A. Latar Belakang
hingga saat ini masih dilakukan oleh pemerintah di berbagai wilayah di Indonesia
dan mencatatkan diri sebagai salah satu negara yang dikategorikan negara maju.
Upaya pemerintah ini tidak hanya sekedar memajukan negara dalam bidang
ekonomi, sosial, politik, pertahanan dan keamanan, tetapi juga berkaitan dengan
bagaimana pemerintah mengubah mental dan pola pikir masyarakatnya agar siap
Hal yang sering terjadi dalam upaya pembangunan daerah baik yang
tersebut ada aspek-aspek lain yang mau tidak mau juga harus ikut berubah agar
sejalan dengan pembangunan yang dilakukan. Hal ini menjadi semacam dampak
dari upaya pembangunan itu sendiri dan subjek utama dalam pembangunan yang
terkena dampak tersebut adalah masyarakat. Oleh karena itu, apapun alasannya
kepentingan warga negara atau masyarakat harus tetap menjadi prioritas dalam
tersendiri bagi pihak yang melakukan upaya pembangunan agar apa yang telah
1
direncanakan tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan harapan masyarakatnya.
yang dikategorikan terasing tersebut dilakukan oleh pemerintah agar mereka dapat
pembangunan daerah yang terus berjalan. Akan tetapi, dalam beberapa kasus
banyak yang menunjukkan bahwa upaya tersebut tidak sesuai dengan harapan
pernah bentrok dengan aparat keamanan dalam sengketa yang telah sekian lama
Contoh lainnya adalah kasus yang diteliti oleh Heru Prasetia (dalam
Semokan, Pulau Lombok, atau yang lebih dikenal dengan sebutan komunitas
Islam yang mereka yakini berbeda dengan cara pandang Islam sebagaimana yang
diyakini oleh orang Islam di pada Umumnya. Hingga saat ini, upaya-upaya
2
memurnikan Islam terhadap komunitas Wetutelu di Kecamatan Boyan, Lombok
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal itu mereka lakukan sebagai
salah satu cara mereka untuk mempertahankan eksistensi dari tradisi dan budaya
Sebagaimana halnya yang terjadi pada masyarakat Suku Laut di Kota Batam.
Kota Batam merupakan salah satu pulau yang menjadi bagian dari
Provinsi Kepulauan Riau. Letaknya yang strategis karena dikelilingi oleh lautan
dan perairan serta berbatasan langung dengan negara-negara seperti Singapura dan
Kota Batam yang saat ini dikenal sebagai kawasan industri dan pariwisata yang
3
cukup besar dan terus berkembang menjadi bukti bahwa terjadi perubahan yang
sangat cepat sebagai dampak dari upaya pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah maupun pihak sawasta. Hal ini tentu saja harus didukung
dengan adanya mental yang tangguh dan pola pikir maju dari masyarakatnya.
Akan tetapi, di sisi lain ada salah satu bagian dari masyarakat Kota Batam
kelompok masyarakat Suku Laut yang berada di Pulau Air Mas Kelurahan
Ngenang Kecamatan Nongsa Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Suku Laut
diyakini sebagai penduduk asli Kepulauan Riau yang sudah ada sejak lama,
dan “terbelakang” dikarenakan pola hidup mereka yang jauh berbeda dengan
kepercayaan animisme. Selain itu, karakternya nya tertutup dan memiliki pola
pikir sederhana menjadikan mereka sulit untuk menerima pengaruh dari luar.
perubahan dan pengaruh yang datang dari luar akan menjadi proses panjang dari
Suku Laut hidup dengan karakter dan pola hidup seperti itu di tengah-
tengah lingkungan dan masyarakat di mana perubahan itu terjadi dengan sangat
cepat. Perubahan yang terjadi dengan cepat itu terbukti dengan jangka waktu dua
4
pula dengan perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Suku Laut yang hidup
perkembangan zaman dan upaya pembangunan yang terus berlangsung. Dari segi
agama misalnya, pada tahun 2005 pihak Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Raya
Batam mengadakan sunat (khitan) massal bagi masyarakat Suku Laut di pulau
Suku Laut yang pada saat itu mengikuti sunat massal dan menjadi pemeluk agama
Islam.
