Pellet
2. Proses pembuatan besi spons
Grinding dimaksudkan agar butiran halus pasir besi lebih banyak lagi
dapat dipisahkan dengan kotoran atau mineral mineral ikutan yang tidak
diinginkan, proses ini sampai menghasilkan ukuran mesh 120 (0,125 mm).
Sebelum masuk ke alat ini, pasir besi dicampur di dalam alat mixer
agitator dengan komposisi tertentu ditambahkan batubara dan binder
bentonitdengan tujuan agar konsentrat besi oksida halus dapat merekat
membentuk gumpalan-gumpalan (aglomerisasi yang disebut pelet basah
(green pellet) yang mempunyai kekuatan yang cukup kuat, untuk dapat
dibawa ke proses selanjutnya. Sedang batubara fungsinya untuk
meningkatkan kadar karbon dengan cara proses reduksi dari internal pada
proses selanjutnya.Prinsip kerja dari alat ini adalah proses aglomeri-sasi
konsentrat bijih besi yang telah bercampur batubara dan binder bentonit
dimasukkan secara kontinyu kedalam mesin pelletizing yang berbentuk
setengah drum/bejana yang berputar dengan kecepatan dan sudut
kemiringan tertentu sambil disemprotkan air secara kontinyu.
Proses pembuatan:
Pertama, biji besi yang sumbernya dari dalm perut bumi tentu tidak
hanya mengandung unsur ferro. Biji besi tersebut berbentuk bongkahan
bongkahan batu yang didalamnya masih terdapat pasir, tanah liat, dan batu-
batuan yang lainnya sehingga dilakukan pemisahan antara biji besi dengan
bahan-bahan lainnya yang tidak digunakan. pemisahan ini menggunakan
tromol magnet.
Kedua, setelah penyortiran, maka biji besi dicuci kemudian
dikelompokkan sesuai besarnya. biji besi yang terlalu halus kemudian
diaglomir sehingga bentuknya seperti bola dan bisa digunakan sebagai isi
dari dapur tinggi
Ketiga, biji besi yang telah dicuci dan dikelompokkan, kemudian
dipanggang, tujuannya adalah untuk mengeluarkan unsur yang mudah
menjadi gas. Biji biji besi tersebut akan dimasukkan kedalam dapur tinggi
bersama dengan bahan bahan lainnya.
Keempat, untuk mempercepat proses, udara penghembus yang
dihembuskan di bagian bawah dapur tinggi dipanaskan terlebih dahulu.
Bahan bahan besi kasar kemudian dimasukkan kedalam dapur tinggi,
berturut turut kokas, bahan tambahan dan biji besi. Besi cair di dalam dapur
tinggi, kemudian dicerat dan dituang menjadi besi kasar, dalam bentuk balok-
balok besi kasar yang digunakan sebagai bahan ancuran untuk pembuatan
besi tuang (di dalam dapur kubah), atau dalam keadaan cair dipindahkan
pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor atau dapur baja yang lain,
misalnya dapur Siemen Martin.
Dapur tinggi (blast furnace)
Prinsip dari proses dapur tinggi adalah prinsip reduksi. Pada proses ini
zat karbon monoksida dapat menyerap zat asam dari ikatan-ikatan besi zat
asam pada suhu tinggi. Pada pembakaran suhu tinggi kurang lebih 1800 C
dengan udara panas, maka dihasilkan suhu yang dapat menyelenggarakan
reduksi tersebut.
Zat arang dari kokas terbakar menurut reaksi : C+O2 -----> CO2
sebagian dari CO2 bersama dengan zat arang membentuk zat yang berada
ditempat yang lebih atas yaitu gas CO. CO2+C------>2CO.
Di bagian atas dapur tinggi pada suhu 3000 sampai 8000 C oksid besi
yang lebih tinggi diubah menjadi oksida yang lebih rendah oleh reduksi tidak
langsung dengan CO tersebut menurut prinsip : Fe2O3+CO-------
>2FeO+CO2 Pada waktu proses berlangsung muatan turun ke bawah dan
terjadi reduksi tidak langsung menurut prinsip : FeO+CO ---------> FeO+CO2
Reduksi ini disebut tidak langsung karena bukan zat arang murni yang
mereduksi melainkan persenyawaan zat arang dengan oksigen.
Besi cair yang dihasilkan dari proses dapur tinggi sebelum dituang
menjadi balok besin kasar sebagai bahan ancuran di pabrik penuangan, perlu
dicampur dahulu di dalam bak pencampur agar kualitas dan susunannya
seragam. Dalam bak pencampur dikumpulkan besi kasar cair dari bermacam-
macam dapur tinggi yang ada untuk mendapatkan besi kasar cair yang sama
dan merata. Untuk menghasilkan besi kasar yang sedikit mengandung
belerang di dalam bak pencampur tersebut dipanaskan lagi menggunakan
gas dapur tinggi.
b. Persiapan
Penyulutan: Setelah kupola diperbaiki dan dikeringkan, penyulutan
harus dilakukan kira-kira tiga sampai empat jam sebelum jadwal waktu
pengeluaran. Pada permulaan, sejumlah yang cocok dari kayu bakar
ditempatkan di dasar dan dinyalakan dengan membakar kain yang telah
diberi minyak alas dengan burner disertai tiupan. Apabila digunakan burner
gas khusus untuk penyulutan, alas kokas langsung bisa dinyalakan tanpa
kayu bakar. Dengan mempergunakan cara terakhir ini banyak waktu dihemat
dibanding dengan cara pertama.
