PENDAHULUAN
Pembimbingan moral pada usia Sekolah Dasar sangat penting dilakukan karena
Moral berasal dari bahasa latin ‘mores’ yang artinya adat istiadat, kebiasaan,
atau cara hidup. Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau kesusilaan
yang mengandung makna tata tertib nurani yang membimbing tingkah laku batin
dalam hidup. Kata Moral sama dengan istilah etika yang berasal dari bahasa Yunani
ethos yaitu suatu kebiasaan adat istiadat. Secara etimologis etika adalah ajaran
tentang baik dan buruk, yang diterima umum tentang sikap dan perbuatan. Pada
hakekatnya moral adalah ukuran – ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas.
Sedang etika lebih dikaitkan dengan prinsip – prinsip yang dikembangkan pada suatu
profesi.”1
1
Budi Istanto ‘Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Generasi Penerus’ (Yogyakarta : FIP UNY,
2007), hlm.4
1
2
Moral dekat sekali artinya dengan etika yang berasal dari kata Yunani ethos
yang artinya hampir sama saja, hanya para pendidik dari pihak protestan, maupun
Katolik Roma lebih melihat etika dari aspek keilmuannya, yaitu melihat etika
sebagai ilmu dan filsafat tentang moral (moralitas) yang menjadi pegangan orang
atau kelompok dalam mengatur perilaku. Moralitas berasal dari kata latin moralis.
Kata ini pada dasarnya sama saja dengan moral hanya lebih abstrak dan berarti sifat
dari moral dan asas berkaitan dengan hal baik dan buruk.2 Moral adalah sikap hati
yang terungkap dalam sikap lahiriah. Moralitas terjadi jika seseorang mengambil
sikap yang baik, karena ia sadar akan tanggung jawabnya sebagai manusia. Jadi
moral merupakan adat istiadat, kebiasaan, atau cara hidup peserta didik. Moral
berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib nurani yang
dari orang tua (keluarga), guru PAK di sekolah dan dari masyarakat di sekitarnya.
keluarga. Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
yang merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah adalah figur dalam
proses Pembimbingan moral anak. Orang tua diharapkan memberi arah, memantau,
mengembangkan semua potensi yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan
rohani dapat berkembang secara optimal dan seimbang. Tugas utama orang tua
2
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004), hlm.89
3
Hendrowibowo, Pendidikan Moral, (Yogyakarta : FIP UNY, 2007), hlm.85
3
kognitif, dan intelektual. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
Pendidikan Agama Kristen pertama dan terutama terletak pada orang tua yaitu ayah
dan ibu (Ams 1:8). Orang tua yang baik mendidik anaknya dengan teguran dan
ajaran dalam kasih (Ams 6:23). Orang tua harus bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap keluarganya. Orang tua harus membutuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani anaknya. Allah memilih dan mempercayakan anak-anak kepada orang tua
untuk dirawat dengan sungguh-sungguh. “Sebab Aku telah memilih dia, supaya
(Kej.18:19).
Tetapi pada dewasa ini, orang tua seringkali mengabaikan tugas dan tanggung
jawabnya khususnya dalam membina moral anak – anaknya. Orang tua lebih fokus
sepenuhnya peranan, tugas dan tanggung jawabnya khususnya dalam membina moral
peserta didik pada tenaga pendidik khususnya kepada guru Pendidikan Agama
Kristen. Jika anak tersebut mengalami sesuatu hal ataupun ada masalah dengan
proses perkembangan moral anak, maka orang tua akan menyalahkan para pendidik
di sekolah khususnya guru PAK. Selain itu orang tua lebih mempercayakan
Pembimbingan moral anak-anaknya pada guru PAK, dengan alasan guru PAK
anaknya.
4
intelektual, karakter, estetika, dan fisik dan dalam koridor pembelajaran moral yang
merubah perilaku anak sehingga siswa – siswi Sekolah Dasar lebih bertanggung
jawab dan menghargai sesamanya dan mampu menghadapi tantangan jaman yang
cepat berubah. Selain itu peserta didik memiliki keunggulan dan kecerdasan di
dan peranannya yang begitu banyak, secara khusus dituntut harus mampu
sementara wadah utama untuk membina kerohanian tersebut yaitu orang tua
dan faktor pengetahuan teologi yang minim, dengan begitu menurut penulis
kehadiran sosok tenaga pengajar yaitu guru PAK menjadi sangat penting. Maka
penulis pun mengambil keputusan untuk membawa masalah ini dalam penelitian
yang lebih lanjut, dan penulis memberi judul skripsi ini adalah :
B. Identifikasi Masalah
penelitian ini, terlebih dahulu penulis menguraikan apa yang dimaksud dengan
identifikasi masalah menurut para ahli. Suwardi Lubis, dalam bukunya: ‘Metodologi
berikut :
anak – anaknya.
dalam membina moral peserta didik pada tenaga pendidik khususnya kepada
guru PAK, dengan alasan guru PAK memiliki pengetahuan teologis yang
4
Suwardi Lubis, Metodologi Penelitian Sosial, (Medan: USU Press, 1997), hlm.95
6
pelajar.