Hal yang menarik lainnya di sini adalah tidak pernah terdengar berita atau
kabar yang menceritakan tentang adanya perlawanan dari masyarakat Suku Laut
halnya yang terjadi pada beberapa kelompok masyarakat minoritas yang telah
diceritakan di awal. Lalu bagaimana cara masyarakat Suku Laut beradaptasi dan
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Suku Laut tersebut. Oleh karena
itu, persoalan ini jelas akan menjadi studi yang sangat menarik dan patut dikaji
dengan tujuan untuk melihat dan menjelaskan seperti apa proses-proses perubahan
5
sosial yang terjadi pada masyarakat Suku Laut dan siapa saja aktor-aktor yang
Tidak hanya itu, studi ini akan menjadi lebih menarik lagi karena tidak
hanya identitas yang akan dipersoalkan, tetapi kita juga bisa melacak bagaimana
kepercayaan dan budaya yang jauh berbeda dengan mereka. Fokus terhadap
perilaku masyarakat tersebut juga menjadi hal yang paling diutamakan. Perlu
diketahui bahwa Suku Laut sebagai masyarakat minoritas telah ada lebih dulu,
jauh sebelum Pulau Batam dibangun sebagai sebuah kota industri sekitar tahun
1970. Selain itu, kita juga bisa melacak sejauh mana keterlibatan negara dalam
fenomena perubahan sosial yang dialami kelompok masyarakat Suku Laut ini,
yang mungkin saja bisa membuka jalan bagi kita untuk mendapatkan sebuah
diajukan.
B. Rumusan Masalah
6
Bagaimana proses perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Suku
C. Tujuan Penelitian
bagaimana proses perubahan sosial yang terjadi pada pada sebuah masyarakat
D. Pendekatan Penelitian
Strukturasi ini adalah pada upaya memahami agensi manusia dan lembaga-
lembaga sosial. Teori Strukturasi ini menjelaskan tentang keterkaitan struktur dan
agen, tentang bagaimana orang bereaksi pada pola struktur yang dibentuk. Teori
ini hadir sebagai koreksi Giddens terhadap perspektif dalam ilmu-ilmu sosial yang
memproduksi analisis mengenai agensi dan struktur secara terpisah atau sendiri-
sendiri. Misalnya, perspektif strukturalisme yang terlalu fokus pada struktur dan
menganggap agen atau pelaku (yang berada di level mikro) bukanlah hal yang
keterkaitan yang erat dalam sebuah analisis sosial dan melihat realitas yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, Teori Strukturasi ini dianggap tepat
7
untuk menjelaskan alasan-alasan serta pelaku-pelaku yang mempengaruhi pilihan
tidak adanya resistensi ketika terjadi sebuah konversi agama. Artinya, analisis
mengenai keterkaitan agensi dan struktur sangat diperlukan dan dirasa mampu
untuk menjawab rumusan masalah serta memenuhi tujuan penelitian dari studi ini.
Inti dari teori strukturasi ini adalah ingin mengatakan bahwa pembentukan
agen (pelaku) dan struktur bukanlah dua hal yang terpisah (dualisme), tetapi
secara rekursif (Giddens 2011, hh. 31-32). Dengan kata lain, agen membentuk
struktur dan setelah struktur itu terbentuk, maka agen akan bertindak mengikuti
atau mentaati struktur yang telah mereka bentuk tersebut. Inilah yang disebut oleh
Giddens sebagai dualitas struktur. Selain itu, dalam gagasan dualitas struktur,
aturan dan sumberdaya yang digunakan dalam produksi dan reproduksi tindakan
tersebut tersirat dalam dua konsep penting dari Teori Strukturasi yang akan
digunakan dalam studi ini yaitu konsep agensi dan konsep struktur.
