Pengaruh Substitusi Sari Umbi Bit (Beta vulgaris L.) terhadap Kadar Kalium, Pigmen
Betalain dan Mutu Organoleptik Permen Jeli
ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah penyakit kardiovaskular
seperti hipertensi. Umbi bit merah bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan sebagai antioksidan.
Pengolahan umbi bit merah menjadi permen jeli dapat digunakan sebagai alternatif makanan kudapan untuk
mencegah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi sari umbi bit merah
terhadap kadar kalium, kadar pigmen betalain serta mengetahui mutu organoleptik yang meliputi tekstur,
warna, rasa dan aroma pada permen jeli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut P0 (air 40 % dan gula 60
%), P1 (sari umbi bit 70 % dan gula 30 %), P2 (Sari umbi bit 60 % dan gula 40 %), P3 (Sari umbi bit 50 %
dan gula 50 %), P4 (sari umbi bit 40 % dan gula 60 %). Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh
signifikan antara penambahan sari umbi bit pada permen jeli terhadap kandungan kalium (p < 0,001) dan
pigmen betalain (p < 0,001), dengan kandungan kalium dan pigmen betalain tertinggi pada perlakuan P2
yaitu sebesar 153,79 mg/100 g dan 1,356 mg/100 g. Kelompok P3 merupakan hasil perlakuan terbaik
dengan kadar kalium 151,17 mg/100 g, kadar pigmen betalain 1,288 mg/100 g, serta persentase tingkat
kesukaan panelis terhadap aroma (P3) 100 %, rasa (P3) 96 %, tekstur (P2 dan P3) 92 % dan warna (P2 dan
P3) 96 %. Kesimpulan dari penelitian ini adalah permen jeli dengan substitusi sari umbi bit dan gula dapat
meningkatkan kadar kalium dan pigmen betalain serta mutu organoleptik.
Kata kunci: Kalium, Mutu Organoleptik, Permen Jeli, Pigmen Betalain, Umbi Bit Merah.
Substitution Effect of Red Beet (Beta vulgaris L.) Juice to Potassium Concentration,
Betalain Peigment,and Organoleptic Quality of Jelly Candy
ABSTRACT
One of the health problems that are encountered in Indonesia is cardiovascular diseases, such as
hypertension. Red beet contains a lot of benefit including lowering blood pressure and plays as an
antioxidant. Processing of red beets into jelly candy can be an alternative food to prevent hypertension. This
research aim was to know the influence of the substitution of red beet juice contains of potassium, betalain
peigments and the organolepticquality (texture, color, taste, and aromatic) of jelly candy. The methods used
was randomized complete desaign. The treatment groups were P0 (water 40 % and sugar 60 %), P1 (red
beets juice 70 % and sugar 30 %), P2 (red beets juice 60 % and sugar 40 %), P3 (red beet juice 50 % and
sugar 50 %), and P4 (red beet juice 40 % and sugar 60 %). Results showed that there was significant
influence between the substitution of red beets juice in jelly candy on the potassium content (p < 0.001) and
betalains pigment (p < 0.01). The highest potassium content (153.79 mg/100 g) and betalains pigments
(1.356 mg/100 g) were found in P2. Whereas the group P3 was the best treatment with potassium level was
151.17 mg/100 g, betalain pigments level was 1.288 mg/100 g and the percentage of panelist liking score
were aroma (P3) 100 %, taste (P3) 96 %, color (P2 and P3) 92 % and texture (P2 and P3) 96 %. This
research concluded that jelly candies with a substitution of red beets juice and sugar can increase the
potassium concentration, betalain pigments and organoleptic quality.
Keywords : Betalain pigments, Jelly candy, Organoleptik, Potassium, Red beet.