Sekolah Minggu.
C. Pembatasan Masalah
pemecahannya, tenaga dan kecekatan, biaya dan lain-lain yang timbul dari rencana
tersebut.”5
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang dan juga
pada bagian identifikasi masalah ini, bahwa Pembimbingan moral anak begitu
penting sementara orang tua yang merupakan wadah utama yang berperan dalam
kesibukan dan pengetahuan orang tua yang begitu minim. Orang tua lebih
guru PAK di sekolah. Dengan alasan para guru memiliki pengetahuan lebih dari para
orang tua. Maka Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah hanya
pada “Peranan Guru PAK Sebagai Pembimbing Terhadap Moral Siswa/i Kelas
D. Rumusan Masalah
5
Winarmo Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 2004), hlm.34
7
memperjelas masalah dan untuk menentukan siapa dan apa yang akan menjadi objek
dibatasi secara spesifik, itu merupakan suatu keharusan. Bila tidak akan
mengakibatkan mahasiswa tidak akan mengetahui secara jelas keterangan dan data-
data yang dikumpulkan dan kesimpulan apakah yang sejajar dengan thesis.”6
E. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan
pokok terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga akan membuat peneliti bekerja
secara terarah dalam mencari data dan mengambil langkah yang tepat dalam
pemecahan masalah.
tolak yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilaksanakan,
sebab tujuan kegiatan penulisan harus mempunyai rumusan yang tegas, jelas,
terperinci dan operasional.7 Dari kutipan tersebut, maka penelitian menentukan arah
dan sasaran yang akan dicapai, tujuan dilakukannya penelitian ini, adalah:
F. Manfaat Penelitian
6
S. Nasution, Metode Reseacrh Penelitian Ilmiah, (Bandung: Jemmars, 1984), hlm.20
7
Moh. Ali, Penelitian Kependidikan, Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 2002), hlm.39
8
Setiap penelitian tentu akan memberikan manfaat, baik bagi penulis itu
sendiri maupun aspek-aspek yang terlibat didalamnya. Adapun penelitian ini ditulis
a. Secara Praktis
Penelitian ini, sebagai bahan masukan / acuan bagi guru PAK untuk lebih
Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi para orang tua bahwa orang tua
b. Secara Teoritis
BAB II
9
A. Kerangka Teori
“Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa atau seperangkat
tingkat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan dalam
Menurut J.S Poerwadarminta: “kata peran ini dapat dibubuhi dengan kata
imbuhan yaitu akhir ‘an’, yang akhirnya memunculkan kata ‘peranan’ yang dapat
dibuat sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan, terutama dalam
sebagai berikut : “peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma -
Adapun peranan yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah peran atau
keikutsertaan guru agama dalam membina moral siswanya, ke tingkat yang lebih
baik dan sempurna. Dengan kata lain diartikan bahwa pengertian peranan adalah
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1982), hlm.667
9
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1982), hlm.688
10
Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 1982), hlm.238
10
peran serta atau usaha guru agama dalam mendidik, membina, membimbing serta
untuk lebih jelas berikut ini akan diuraikan pengertian Pendidikan Agama Kristen
menurut para ahli, antara lain Robert R.Boehlke dalam bukunya ‘Sejarah
Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Plato sampai Loyola’ mengutip
“Pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib
agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus
Kristus yang memerdekakan. Pendidikan Agama Kristen berfungsi untuk
memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan
dengan pengalaman berdoa, firman dan rupa - rupa kebudayaan sehingga
mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta
mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.”11
Robert R. Boehlke juga mengutip pernyataan John Calvin yang menjelaskan
politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka
11
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Plato sampai Ig.
Loyola, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), hlm.342
12
Ibid, hlm.414
13
Untuk selanjutnya dalam penelitian ini disingkat dengan PAK
11
memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman
Kristen, dan visi kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita.14
iman. Seluruh proses PAK harus bertujuan untuk membawa peserta didik kepada
terdapat tiga aspek utama PAK, yakni: “diskripsi PAK, aspek fungsi dan aspek
Filosofi PAK.”18
Kristus, sang Guru Agung dan perintah untuk mendewasakan para murid.
