Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS OSLER

“G1P0A0, 24 tahun, Hamil 39 minggu, Inpartu Kala I Fase Aktif


Memanjang et causa Inersia Uteri Sekunder ”

Pembimbing: dr. Zufrial Arifin, Sp.OG

Disusun Oleh
Nama: Nur Azizah Hafaz
NIM: 1713020001

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD DR. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
PURWOKERTO

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan dan mempresentasikan laporan kasus ujian Ilmu Obstetri dan
Ginekologi ini dengan judul: G3P2A0 41 tahun Hamil 37 minggu dengan Preeklamsia
Berat.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dan sebagai syarat
mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD
DR. Soeselo Slawi. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penyelesaian laporan
kasus ini, terutama kepada:
1. dr. Ratna Trisiyani, Sp.OG, selaku pembimbing dalam laporan kasus ini.
2. dr. Jaenudin, Sp.OG dan dr. Zufrial Arief, Sp.OG, selaku konsulen.
3. Rekan-rekan Kepaniteraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD DR.
Soeselo Slawi yang telah memberikan dukungan moril maupun materil.
Saya menyadari dalam penyelesaian laporan kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran guna penyempurnaan laporan kasus
ini sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama
dalam bidang ilmu obstetri.

Slawi, November 2017

Penyusun

2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

“G1P0A0, 24 tahun, Hamil 39 minggu, Inpartu Kala I Fase Aktif


Memanjang et causa Inersia Uteri Sekunder ”

Presentasi Kasus

Diajukan kepada bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD DR. Soeselo Slawi

untuk memenuhi Persyaratan Ujian Kepaniteraan Klinik

Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Periode 04 September – 11 November 2017

Oleh:

Nur Azizah Hafaz

NIM: 1713001

Pembimbing

dr. Zufrial Arifin, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
RSUD DR. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
PURWOKERTO

3
DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... 3
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 4

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 5


BAB II. LAPORAN KASUS ........................................................................................... 7
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 11
BAB IV. ANALISIS KASUS ........................................................................................... 19
BAB V. KESIMPULAN ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 23

4
BAB I
PENDAHULUAN

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian


perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan
lahir. Ini didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau
keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang- kurangnya setiap
5 menit dan berlangsung 30 sampai 60 detik1.
Keberhasilan sebuah proses persalinan sangat dipengaruhi oleh kondisi
fisik ibu dan bayi, kondisi psikis maupun penolong yang membantu proses
persalinan. Bila salah satu dari faktor tersebut ada yang tidak sesuai bisa terjadi
masalah dalam proses persalinan, baik terhadap ibu atau bayinya. Hal ini sangat
penting, mengingat beberapa kasus kematian ibu dan bayi diakibatkan oleh tidak
terdeteksinya secara dini adanya salah satu dari faktor-faktor tersebut, sehingga
terjadi keterlambatan penanganan1.
Bila persalinan dimulai, interaksi antara passanger, passage, power, dan
psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan1. Dari Kabid
Informasi Keluarga dan Analisis Program (IKAP) BKKBN Sumut, pada tahun
2008 angka ibu bersalin di Sumatera Utara berjumlah 89.542 jiwa, tahun 2009
berjumlah 87.296 jiwa dan tahun 2010 berjumlah 87.242 jiwa. Sementara dari
survey pendahuluan di Klinik Sumiariani, didapat data ibu bersalin dari bulan
Januari sampai Desember pada tahun 2011 berjumlah 157 orang. Jumlah ibu
bersalin di Klinik Sumiariani semakin meningkat tiap tahunnya.
Persalinan yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan proses
persalinan tidak berjalan lancar sehingga lama persalinan lebih lama dari normal
atau terjadi partus lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya persalinan
meliputi faktor ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir. Faktor ibu meliputi paritas,
his dan usia. Faktor janin meliputi sikap, letak, malposisi dan malpresentasi, janin
besar, dan kelainan kongenital seperti hidrosefalus. Sedangkan faktor jalan lahir
meliputi panggul sempit, tumor pada pelvis, kelainan pada serviks dan vagina2.

