ABSTRACT
The purpose of this study is to empirically study (1) the effect of intangible asset on financial
policy, (2) the effect of intangible asset on financial performance, (3) the effect of intangible asset,
financial performance (current ratio, ROA, asset turnover), and financial policy on firm value. The
sample of this research is manufacture companies registered between 2005 -2009 on Indonesian Stock
Exchange (IDX).
The result of this study using path analysis finds that: (1) intangible asset have negative but not
significant effect on debt policy, (2) intangible asset have possitive but not significant effect on
dividend policy,(3) intangible asset have possitive significant effect on ROA, but have no significant
effect to current ration and asset turnover, (3) intangible asset have possitive significant effect on firm
value, (4) debt policy have possitive significant effect on firm value,(5) devident policy have possitive
but not significant effect on firm value, (6) ROA have possitive and significant effect on firm value, but
current ratio and asset turnover have no significant effect on firm value. These results showed that
financial statement still relevant to predict firm value. Intangible asset will increase ROA and then
increase firm value.
I. PENDAHULUAN
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa dalam seperempat abad terakhir, nilai perusahaan
yang terdaftar pada S&P 500 telah mengalami penyimpangan besar dari nilai bukunya (Malackowski,
2009). Penelitian mereka selanjutnya menunjukkan bahwa porsi yang signifikan dari nilai intangible
asset ini terdapat pada teknologi patent. Hasil studi ini diperkuat oleh Ben McClure (2009) yang dalam
hasil studinya terhadap 3500 perusahaan di United States membuktikan bahwa pada saat ini nilai buku
hanya 28% dari market value (tahun 1975 masih 95%), dan dalam 20 tahun terakhir terdapat
peningkatan nilai intangible asset yang dramatis. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Pamela
Megna dan Marck Klock (1993) membuktikan bahwa intangible capital memiliki kontribusi bagi nilai
tobin’s q, artinya intangible capital berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Studi terhadap perusahaan
yang terdaftar di BEI selama 2007-2009 telah membuktikan bahwa nilai pasar ekuitas secara
signifikan lebih tinggi dari nilai buku ekuitasnya (Gamayuni, 2010). Intangible asset yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human
capital, structural capital, costumer / relational capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan
teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.
Keputusan pendanaan yang tepat akan mempengaruhi kinerja perusahaan, karena setiap sumber
dana memiliki keuntungan dan juga risiko yang berbeda. Manajer keuangan berusaha
memaksimumkan kesejahteraan investor dengan cara membuat berbagai keputusan dan kebijakan
keuangan yaitu keputusan pendanaan (financing decision), keputusan investasi (invesment decision)
dan kebijakan dividen (dividend policy). Ketiga keputusan keuangan tersebut saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya dan dapat mempengaruhi nilai perusahaan (Jensen & Smith, 1984 ; Fama
and French, 1998 ; Gitman, 2000 ; Brigham & Erhardt, 2002 ; Van Horne & Wachowizc, 2004 ; Van
Horne, 2002).
Berdasarkan fenomena dan penelitian sebelumnya tersebut, peneliti melakukan riset ini yang
bertujuan untuk (1) membuktikan apakah intangible asset merupakan faktor yang berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan nilai perusahaan (dan yang menyebabkan gap yang signifikan antara
nilai buku ekuitas dengan nilai pasar ekuitas), (2) apakah laporan keuangan yang diwakili oleh kinerja
keuangan masih digunakan oleh investor untuk memprediksi nilai perusahaan, (3) apakah kebijakan
keuangan (kebijakan utang dan kebijakan deviden) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Objek yang diteliti adalah variable-variabel dependent dan independent yang dihitung
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2007 sampai 2009. Analisis dilakukan dengan cross sectional, dengan dibantu data time series.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode analisa data kuantitatif berupa hubungan kausalitas
(pengaruh) antar variable yang diteliti menggunakan alat analisis jalur (Path Analysis), untuk
menganalisis hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung”
(Robert D. Retherford 1993).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Kinerja Keuangan adalah ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan juga digunakan sebagai ukuran umum
kondisi kesehatan perusahaan pada suatu periode. Indicator kinerja keuangan dalam penelitian ini
adalah rasio keuangan, antaralain:
Rasio Likuiditas, dalam penelitian ini menggunakan current ratio, adalah kemampuan untuk
membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Rasio Aktivitas, dalam penelitian ini menggunakan total asset turnover ratio adalah kemampuan
dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau
kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.