2. Diskripsi PAK
rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan dan
Sama halnya dengan pengertian Pendidikan Agama Kristen, para ahli juga
merumuskan beberapa tujuan Pendidikan Agama Kristen. Berikut ini akan diuraikan
aims dibagi atas 3 konsep yaitu: “1). aims adalah tujuan yang diusahakan untuk
dicapai pada akhirnya; 2). goals adalah tujuan yang hendak dicapai dalam jangka
waktu tertentu. 3). objectives adalah tujuan yang hendak dicapai dalam suatu proses
19
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK. (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), hlm.30
13
merumuskan tujuan dari PAK sebagai berikut: “Kita mengajar agar melalui
pengajaran kita, Allah dapat bekerja di hati mereka yang diajar untuk menjadikan
tengah-tengah dunia.”20
kontemporer, menuju pengenalan serta pengalaman akan tujuan serta rencana Allah
dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan, dan juga untuk memperlengkapi
Untuk melibatkan semua warga jemaat khususnya yang muda dalam rangka
belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta
bergembira dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka di
samping memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya
pengalaman berdoa, firman tertulis dalam Alkitab dan rupa-rupa kebudayaan
sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan
negara serta mengambil bagian secara bertanggungjawab dalam persekutuan
Kristen yaitu gereja.22
Dalam Robert R. Boehlke dirumuskan tujuan PAK yang rupanya didukung
Mendidik semua putra-putri sang Ibu (gereja) agar mereka, dilibatkan dalam
penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dibimbing oleh Roh kudus,
diajar mengambil bagian dalam kebaktian serta mencari keesaan gereja,
diperlengkapi memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada
Allah Bapa Yesus Kristus dalam gelanggang perkerjaan sehari-hari serta
hidup bertanggung jawab dibawah kedaulatan Allah demi kemuliaanNya
sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.23
20
Ibid hlm.29
21
Ibid hlm.31
22
Robert R. Bohkle, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen 1.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hlm.340
23
Ibid hlm.415
14
Enklaar mengatakan :
Kata guru dalam bahasa Sansekerta artinya pemimpin atau pengajar dalam
kehidupan spiritual (agama).26 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru ialah
24
Sariaman Sitanggang, Bagaimana Menyusun KTSP dan Perencanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta; Engkratela Putra Jaya, 2008), hlm.58
25
E.G. Homrighausen dan Enklaar, Opcit. hlm.95
26
Janse Belandina Non. Serrano, Profesionalisme Guru dan Bingkai Materi, (Bandung: Bina
Media Informasi, 2005), hlm.20
27
Depdikbud, Opcit, hlm.288
15
Secara legal formal yang dimaksudkan guru adalah sesiapa yang memperoleh
Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan
tugasnya, dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan
RI No.14 Tahun 2005 (Undang-undang Tentang Guru dan Dosen) guru adalah
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
Berikut ini akan diuraikan beberapa pengertian guru yang telah dirumuskan
Sardiman A.M, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses
digugu dan ditiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa yang perlu
Defenisi guru menurut Andrea Hirata adalah sebagai berikut: “Guru yang
pertama kali membuka mata kita akan huruf dan angka-angka sehingga kita pandai
28
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta : Hikayat, 2006), hlm.11
29
Redaksi Sinar Grafika, UU RI No. 14 Tahun 2005, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.2
30
Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005), hlm.125
31
Hamzah B. Uno, Profesi kependidikan, Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.15
32
Asrori S. Karni, Laskar Pelangi The Phenomeno, (Jakarta : PT. Mizan Publika, 2008), hlm.6
16
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
Guru harus dapat mewujudkan suatu perubahan dalam diri murid. Misalnya dalam
pengetahuan, sikap maupun tingkah lakunya. Bila tidak terjadi proses perubahan
berarti telah terjadi ketidakberesan atau kesalahan dalam proses mengajarnya.
Melalui Alkitab, Paulus menyebutkan dalam kehidupannya sebagai pengajar, ia
sanggup mewujudkan perubahan atas diri orang lain, yang tadinya tidak percaya
menjadi memahami kebenaran menjadi memahami kebenaran.34
Kristen adalah orang yang dipanggil Allah untuk membagikan harta abadi, dalam
Guru Pendidikan Agama Kristen sebenarnya hampir sama saja dengan guru-
guru mata pelajaran yang lainnya, hanya bidang tugasnya yang berbeda. Namun
sebagai seorang guru Pendidikan Agama Kristen ada perbedaan yang esensial, yaitu
kepada para siswa. Dalam Buku Pedoman Teknis Pendidikan Latihan Profesi Guru
Agama Kristen harus mampu mengajar Firman Allah, Pertumbuhan Iman, Moral dan
Etika Kristen.