5
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian ibu
dan janin. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang
dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat terjadi perdarahan post partum
yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan
asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi.
Tindakan induksi persalinan atau penggunaan obat pemicu kontraksi
adalah tindakan yang dilakukan untuk melancarkan proses persalinan. Tingkat
peningkatan induksi telah dilaporkan di Inggris, Amerika Serikat, Kanada dan
Australia sejak awal 1990-an.Tingkat induksi meningkat selama dekade hingga
25,3-29,1%, namun di antara mereka diinduksi dengan prostaglandin saja sekitar
33,5-23,8%. Oksitosin sendiri adalah yang paling umum digunakan dalam sub
kelompok penduduk yaitu sekitar 51%2.
Oksitosin adalah obat yang digunakan untuk menstimulasi kontraksi uterus
mengaugmentasi persalinan,mempercepat kelahiran janin, dan pada kala tiga
mempercepat kelahiran plasenta dan menghentikan hemoragi pascapartum. Obat
ini memiliki efek stimulasi pada otot polos uterus, terutama di akhir kehamilan,
selama persalinan dan pasca persalinan dan pada puerperium ketika reseptor di
miometrium meningkat. Pada dosis rendah menyebabkan kontraksi
berirama,tetapi pada dosis tinggi dapat menyebabkan kontraksi hipertonik yang
kontiniu. Dalam meningkatkan kontraksi uterus,oksitosin di anggap bekerja pada
membran sel miometrium. Oksitosin meningkatkan daya pacu normal otot
tersebut tanpa menambah sifat-sifat baru3.

6
BAB II
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. S
Usia : 24 Tahun
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 06/11/2017
Keluhan Utama : Pasien datang dari Puskesmas Pangkah dengan
rujukan Kala I lama (06 November 2017 Jam WIB). Pasien mengeluh kenceng-
kenceng.
Riwayat Penyakit Dahulu :-
Riwayat Penyakit Keluarga :-
Riwayat Menstruasi : Menarche usia 11 tahun, lama haid 7 hari, siklus
haid teratur, dismenorrhea (+)
Riwayat Pernikahan : Saat ini merupakan pernikahan pasien yang
pertama. Pasien pertama kali menikah usia 23 tahun dan sudah menikah selama 1
tahun.
Riwayat Obstetri (G1P0A0)
1. Hamil ini
HPHT : 06-02-2017
HPL : 13-11-2017
Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit

7
Suhu : 36,5ºC
SpO2 : 100
Kepala : Normocephali, rambut hitam distribusi merata
Mata : CA -/-, sklera tidak ikterik
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut dan tenggorok : Tidak tampak pucat, tidak sianosis. Hygiene oral baik.
Lidah normoglosia, tidak tremor, tidak tampak lidah kotor. T1/T1, tidak
hiperemis. Faring tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah.
Leher : Tidak tampak bendungan vena, kelenjar tiroid & KGB
tidak teraba membesar, trakea di tengah
Thorax : Bentuk normal, sela iga tidak melebar, tidak ada
efloresensi yang bermakna
Paru-paru : Vocal fremitus simetris, suara dasar vesikuler +/+, Rhonki
-/-, wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada suara tambahan
Abdomen : Bekas luka operasi (-), tampak striae gravidarum (+), TFU
31 cm, Leopold 1 teraba bulat dan lunak (bokong), Leopold 2 punggung kanan,
Leopold 3 teraba bulat dan keras (kepala), Leopold 4 belum masuk pintu
panggul, DJJ 153 x/menit, HIS 2x10x25”, VT 6 cm, KK (+)
Ekstremitas : Dalam batas normal
Diagnosis Awal : G1P0A0, 24 tahun, hamil 39 minggu, janin tunggal hidup
intrauterin, presentasi kepala, inpartu Kala I Fase Aktif Memanjang et causa
Inersia Uteri Sekunder
Diagnosis Akhir : P1A0 Post Partum Spontan (06/11/2017 jam: 15.40) atas
indikasi Kala I Fase Aktif Memanjang et causa Inersia Uteri