8
D.1. Agensi
Dalam konsep agensi, manusia dipahami sebagai pelaku atau pelaku yang
selanjutnya, struktur yang telah dibentuk itu pada gilirannya membentuk perilaku
manusia sebagai pelaku atau agen dan tindakan agen dibentuk oleh struktur.
apa yang mereka lakukan beserta alasan-alasan dibalik perilaku atau tindakan
konsekuensi atas apa yang mereka lakukan. Intinya, selalu ada penjelasan dibalik
pilihan tindakan atau perilaku seseorang. Hal tersebut menjadikan teori ini relevan
D.2. Struktur
ruang dan waktu, dan memerlukan koordinasi. Sumberdaya yang dimaksud oleh
Giddens (2011, h. 19) adalah merupakan sifat-sifat sistem sosial yang terstruktur,
9
apa yang dilakukan oleh pelaku atau agen muncul dari pelaku-pelaku yang secara
manusia sebagai agensi untuk melakukan sesuatu (Maliki 2012, h. 298). Hal
tersebut tergambar dari ungkapan Giddens (2011, h. 32) dalam tulisannya bahwa:
lainnya. Kedua aspek ini (struktur yang constarining dan enabling) harus dikaji
secara bersama.
dikemukakan oleh para ahli sosiologi struktural mengenai struktur. Para ahli
10
bahwa struktur itu tidak sepenuhnya memberikan kekangan bagi manusia atau
agensi, tetapi struktur juga bisa meng-enable agensi untuk bisa melakukan
sesuatu. Enable di sini memiliki arti bahwa manusia atau agensi dimungkinkan
untuk melakukan sesuatu berdasarkan hubungan yang ada antara struktur dan
agensi serta agensi dan kekuasaan. Melalui teori strukturasi ini juga, Giddens
constraint tidak bekerja secara terpisah dengan penjelasan mengenai motif atau
alasan para agen atas apa yang dilakuannya. Pemahaman mengenai ‘constraint’
dalam menjelaskan tindakan seseorang perlu dicermati secara teliti. Hal pertama
yang harus dipahami betul adalah bahwa ‘constraint’ tidak ‘mendorong’ siapapun
untuk melakukan sesuatu jika orang tersebut memang belum siap untuk
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas berbeda dengan ‘constraint’ yang ada
kekangan yang muncul akibat dari pemberian sanksi itu sendiri. Artinya,
kekangan yang diberikan adalah bentuk hukuman sebagai konsekuensi dari sanksi
pengetahuan agen secara spesifik (Giddens 2011, h. 385). Misalnya saja, kita
menspesifikkan hal-hal apa yang mungkin diketahui oleh para agen mengenai
11
berbagai hal disekitanya. Pengetahuan yang dimiliki agen bisa jadi merupakan
keputusanpun harus diambil. Berbagai jenis pengetahuan yang dimiliki oleh agen
pertimbangan serta motivasi atas perilaku dan tindakan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan karena ‘structural constraint’ selalu bekerja melalui alasan dan
serta apa yang mereka inginkan dari apapun pilihan yang dimiliki.
konversi agama. Konversi agama bisa saja tidak memunculkan resistensi jika ada
konversi agama tidak akan memunculkan resistensi karena perubahan itu memang
dibutuhkan oleh sebuah kelompok masyarakat. Ketika mereka tidak bisa survive
dalam struktur sosial ekonomi yang sedemikian rupa dengan kepercayaan dan
budaya yang jauh berbeda dari masyarakat mayoritas disekelilingnya, maka hal
perubahan pada budaya dan tradisi beragama yang selama ini diyakini.
