Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan pesat ilmu pengetahuan yang dicapai manusia pada ujung pertengahan abad
ke-20, memungkinakan arus informasi menjadi serba cepa: apa dan oleh siapa dari seluruh
muka bumi (bahkan sebagian jagat raya) menembus ke seluruh lapisan masyarakat dengan
bebas tanpa membedakan siapa dia si penerima.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya
barat bisa jadi menciptakan sebuah aliansi budaya. Orang merasa asing dengan budaya
sendiri. Kemajuan memungkinkan banyaknya pilihan dan membuka kesempatan tumbuhnya
materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk
untuk mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari segi
materi menjadi satu-satunya tujuan hidup. Persaingan demikian ketat, sehingga penghargaan
manusia terhadap waktu mencapai titik tertinggi dibandingkan masa sebelumnya. Yang
tersisa hanya wajah kehidupan tidak manusiawi dimana bahaya masa depan ialah manusia
menjadi robot karena terjadi aliansi diri. Ini merupakan pengaruh negatif dari kemajuan ilmu
jika tidak di dasari dengan akhlak, norma, moral, dan landasan agama.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan peradapan manusia yang ada pada saat ini
merupakan bentuk desakan dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa
lalu. Manusia dengan alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada
akhirnyamemberikan efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya.
Fenomena ini akan membawa kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih
kompkles.

Jadi, manusia yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan,
mendalami unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih
arif dalam memahami sumber, hakikat, dan tujuan dari ilmu dan ditekuninya, termasuk
pemanfaatannya bagi masyarakat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemajuan Ilmu dan Krisis Kemanusiaan


1. Kemajuan ilmu
Ilmu pengetahuan pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta. Rasio adalah
sumber kebenaran, telah mengembangkan paham yang disebut rasionalisme.
Sedangkan fakta adalah yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber
kebenaran, telah mengembangkan paham empirisme.1
Kaum rasionalisme menyatakan alam nyata dan gaib adalah ilmu pengetahuan,
sedang kaum empirisme menganggap bahwa yang nyata saja yang termasuk ilmu
pengetahuan sedang yang gaib bukan ilmu pengetahuan.
Kemajuan ilmu bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi
kenyataannya banyak menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan
manusia, seperti:2
a. Kemajuan Ilmu dan Teknologi
Teknologi mempunyai peranan memperluas dan memperbesar potensi manusia
untuk memenuhi kebutuhan praktisnya
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mengganti kedudukan manusia sebagai
pekerja dan individu yang utuh, karena pekerjaan rutian akan dikerjakan oleh mesin
dengan lebih teliti, lebih cepat dan lebih berani.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, yang semula untuk memudahkan urusan manusia,
ketika urusan itu samakin mudah, maka muncul ‘’kesepian’’ dan ‘’keterasingan
baru, yakni lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan dan silaturrahim”. Contohnya,
penemuan televisi, komputer, handphone telah mengakibatkan kita terlena dengan
dunia layar. Akbatnya membius manusia untuk tunduk pada layar dan mengabaikan
yang lain. Kalau pengaruh teknologi yang sedemikian semakin dalam, maka dia
tidak sadar dari kebutuhan yang sebenarnya. Ibarat orang yang pertama kali tinggal
di dekat kandang ayam. Pada minggu pertama tidurnya susah kalau pun bisa hanya
satu atau dua jam saja karena bau yang menyengat. Minggu kedua sudah agak bisa
menyesuaikan diri dengan bau itu dan pada minggu-minggu selanjutnya sudah

1
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu, 2010, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, hal. 251-252.
2
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, 2004, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, hal. 223-224.