8
Follow Up :
Tanggal/jam Subjective Objective Analisa Plan
06/11/2017 Observasi KU,
11.00 Kencang- TD : 120/70 G1P0A0 hamil TTV, DJJ dan
kencang N : 88 39 minggu, HIS
x/menit janin tunggal Drip Oksitosin 5
RR : 20 hidup IU 16 tpm
x/menit intrauterin,
Suhu : 36,5 presentasi
o
C kepala,
TFU : 31 cm inpartu kala I
Preskep fase aktif
DJJ : 153 memanjang
x/menit et causa
HIS : inersia uteri
2x10’x25” sekunder
VT : 6 cm
KK (+),
portio tebal
lunak, kepala
Hodge 1
Lab:
Leu : 15,9
Hb : 12,1
15.00 Gerakan Tromb : 197
janin terasa, G1P0A0 hamil Monitoring TTV,
kencang- KU : CM 39 minggu, DJJ
kencang TD : 110/70 janin tunggal Evaluasi
Nadi : 86 hidup kemajuan
x/menit intrauterin, persalinan
RR : 20 presentasi Memimpin
x/vmenit kepala, Persalinan
DJJ : 140 inpartu kala I
x/menit fase aktif
HIS : memanjang
2x10’x25” et causa
VT : 10 cm inersia uteri
KK (-), sekunder
kepala turun
Hodge III

Bayi lahir P1A0 Post


spontan / partum
Perempuan / Spontan a/i
BB: 2900 / kala I lama et
PB : LK : LD causa inersia

9
= 48 : 31 : 33 uteri
/ Apgar scor
15.10 Pasien ingin = 9 : 10 : 10
mengejan
Pemanjangan Manajemen Plasenta lahir
tali pusat Kala III spontan lengkap,
terkendali uterus keras,
Semburan perdarahan dalam
darah batas normal,
perineum jahit
grade 2, TD =
17.00 Lochia 110/70 mmHg
rubra, nyeri
luka jahitan KU : CM P1A0 Post Amoxicilin
(+) TD : 110/70 Partum 3x500 mg
mmHg Spontan a/i Asam mefenamat
TFU : 2 jari kala I fase 3x500 mg
dibawah aktif SF 2x1 mg
pusat memanjang Metilet 3 x 1
Uterus keras et causa
inersia uteri
sekunder

07/11/2017
07.30 BAK sedikit KU : baik, P1A0, Post Evaluasi BAK 
composentis Partum jika tidak dapat
TD: 120/70 Spontan a/i BAK  pasang
mmHg kala I fase DC
Nadi: 84 aktif
x/menit memanjang Amoxicilin
RR: 20 et causa 3x500 mg
x/menit inersia uteri Asam mefenamat
Suhu : 36,5 sekunder 3x500 mg
o
C SF 2x1 mg
Perdarahn Metilet 3 x 1
pervaginam
dalam batas
normal
Hb 12,1

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan Lama
1. Definisi
Persalinan lama adalah waktu persalinan yang memanjang karena
kemajuan persalinan yang terhambat. Tidak adanya kemajuan dalam
persalinan yang menyebabkan partus lama dapat dilihat pada saat fase
aktif dan fase laten4.
a. Fase laten memanjang
Dilatasi servik ≤ 4cm setelah 8 jam dengan kontraksi teratur ≥ 2 kali
10‘
b. Fase aktif memanjang
 Dilatasi servik ≤ 1 cm/ jam selama sekurang-kurangnya 2 jam
setelah kemajuan persalinan
 Dilatasi servik ≤ 1,2 cm/jam (primigravida) dan ≤ 1,5 cm/jam
(multigravida)
 Dilatasi servik ≥ 12 jam sejak ø 4 cm hingga ø lengkap4.