33
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
34
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
permen jeli bit, bahan dikelompokkan proporsi sari umbi bit memberikan
menjadi dua bagian yaitu bahan A terdiri dari perbedaan yang signifikan (p < 0,001)
gelatin dan sari bit sedangkan bahan B terhadap kandungan pigmen betalain.
terdiri dari gula pasir, sari bit, asam sitrat,
glukosa, dan vanili. Setelah umbi diubah Mutu Organoleptik Permen Jeli Bit
dalam bentuk sari, langkah selanjutnya Aroma
adalah dengan mencampur (bahan A) Persentase tertinggi penerimaan panelis
hingga larut kemudian disisihkan terlebih terhadap aroma permen jeli ditunjukkan
dahulu. Sari bit dengan agar-agar direbus pada sampel perlakuan P3 yaitu sebesar
kemudian bahan B dimasukkan 100 %. Sementara persentase penerimaan
secarabertahap hingga mendidih. Adonan panelis yang terendah ditunjukkan pada
bahan A dan bahan B dicampur hingga suhu sampel perlakuan P1 sebesar 84 %. Hasil uji
mencapai 90 °C.Larutan dituang kedalam statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % (p
cetakan dan didinginkan pada suhu ruang < 0,05) menunjukkan bahwa penambahan
selama 24 jam. Uji kalium dan uji pigmen sari umbi bitdalam pembuatan permen jeli
betalain dengan menggunakan uji tidak memberikan perbedaan yang signifikan
spektrofotometer. Analisis statistik (p = 0,063).
menggunakan software SPSS 16 dengan uji
oneway ANOVA untuk kadar kalium dan Rasa
pigmen betalain serta uji Kruskall Persentase tertinggi penerimaan panelis
Wallisuntuk mutu organoleptik. terhadap rasa permen jeli ditunjukkan pada
sampel perlakuan P3 yaitu sebesar 96 %.
HASIL Sementara persentase penerimaan panelis
yang terendah ditunjukkan pada sampel
Kandungan Kalium Permen Jeli Bit perlakuan P1 yaitu sebesar 48 %.
Kadar kalium dari sampel bervariasi dari Hasil uji statistik dengan menggunakan
68,131 mg sampai 153,79 mg. P2 memiliki Kruskal Wallis pada tingkat kepercayaan 95
kandungan kalium tertinggi dibandingkan % (p < 0,05) menunjukkan bahwa
dengan perlakuan permen jeli bit lainnya. penambahan sari umbi bit dalam pembuatan
Sementara P0 memiliki kandungan kalium permen jeli memberikan perbedaan yang
terendah. Hasil uji statistik one way ANOVA signifikan (p < 0,001).
pada tingkat kepercayaan 95 % (p < 0,05)
menunjukkan bahwa semakin banyak Tekstur
proporsi sari umbi bit memberikan Persentase tertinggi penerimaan panelis
perbedaan yang signifikan (p < 0,001) terhadap tekstur permen jeli ditunjukkan
terhadap kandungan kalium. pada sampel perlakuan P0 yaitu sebesar
100 %. Sementara persentase penerimaan
Kandungan Pigmen Betalain Permen Jeli panelis yang terendah ditunjukkan pada
Bit sampel perlakuan P1 dan P4 yaitu sebesar
Kandungan pigmen betalain berkisar 60 %. Hasil uji statistik Kruskal Wallis pada
antara 0 mg hingga 1,351 mg. P2 memiliki tingkat kepercayaan 95 % (p < 0,05)
kandungan pigmen betalain tertinggi menunjukkan bahwa penambahan sari umbi
sedangkan P0 memiliki kandungan pigmen bit dalam pembuatan permen jeli
betalain terendah. Hasil uji statistik Kruskal memberikan perbedaan yang signifikan (p =
Wallis pada tingkat kepercayaan 95 % (p < 0,010).