2
terbiasa. Setelah bertahun-tahun tinggal di sana sudah rindu pada bau tersebut,
bahkan tidakbisa tidur kalau belum disertai “wewangian” kandang ayam.
Pada ilmu bioteknologi, perkembangan yang dicapai sangat maju, seperti rekayasa
genetika dan teknologi kloning menandakan kemajuan yang begitu dashyat sehingga
mengkhawatirkan semua kalangan. Contohnya, rekayasa genetika yang dulunya
diharapkan untuk mengobati penyakit keturunan, seperti diabetes sekarang rekayasa
tidak hanya untuk tujuan pengobatan, tetapi untuk menciptakan manusia-manusia
baru yang sama sekali berbeda, bak dari segi postur fisik maupun sifat-sifatnya.
Hubungan antara ilmu dengan teknologi adalah ilmu pengetahuan yang mampu
menerjemahkan produk pengetahuanya menjadi teknologi lebih maju taraf
perkemabangannya dari ilmu pengetahuan tanpa teknologi. Teknologi sangat
membantu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, sambil memberi lebih banyak
waktu luang kepada manusia, yang sudah dibebaskab dari kerja fisik. Teknologi dari
dirinya dianggap mempunyai suatu watak yang liberal.
b. Kemajuan Ilmu dan kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan untuk mewujudkan dan
mendorong terwujudnya kelakuan. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia
yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta
menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi
sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau
tidak, sesuatu yang bersih atau kotor dan sebagainya.
Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan adalah dilihat dalam sejarah
perkembangan umat manusia diandaikan bahwa kebudayaan dengan perkembangan
ilmu adalah kebudayaan yang lebih tinggi taraf perkembangannya dari kebudayaan
tanpa ilmu alam raya semakin dapat dikuasai. Kebudayaan yang memakai pesawat
terbang, komputer dan telepon dianggap lebih maju dari masyarakat yang hanya
memakai kuda, pena dan tinta atau berbicara dari mulut ke mulut.

3
c. Hubungan antara Kebudayaan dan Teknologi
Kebudayaan adalah dasar dari teknologi3. Kebudayaan menentukan jenis teknologi
yang berkembang di suatu daerah. Semakin maju kebudayaan, semakin berkembang
teknologinya. Teknologi sendiri merupakan perkembangan dari kebudayaan yang
maju dengan pesat. Jadi, teknologi dapat memengaruhi tingkah laku sekelompok
orang, apakah mereka lebih suka berkumpul bersama, atau lebih menyendiri tanpa
terganggu.
2. Krisis Kemanusian
Krisis kemanusian tidak saja terjadi akibat teknologi maju, tetapi juga akibat dari
kecendurungan, ideologi dan gagasan yang tidak utuh. Contohnya, ide dan gerakan
emansipasi yang dikumandangkan oleh para penggerak feminisme, yang mendorong
agar wanita diberi kesempatan yang sama di area publik dengan lai-laki.
Umat manusiasekarang amat tergantung dan dimanjakan oleh teknologi,
ketergantungan yang terus menerus menjadikan dia terlena dari eksistensi dirinya yang
bebas dan kreatif. Contoh, teknologi layar membuat manusia tergantung pada layar,
bahkan kalau handphonenya rusak atau komputer rusak, maka dia sangat repot karena
semua urusan ada di sana, mulai dari agenda sampai proposal mega proyek.
Setelah ditemukan kemajuan teknologi yang begitu hebat, ternyata tanpa disadari
teknologi pun memenjarakan manusia. Artinya, penjara manusia tidak berkurang
dengan kemajuan teknologi, tetapi semakin bertambah. Dia harus sadar bahwa
teknologi bukan tujuan, tetapi sekadar sarana untuk memudahkan urusan.4

B. Agama, Ilmu dan Masa Depan Manusia


1. Agama
Agama dalam arti terminologi (istilah)5, kata agama dianggap sama dengan
peristilahan sehari-hari religi. Adapun perkataan Din dalam bahasa semit berarti
undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata lain mengandung arti mengusai,
menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Agama memang membawa peraturan-
peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi orang. Agama dalam kenyataan
memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan
dengan cara menjalankan ajaran-ajarannya. Agama membawa kewajiban-kewajiban

3
Mohammad Adib, op.,cit, hal. 253.
4
Amsal Bakhtiar, op.,cit, hal. 227-229.
5
Abuddin Nata, Al-quran dan Hadits, 2000, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta, hal. 2-3.

4
yang kalau tidak dilaksanakan akan menjadi hutang bagi para pengahutnya. Yang
menjalankan kewajiban dan yang patuh akan mendapat balasan baik dari Tuhan.
Sedangkan bagi yang tidak menjalankan kewajiban dan yang tidak patuh akan
mendapat balasan yang tidak menyenangkan.
Agama adalah adat kebiasaan yaitu perbuatan atau amalan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Perbuatan mana kemudian mentradisi sepanjang kehidupan.
Itulah sebabnya mengapa agam pada uraian di atas berarti tidak pergi, tetap di tempat
dan diwarisi secara turun temurun.
2. Ilmu
Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab yaitu6 “alam yang berarti pengetahuan”.
Dalam bahasa Inggris (Science) yaitu mengetahui.
Menurut Yacob (1988) ilmu pengetahuan adalah suatu sistem yang dikembangkan
manusia untuk mengetahui keadaan dan lingkungannya serta menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya atau menyesuaikan diri lingkungan dengan dirinya dalam
rangka strategi hidupnya. Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah atau
menggunakan metode ilmiah.
Menurut Jujun. S. Suriasumantri, pengertian ilmu adalah sa;ah satu dari buah
pemikiran manusia dalam menjwab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu merupakan salah satu
dari pengetahuan manusia. Untuk dapat menghargai ilmu sebangaimana mestinya
sesungguhnya kita harus mengerti apakah hakikat ilmu itu sebenarnya. Seperti kata
peribahasa Prancis, “Mengerti berarti memanfaatkan segalanya”, maka pengertian yang
mendalam terhadap hakikat ilmu, bukan akan mengikat apresiasi kita terhadap ilmu
namun juga membuka mata kita terhadap berbagai kekurangannya.
Ilmu berasal dari suatu pengalaman dan logika manusia yang disusun oleh proses
logico-hipoteticoverificative dan alat menyusunnya melalui bahasa logika, maktematika
dan statistika, di mana limu digunakan dan dimanfaatkan manusia untuk memecahkan
suatu misteri kehidupan manusia.
Jadi ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, konsisten
dan kebenarannya telah teruji secara empiris.
3. Hubungan Ilmu dan Agama
Agama dan ilmu hal yang berbeda7, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan.
Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual),

6
Syafaruddin, Filsafat Ilmu, 2008, Citapustaka Media Perintis: Bandung, 35-36.

5
cenderung ekslusif dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak
terlalu terikat dengan etika, progresif, bersifat inklusif dan objektif. Kendati agama dan
ilmu berbeda, keduanya memiliki persamaannya, yakni bertujuan memberi ketenangan
dan kemudahan bagi manusia.
Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah
mati sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di
dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hampir semua Kitab Suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin.
Karakteristik agama dan ilmu tidak selalu harus melihat dalam konteks yang
berseberangan, tetapi jugaperlu dipikirkan bangaimana keduanya bersinergi dalam
membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Contohnya ilmu dan teknologi mampu
mengantarkan manusia hidup dalam tataran yang global, yang juga sering di sebut
dengan era informasi, tetapi kehidupan global itu pula yang menyengsarakan sebagian
besar penduduk di kulit bumi ini. Namun, di sisi lain manusia semakin tergantung pada
teknologi, seperti teknologi informasi, sehingga tidak mampu lagi membedakan antara
yang benar-benar nyata dan hasil rekayasa, termasuk rekayasa infomasi. Katakanlah
informasi yang secepat tentang tsunami di Aceh, begitu cepat menyebar ke seluruh
dunia, sehingga dengan spontan terjadi solidaritas global.
4. Masa Depan Manusia
Manusia8 adalah makhluk yang “future oriented”, tindakan dan pertimbangan pada
saat ini penting untuk memprediksi persoalan-persoalan masa depan. Konsep agama
tentang hari akhirat adalah salah satu ajaran yang penting, tidak saja dari aspek teologis,
tetapi juga psikologis dan historis. Teologis ajaran tentang hari kiamat cukup banyak
tercantum dalam Kitab Suci agama, terutama gama Semit, yakni Yahudi, Kristen.
Dalam Islam, ada 10 nama surat dari 114 surat yang bernama hari kiamat. Arinya,
perhatian Kitab suci. Secara psikologis, hari pembalasan memberikan ketenangan bagi
diri seseorang yang amat gamang menghadapi kematian. Secara historis, telah terbukti
bahwa hari kebangkitan melanggengkan agama.
Dalam agama-agama pandangan mengenai hari depan tidak seragam. Ada yang
berpandangan bahwa tujuan akhir kehidupan adalah Nirwana. Dan juga berpandangan
bahwa ada kehidupan yang lebih abadi dan tenang di alam sana sehingga bari orang
tidak akan takut menghadapi mati. Ibara prajurit yang akan pergi perang, semua

7
Amsal Bakhtiara, op.,cit, hal. 230-231.
8
Ibid., hal. 235- 237.

6
persiapan sudah lengkap yang akan pergi perang, semua persiapan sudah lengkap
sehingga dia amat percaya diru menghadapi musuh.
Dalam kerangka, agam dan ilmu memiliki kesamaan, yakni sama-sama mendesain
masa depan manusia. Desain agama lebih jauh abstrak artinya memberikan ketenangan
hidup setelah hidup. Sedang ilmu dan teknologi lebih pendek dan konkret artinya untuk
hidup masa depan du dunia ini.
Ilmu dapat melumpuhkan oleh biasnya sendiri, sebagaimana juga agama. Tujuan
ilmu adalah menjelaskna alam fisik, sementara tujuan agama adalah menjelaskan alam
spritual. Ilmu mengira bahwa ilmu tidak memiliki filsafat dan sekadar nengkaji dan
mengukur benda empiris. Padahal, sesungguhnya ilmu memiliki filsafat, ilmu hanya
mengganggap pendting benda yang empiris. Mereka hanya akan mempelajari berbagai
jenis dan teknologi. Dan inilah salah didik yang buruk, yang menimpa para penganut
ilmu dan hal itu harus diubah. Sedangkan penganut agama harus dilatih berpikir dengan
cara yang berbeda, kalau tidak mereka akan tetap bertuhan secara dogmatis. Kita harus
memandang agama lebih dari sekedar keyakinana.
Jadi, agama dan ilmu dalam konteks ini dapat dilakukan demi terwujudnya
keseimbangan peradapan manusia. Sebab, kalau masing-masing pihak masih tetap
mempertahankan ego, maka masa depan umat manusia tidak dapat diramalkan, bahkan
akibatnya jauh lebih dahsyat daripada kehancuran. Ilmu dan teknologi tidak harus
dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk
kepentingan kehidupan yang lebih abadi. Kalau visi ini yang diyakini oleh para
ilmuwan dan agamawan, maka harapan kehidupan ke depan akan lebih cerah dan
sentosa. Tentu saja pemikiran seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk
terwujudnya masa depan yang cerah dan harmonis.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. KemajuanIilmu
Ilmu pengetahuan pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta. Rasio adalah sumber
kebenaran, telah mengembangkan paham yang disebut rasionalisme. Sedangkan fakta
adalah yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran, telah
mengembangkan paham empirisme.
a. Kemajuan ilmu teknologi
b. Kemajuan ilmu kebudayaan
2. Krisis Kemanusian
Umat manusiasekarang amat tergantung dan dimanjakan oleh teknologi,
ketergantungan yang terus menerus menjadikan dia terlena dari eksistensi dirinya yang
bebas dan kreatif. Contoh, teknologi layar membuat manusia tergantung pada layar,
bahkan kalau handphonenya rusak atau komputer rusak, maka dia sangat repot karena
semua urusan ada di sana, mulai dari agenda sampai proposal mega proyek.
3. Agama
Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati
sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di
dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hampir semua Kitab Suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin
4. Ilmu
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis, konsisten dan
kebenarannya telah teruji secara empiris
5. Masa Depan Manusia
Agama dan ilmu dalam konteks ini dapat dilakukan demi terwujudnya keseimbangan
peradapan manusia. Sebab, kalau masing-masing pihak masih tetap mempertahankan
ego, maka masa depan umat manusia tidak dapat diramalkan, bahkan akibatnya jauh
lebih dahsyat daripada kehancuran. Ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek
yang sempit, tetapi harus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan
kehidupan yang lebih abadi.

8
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah
ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu
terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran
yang bersifat konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun rekan-rekan mahasiswa/i
sangatlah diharapkan untuk membantu proses penulisan lebih lanjut.

9
DAFTARA KEPUSTAKAAN

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu, 2010, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, 2004, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Nata, Abuddin, Al-quran dan Hadits, 2000, PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, 2009, Pustaka Sinar
Harapan: Jakarta.
Syafaruddin, Filsafat Ilmu, 2008, Citapustaka Media Perintis: Bandung.

10

Anda mungkin juga menyukai