2. Etiologi
Faktor- faktor penyebab partus lama antara lain5:
a. Power
 His tidak adekuat (his dengan frekuensi < 3 x dalam 10 menit dan
durasi setiap kontraksinya < 40 detik
 Kekuatan mengejan kurang kuat
b. Passagge
 Kelainan-kelainan panggul
 CPD (Cepalo Pelvik Disproportion)
 Ketuban Pecah Dini
 Kelainan servik atau vagina
 Tumor jalan lahir

11
c. Passanger
 Posisi Oksipitalis Posterior Persisten.
 Presentasi Belakang Kepala Oksiput Melintang
 Presentasi Puncak Kepala
 Presentasi Dahi
 Presentasi Muka
 Presentasi Rangkap/ganda
 Letak Sungsang
 Letak Lintang
 Kehamilan Ganda
 Janin besar atau ada kelainan kongenital
Akibat partus lama:
1) terhadap Janin
Trauma, Asidosis, Kerusakan Hipoksik, Infeksi, Peningkatan
mortalitas dan morbiditas perintal
2) terhadap Ibu
Penurunan semangat, Kelelahan, Dehidrasi, Asidosis, Infeksi,
Resiko ruptur uterus
3. Diagnosis
Tanda dan Gejala Diagnosis
Pembukaan serviks tidak Fase Laten memanjang
melewati 4 cm sesudah 8 jam in
partu dengan his yang teratur

Pembukaan, serviks melewati Fase aktif memanjang


kanan garis waspada partograf
 Frekuensi his kurang dari • Inersia uteri
3 his per 10 menit dan
lamanya kurang dari 40 • Disporposi sefalopervik
detik

12
 Pembukaan serviks dan
turunnya bagian janin
yang dipresentasi tidak
maju, sedangkan his baik • Obstruksi kepala
 Pembukaan serviks dan
turunnya bagian janin
yang dipresentasikan tidak
maju dengan kaput, •Malpresentasi atau
terdapat moulase hebat, malposisi
edema seviks, tanda
ruptura uteri imminens,
gawat janin
 Kelainan presentasi (selain
verteks dengan oksiput
anterior)

Pembukaan serviks lengkap, ibu Kala II lama


ingin mengejan, tetapi tidak ada
kemajuan penurunan

4. Penatalaksanaan
a. Pengelolaan umum
 Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk
tanda vital dan hidrasinya)
 Kaji kembali partograf, nilai , frekuensi dan lamanya his.
 Perbaiki KU dengan dukungan emosi, perubahan posisi,
berikan cairan dan upayakan BAK5.

13
b. Pengelolaan khusus
1) fase laten memanjang
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak
ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan
pemeriksaan serviks :
 Bila didapat perubahan dalam penipisan dan Ø serviks,
lakukan drip oksitosin dengan 5U dalam 500 cc dekstrose
(NaCl) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 30 menit
ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max 40 tetes/menit)
atau berikan preprat prostaglandin, lakukan
penilaian ulang tiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif
setelah dilakukan pemberian oksitosin, lakukan secsio
sesarea.
 Bila tidak ada perubahan dalam penapisan dan Ø serviks
serta tak didapat tanda gawat janin, kaji ulang
diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan
inpartu.
 Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi
dengan oksitosin 5U dan 500 cc dekstrose (NaCl) mulai
dengan 8 tetes permenit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes
sampai adekuat (max 40 tetes/menit) atau berikan preprat
prostaglandin, serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr IV
sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam dan
gentamicin 2x80 mg5.

2) fase aktif memanjang


Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (chepalo Pelvic
Disporportion) atau adanya obstruksi :
 Berikan penanganan umum untuk memperbaiki kontraksi
dan mempercepat kemajuan persalinan (Augmentasi)

14
 Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan
pembukaan serviks pada waktu fase aktif ≤ 1 cm/jam,
lakukan penilaian kontraksi uterusnya4.
3) kala II memanjang
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena
mengurangi jumlah oksigen ke plasenta, maka dari itu
sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan
dan menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjurkan.
Perhatikan DJJ : bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat
lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum /
forcep bila syarat memenuhi4.
Augmentasi merupakan tindakan baik secara operatif
maupun medicinalis untuk merangsang kontraksi uterus sehingga
persalinan menjadi maju, yaitu sudah inpartu persalinan tak maju
menjadi maju. Sedangkan Induksi merupakan tindakan baik secara
operatif maupun medisinalis untuk merangsang kontraksi uterus
sehingga terjadi persalinan. Dari belum inpartu menjadi inpartu.
Tujuan dari induksi atau augmentasi adalah untuk mempengaruhi
aktivitas uterus sehingga mampu menghasilkan kontraksi yang
adekuat untuk membuka serviks dan mendorong janin untuk turun
(descent). Yang digunakan adalah oksitosisn sintesis. Dalam
persalinan, ada dua kegunaan dari oksitosin5 :
 menginduksi stimulasi kontraksi, sebelum onset persalinan
spontan dimulai.
 augmentasi utuk menstimulasi kotraksi spontan yang tidak
adekuat karena kegagalan progresivitas dilatasi serviks dan
penurunan janin.