Menurut Sidjabat istilah guru Kristen dapat dipahami dari tiga segi yakni:
33
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), hlm.31
34
Mary Go Setawati, Para Pelayanan Pendidikan di Gereja, Teknik Mengajar, (Malang: Gandum
Mas, 2003), hlm.5
14
E.G. Homrighausen dan Enklaar, Opcit, hlm.181
17
“Tugas panggilan yang berasal dari jabatan Kristus (turunan atau salinan
pelayanan Kristus). Oleh sebab itu, Guru Agama Kristen adalah kawan
sekerja Allah yang bekerja dan mengutamakan tugas Allah dari tugas pribadi.
Tugas ini jelas dalam surat Paulus (I Kor. 3:9) yang mengemukakan bahwa
untuk “dinas” (dine: tugas, dins: melayani), Kristus memanggil semua orang
untuk menjadi kawan sekerja Allah.”16
Jadi Guru Pendidikan Agama Kristen adalah orang yang dipanggil Allah
untuk memberitakan Injil kepada anak didik, sebagaimana dikatakan dalam Efesus
4:11-12 dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
Tubuh Kristus sehingga anak didik hidup dan bertumbuh dalam terang Kristus.
35
B.S. Sidjabat, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Kalam Hidup 2000), hlm.35
15
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004), hlm.63
16
J.M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen, (Jakarta: Generasi Info Media, 2007), hlm.26
18
Agama Kristen bukan hanya mengajar dan mendidik serta menjadi teladan bagi
yang menyangkut kode etik guru Pendidikan Agama Kristen yang termasuk di
dalamnya nilai-nilai Kristiani seperti: sifat mengasihi, ada sukacita, ada damai
yang tinggi, dan ada penguasaan diri yang kuat (Gal.5:22). Selain itu juga guru
Pendidikan Agama Kristen harus memiliki sifat jujur, adil, dapat dipercaya, suka
dalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus, seperti yang tertulis dalam Kolose
2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia, Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di
atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan
Ada banyak segi kehidupan Yesus Kristus yang perlu diteladani oleh
yaitu:
1. Segi Integritas
2. Segi Kasih
Yesus menerima orang apa adanya dan mendorong mereka untuk berserah
3. Segi Kreatif
pendengarnya.
4. Segi Relevan
Ajaran Yesus selalu relevan bagi pendengarnya dan bersifat otoratif dan
efektif (Mat.7:28-29)
Guru PAK dalam menjalankan peran tidak terlepas dari berbagai masalah,
peran guru di sekolah dan di masyarakat ada empat yaitu peran guru sebagai
profesional, peran guru terhadap siswa, peran guru terhadap masyarakat, dan peran
guru terhadap guru lainnya. Peran yang paling vital di antara keempat peran guru
tersebut adalah peran guru terhadap siswa karena komunitas utama guru dalam
menjalankan tugasnya adalah di dalam kelas, yaitu dapat memberikan suatu sikap
Kristen berikut ini akan diuraikan peranan guru secara umum. Peranan guru bukan
hanya mendidik dan mengajar saja, masih banyak peranan guru lainnya, seperti yang
guru adalah : “Memberi bantuan, menentukan arah kegiatan siswa dan menciptakan
kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber bagi siswa untuk melakukan kegiatan
belajar.”36 Adams dan Dickey dalam Oemar Hamalik mengemukakan peran guru,
sebagai berikut:
1. Sebagai orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2. Sebagai teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan peserta didik.
3. Sebagai fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani
peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain
secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik, orang lain,
dan lingkungan.
8. Mengembangkan kreativitas.
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.38
36
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hlm.87
37
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: T. Bumi Aksara, 2001), hlm.118
38
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm.36
21
“1).Guru sebagai pendidik; 2). Guru sebagai pengajar; 3). Guru sebagai
pembimbing; 4). Guru sebagai pelatih; 5). Guru sebagai penasehat; 6). Guru
sebagai pembaharu. Guru sebagai model dan teladan; 8). Guru sebagai pribadi;
9).Guru sebagai peneliti; 10). Guru sebagai pendorong kreativitas; 11). Guru
sebagai pembangkit pandangan; 12). Guru sebagai pekerja rutin; 13). Guru
sebagai pemindah kemah; 14). Guru sebagai pembawa cerita; 15). Guru
sebagai aktor; 16). Guru sebagai Emasipator; 17). Guru sebagai Evaluator 18).
Guru sebagai pengawet; 19). Guru sebagai kulminator.”39
Peranan guru di atas akan diuraikan satu per satu, sebagai berikut:
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan bagi para peserta didik,
dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
Sebagai pengajar hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
perasaan.
masyarakat.
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang
pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua. Guru
mental.
bagi membuat suatu hal yang baik. Tugas guru adalah menerjemahkan
kebijakan dan pengalaman yang berharga ini ke dalam istilah atau bahasa
modern yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
23
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru perlu juga memiliki kemampuan
bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku
berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru
kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Dalam hal ini guru PAK harus
24
pembelajarannya.