Rasio Profitabilitas, dalam penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) adalah rasio yang
mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan.
Variabel yang digunakan:
Y3: Rasio likuiditas (current ratio)
Y4: Rasio aktivitas (turnover ratio)
Y5: Rasio Provitabilititas (return on asset)
2. Intangible asset, adalah jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human
capital, structural capital, costumer capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi
yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi.
3. Nilai Perusahaan adalah suatu ukuran ekonomi yang merefleksikan nilai pasar (market value) dari
keseluruhan bisnis, atau suatu ukuran kinerja berdasarkan pasar. Nilai perusahaan merupakan harga
yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan
indikator nilai perusahaan (Suad Husnan,1998).
4. Kebijakan deviden adalah Rasio pendistribusian laba yang dibagikan kepada pemegang saham.
5. Kebijakan utang (debt to total equity) adalah rasio leverage yang menggambarkan struktur modal
perusahaan.
Aktiva Lancar
Y3 Rasio Likuiditas Current ratio:
Hutang Lancar
MVE
Z Tobin’s Q Q =
BE
Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang
terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan catatan-catatan atas laporan keuangan yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode nonprobability sampling
tepatnya metode purposive sampling.
Kriteria pemilihan sampel:
1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009, yang menerbitkan laporan tahunan (annual
report) secara berturut-turut.
2. Perusahaan sampel mempunyai laporan keuangan yang berakhir 31 Desember.
3. Membayar dividen
4. Laporan keuangan tersedia lengkap.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan terhadap laporan
keuangan perusahaan yang dijadikan sampel.
Tabel 2. Daftar sampel perusahaan.
Berdasarkan teori atau konsep yang ada dan hipotesis yang telah ditentukan maka persamaan
atau model struktural yang terbentuk sebagai berikut:
Hipotesis 1:
1. DER = a + b1 IA + e1
2. DPR = a + b2 IA + e2
Hipotesis 2:
3. CR = a + b3 IA + e3
4. ROA = a + b4 IA + e4
5. AsT = a + b5 IA + e5
Hipotesis 3:
6. FV = a + b6 IA + b7 DPR + b8 DER + b9 CR + b10 ROA + b11 AsT + e6
Keterangan:
FV : Nilai Perusahaan (Tobin’s q) CR : current ratio
IA : Intangible asset ROA : return on asset
DER : debt to equity ratio AsT : Asset turnover
DPR : Deviden Payout Ratio
Hasil Pengujian Hipotesis 1.1: Pengaruh Intangible Asset terhadap Kebijakan Utang
Hipotesis pertama pengaruh intangible asset terhadap kebijakan utang (debt to equity ratio)
ditunjukkan oleh koefisien jalur P1 sebesar -0,128, berarti intangible asset berpengaruh negative
terhadap kebijakan utang. Hasil perhitungan t hitung diperoleh -1,016, sedangkan t table diperoleh
1,987 (df=n-2, p-value = 0,05). Karena t hitung < t table, dan nilai signifikansi diperoleh 0,313 > p
value (0,05) maka berarti pengaruh negative tersebut secara statistic tidak signifikan. Dengan
demikian berarti intangible asset (X) berpengaruh negative terhadap debt equity ratio atau leverage
ratio, namun pengaruh tersebut tidak signifikan.