Jika yang terjadi adalah benar demikian, berarti nilai-nilai fundamental dan
kesakralan dari identitas yang bernama agama tidak lagi menjadi hal yang bisa
dan harus dipertahankan dengan segala cara. Nilai fundamental dan kesakralan
12
paraktek beragama juga tidak lagi menjadi pertimbangan utama dalam pilihan
identitas. Sehingga kasus ini bukan lagi menjadi persoalan agama sebagai
identitas, tetapi lebih pada soal adanya relasi struktur yang mulai bergeser yang
sekelompok orang.
E. Kerangka Teori
disampaikan di atas, maka pada tahap ini penting untuk memaparkan kerangka
data hasil temuan penelitian untuk mencapai sebuah kesimpulan sebagai jawaban
atas rumusan masalah atau pertanyaan kunci yang diajukan dalam studi ini.
sosial memiliki pengertian yang cukup luas karena masyarakat sering diasumsikan
sebagai sesuatu yang life, sehingga pasti akan terus mengalami perkembangan dan
perubahan (Narwoko & Suyatno 2011, h. 362). Oleh sebab itu, kajian mengenai
tetapi, pemahaman yang seperti ini banyak dikritik oleh para sosiolog yang
13
menganggap bahwa asumsi tersebut terlalu luas, sehingga akan sulit untuk
ada batasan-batasan yang jelas dalam definisi dan orientasi kajian perubahan
sosial. Hal ini menyebabkan adanya berbagai macam definisi mengenai perubahan
William F. Ogburn pada tahun 1922 (dalam Soekanto 1975, h. 233) dalam
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial itu sendiri merupakan bagian
Mac Iver pada tahun 1937 (dalam Soekanto 1975, h. 234) dalam bukunya
mengatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup
yang telah diterima, baik itu disebabkan oleh kondisi geografis, kebudayaan
14
materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
interaksi antar aktor serta aturan atau norma yang berlaku. Oleh sebab itu, dalam
menganalisa perubahan sosial ada tiga hal penting yang harus diamati, yaitu
perubahan struktur sosial, pola-pola perilaku, dan sistem interaksi sosial, termasuk
perubahan norma, nilai, dan fenomena kultural yang ada dalam lingkungan
masyarakat.
Soekanto 1975, h. 234) juga mencoba mendefinisikan apa yang disebut sebagai
ini sepertinya akan lebih banyak mengarah pada perubahan sosial yang
didefinisikan oleh Wilbert E. Moore. Menurut Moore (1965, h. 5), tindakan atau
perilaku manusia memiliki keteraturan dan pola tertentu yang ditandai dengan
adanya perubahan dari waktu ke waktu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Moore
15
(dalam Soekanto 1975, hh. 232-233) bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam masyarakat terikat oleh ruang dan waktu, tetapi karena sifatnya yang
Struktur sosial menjadi hal penting ketika melihat perubahan sosial dalam
masyarakat. Hal ini dikarenakan ketika struktur sosialnya berubah, maka pola
relasi antar aktor yang terlibat di dalamnya juga akan turut berubah sehingga
operasinya. Sehingga ketika strukturnya berubah, maka semua unsur lainnya juga
Perubahan yang berjalan lambat atau yang disebut evolusi ini dikarenakan
16
peristiwa-peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ilmuan-
ilmuan yang menjadi pelopor teori evolusi adalah seperti Charles Darwin,
yang berjalan secara cepat yang dinamakan revolusi ini biasanya mengenai
lembaga kemasyarakatan.
change).