0,05) menunjukkan bahwa semakin banyak
35
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
Rasa
Aroma
100%
100%
Persentase
75% 75%
Persentase
50% 50%
25%
0% 25%
P0 P1 P2 P3 P4
0%
Suka 92 84 88 100 88 P0 P1 P2 P3 P4
Tidak 16 12 12 Suka 92% 48% 84% 96% 88%
8% 0%
Suka % % % Tidak Suka 8% 52% 16% 4% 12%
Tekstur Warna
100% 100%
Persentase
Persentase
75% 75%
50% 50%
25% 25%
0% 0%
P0 P1 P2 P3 P4 P0 P1 P2 P3 P4
Suka 10060%92%92%60% Suka 96% 92% 96% 96% 80%
Tidak Suka 0% 40% 8% 8% 40% Tidak Suka 4% 8% 4% 4% 20%
36
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
1
0,82623624
0,8 0,72526806
NH
0,41763076
0,4
0,2
0
P0 P1 P2 P3 P4
Gambar 2. Penilaian perlakuan terbaik permen jeli bit (Tambahkan figure legend)
37
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
Betalain sangat rentan terhadap panas konsentrasi sari umbi bit merah yang
dengan suhu optimal pemanasan ±65 °C.14 ditambahkan, semakin tidak disukai oleh
Kandungan betalain umbi bit merah sebesar panelis.15 Hal ini disebabkan karena adanya
127,62 mg/ 100 g.15 Kandungan betalain aroma yang berbau tanah.19
dalam sari umbi bit merah lebih kecil jika
dibandingkan dengan umbi bit merah. Hal ini Rasa
karena dalam proses pembuatan sari umbi Persentase penerimaan panelis
bit merah dengan juicer masih banyak terhadap rasa permen jeli bit berkisar antara
betalain yang tertinggal pada ampas. Hal ini 48-96 % dengan persentase tertinggi pada
ditandai dengan adanya warna merah dari P3 dan terendah pada P1. Pada perlakuan
ampas tersebut. P3 memiliki penerimaan tertinggi disebabkan
Paparan cahaya juga dapat oleh rasa manis selain ditimbulkan dari gula
mempengaruhi penurunan kadar betalain juga berasal dari umbi bit sehingga pada
pada permen jeli bit. Peningkatan intensitas sampel tersebut rasa disukai oleh panelis
cahaya berdampak pada degradasi warna karena komposisi perbandingan yang sesuai
sirup bit merah yang semakin besar.15 Hal ini antara gula dan sari umbi bit.
serupa dengan pendapat Azeredo dkk Semakin banyak sari umbi bit yang
(2007), bahwa degradasi betasianin akan ditambahkan, penerimaan terhadap rasa
meningkat dengan meningkatnya paparan semakin rendah. Hal ini membuktikan bahwa
cahaya16. Lama penyinaran menyebabkan bau tanah mempengaruhi rasa yang
stabilitas betasianin semakin menurun dan terdapat pada permen jeli bit. Berdasarkan
meningkatkan kerusakan betasianin.adanya penelitian Wahyuni (2011) menyatakan
absorbsi cahaya menyebabkan bagian bahwa semakin banyak penambahan kulit
ikatan rangkap dalam betalain akan terputus, buah naga super merah memperoleh
sehingga intensitas warna menurun. persentase kesukaan terendah.20 Hal ini
Penggunaan sari umbi bit dalam jumlah disebabkan karena masih ada rasa langu
banyak pada sosis daging sapi, akan yang terdapat pada kulit buah naga super
meningkatkan aktivitas antioksidannya.17 Hal merah.
ini disebabkan karena pigmen betalain
dalam umbi bit merupakan senyawa Tekstur
antioksidan. Kandungan betasianin Persentase penerimaan terhadap
sebanyak 5,7 mg/ 100 g memiliki antioksidan tekstur permen jeli bit tertinggi pada P2 dan
sebanyak 13 %.18 P3 yaitu 92 %, sedangkan persentase
terendah pada perlakuan P1 yaitu 60 %. Hal
Mutu Organoleptik ini menunjukkan bahwa panelis tidak
Aroma menyukai produk yang lembek. Tekstur yang
Persentase penerimaan panelis lembut atau lembek karena tingginya
terhadap aroma permen jeli bit berkisar kandungan air dalam produk.
antara 84-100 % dengan persentase Berdasarkan penelitian (Hasniarti,
tertinggi pada P3 dan terendah pada P1. 2012) menyatakan bahwa semakin rendah
Semakin banyak sari umbi bit yang sari buah yang ditambahkan pada permen
ditambahkan, aroma cenderung berbau jeli maka persentase penerimaan terhadap
tanah. Petriana dkk (2012), berpendapat tekstur permen jeli semakin tinggi.8 Hal ini
mengenai penambahan sari umbi bit dengan disebabkan karena konsentrasi gula yang
konsentrasi 2,5-12,5 % dalam pembuatan tinggi berpengaruh pada efisiensi
sirup menunjukkan bahwa semakin tinggi pemasakan yang lebih cepat.