Hasil penelitian ini tidak mendukung Pecking Order Theory yang menyatakan bahwa semakin
tinggi intangible asset maka semakin tinggi tingkat utang perusahaan. Tetapi Hasil penelitian ini
mendukung Agency cost theory dan mayoritas hasil-hasil penelitian sebelumnya yang secara fakta
membuktikan bahwa intangible asset berhubungan dengan lebih kecilnya utang dalam struktur modal
perusahaan. Namun dalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh yang signifikan antara intangible
asset dengan DER kemungkinan disebabkan saling bertentangannya pendapat diantara kedua teori
yang dikemukakan (pecking order theory dan agency cost theory), juga kurang banyaknya jumlah
sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil Pengujian Hipotesis 1.2: Pengaruh Intangible Asset terhadap Kebijakan Deviden
Hasil pengujian hipotesis pengaruh intangible asset terhadap kebijakan deviden (deviden payout
ratio) ditunjukkan oleh koefisien jalur P2 sebesar 0,189, berarti intangible asset berpengaruh positif
terhadap kebijakan deviden. Karena t hitung < t table (1,987), dan nilai signifikansi diperoleh 0,135 >
p value (0,05) maka berarti intangible asset (X) berpengaruh positif terhadap deviden payout ratio,
namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Hasil ini mendukung Signaling theory yang menyatakan
bahwa intangible asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap deviden, karena perusahaan
dengan intangible asset yang tinggi akan membayar deviden yang lebih tinggi agar memberikan sinyal
yang baik bagi investor. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung agency theory dan pecking order
theory yang menyatakan intangible asset berpengaruh negative dan signifikan terhadap deviden.
Menurut teori ini, dengan semakin tinggi intangible asset dan semakin tingginya biaya modal untuk
investasi, investor lebih memilih membiayai investasi menggunakan laba ditahan karena biayanya
paling rendah. Laba ditahan lebih banyak digunakan untuk membiayai investasi daripada untuk
membayar deviden sehingga pada perusahaan dengan intangible asset yang tinggi akan membayar
deviden yang rendah. Hasil penelitian ini didukung Alves dan Martin (2010) dalam hasil penelitiannya
yang membuktikan bahwa level dan tipe intangible asset tidak berpengaruh signifikan terhadap
deviden payout, hal ini disebabkan karena argument teori yang saling bertentangan berkaitan dengan
masalah tersebut.
Hasil Pengujian Hipotesis 2.1: Pengaruh Intangible Asset terhadap Current Ratio
Hasil pengujian hipotesis pengaruh intangible asset terhadap kinerja keuangan (current ratio)
ditunjukkan oleh koefisien jalur P3 sebesar -0,093, berarti intangible asset berpengaruh negatif
terhadap current ratio. Karena t hitung < t table (1,987), dan nilai signifikansi diperoleh 0,464 > p
value (0,05) maka berarti intangible asset (X) berpengaruh negatif terhadap current ratio, namun
pengaruh tersebut tidak signifikan. Semakin tinggi intangible asset perusahaan maka semakin rendah
kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran utang perusahaan,
namun hasil ini secara statistic tidak signifikan. Hasil yang negative ini kemungkinan disebabkan
karena pada perusahaan dengan intangible asset yang tinggi menggunakan lebih banyak kas untuk
membiayai investasinya sehingga menurunkan kemampuan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban
utang perusahaan.