17
bawah pengendalian dan pengawasan agen of change tersebut. Sedangkan
dan dapat menimbulkan akibat- akibat sosial yang tidak diharapkan. Akan
tetapi, konsep perubahan yang dikendaki atau tidak dikehendaki ini tidak
dikarenakan adanya faktor-faktor yang baik yang berasal dari dalam masyarakat
itu sendiri (faktor internal) maupun yang berasal dari luar masyarakat tersebut
(faktor eksternal). Secara lebih rinci, Soekanto (1945, hh. 243-250) memaparkan
1. Faktor internal
b) penemuan-penemuan baru
18
2. Faktor ekternal
a) bencana alam
perubahan sosial. Berikut adalah beberapa faktor tersebut (Soekanto, hh. 283-
287):
19
d) adanya keinginan-keinginan yang telah tertanam dengan kiut
g) hambatan ideologis
h) kebiasaan
i) sikap pasrah
budaya). Hal ini dikarenakan di dalam masyarakat itu sendiri ada unsur-unsur
yang bisa berubah secara cepat dan ada pula unsur-unsur yang sulit untuk dirubah.
Unsur-unsur yang sulit dirubah tersebut adalah seperti hal-hal yang berkaitan
dengan kebudayaan rohaniah, misalnya agama. Jika hal ini yang terjadi maka
cultural lag sangat mungkin terjadi karena ketidakseimbangan taraf kemajuan dari
F. Definisi Konseptual
banyak konsep perubahan sosial yang dirumuskan oleh para ilmuan, maka konsep
yang akan digunakan dalam studi ini adalah konsep perubahan sosial yang
merujuk pada perubahan sosial yang dirumuskan oleh Wilbert E. Moore yaitu
perubahan sosial yang terjadi pada sistem sosial, termasuk didalamnya struktur
20
G. Metode Penelitian
yang ingin dikaji sangat kompleks dan memerlukan pemahaman serta pemaknaan
secara mendalam, sehingga untuk mendapatkan data dan teknik analisa dalam
masalah sosial seperti ini tidak akan cukup jika hanya dilakukan dengan metode
bisa memahami secara mendalam mengenai konteks dan fenomena konversi atau
perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat etnis Suku Laut yang unik dan
fenomena perubahan sosial yang dialamai oleh masyarakat Suku laut merupakan
Untuk bisa menjawab rumusan masalah yang telah diajukan, kita perlu
Suku Laut. Artinya, kita akan melacak sejarah kemunculan dan keberadaan
masyarakat Suku Laut. Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana relasi kuasa
antara masyarakat Suku Laut dengan struktur kekuasaan politik negara, serta
21
dapat dideskripikan dengan baik dan jelas ketika peneliti mampu mengeksplorasi
sesuai dengan inti dari penggunaan metode fenomenologi itu sendiri, yaitu untuk
diperlukan dalam studi ini –tetapi tidak menutup kemungkinan ada data tambahan
Tabel 1.1
Deskripsi dan Pemetaan Data yang di Perlukan
22
Struktur Untuk memahami lebih dalam mengenai hal ini, maka hal
yang harus dilacak adalah adanya kemungkinan faktor-faktor
yang mempengaruhi individu atau masyarakat Suku Laut
dalam mengambil keputusan. Masing-masing individu
mungkin bertindak dengan harapan memperoleh keuntungan
lebih.
1. Dalam memutuskan untuk beragama islam diantara
berbagai pilihan agama/kepercayaan apakah individu
didorong atau memang keinginan pribadi?
2. Apakah latar belakang kelas mempengaruhi individu
dalam memilih agama?
3. Apakah ada dorongan kebutuhan ekonomi? Jika iya,
lacak pendapatan mereka saat sebelum masuk islam dan
sesudah masuk islam.
4. Apakah yang mereka bayangkan ketika memutuskan
untuk ikut serta memeluk agama islam? Biasanya,
masyarakat dari kelompok minoritas atau kelas sosial
yang rendah memiliki pemahaman yang realistis terhadap
kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi agar tetap
mampu bertahan dalam sistem kehidupan sosial dan
ekonomi yang ada disekitar mereka.
5. Bagaimana tingkat perkembangan ekonomi yang ada
dilingkungan sekitar mereka/masyarakat Suku Laut.
Kesadaran mengenai hal ini dirasa mampu
mempengaruhi keputusan-keputusan mereka dalam
bertindak.
