari suatu
pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain baik secara
vertical maupun horizontal ke fasilitas kesehatan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Tujuan dari rujukan itu sendiri adalah untuk meningkatkan mutu,
cakupan, dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu agar jiwa
pasien dapat selamat.10
b. Jenis
Jenis Rujukan dibagi menjadi empat (4) yaitu:
1) Rujukan Medis
Rujukan medis adalah pelimpahan tanggung jawab secara
vertikal maupun horizonttal kepada pelayanan kesehatan dan
fasilitas kesehatan yang lebih berwenang. Rujukan Medis dibagi
menjadi 3 :
a) Rujukan Pasien (Transfer of Patient)
b) Rujukan Spesimen (Transfer of Specimen)
c) Rujukan Pengetahuan (Transfer of Knowledge) 10

17
2) Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif)
dan peningkatan kesehatan (promotif).10

3) Rujukan Perseorangan
Tingkat 3
(RSU
Provinsi/Pusat)
Tingkat 2
(RSU Kab/Kota dan
Balai Pengobatan)

Tingkat 1
(Puskesmas, dokter keluarga)

Masyarakat
(Polindes dan posyandu)

Individu

4) Rujukan Masyarakat

Tingkat 3
(Depkes/Dinkes
Provinsi)

Tingkat 2
(Dinkes Kab/Kota dan
Balai Pengobatan)

Tingkat 1
(Puskesmas, dokter keluarga)

Masyarakat
(Posyandu dan Sakabhakti)

Individu

18
5. Keluarga sebagai Unit of Care
a. Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI tahun 1998, keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan yang saling ketergantungan.11
b. Bentuk Keluarga
1) Menurut pendapat Goldenberg (1980), ada sembilan (9) macam
bentuk keluarga, antara lain:
a) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak
kandung.
b) Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut
garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang
berasal dari pihak suami atau pihak istri.
c) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak
kandung serta anak-anak tiri.
d) Keluarga Menurut Hukum umum (Common Law Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak
terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka yang
tinggal bersama.
e) Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin
karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak
pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.

19
f) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak
yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta
memiliki kekayaan bersama.
g) Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-
anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya
menganggap sebagai satu keluarga.
h) Keluarga Gabungan/Komposit (Composite Family)
Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan
anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dan
anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.
i) Keluarga Tinggal Bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup
bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. 11
2) Berdasarkan Kekuasaan:
a) Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
b) Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
c) Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan
adalah ayah dan ibu. 11
c. Fungsi Keluarga
Terdapat lima (5) fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat,
yaitu:
1) Fungsi Biologis
2) Fungsi Psikologis
3) Fungsi Sosial Budaya dan Sosiologi
4) Fungsi Sosial

20
5) Fungsi Pendidikan
6) Fungsi Kasih sayang11,12
d. Pengaruh Keluarga terhadap Kesehatan:
1) Penyakit Keturunan
a) Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi dan faktor
lingkungan)
b) Muncul dalam perkawinan (tahap awal dari siklus kehidupan
keluarga)
c) Perlu marriage conseling dan screening. 11,12
2) Perkembangan Bayi dan Anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluargaa dengan fungsi
fungsi yang “sakit”, akan mengganggu perkembangan fisik dan
perilaku.
3) Penyebaran Penyakit
a) Penyakit Infeksi
b) Penyakit Neurosis
4) Pola Penyakit dan Kematian
Hidup membujang/bercerai mempengaruhi angka kesakitan
dan kematian.
5) Proses Penyembuhan Penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada
keluarga dengan fungsi keluarga yang “sehat” lebih baik
dibandingkan pada keluarga dengan fungsi keluarga yang “sakit”.
e. Pengaruh Kesehatan terhadap Keluarga:
1) Bentuk Keluarga
2) Fungsi Keluarga
3) Siklus Kehidupan Keluarga11, 12

21
PR :

1. Masa Berlaku BPJS: “Bagaimana apabila peserta BPJS terlambat


membayarkan Iuran per bulan?”
Akibat Keterlambatan membayar iuran BPJS per bulan:
a. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Pekerja Penerima Upah
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan,
yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang tertunggak oleh
Pemberi Kerja.4
b. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Peserta Bukan Penerima Upah
dan Bukan Pekerja dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk
waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran
yang tertunggak.4

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Jusuf Hanafiah, M. & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
2. Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2007
3. Menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. From:
www.jamkesindonesia.com.html. (Diakses 20 Agustus 2014)
4. Tanya Jawab BPJS Kesehatan dari www.bpjs.info.com
5. Universitas Sumatra Utara. Sistem Kapitasi dan Pembiayaan Pelayanan
Dokter Keluarga. Sumatra Utara: USU. 2012
6. Idris, Fahmi. Panduan Praktik Rujukan Berjenjang. BPJS Kesehatan
7. Qomariah. Sekilas Kedokteran Keluarga. Jakarta: FK Yarsi. 2000
8. Gan, Gou Lee. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore: Singapore
Internasional Foundation. 2004
9. Nuraini, Novia. SJSN. From https://www.academia.edu/4574597/SJSN.html
(Diakses 22 Agustus 2014)
10. PPT Konsep Rujukan dari Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
11. Tiyas, Merry. Dinamika, Peran, dan Fungsi Keluarga. Semarang: UNIMUS.
2014
12. Mc. Daniel, dkk. Family Oriented Primary Care (2nd ed). New York:
Springer. 2005.

23

Anda mungkin juga menyukai