Hasil Pengujian Hipotesis 2.3: Pengaruh Intangible Asset terhadap Asset Turnover Ratio
Hasil pengujian hipotesis pengaruh intangible asset terhadap asset turnover ratio ditunjukkan
oleh koefisien jalur P5 sebesar -0,003 berarti intangible asset berpengaruh negatif terhadap asset
turnover ratio. Hasil perhitungan t hitung diperoleh -0,024 sedangkan t table diperoleh 1,987 (df=n-2,
p-value = 0,05). Artinya intangible asset (X) berpengaruh negatif terhadap asset turnover ratio,
namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa intangible asset dalam
suatu perusahaan berpengaruh negative terhadap kemampuan modal yang diinvestasikan dalam suatu
perusahaan untuk menghasilkan revenue. Semakin tinggi intangible asset dalam suatu perusahaan
maka semakin rendah kemampuan modal yang dihasilkan untuk menghasilkan revenue. Namun hasil
ini secara statistic tidak signifikan, kemungkinan disebabkan kurang banyaknya jumlah sampel
perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh Intangible asset, Kebijakan Keuangan, dan Kinerja Keuangan
terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil uji F (simultan) diperoleh F hitung 32,404 dan p value diperoleh 0,000
(lampiran 3). F tabel 19,296 (p value=0,05 %). Oleh karena F hitung > F table dan p value < 0,05
maka disimpulkan bahwa intangible asset, DER, DPR, current asset, ROA, dan asset turnover secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh intangible asset (X) terhadap nilai perusahaan (Z) ditunjukkan
oleh koefisien jalur P6 sebesar 0,548 berarti intangible asset berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Hasil perhitungan t hitung diperoleh 7,466 sedangkan t table diperoleh (df=n-2, p-value
= 0,05). Karena t hitung > t table (1,987), dan nilai signifikansi diperoleh 0,000 < p value (0,05) maka
berarti intangible asset merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pamela Megna dan Marck Klock (1993),
Ulum, Ghozali, dan Chariri (2008), bahwa intangible asset atau intellectual capital berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh kebijakan utang / debt equity ratio (Y3) terhadap nilai
perusahaan (Z) ditunjukkan oleh koefisien jalur P7 sebesar 0,604 berarti DER berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Karena t hitung > t table (1,987), dan nilai signifikansi diperoleh 0,000 < p
value (0,05) maka berarti DER (Y3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (Z).
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio utang maka nilai perusahaan akan semakin
meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Modligiani dan Miller mengenai struktur modal
dan nilai perusahaan, yaitu bahwa perusahaan yang memiliki utang akan membayar pajak lebih lecil
sehingga perusahaan yang memiliki utang akan lebih bernilai bagi investor daripada perusahaan yang
sama jika tidak terdapat utang, sehingga perusahaan yang memiliki utang (levered firm) akan lebih
tinggi nilai perusahaannya dibandingkan perusahaan yang sama jika tidak memiliki utang.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh kebijakan deviden / deviden payment ratio (Y2) terhadap nilai
perusahaan (Z) ditunjukkan oleh koefisien jalur P8 sebesar 0,048 berarti DPR berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan. Karena t hitung < t table, dan nilai signifikansi diperoleh 0,471 > p value
(0,05) maka berarti DPR (Y2) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan namun secara statistic
tidak signifikan. Hasil penelitian ini mendukung teori signaling dan bird in the hand theory, yang
menyatakan bahwa DPR yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. Menurut teori signaling,
perusahaan akan membagikan deviden untuk memberikan sinyal good news bagi investor, sehingga
akan meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan menurut bird in the hand theory, investor lebih
menyukai deviden yang dibagikan daripada deviden yang tidak dibagi, sehingga investor akan lebih
memilih perusahaan dengan DPR tinggi dimana hal ini mengakibatkan peningkatan harga saham dan
nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan teori Modigliani dan Miller
bahwa kebijakan dividen adalah tidak relevan karena tidak mempengaruhi sama sekali nilai
perusahaan. Nilai perusahaan tidak tergantung pada besarnya jumlah deviden yang dibayarkan. Hasil
penelitian ini juga mendukung penelitian Ahmed (2008), Rahim, et al. (2008), yang menemukan