15
Syarat pemberian oksitosin:
1) Kehamilan aterm
2) Ukuran panggul normal
3) Tidak ada CPD
4) Janin presentasi kepala
5) Servik sudah matang (Bishop score >6)5.

Tabel 1.1 Penilaian Bishop Score

Indikasi Pemberian Oksitosin :


1. persalinan per vaginam segera misalnya pada inkompatibilitas
Rhesus, diabetes mellitus maternal, preeklampsia atau ketuban
pecah dini.
2. gangguan lama persalinan seperti persalinan lama dan arrest
disorder.
Kontraindikasi :
 fetal distress
 presentasi janin abnormal
 CPD
 predisposisi lain terhadap terjadinya ruptur uterus3.

16
Cara Pemberian Oksitosin:
1) Kandung kemih dan rektum terlebih dahulu dikosongkan
2) Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% atau Ringer Laktat dimasukkan 5
IU oksitosin dan diberikan perinfus dengan kecepatan pertama
10 tetes per menit.
3) Setiap 15 menit dilakukan penilaian, jika tidak terdapat his yang
adekuat, jumlah tetesan ditambah 4 tetes, sampai maksimal
mencapai 40 tetes per menit
4) Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc
dekstros 5% atau RL
5) Jika sebelum tetesan ke-40, sudah timbul kontraksi otot rahim
yang adekuat, tetesan terakhir dipertahankan, sampai persalinan
berlangsung.
6) Oksitosin drip akan lebih berhasil bila nilai pelvik di atas 5 dan
dilakukan amniotomi4.
Tabel 1.2 Dosis Oksitosin untuk Stimulasi Persalinan

Bahaya dari Pemberian Oksitosin


1) Oksitosin memiliki efek antidiuretik yang dapat menyebabkan
terjadi retensi cairan berlebih atau intoksikasi cairan. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia, koma, konvulsi,
gagal jantung, seizure hingga kematian

17
2) Menyebabkan kontraktilitas berlebih pada uterus. Efek ini dapat
menyebabkan gangguan uteroplasenta sehingga menyebabkan
distres fetus, abruptio plasenta hingga ruptur uteri.
3) Pada neonatus akan meningkatkan resiko hiperbilirubinemia6.

18
BAB IV
ANALISIS KASUS

Kasus Teori
Pasien Ny. S datang dari Puskesmas Persalinan lama adalah waktu
Pangkah dengan rujukan Kala I lama persalinan yang memanjang karena
(06 November 2017 Jam WIB). Pasien kemajuan persalinan yang terhambat.
mengeluh kenceng-kenceng. Riwayat Tidak adanya kemajuan dalam
Menstruasi : Menarche usia persalinan yang menyebabkan partus
11 tahun, lama haid 7 hari, siklus haid lama dapat dilihat pada saat fase aktif
teratur, dismenorrhea (+). Riwayat dan fase laten.
Pernikahan : Saat ini
merupakan pernikahan pasien yang Fase aktif memanjang
pertama. Pasien pertama kali menikah  Dilatasi servik ≤ 1 cm/ jam selama
usia 23 tahun dan sudah menikah sekurang-kurangnya 2 jam setelah
selama 1 tahun. kemajuan persalinan
Riwayat Obstetri (G1P0A0) : Hamil ini  Dilatasi servik ≤ 1,2 cm/jam
HPHT : 06-02-2017 (primigravida) dan ≤ 1,5 cm/jam
HPL : 13-11-2017 (multigravida)
 Dilatasi servik ≥ 12 jam sejak ø 4
Hasil pemeriksaan fisik cm hingga ø lengkap
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis Faktor- faktor penyebab partus lama
Tekanan Darah : 120/70 mmHg antara lain:
Nadi : 88 x/menit 1. Power
Frekuensi nafas : 20 x/menit  His tidak adekuat (his dengan
Hasi pemeriksaan obstetri frekuensi < 3 x dalam 10 menit
TFU 31 cm, Leopold 1 teraba bulat dan dan durasi setiap kontraksinya
lunak (bokong), Leopold 2 punggung < 40 detik
kanan, Leopold 3 teraba bulat dan keras  Kekuatan mengejan kurang kuat
(kepala), Leopold 4 belum masuk pintu