38
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
39
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
2. Aisyiyah FN. Faktor Resiko Hipertensi 11. Safitri AA. Studi Pembuatan Fruit Leather
pada Empat Kabupaten/Kota dengan Mangga-Rosella. Makassar:Fakultas
Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa Pertanian Universitas Hasanudin. 2012.
dan Sumatera. Skripsi. Bogor: 12. Purba AS. Pengaruh Variasi Konsentrasi
Departemen Gizi Masyarakat Institut Sukrosa terhadap Kualitas Permen Jelly
Pertanian Bogor.2009. Daun Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi.
3. Yenawaty L. Pengaruh Suhu dan Batas Yogyakarta: Fakultas Teknobiologi
Waktu Penggorengan terhadap Aktivitas Program Studi Biologi.Universitas Atma
Antioksidan “Snack Mie Pelangi” yang Jaya. 2011.
Disuplementasi dengan Sawi Hijau 13. Pambudi ND. Pengaruh Metode
(Brassica juncea), Bit (Beta vulgaris), Pengolahan terhadap Kelarutan Mineral
Kunyit (Curcuma domestica val.). Skripsi. Keong Mas dari Perairan Situ Gede
Semarang: FakultasTeknologi Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor: Program Studi
Universitas Katolik Soegijapranata. 2011. Teknologi Hasil Perairan. Fakultas
4. Halim SS. Pengaruh Jus Beet (Beta Perairan dan Ilmu Kelautan Institut
vulgaris L.) terhadap Tekanan Darah. Pertanian Bogor. 2011.
Skripsi. Bandung: Fakultas Kedokteran 14. Willianto J. Stabilitas Antioksidan dari
Universitas Kristen Marantha. 2011. Ekstrak Bit Merah (Beta vulgaris)
5. Kerry J and D Ledward. Meat terhadap pH dan Suhu. Skripsi.
Processing. New York: CRC press. 2001. Tangerang: Fakultas Teknologi Industri
6. Barasi M. Nutrition at a Glance. Hermin Program Studi Teknologi Pangan
(Penerjemah). Jakarta: Penerbit Universitas Pelita Harapan. 2011.
Erlangga. 2009. Hlm 52. 15. Petriana G, Lydia NL, Yohanes M.
7. Maslachah dkk. Hambatan Produksi Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap
Reactive Oxygen Species Radikal Degradasi Warna Sirup yang Diwarnai
Superoksida (O2-) oleh Antioksidan Umbi Bit Merah (Beta vulgaris L. Var.
Vitamin E (α- tocopherol) padaTikus rubra L.).Salatiga: Program Studi Kimia,
Putih (Rattus norvegicus) yang Menerima Fakultas Sains dan Matematika.
Stressor Renjatan Listrik. Media Universitas Kristen Satya Wacana.
Kedokteran Hewan. 2008; 24(1). 2012.
8. Hasniarti. Studi Pembuatan Permen 16. Azeredo HMC, AN Santos, ACR Souza,
Buah Dengen (Dillenia serrata Thumb.). kcb Mendes, MIR Andrade. Betacyanin
Skripsi. Makassar: Jurusan Teknologi Stability during Processing and Storage
Pertanian Universitas Hasanuddin. 2012. of Microencapculated Red Beet root
9. Mastuti. Identifikasi Pigmen Betasianin Extract. American Journal of Food
Pada Beberapa Jenis Inflorescence Technology. 2000; 2(4):307-312.
Celosia. Jurnal Biologi Universitas Gajah 17. Winanti ER, Andriani EN. Pengaruh
Mada. 2010. Penambahan Bit (Beta vulgaris) sebagai
10. Triyastuti. Pengaruh Konsumsi Pisang Pewarna Alami terhadap Karakteristik
Ambon (Musa paradisiaca S) terhadap Fisikokimia dan Sensori Sosis Daging.
Tekanan Darah Lansia Penderita Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Hipertensi Sedang di Panti Sosial Tresna Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Werdhasabai Nanaluihsi cincin. Skripsi. Maret. 2013.
Padang: Pogram Studi Ilmu Keprawatan 18. Saneto B. Karakterisasi Kulit Buah Naga
Fakultas Kedokteran Universitas Merah (H polyrhizus). Jurnal Teknosains
Andalas. 2012. Pangan. 2013; 2(4).
40
Majalah Kesehatan FKUB Volume 3, Nomer 1, Maret 2016
41