“Dokter Keluarga”
1. Interenship
Tahapan magang/latihan kerja untuk mendapatkan sertifikat
praktik mandiri.1
2. Sistem Kapitasi
Suatu sistem pembayaran pada Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) berdasarkan jumlah “kapita” atau jiwa yang harus dilayani baik
sakit/tidak sakit. Dalam sistem kapitasi, pembayaran diberikan di depan,
sebelum pelayanan diberikan (prepaired). Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) akan memperoleh insentif (financial incentive), apabila jumlah
biaya yang ditetapkan tidak terpakai.2
1
3. STR (Surat Tanda Registrasi)
Bukti tertulis yang diberikan oleh konsil kedokteran Indonesia
kepada dokter yang telah diregistrasi.2
4. BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial)
Merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan social. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
2
7) Pelayanan penunjang (laboratorium sederhana dan farmasi). Jika
faskes tidak memiliki layanan penunjang, maka wajib membangun
jejaring dengn sarana penunjang tersebut. 3
b. Kelengkapan dokumen
1) Praktik dokter atau dokter gigi:
a) Surat Ijin Praktik (SIP)
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan
jejaring lainnya
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
2) Puskesmas atau yang setara:
a) Surat Ijin Operasional
b) Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin
Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik
atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain
c) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
3) Klinik Praktek atau yang setara:
a) Surat Ijin Operasional
b) Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin
Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan
lain
c) Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal
klinik menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
e) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
f) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
3
4) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara:
a) Surat Ijin Operasional
b) Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik
c) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
d) Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan
e) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
5) Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat pada
wilayah yang tidak terdapat dokter:
a) Surat Ijin Praktik
b) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas
pembinanya
d) Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional. 3
c. Cara pembayaran
BPJS Kesehatan membayar pelayanan kesehatan yang
dikontrak dengan tarif Kapitasi dan non Kapitasi.Menurut Permenkes
No. 69 Tahun 2013, Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-
bulan yang dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan tingkat pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar
tanpa menghitung jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan. Sedangkan Tarif non Kapitasi adalah besaran pembayaran
klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama berdasarkan jenis dan jumlah layanan yang diberikan. Tarif
non Kapitasi hanya diberikan untuk beberapa pelayanan yang telah
ditentukan.3
4
Tarif Kapitasi:
5
pekerjaan. Penetapan cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang
berwenang.4
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan
Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Anggota TNI
c) Anggota POLRI
d) Pejabat negara
e) Pegawai pemerintah non pegawai negeri
f) Pegawai swasta dan
g) Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri
b) Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan penerima
upah.
3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya
a) Investor
b) Pemberi kerja
c) Penerima pensiun
d) Veteran
e) Perintis kemerdekaan
f) Bukan pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja
penerima upah
a. Sebesar Rp.25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp.42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)
per orang
per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan Kelas II.
6
c. Sebesar Rp.59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah)
per
orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas
I.5
7
k. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan
pasien
l. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar
m. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara
umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus. 5
8
3) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien.
Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan.
4) Pertimbangan geografis.
5) Pertimbangan ketersediaan fasilitas.
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
1) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau
dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Rujukan Parsial
1) Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut.
2) Rujukan parsial dapat berupa:
a) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
b) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
3) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.6
9
6. Perbedaan dari Dokter Keluarga dan Dokter Praktik Umum
10
STEP 4 : SKEMA
Sistem Rujukan
Prinsip PBI
Sistem
Fungsi Dokter Keluarga BPJS pembayaran
Non-
PBI
Peran dan Tugas FASKES Kapitasi
PR :
11
STEP 7 : HASIL BELAJAR MANDIRI
12
c. Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
bertugas untuk:
1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi
kerja.
3) Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
5) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan
sosial.
6) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial.
7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat. 4
13
membayarkan kapitasi kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama paling
lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan.2, 3, 5
Sesuai dengan Pasal 38 Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013
tentang Perubahan PerPres 12 Tahun 2013, BPJS Kesehatan wajib
membayarkan kapitasi kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama paling
lambat tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan.2, 3, 5
Pelayanan Kesehatan yang termasuk di dalam cakupan
pembayaran kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Pasal
16 Permenkes 71 Tahun 2013 Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
merupakan pelayanan kesehatan non spesialistik yang meliputi:
a. Administrasi pelayanan.
b. Pelayanan promotif dan preventif.
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis.
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif.
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama.2, 3, 5
14
jejaring faskes (Pelayanan obat RJTP oleh apotek dan laboratorium
sederhana).2, 3, 5
15
1) Prinsip Kegotong-Royongan
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotongroyong
dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu
dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat. Peserta yang
berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi, peserta yang sehat
membantu yang sakit, untuk menumbuhkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2) Prinsip Nirlaba
Pengelolaan dana tidak dimaksudkan untuk mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan tetapi
tujuan utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
3) Prinsip Keterbukaan
Merupakan suatu keharusan dalam jaminan sosial karena
dana yang dikelola merupakan dana milik peserta oleh karenanya
akses informasi yang lengkap, benar dan jelas bagi peserta harus
dipermudah.
4) Prinsip Kehati-hatian
Pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
5) Prinsip Akuntabilitas
Pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6) Prinsip Portabilitas
Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau
tempat tinggal dalam wilayah NKRI.