19
panggul, DJJ 153 x/menit, HIS 2. Passagge
2x10x25”, VT 6 cm, KK (+). 3. Passagger
Diagnosis Awal : G1P0A0, 24
tahun, hamil 39 minggu, janin tunggal Diagnosis
hidup intrauterin, presentasi kepala, Pembukaan, serviks melewati kanan
inpartu Kala I Fase Aktif Memanjang et garis waspada partograf (fase aktif
causa Inersia Uteri Sekunder. memanjang)
Planing:  Frekuensi his kurang dari 3 his per
Observasi KU, TTV, DJJ dan HIS 10 menit dan lamanya kurang dari
Drip Oksitosin 5 IU 16 tpm
40 detik (Et causa Inersia Uteri)

Penatalaksanaan Fase Aktif


memanjang:
Bila tidak didapatkan tanda adanya
CPD (chepalo Pelvic
Disporportion) atau adanya obstruksi :
 Berikan penanganan umum
untuk memperbaiki kontraksi
dan mempercepat kemajuan
persalinan (Augmentasi)
 Bila ketuban intak, pecahkan
ketuban. Bila kecepatan
pembukaan serviks pada waktu
fase aktif ≤ 1 cm/jam, lakukan
penilaian kontraksi uterusnya.
Yang digunakan dalam Augmentasi
adalah Oksitosin Sintesis.
Syarat pemberian oksitosin:
 Kehamilan aterm
 Ukuran panggul normal

20
 Tidak ada CPD
 Janin presentasi kepala
 Servik sudah matang (Bishop
score >6)

Cara Pemberian Oksitosin:


 Kandung kemih dan rektum terlebih
dahulu dikosongkan
 Ke dalam 500 cc dekstrosa 5% atau
Ringer Laktat dimasukkan 5 IU
oksitosin dan diberikan perinfus
dengan kecepatan pertama 10 tetes
per menit.
 Setiap 15 menit dilakukan penilaian,
jika tidak terdapat his yang adekuat,
jumlah tetesan ditambah 4 tetes,
sampai maksimal mencapai 40 tetes
per menit
 Tetesan maksimal dipertahankan
dalam 2 kali pemberian 500 cc
dekstros 5% atau RL
 Jika sebelum tetesan ke-40, sudah
timbul kontraksi otot rahim yang
adekuat, tetesan terakhir
dipertahankan, sampai persalinan
berlangsung.
 Oksitosin drip akan lebih berhasil
bila nilai pelvik di atas 5 dan
dilakukan amniotomi.

21
BAB V
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut, diagnosis pasien tersebut adalah hamil dengan penyulit Kala I
Fase Aktif Memanjang et causa Inersia Uteri Sekunder. Kriteria penegakan
diagnosis tersebut sudah sesuai dengan teori yang ada, dilihat dari faktor risiko,
etiologi, tanda dan gejalanya. Penatalaksanaan pada pasien tersebut juga sudah
sesuai dengan teori, dimana yang dilakukan adalah pemberian Oksitosin 5 IU Drip
dengan kecepatan 16 tpm untuk memperbaiki kontraksi uterusnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Leveno Knneth J, dkk. 2009. Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC.
2. Fraser Diane M, Cooper Margaret A. 2009.Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta :
EGC.
3. American College of Obstetricians and Gynecologists. Induction of labor.
ACOG Practice Bulletin # 10. American College of Obstetricians and
Gynecologists, Washington DC 1999.
4. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama,
cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Manuaba Ida Bagus Gde. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC
6. Saifuddin, Abdul Bari, 2010, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai