Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS EKONOMI S1 AKUNTANSI

KEMISKINAN DAN KESENJANGAN DI INDONESIA

Disusun oleh:

Firda Hoirun Nisa 22217378 1EB08

Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia


Dosen : Eva Karla

DEPOK
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tanpa suatu halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Kemiskinan dan
Kesenjangan di Indonesia ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang
diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan.
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Dan semoga dengan hadirnya
makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian kemiskinan
2.2 Cara mengukur kemiskinan
2.3 Penyebab kemiskinan
2.4 Keadaan kemiskinan Indonesia
2.5. Prioritas untuk pengetasan kemiskinan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah
indonesia saat ini adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya.
pemerintah belum mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan
kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan
di Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program
Bimbingan Masyarakat (Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut
mengalami tahapan jenuh pada pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti
upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an tidak maksimal, sehingga jumlah
orang miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu kecenderungan
ketidakmerataan pendapatan nasional melebar yang mencakup antar sektor, antar
kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah berdasarkan data Bank Dunia
jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002 bukanlah 10 sampai 20%
tetapi telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 215
juta jiwa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kemiskinan?
2. Bagaimana cara mengukur kemiskinan?
3. Apa saja penyebab kemiskinan?
4. Bagaimana keadaan kemiskinan di Indonesia?
5. Apa saja yang harus diprioritaskan dalam pengentasan

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mengerti dan
memahami tentang kemiskinan terutama di negara sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kemiskinan


Tidak mudah untuk mendefinisikan kemiskinan, karena kemiskinan itu
mengandung unsur ruang dan waktu. Konsep kemiskinan pada zaman perang akan
berbeda dengan konsep kemiskinan pada zaman merdeka dan modern sekarang
ini. Seseorang dikatan miskin atau tidak miskin pada zaman penjajahan. Marianti
dan Munawar (2006) berpendapat bahwa kemiskinan merupakan fenomena
multidimensi, didefinisikan dan diukur dalam banyak cara. Dalam banyak kasus,
kemiskinan telah diukur dengan terminology kesejahteraan ekonomi, seperti
pendapatan dan konsumsi. Seseorang dikatakan miskin bila ia berada di bawah
tingkat kesejahteraan minimum tertentu yang telah disepakati.
Para ahli membuat pengertian dan definisi dari kemiskinan dengan berbagai
versi. Kemiskinan dapat berupa gambaran kekurangan dari sisi materi, kurangnya
kebutuhan sosial, pendapatan, akses terhadap sumber-sumber tertentu, dan
lainnya. Definisi kemiskinan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, antara
lain:
(1) Kemiskinan menurut standar kebutuhan hidup layak. Kelompok ini
berpendapat bahwa kemiskinan terjadi ketika tidak terpenuhinya
kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar. Artinya, seseorang atau suatu
rumah tangga termasuk dalam kategori miskin bila ia atau keluarga itu
tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok sesuai dengan standar hidup
layak.
(2) Kemiskinan menurut tingkat pendapatan. Pandangan ini berpendapat
bahwa kemiskinan terjadi disebabkan oleh kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan hidup layak.
2.2 Cara mengukur kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan
absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set
standard yang konsisten , tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara.
Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang
makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira
2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2
per hari, dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia
mengonsumsi kurang dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi
kurang dari $2/hari." Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam
Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada
2001.Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang
hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi ,
nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti
tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah
pinggiran kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi
kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam
pengertian ini keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk
menghindari stigma ini, negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara
berkembang.

2.3 Penyebab Kemiskinan


Penyebab kemiskinan sangat kompleks, sehingga perspektif dalam melihat
berdasarkan persoalan real dalam masyarakat tersebut. Persoalan real dalam
masyarakat biasanya karena adanya kecacatan individual dalam bentuk kondisi
dari kelemahan biologis, psikologis, maupun kultural sehingga dapat
menghalanginya untuk memperoleh peruntungan untuk dapat memajukan
hidupnya. Kelompok yang masuk dalam golongan yang tidak beruntung, yaitu
kemiskinan fisik yang lemah, kerentaan, keterisolasian dan ketidakberdayaan.
Pada umumnya di Negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah
sebagai berikut:
§ Kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia
Seperti kita ketahui lapangan pekerjaan yang terdapat di Indonesia tidak seimbang
dengan jumlah penduduk yang ada dimana lapangan pekerjaan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Dengan demikian banyak penduduk
di Indonesia yang tidak memperoleh penghasilan itu menyebabkan kemiskinan di
Indonesia

§ Tidak meratanya pendapatan penduduk Indonesia


Pendapatan penduduk yang didapatkan dari hasil pekerjaan yang mereka lakukan
relative tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan ada sebagian
penduduk di Indonesia mempunyai pendapatan yang berlebih. Ini yang diusebut
tidak meratanya pendapatan penduduk di Indonesia.
§ Tingakat pendidikan masyarakat yang rendah
Banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendidikan yang di butuhkan
oleh perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja. Dan pada umumya untuk
memperoleh pendapatan yang tinggi diperlukan tingkat pendidikan yang tinggi
pula atau minimal mempunyai memiliki ketrampilan yang memadai dehingga
dapat memp[eroleh pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dehari-hari
sehingga kemakmuran penduduk dapat terlaksana dengan baik dan kemiskinan
dpat di tanggulangi
§ Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digarisbawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita
bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau
produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik.
Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-
kapita akan turun beriringan.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan
pendapatan per-kapita:
a) Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
b) Politik ekonomi yang tidak sehat.
c) Faktor-faktor luar neger, diantaranya:
ü Rusaknya syarat-syarat perdagangan
ü Beban hutang
ü Kurangnya bantuan luar negeri, dan
ü Perang
§ Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Terlihat jelas faktor ini sangat urgen dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan.
Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus
didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan
pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal
§ Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari
tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan
oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan publik
dan banyaknya pengangguran.
§ Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber
pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak
negara.