7) Prinsip Kepesertaan Yang Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat
menjadi peserta hingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan
bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan
16
dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta
kelayakan penyelenggaraan program.
8) Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipam
kepada badan-bdan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
9) Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
Hasil berupa deviden dari pemegang saham yang
dikembalikan untuk kepentingan peserta jamsostek. 9
17
2) Rujukan Kesehatan
Rujukan kesehatan adalah rujukan yang menyangkut
masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif)
dan peningkatan kesehatan (promotif).10
3) Rujukan Perseorangan
Tingkat 3
(RSU
Provinsi/Pusat)
Tingkat 2
(RSU Kab/Kota dan
Balai Pengobatan)
Tingkat 1
(Puskesmas, dokter keluarga)
Masyarakat
(Polindes dan posyandu)
Individu
4) Rujukan Masyarakat
Tingkat 3
(Depkes/Dinkes
Provinsi)
Tingkat 2
(Dinkes Kab/Kota dan
Balai Pengobatan)
Tingkat 1
(Puskesmas, dokter keluarga)
Masyarakat
(Posyandu dan Sakabhakti)
Individu
18
5. Keluarga sebagai Unit of Care
a. Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI tahun 1998, keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan yang saling ketergantungan.11
b. Bentuk Keluarga
1) Menurut pendapat Goldenberg (1980), ada sembilan (9) macam
bentuk keluarga, antara lain:
a) Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak
kandung.
b) Keluarga Besar (Extended Family)
Keluarga yang disamping terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya, baik menurut
garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit),
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang
berasal dari pihak suami atau pihak istri.
c) Keluarga Campuran (Blended Family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak
kandung serta anak-anak tiri.
d) Keluarga Menurut Hukum umum (Common Law Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak
terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka yang
tinggal bersama.
e) Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family)
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin
karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak
pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama.
19
f) Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)
Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak
yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta
memiliki kekayaan bersama.
g) Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah
menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-
anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya
menganggap sebagai satu keluarga.
h) Keluarga Gabungan/Komposit (Composite Family)
Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan
anak-anaknya (poliandri) atau istri dengan beberapa suami dan
anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.
i) Keluarga Tinggal Bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup
bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah. 11
2) Berdasarkan Kekuasaan:
a) Patriakal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
b) Matrikal adalah keluarga yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
c) Equalitarium adalah keluarga yang memegang kekuasaan
adalah ayah dan ibu. 11
c. Fungsi Keluarga
Terdapat lima (5) fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat,
yaitu:
1) Fungsi Biologis
2) Fungsi Psikologis
3) Fungsi Sosial Budaya dan Sosiologi
4) Fungsi Sosial
20
5) Fungsi Pendidikan
6) Fungsi Kasih sayang11,12
d. Pengaruh Keluarga terhadap Kesehatan:
1) Penyakit Keturunan
a) Interaksi antara faktor genetik (fungsi reproduksi dan faktor
lingkungan)
b) Muncul dalam perkawinan (tahap awal dari siklus kehidupan
keluarga)
c) Perlu marriage conseling dan screening. 11,12
2) Perkembangan Bayi dan Anak
Jika dibesarkan dalam lingkungan keluargaa dengan fungsi
fungsi yang “sakit”, akan mengganggu perkembangan fisik dan
perilaku.
3) Penyebaran Penyakit
a) Penyakit Infeksi
b) Penyakit Neurosis
4) Pola Penyakit dan Kematian
Hidup membujang/bercerai mempengaruhi angka kesakitan
dan kematian.
5) Proses Penyembuhan Penyakit
Penyembuhan penyakit kronis pada anak-anak pada
keluarga dengan fungsi keluarga yang “sehat” lebih baik
dibandingkan pada keluarga dengan fungsi keluarga yang “sakit”.
e. Pengaruh Kesehatan terhadap Keluarga:
1) Bentuk Keluarga
2) Fungsi Keluarga
3) Siklus Kehidupan Keluarga11, 12
21
PR :
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Jusuf Hanafiah, M. & Amri Amir. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
2. Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2007
3. Menjadi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. From:
www.jamkesindonesia.com.html. (Diakses 20 Agustus 2014)
4. Tanya Jawab BPJS Kesehatan dari www.bpjs.info.com
5. Universitas Sumatra Utara. Sistem Kapitasi dan Pembiayaan Pelayanan
Dokter Keluarga. Sumatra Utara: USU. 2012
6. Idris, Fahmi. Panduan Praktik Rujukan Berjenjang. BPJS Kesehatan
7. Qomariah. Sekilas Kedokteran Keluarga. Jakarta: FK Yarsi. 2000
8. Gan, Gou Lee. A Primer on Family Medicine Practice. Singapore: Singapore
Internasional Foundation. 2004
9. Nuraini, Novia. SJSN. From https://www.academia.edu/4574597/SJSN.html
(Diakses 22 Agustus 2014)
10. PPT Konsep Rujukan dari Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
11. Tiyas, Merry. Dinamika, Peran, dan Fungsi Keluarga. Semarang: UNIMUS.
2014
12. Mc. Daniel, dkk. Family Oriented Primary Care (2nd ed). New York:
Springer. 2005.
23