6. Bagaimana pengetahuan masyarakat Suku Laut tentang
peluang kerja dan bagaimana sikap/pandangan mereka
terhadap kerja/pekerjaan. Hal ini bisa dianggap sebagai
motivasi bagi masyarakat Suku Laut untuk melakukan
23
perubahan. Islamisasi bisa jadi oleh Orang-orang Suku
Laut dipahami sebagai strategi baru untuk mengikuti
perkembangan zaman dan perkembangan ekonomi
sehingga mampu mengakses peluang kerja untuk
memperbaiki hidup.
7. Untuk mengetahui bekerjanya ‘structural constraint’,
perlu diselidiki bagaimana motif dan proses penalaran
aktor dipengaruhi atau dibentuk oleh faktor dalam
pengalaman saat ini dan pengalaman sebelumnya, serta
bagaimana faktor-faktor tersebut pada gilirannya
dipengaruhi oleh ciri-ciri institusional masyarakat umum
yang lebih luas.
sangat membantu untuk bisa mengekplorasi informasi dan data secara mendalam
dengan cara menemukan informan yang tepat dan relevan. Pemilihan informan
paling tahu mengenai permasalahan yang ada dan mengerti apa yang diharapkan
peneliti, atau mungkin orang yang dianggap sebagai penguasa atau yang disegani
kelompok masyarakat Suku Laut yang mengalami fenomena konversi agama yang
sama di Pulau Air Mas, Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat Suku
Laut atau yang lebih sering disebut dengan Orang Suku Laut ini adalah kelompok
24
Kepulauan Riau, Indonesia. Akan tetapi, saat ini sudah jarang ditemukan Orang
Suku Laut yang menghabiskan hidupnya di laut atau perairan, mereka saat ini
Orang Suku Laut di wilayah Kota Batam tidak hanya terdapat di Pulau Air
Mas Saja, tetapi juga bisa ditemukan di bagian-bagian wilayah Kota Batam
lainnya. Akan tetapi, untuk penelitian ini, unit analisisnya tetap hanya akan fokus
pada masyarakat Suku Laut yang ada di Pulau Air Mas saja. Hal ini dirasa penting
untuk ditegaskan agar penelitian ini lebih jelas, terarah, dan lebih fokus.
Sumber data dalam penelitian ini lebih berdasarkan pada ‘social situation’
atau situasi sosial yang ditemukan dilapangan seperti tempat, pelaku, dan aktivitas
yang berinteraksi secara sinergis. Akan tetapi, sebagai gambaran awal peneliti,
ada beberapa sumber data yang dianggap relevan untuk memperoleh data dan
Informasi atau data dari masyarakat Suku Laut sangat penting karena
mereka menjadi fokus analisis dari penelitian ini. Mereka adalah pihak
25
orang-orang tersebut sangat dibutuhkan. Data atau informasi dari
masyarakat Suku Laut ini akan menjadi data utama yang digunakan oleh
peneliti.
LAZ menjadi sumber data penting karena mereka adalah pihak yang
3. Pemerintah Setempat
4. Data Dokumen
masyarakat Suku Laut dan juga LAZ. Misalnya saja media massa baik
lengkap agar bisa menjawab pertanyaan penelitan, maka teknik pengumpulan data
26
mendalam, dan data dokumen. Observasi dan wawancara mendalam menjadi data
primer yang akan digunakan daam studi ini. Sedangkan teknik pengumpulan data
Suku Laut, Guru Agama yang ditempatkan di Pulau Air Mas, Pihak LAZ Kota
ini. Pemilihan informan ini sebagaimana yang telah dijelaskan di atas akan
diharapkan bisa membantu peneliti untuk memperolah data secara mendalam dan
akurat serta membantu peneliti melakukan pengecekan atas kebenaran data atau
dalam terkait bagaimana kehidupan masyarakat Suku Laut di Pulau Air Mas
pemahaman peneliti mengenai berbagai hal tentang Masyarakat Suku Laut yang
memperkuat dan melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi. Studi
dokumen yang akan dilakukan berbentuk tulisan, gambar, atau hasil karya
27
kehidupan yang menceritakan tentang masyarakat Suku Laut, artikel, jurnal,
seperti surat kabar dan internet (website) yang sekiranya relevan dengan
penelitian ini.