§ Kurangnya perhatian dari pemerintah


Masalah kemiskinan bisa dibilang menjadi maslah Negara yang semakin
berkembang setiap tahunnya dan pemerintah sampai sekarang belum mampu
mengatasi masalah tersebut. Kureangnya perhatian pemerintah akan maslah ini
mungkin menjadi salah satu penyebnya.
Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan
kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,
termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil
dari struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai
akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di
dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja
miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun
masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

2.4 Keadaan Kemiskinan di Indonesia


 tahun 1976 sampai 2007.
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2
juta jiwa di perdesaan, dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun
1980 berkurang hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di
perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 21,95
persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin berkurang hingga
menjadi sekitar 27,2 juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,4
juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 35,69 persen dari tahun 1980. Pada
tahun 1996 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan hingga mencapai sekitar
34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6 juta jiwa di
perdesaan). Dibandingkan dengan tahun 1990, angka ini menurun sekitar 20,87
persen. Namun, pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin kembali meningkat
hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa. Sementara, pada tahun 2007 jumlah penduduk
miskin menurun hingga menjadi sekitar 37.17 juta jiwa. Fluktuasi jumlah penduduk
miskin di Indonesia disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi, pertambahan
jumlah penduduk tiap tahun, pengaruh kebijakan pemerintah dan
sebagainya.(Badan Pusat Statistik).

 Tahun 2007–Maret 2008


Analisis tren tingkat kemiskinan antara kondisi Maret 2007 dan Maret 2008
dimaksudkan untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan selama setahun
terakhir. Garis kemiskinan pada periode Maret 2007-Maret 2008 mengalami
peningkatan sebesar 9,56 persen, yaitu dari Rp.166.697,- per kapita per bulan pada
Maret 2007 menjadi Rp.182.636,- per kapita per bulan pada Maret 2008. Hal yang
sama juga terjadi di perkotaan dan di perdesaan masing-masing meningkat sebesar
9,02 persen dan 10,21 persen. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan
Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta (16,58 persen), berarti
jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,21 juta (Tabel 4.3). Jumlah penduduk
miskin di daerah perdesaan turun lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama
periode Maret 2007-Maret 2008, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang
1,42 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79 juta orang. Persentase
penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah. Pada
bulan Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di daerah
perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47
persen. (Badan Pusat Statistik).

2.5 Prioritias Untuk Pengentasan Kemiskinan


Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif bagi Indonesia terdiri dari tiga
komponen:
1. Membuat Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
2. Membuat Layanan Sosial Bermanfaat bagi Rakyat Miskin.
3. Membuat Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
Sebagai kesimpulan. Masalah kemiskinan Indonesia yang terus ada dan
bersifat khas, digabung dengan prioritas pemerintah dan kemampuan
fiskal untuk menanganinya, Indonesia saat ini berada dalam posisi
untuk meraih kemajuan yang berarti dalam upaya mengentaskan
kemiskinan. Pertanyaannya adalah: dari mana semua harus dimulai?
Berbagai tindakan diperlukan di beberapa bidang untuk menangani
empat butir penting dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia yaitu:
a. mengurangi kemiskinan dari segi pendapatan melalui pertumbuhan
b. memperkuat kemampuan sumber daya manusia
c. mengurangi tingkat kerentanan dan risiko di antara rumah tangga
miskin, dan
d. memperkuat kerangka kelembagaan untuk melakukannya dan
membuat kebijakan publik lebih memihak masyarakat miskin.

Mengingat ke-empat butir tersebut di atas, maka ada 16 tindakan berikut merupakan
prioritas untuk dilakukan dengan segera. Ke 16 tindakan itu yaitu:

1) Hapuskan larangan impor beras.


2) Lakukan investasi di bidang pendidikan dengan fokus pada perbaikan akses
dan keterjangkauan sekolah menengah serta pelatihan ketrampilan bagi
masyarakat miskin, sambil terus meningkatkan mutu dan efisiensi sekolah
dasar.
3) Lakukan investasi di bidang kesehatan dengan fokus pada perbaikan mutu
layanan kesehatan dasar (oleh pemerintah dan swasta) dan akses yang lebih
baik ke layanan kesehatan.
4) Suatu upaya khusus diperlukan untuk menangani angka kematian ibu yang
sangat tinggi di Indonesia.
5) Perbaiki mutu air bagi masyarakat miskin dengan menggunakan strategi
berbeda antara daerah pedesaan dengan perkotaan.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita
terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam
kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin banyak.
Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit
sosial ini adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan
masyarakat. Ketika terjalin kerja sama yang romantis baik dari pemerintah,
nonpemerintah dan semua lini masyarakat. Dengan digalakkannya hal ini,
tidak perlu sampai 2030 kemiskinan akan mencapai hasil yang seminimal
mungkin.

3.2 Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha
yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka
peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul
untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan
mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan,
wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar
global.

DAFTAR PUSTAKA

Indra Maipta, Dr. 2014. Mengukur & Distribus Pendapatan. Yogyakarta, UPP
STIM YKPN

www.wikipedia.org

https://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/

http://myfatihurrizqi.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-kemiskinan-di-
indonesia.html

http://hambalaehglegapui.blogspot.co.id/2016/01/kemiskinan-dan-solusinya.html

Anda mungkin juga menyukai