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru
oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan
menciptakan sesuatu.
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang
hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru harus
25
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang
dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor
pendengar.
Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah
kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan
diawetkan.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari
1). Guru sebagai pendidik; 2). Guru sebagai Pengajar dan Pembelajar; 3).
Guru sebagai pelatih dan Pembimbing; 4). Guru sebagai Fasilitator; 5). Guru
sebagai Motivator; 6). Guru sebagai pemimpin; 7). Guru sebagai
komunikator; 8). Guru Sebagai agen Sosialisasi; 9). Guru sebagai
pembimbing atau konselor; 10). Guru sebagai Pemberita Injil; 11).Guru
sebagai Iman dan Nabi; 12). Guru sebagai Teolog.40
Peranan guru PAK tersebut, akan diuraikan secara rinci, yakni :
kedewasaan rohani.
40
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional, (Bandung: Yayasan Kalam Kudus, 1993), hlm.101
27
tujuan dan kompetensi yang menjadi arah pembelajaran. Disamping itu guru
harus mendalami bidang studi yang diajarkannya dengan giat membaca atau
artinya guru bertindak juga sebagai classroom manager. Untuk itu guru harus
belajar mengelola emosi dan sikap bagi peserta didik untuk memasuki
Dalam hal ini guru PAK memiliki peran untuk melatih membaca Alkitab,
motivasi. Oleh sebab itu guru berperan untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa. Guru PAK perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada peserta
didik sehingga dapat belajar dengan baik, taat dan disiplin. Dalam
Sebagai komunikator, tugas guru yang utama ialah memberi penilaian atas
kemajuan belajar peserta didik. Sebagai komunikator yang baik harus selalu
mengisi serta kerap melakukan diskusi dan kerja kelompok. Guru harus
membangun nilai kerja sama dalam tim. Peran guru sebagai agen sosialisasi
akan mewujudkan fungsi sosial sekolah sebagai pilar belajar yakni, learning
terang Firman Tuhan serta pertolongan Roh kudus. Patokan nilai didalam
Sebagai iman, guru melayani anak didik guna menyampaikan berkat Tuhan.
Agama Kristen. Peranan guru di sini adalah mengajarkan teori tentang nilai-nilai
yang harus diterapkan siswa untuk memiliki kepribadian yang beriman kepada
Yesus. Kemudian, guru juga berperan memberi contoh dan teladan dalam
meneladaninya. Selain itu, sebagai seorang Pembimbing, guru juga harus memantau
diajarkannya.
Guru PAK hendaknya menjadi teladan yang menarik orang kepada Kristus,
mencerminkan Kristus dalam sejarah pribadinya. Ia tidak boleh memaksa
peserta didiknya untuk masuk kedalam kepercayaan Kristen, melainkan
membimbing mereka dengan halus dan lemah lembut.
4. Sebagai penginjil
Guru PAK bertanggung jawab atas penyerahan diri setiap peserta didiknya
kepada Yesus. Artinya peserta didik menjadi murid Tuhan Yesus yang taat
dan setia kepadaNya.41
bahwa yang menjadi dimensi Peranan Guru PAK Sebagai Pembimbing adalah
sebagai berikut : 1). Guru Sebagai Pembimbing itu berarti guru berperan sebagai
“konselor” yang tugasnya adalah menampung keluh kesah siswa/i dan memberikan
obat atau solusi dari masalah yang dihadapi oleh siswa/i. 2). Guru Sebagai
Pembimbing itu berarti guru berperan sebagai “pelatih” yang tugasnya adalah
potensi siswa/i muncul kepermukaan. 3). Guru Sebagai Pembimbing itu berarti guru
perjalanan pertumbuhan kognitif dan spiritual sampai kepada tujuan yang baik.
2. Moral Siswa
2.1. Moral
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Online, moral adalah ajaran baik buruk yang
diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya akhlak, budi
pekerti; susila.42
Berikut ini akan diuraikan pengertian moral menurut para ahli, seperti Budi
41
E.G. Homrighausen dan Enklaar, Opcit, hlm.180
42
http://kamusbahasaindonesia.org/moral
31
Moral berasal dari bahasa latin ‘mores’ yang artinya adat istiadat, kebiasaan,
atau cara hidup. Kata mores mempunyai sinonim mos, moris, manner mores
atau manners morals. Dalam bahasa Indonesia kata moral berarti akhlak atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib nurani yang membimbing
tingkah laku batin dalam hidup. Kata Moral sama dengan istilah etika yang
berasal dari bahasa Yunani ethos yaitu suatu kebiasaan adat istiadat. Secara
etimologis etika adalah ajaran tentang baik dan buruk, yang diterima umum
tentang sikap dan perbuatan. Pada hakekatnya moral adalah ukuran – ukuran
yang telah diterima oleh suatu komunitas. Sedang etika lebih dikaitkan
dengan prinsip – prinsip yang dikembangkan pada suatu profesi.”43
“mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti
perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh
konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang
telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang
Moral berasal dari kata Latin ‘mos’ (jamak : mores) yang artinya adat
kebiasaan. Kata moral ini dekat sekali artinya dengan kata etika yang berasal dari
kata Yunani ethos yang artinya hampir sama saja, hanya para pendidik dari pihak
protestan, maupun Katolik Roma lebih melihat etika dari aspek keilmuannya, yaitu
melihat etika sebagai ilmu dan filsafat tentang moral (moralitas) yang menjadi
pegangan orang atau kelompok dalam mengatur perilaku.45 Moralitas berasal dari
kata latin moralis. Kata ini pada dasarnya sama saja dengan moral hanya lebih
abstrak dan berarti sifat dari moral dan asas berkaitan dengan hal baik dan buruk.46
43
Budi Istanto ‘Pentingnya Pendidikan Moral Bagi Generasi Penerus’ (Yogyakarta : FIP UNY,
2007), hlm.4
44
Asrori, Muhammad, Psikologi pembelajaran. (Bandung: CV Wacana Prima, 2007), hlm.56
45
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004), hlm.89
46
Ibid
32
berlaku dalam suatu masyarakat tertentu. Kaidah normatif adalah hukum - hukum
Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa istilah moral berasal dari kata latin
(moris) yang berarti adapt istiadat, kebiasaan, tata cara, kehidupan dan moralitas
berhubungan dengan keadaan nilai-nilai moral yang berlaku dalam suatu kelompok
atau masyarakat.
(moraliteit) adalah kesesuaian sikap dan perbuatan kita dengan norma atau hukum
Moral selalu mengacu pada baik buruk manusia, sehingga moral adalah
bidang kehidupan manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma moral dipakai
sebagai tolak ukur segi kebaikan manusia. Menurut Magnis Suseno yang dikutip
Hendrowibowo, ‘moral adalah sikap hati yang terungkap dalam sikap lahiriah.
Moralitas terjadi jika seseorang mengambil sikap yang baik, karena ia sadar akan
tanggung jawabnya sebagai manusia. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik
menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai orang yang
Maka secara sederhana mungkin dapat menyamakan moral dengan kebaikan orang
47
Bambang Sugiharto, Agus Rachmat. W, Wajah Baru Etika & Agama. (Yogyakarta : Kanisius,
2000), hlm.106
48
Hendrowibowo, Pendidikan Moral. (Yogyakarta : FIP UNY, 2007), hlm.85
49
Purwa Hadiwardoyo, Moral dan Masalahnya. Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm.13
33
konkrit dari nilai-nilai yang diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa. Jadi moral
pedoman yang konkrit untuk bersikap dan menjadi pedoman yang konkrit dalam
Untuk dapat memahami moral menurut Wila Huky yang dikutip oleh
keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang
tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang
50
Daroeso Bambang. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral, ( Semarang: Aneka Ilmu, 1986),
hlm.23
51
Ibid, hlm.26
34
laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.
memiliki kesamaan arti. Moral disepakati ajaran baik buruknya kelakuan terhadap
adat istiadat, tata cara, kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan
moralitas adalah kesesuaian sikap dan perbuatan atas dasar prinsip atau norma
hukum tersebut. Dimana ukuran penentuannya adalah berdasarkan tingkah laku yang
mendidik, membina, membangun watak, akhlak serta perilaku seseorang agar orang
atau aturan-aturan moral yang kemudian disebut dengan internalisasi nilai- nilai
Dasar - dasar moral berisi hal-hal yang paling mendasar dalam upaya
terlebih dahulu harus dimengerti apa yang menjadi dasar moral. Menurut Purwa
Hadiwardoyo, dasar-dasar moral tersebut adalah terdapat pada, 1). Sikap batin dan
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda yakni segi batiniah dan
segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang yang memiliki sikap batin yang
sering disebut hati nurani/kata hati. Orang yang baik dengan sikap batin yang
baik akan dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan
52
Hadiwardoyo, Purwa. Moral dan Masalahnya. (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), hlm.13-22
35
lahiriah yang baik. Maka orang hanya dapat dinilai secara tepat apabila hati
lain hanya perilaku yang tampak dari luar yaitu perbuatan lahiriahnya,
2. Ukuran moral
ada dua ukuran yang berbeda, yakni ukuran yang ada di hati setiap
pribadi dan ukuran dipakai oleh orang pada waktu mereka menilai orang
lain. Dalam hati setiap pribadi ada ukuran subjektif, sedangkan orang lain
memakai ukuran yang lebih objektif. Setiap pribadi menilai dirinya dengan
ukuran umum.
nurani. Akan tetapi pertumbuhan hati nurani juga dapat ditentukan oleh
menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari satu tahap
ke tahap yang lebih tinggi. Sesuai dengan perkembangan umur, orientasi terhadap
peraturan itu berkembang dari sikap heteronom, bahwa peraturan itu berasal dari
diri seseorang ke sikap yang semakin otonom, bahwa peraturan ditentukan juga oleh
yang diberikan oleh orang-orang yang berkompeten dan aturan-aturan itu dipandang
tidak bisa diubah. Oleh karena itu, pada tahap ini disebut juga masa realisme
moral. Sedangkan pada tahap otonomi, anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan
itu dibuat oleh orang dan dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi
mengikuti aturan-aturan, karena aturan itu adalah suci dan tidak dapat diubah.
atau salah, dan mengira bahwa setiap orang memandang aturan-aturan itu dengan
cara yang sama. Mereka memutuskan kesalahan atau kebenaran suatu tindakan atas
Pada tahap moralitas otonom atau moralitas bekerja sama, dimana aturan-
persetujuan sosial secara timbal balik serta dapat diubah atau dimodifikasi sesuai
53
Salam, Burhanuddin. Etika Individual Pola Dasar filsafat Moral, ( Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hlm.67
37
dengan kebutuhan bersama. Mereka mengakui bahwa dalam hal ini kemungkinan
ada perbedaan pandangan. Keputusan anak mengenai benar dan salah, ditekankan
berlaku secara timbal balik, dan dikaitkan dengan suatu tindakan tertentu.
1. Tingkat Prakonvensional
2. Tingkat Konvensional
prinsip.54
dalam enam tahap perkembangan moral yaitu: orientasi hukuman dan kepatuhan,
anak manis, orientasi hukuman dan ketertiban, orientasi kontrak sosial legalitas,
Agar lebih jelasnya, maka akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut:
1. Tingkat Prakonvensional
Pada tahap ini anak tanggap terhadap aturan-aturan budaya mengenai baik
dan buruk, benar dan salah. Jadi pada tahap ini, sebenarnya anak sudah
dan mana yang buruk untuk tidak dilakukan. Dalam tahap prakonvensional
54
Kohlberg, Lawrence, Tahap-tahap Perkembangan Moral. (Yogyakarta: Kanisius, 1999),
hlm.230
38
buruknya perbuatan itu tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi dari
Pada tahap ini, perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara
atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang- kadang juga
adalah soal timbal jasa, bukan soal kesetiaan, rasa terima kasih dan keadilan.
2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok atau
bangsa, dan dipandang sebagai hal yang bernilai dalam dirinya sendiri,
Jadi sikap anak bukan hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata
55
Ibid, hlm.231
39
Terdapat orientasi terhadap otoritas, aturan yang tetap dan penjagaan tata
yang ada, sebagai yang bernilai dalam dirinya sendiri, individu tidak hanya
Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk memuaskan nilai dan
prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan terlepas dari
otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan
kelompok- kelompok tersebut. Ada dua tahap dalam tingkat ini yaitu :
ukuran yang telah diuji secara kritis dan dipakai oleh seluruh masyarakat.
Hak ditentukan oleh keputusan suara batin sesuai dengan prinsip- prinsip etis,
pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga mentransfer nilai-nilai moral dan nilai-
nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Dengan nilai-nilai moral yang diberikan
kepada peserta didik diharapkan peserta didik dapat menghargai orang lain yang
tercermin dalam tingkah laku serta aktualisasi diri semenjak usia SEKOLAH
DASAR. Di lembaga sekolah terdapat beberapa mata pelajaran yang dapat membina
56
Salam, Burhanuddin. Opcit, h l m . 7 3
41
manusia, intelektual, karakter, estetika, dan fisik dan dalam koridor pembelajaran
menghadapi tantangan jaman yang cepat berubah, selain itu peserta didik memiliki
yang luhur, oleh karena itu memiliki dasar dan tujuan Pembimbingan tersendiri.
Dalam Pembimbingan moral tentunya banyak sekali tuntutan yang menjadi dasar
hukum seseorang agar selalu melaksanakan Pembimbingan moral dalam rangka ikut
berakhlak mulia.