Tiupan mula: Saat api pembakaran telah mencapai bagian alas dari
alas kokas, lubang-lubang pengintip ditutup dan tiupan mulai dilakukan
selama tiga sampai lima menit. Selama tiupan mula, alas kokas harus diatur
sampai mencapai tinggi yang benar, yaitu diukur dari pintu pengisian dengan
mempergunakan rantai atau batang baja. Untuk kupola kecil yang
diameternya kurang dari 700 mm, tinggi alas kokasnya 1,5 sampai 1,8 kali
diameter dalam, dan untuk kupola besar 1200 sampai 1300mm.
Bahan muatan: Jumlah bahan logam sebagai muatan dihitung
berdasarkan daftar penyusunan bahan. Berat satu muatan logam disarankan
1/10 sampai 1/15 dari laju peleburan per jam. Jumlah muatan kokas
ditentukan berdasarkan angka perbandingan besi terhadap kokas. Jumlah
batu gamping sebagai pengikat terak disarankan 25 sampai 35 persen dari
berat kokas.
Urutan pemuatan pertama adalah batu gamping, kemudian logam,
kokas dan seterusnya. Tetapi urutan pemuatan tidak begitu penting. Yang
lebih utama untuk diperhatikan ialah mencegah pemuatan bahan-bahan yang
ukurannya tidak seragam
Dapur Kupola
c. Cara Operasi
Setelah bahan-bahan dimuatkan sampai mencapai bagian bawah
pintu pengisian, logam dipanaskan mula selama 15 sampai 20 menit tanpa
tiupan. Pemanasan mula yang terlalu lama menyebabkan turunnya tinggi
alas kokas, karena alas kokas terus terbakar. Setelah pemanasan mula,
tiupan udara dimulai. Tetesan besi dapat dilihat melalui lubang pengintip tiga
atau empat menit setelah tiupan dimulai. Biasanya pembukaan pertama dari
lubang cerat dilakukan 20 menit setelah tiupan dimulai.
Logam cair yang pertama mempunyai temperatur rendah dan
mempunyai perubahan komposisi yang besar. Karena itu ia tidak dipakai
untuk coran Untuk mendapat logam cair yang bertemperatur tinggi sejak
permulaan, perlu dipergunakan alas kokas yang tinggi, tiupan udara yang
berlebih atau ditambahkan 1 sampai 2 % kalsium karbid pada muatan kokas
yang pertama.
Pencairan dan pengeluaran: Dalam proses-proses pengeluaran terak
dari depan dan, dari muka, pengeluaran besi dilakukan secara kontinyu tanpa
henti. Terak dari dalam kupola mengalir keluar bersama-sama logam cair
tetapi sudah terpisah. Dalam proses pengeluaran terak secara terputus-
putus, lubang cerat dibuka setelah waktu tertentu, yaitu apabila jumlah
tertentu dari besi cair dan terak telah terkumpul dalam tanur, kokas, batu
gamping dan logam harus dimasukkan pada waktu-waktu tertentu untuk
mengisi kupola sampai bagian bawah dari pintu pengisian. Selama proses
pen¬cairan perlu dilakukan pengecekan pada laju pencairan, temperatur besi
cair, tekanan angin dan lain-lainnya. Jadi, keadaan tanur, yaitu temperatur,
tekanan, tinggi alas kokas dan sebagainya harus diusahakan stabil.
Walaupun kupola beroperasi pada angka perbandingan yang cocok antara
besi dan kokas, namun dalam pemakaian yang lama akan terjadi penurunan
tinggi alas kokas disebabkan erosi pada lapisan dalam tanur di daerah cair.
Oleh karena itu agar tinggi alas kokas tetap, maka perlu diisikan kokas
tambahan kira-kira satu muatan untuk tiap-tiap satu jam atau satu setengah
jam.
Menjelang akhir operasi, tekanan udara turun disebabkan penurunan
tinggi alas kokas. Oleh karena itu katup udara perlu diturunkan, agar volume
angin tetap. Kalau operasi dilanjutkan sampai logam dalam tanur semuanya
mencair, hal ini dapat menyebabkan: melekatnya besi pada lapisan dalam
tanur karena percikan besi cair, erosi dari bata tahan api, oksidasi dari besi
dan lain sebagainya. Oleh karena itu tiupan udara dihentikan sementara dua
atau tiga muatan masih berada di alas alas kokas. Serempak dengan
penghentian tiupan udara; lubang intip tuyer dibuka, besi dari terak
dikeluarkan dari lubang cerat dan lubang terak. Kemudian pintu dasar kupola
dibuka dan isinya dijatuhkan/dikeluarkan di atas landasan pasir yang sudah
ditaburkan di bawah kupola. Apabila isi yang tersisa tidak jatuh/keluar dengan
sendirinya, maka proses ini harus dibantu dengan cara menusuk lapisan
pasir dasar dengan mempergunakan batang baja. Kesukaran ini biasanya
disebabkan karena tanah lempung yang berlebihan pada pasir dasar, oleh
karena itu perlu pengaturan komposisi dari pasir dasar tersebut
Walaupun komposisi kimianya hampir sama, tetapi karena prosesnya
berbeda maka struktur dan sifat-sifat dari ketiga besi tuang tersebut berbeda.
Produk yang dihasilkan dari besi tuang adalah sebagai berikut:
1. Impellor 2. Bushing
Proses Konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan menghadap
kesamping.
Sistem kerja
a. Dipanaskan dengan kokas sampai ± 1500 0C,
b. Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku baja. (± 1/8 dari volume
konvertor)
c. Kembali ditegakkan.
d. Udara dengan tekanan 1,5 – 2 atm dihembuskan dari kompresor.
e. Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk mengelaurkan
hasilnya.
Gambar Baja