hubungan positif dan signifikan DPR terhadap nilai perusahaan, namun tidak mendukung Haruman
(2007) dan Taswan (2003) yang membuktikan adanya pengaruh negative signifikan.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh current asset ratio (Y3) terhadap nilai perusahaan (Z)
ditunjukkan oleh koefisien jalur P9 sebesar 0,033 berarti current asset ratio (Y3) berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan (Z). Hasil perhitungan t hitung diperoleh 0,395 sedangkan t table diperoleh
1,987 (df=n-2, p-value = 0,05). Artinya current asset ratio (Y3) berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan namun secara statistic tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ulupui (2007) yang membuktikan bahwa current ratio memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap return saham satu periode ke depan, yang mengindikasikan bahwa current ratio
dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Koefisien beta yang positif dalam hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancarnya, maka semakin tinggi nilai perusahaan, namun hasil ini secara statistic tidak
signifikan.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh ROA (Y4) terhadap nilai perusahaan (Z) ditunjukkan oleh
koefisien jalur P 10 sebesar 0,457 berarti ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Karena
t hitung > t table, dan nilai signifikansi diperoleh 0,000 < p value (0,05) maka berarti ROA (Y4)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (Z). Hal ini mengindikasikan bahwa
ROA dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori
dan pendapat Modligiani dan Miller bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari asset
perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Vishnani dan Shah
(2008), Ulupui (2007), Yuniasih dan Wirakusuma (2007), yang menemukan bahwa ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
Suranta dan Pranata (2004), Kaaro (2002) yang menemukan bahwa ROA justru berpengaruh negative
terhadap nilai perusahaan.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh asset turnover ratio (Y5) terhadap nilai perusahaan (Z)
ditunjukkan oleh koefisien jalur P 11 sebesar -0,026 berarti asset turnover ratio berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan, maka HA ditolak. Karena t hitung < t table, dan nilai signifikansi diperoleh
0,704 > p value (0,05) maka berarti asset turnover ratio (Y4) berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan (Z). Hasil penelitian ini mendukung Ulupui (2007) bahwa asset
turnover berpengaruh negative tetapi tidak signifikan terhadap return saham. Namun tidak sejalan
dengan hasil penelitian Kennedy (2003) yang menunjukkan variabel asset turnover berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
Path:
1. DER = -0,128 IA + e1
2. DPR = 0,189 IA + e2
3. CR = -0,093 IA + e3
4. ROA = 0,438 IA + e4
5. AstTurn = -0,003 IA + e5
6. FV = 0,548 IA + 0,604 DER + 0,048 DEV + 0,033 CR + 0,457 ROA – 0,026 astturn + e6
Keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar 65,47%. Nilai ini
berarti variable nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variable intangible asset, kebijakan keuangan,
dan kinerja keuangan sebesar 65,47 %, sedangkan sisanya 34,52 % dijelaskan oleh variabel lain (yang
belum terdapat di dalam model) dan error.
Hasil analisis data dengan Path Analysis dapat digambarkan sebagai berikut:
Interpretasi Hasil.
Total Pengaruh Intangible asset (IA) terhadap Nilai Perusahaan (FV):
Pengaruh langsung IA ke FV = 0,548
Pengaruh tidak langsung:
- IA ke DER ke FV = -0,128 x 0,604 = -0,132
- IA ke DPR ke FV = 0,189 x 0,048 = 0,0030
- IA ke CR ke FV = -0,093 x 0,033 = -0,0031
- IA ke ROA ke FV = 0,438 x 0,457 = 0,200
- IA ke Astturn ke FV = -0,003 x 0,026 = -0,00008 +
Total Pengaruh IA ke FV = 0,6158
Berdasarkan hasil validitas model dengan menghitung koefisien determinasi total, diperoleh
bahwa model dapat menjelaskan informasi yang terkandung di dalam data, sebesar 65,47%. Angka ini
cukup besar, sehingga layak dilakukan interpretasi lebih lanjut. Lintasan pengaruh yang signifikan
adalah dari intangible asset ke nilai perusahaan melalui ROA. Informasi yang disampaikan adalah
upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan harus dilakukan dengan cara meningkatkan intangible
asset diikuti dengan upaya untuk meningkatkan ROA. Pada keadaan demikian variabel ROA
berfungsi sebagai variabel intervening atau mediating.
DAFTAR PUSTAKA