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
57
DePorter Bobbi dan Hernacki Mike, Quantum Learning, (Sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia) (Bandung : PT. Mirzan Pustaka, 2003), hlm.8
42
1. Titus 2:12
keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di
2. Filipi 4:9
Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa
yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu
suatu tujuan yaitu membentuk manusia pembangunan yang memiliki budi pekerti
yang tinggi, serta kepribadian yang luhur yang kelak mampu menjadi generasi
seseorang akan tetapi tentunya menggunakan cara-cara yang berbeda untuk setiap
Pembimbingan moral siswa adalah untuk melatih dan membiasakan diri peserta
didik untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai ke-Kristenan. Usia peserta didik pada
masa peralihan yang ingin melakukan sesuai dengan keinginannya maka perlu
58
Faisal, Sanapiah. Pendidikan Luar Sekolah. (Surabaya: CV. Usaha Nasional, 1981), hlm.48
43
Guru Pendidikan Agama Kristen adalah suatu profesi sebagai pengajar, orang
yang mempunyai tugas dan sekaligus mempunyai tanggung jawab sebagai pendidik.
Bandingkan Titus 2;12 “Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di
Dalam Filipi 4:9 tertulis: “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang
telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat
padaku, lakukanlah itu maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.”
belajar dari pengalaman dan balajar dari orang lain.” 59 Demikian juga dengan
pendapat Ismail Andar yang memberi pendapatnya yaitu: guru Pendidikan Agama
Kristen tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga pengasuh dan Pembimbing,
pendidik yang menyampaikan injil bukan hanya dalam bentuk pengajaran tetapi
hidup moral peserta didiknya di tengah-tengah zaman modern dan teknologi yang
semakin canggih dengan segala perubahan dan pergeseran nilai-nilai yang cendrung
2. Keterampilan yang perlu dikembangkan oleh para guru agar dapat menjadi
Dalam hal ini para guru harus berhati-hati dalam bertutur kata, bertindak
dan berperilaku.
Selain kesepuluh hal tersebut, upaya yang harus dilakukan oleh guru PAK
mengajar agama.
guru PAK.
B. Kerangka Konseptual
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah, yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
Orang tua adalah figur dalam proses Pembimbingan moral anak, sehingga
yang dimiliki anaknya agar secara jasmani dan rohani dapat berkembang secara
optimal dan seimbang. Tugas utama orang tua adalah menolong anak
Tanggung jawab PAK pertama dan terutama terletak pada orang tua yaitu
ayah dan ibu (Ams 1:8). Orang tua yang baik mendidik anaknya dengan teguran dan
hajaran dalam kasih (Ams 6:23). Orang tua harus bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap keluarganya. Orang tua harus membutuhi kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani anaknya. Allah memilih dan mempercayakan anak-anak kepada orang tua
untuk dirawat dengan sungguh-sungguh. “Sebab Aku telah memilih Dia, supaya
di jalan yang ditunjukkan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan.” (Kej
18:19).
Tetapi pada dewasa ini, orang tua seringkali mengabaikan tugas dan tanggung
jawabnya khususnya dalam membina moral anak – anaknya. Orang tua lebih fokus
sepenuhnya peranan, tugas dan tanggung jawabnya khususnya dalam membina moral
peserta didik pada tenaga pendidik khususnya kepada guru Pendidikan Agama
Kristen. Jika anak tersebut mengalami sesuatu hal ataupun ada masalah dengan
proses perkembangan moral anak, maka orang tua akan menyalahkan para pendidik
di sekolah khususnya guru PAK. Selain itu orang tua lebih mempercayakan
Pembimbingan moral anak-anaknya pada guru PAK, dengan alasan guru PAK
anaknya.
dan peranannya yang begitu banyak, secara khusus seorang guru PAK harus mampu
mengajar Firman Allah, Pertumbuhan Iman, Pembimbingan Moral dan Etika Kristen.
moral merupakan adat istiadat, kebiasaan, atau cara hidup peserta didik. Moral
47
berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib nurani yang
intelektual, karakter, estetika, dan fisik dan dalam koridor pembelajaran moral yang
merubah perilaku anak sehingga siswa - siswi Sekolah Dasar lebih bertanggung
jawab dan menghargai sesamanya dan mampu menghadapi tantangan jaman yang
cepat berubah. Selain itu peserta didik memiliki keunggulan dan kecerdasan
spiritual.
Berdasarkan faktor ketidakmampuan orang tua baik dari segi waktu dan segi
pengetahuan dalam membina moral anak - anak, orang tua sangat mengharapkan
peranan guru PAK, dan bahkan cenderung menyerahkan Pembimbingan moral anak
– anak kepada guru PAK. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pandangan
orang tua dengan kehadiran sosok guru PAK, di Sekolah Dasar Esther, Batam
Untuk itu, dalam penelitian ini penulis mengangkat judul: “Peranan Guru
(Variabel bebas)
C. Pengajuan Hipotesa
tersebut maka penulis merumuskan hipotesis dari pada penelitian ini adalah :
“Terdapat pengaruh peranan guru PAK sebagai Pembimbing Terhadap Moral Siswa –