ini sekaligus bertujuan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh. Dalam
studi ini, peneliti akan melakukan analisa data dalam dua tahap yaitu pada saat
selesai. Hal seperti ini sangat mungkin dilakukan dalam metode penelitian
kualitatif. Inilah yang juga menjadi salah satu alasan mengapa peneliti memilih
peneliti tidak harus menunggu seluruh data terkumpul. Analisa data bisa dimulai
dengan mengumpulkan hasil temuan yang telah diperoleh dan membuat semacam
lapangan. Hal tersebut juga bermanfaat bagi peneliti untuk mengecek data-data
apa saja yang masih kurang dan harus dicari lebih lanjut. Kegiatan seperti ini akan
dilakukan secara terus menurus hingga seluruh data yang diperlukan terkumpul.
28
diperoleh, maka peneliti akan melakukan analisa secara menyeluruh. Selanjutnya,
data-data tersebut akan dibaca secara berulang dengan tujuan untuk memahami
dan memilah data-data yang dianggap relevan dan berguna dalam studi ini.
Artinya, tidak semua informasi yang didapat selama proses pencarian data akan
memahami dan memastikan bahwa data yang digunakan benar-benar relavan dan
data ini sekaligus dilakukan untuk mengkategorikan data–data yang ada sesuai
dengan perencanaan bab yang telah ditentukan. Membaca data secara berulang-
ulang juga bisa membantu peneliti untuk lebih mudah memahami gambaran
permasalahan secara utuh. Dengan demikian, data dan informasi yang diperoleh
akan tersusun secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami dan
diinformasikan kepada orang lain sebagai pembaca. Rangkaian proses analisa data
ini akan memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan sebagai jawaban dari
rumusan masalah.
H. Sistematika Penulisan
Seluruh hasil temuan atau data penelitian yang telah dianalisa akan
bagian dalam tulisan ini tetap akan memperilhatkan secara jelas bagaimana
prubahan sosial itu berlangsung dalam masyarakat Suku Laut. Bagian pertama,
kita akan melihat siapa dan bagaimana sejarah serta dinamika kehidupan
masyarakat Suku laut yang ada di Pulau Air Mas, termasuk budaya, tradisi dan
agama atau kepercayaan yang mereka anut dimulai sejak kemunculannya hingga
29
saat ini. Penjelasan mengenai hal ini penting untuk memperlihatkan bagaimana
masyarakat atau Orang-orang Suku laut ini menjadi agen utama yang membentuk
Pada bagian kedua, kita akan melihat bagaimana proses konversi yang
keterkaitan antara negara dengan agama, serta pemetaan agen atau pelaku yang
terlibat dalam proses islamisasi dan bagaimana keterkaitan antar pelaku tersebut.
konversi tersebut dan bagaimana dampak dari proses panjang konversi yang
atau menyebabkan tidak adanya resistensi dalam proses islamisasi yang dilakukan
oleh LAZ terhadap masyarakat Suku Laut di Pulau Air Mas. Dalam menjelaskan
hal ini, konsep mengenai struktuk akan sangat berperan penting. Di sinilah akan
agama yang diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat Suku Laut di Pulau
Air Mas.
yang telah dijelaskan sebelumnya sebagai jawaban atas rumusan masalah yang
telah diajukan dan mencoba memetik sebuah pelajaran penting yang bisa kita
30
ambil dari studi ini sebagai kontribusi bagi teoritisasi perubahan sosial dalam ilmu
31