Anda di halaman 1dari 37

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN KEGUNAAN PRE-FABRICATED

VERTICAL DRAIN (PVD) SEBAGAI SALAH SATU METODE


PERBAIKAN TANAH DASAR LUNAK
Dirangkum oleh:
Putu Tantri Kumalasari ST.,MT

1. Pendahuluan

Variasi metode perbaikan tanah sudah sangat berkembang belakangan ini. Setiap
metode perbaikan tersebut tentunya harus bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari
tanah, mengurangi pemampatan yang mungkin terjadi dan mengurangi tingkat
permeabilitas dari tanah. Pemilihan metode perbaikan tanah tersebut sangat tergantung
dari kondisi geologis dari tanah, karakteristik dari tanah, biaya yang dikeluarkan untuk
perbaikan, pengadaan bahan perbaikan tanah serta pengalaman dalam hal pelaksanaan di
lapangan. Bergado dkk (1996) membagi pemilihan metode perbaikan tanah menjadi 2
kategori. Kategori pertama adalah termasuk metode untuk menggunakan material
baru/material tambahan dilapangan dan pengadaan material perkuatannya. Metode ini
temasuk penggunaan perkuatan tanah dengan stone column, creep piles maupun dengan
stabilisasi tanah menggunakan bahan kimia. Kategori yang kedua adalah dengan proses
dewatering pada tanah dengan menggunakan metode preloading yang dikombinasi dengan
vertical drains. Pada bab ini pembahasan hanya dikhususkan kepada perkembangan dan
penggunaan PVD dan sedikit akan dibahas pre-loading sebagai metode perbaikan tanah
lunak.

a. Sejarah perkembangan penggunaan PVD

Prefabricated vertical drain (PVD) merupakan metode perbaikan tanah lunak yang
sudah selama kurang lebih 20 tahun menggantikan cara konvensional sand drain. Apabila
suatu bangunan dibangun diatas tanah lunak yang mampu-mampat, maka secara otomatis
akan terjadi settlement pada tanah yang akan mengganggu kestabilan dari struktur diatasnya.
Waktu terjadinya pemampatan atau Time rate of settlement yang terjadi bisa jadi akan
berlangsung dalam waktu yang tidak singkat dan cenderung sangat lama. Penggunaan
vertical drains inilah yang akan mengurangi Time rate of settlement yang awalnya
berlangsung lama menjadi jauh lebih singkat.
Aplikasi penggunaan vertical sand drains pertama kali berkembang di California pada
tahun 1930an. Pada dekade yang sama, Kjellman dari Sweden memperkenalkan prototype
dari prefabricated vertical drains yang terbuat dari semacam papan pipih (Jamiolkowski dkk,
1983). Setelah dikembangkan bentuk prototype tersebut, kemudian berkembang beberapa tipe
prefabricated vertical drains yang terbuat dari lapisan selaput plastic dengan material yang
tembus air yang berfungsi sebagai filter.
Sebelum tahun 1980an, sebagian besar perbaikan tanah lunak untuk mengatasi
pemampatan yang terjadi dilakukan dengan menggunakan sand drains dan horizontal sand
blankets drains untuk pengaliran air arah lateral seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Cara ini
memang sebenarnya sangat efektif namun proses pelaksanaannya sangat lama dan juga
lebih mahal. Selain itu kendala lain yang terjadi adalah, terjadinya clogging (tertutupnya
pori-pori pasir) oleh butiran lanau atau butiran dengan diameter yang lebih kecil dari pasir.
Sehingga hal tersebut dapat menghalangi pengaliran air keluar dari masa tanah.
Sand drains yang aplikasi pemasangannya yaitu dengan memenuhi boreholes dalam
tanah dengan pasir juga memiliki beberapa kelemahan. Ketika proses instalasi sand drains,
peralatan untuk melobangi suatu tanah dimasukkan kedalam tanah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya displacement baik pada sisi vertical maupun horizontal. Beberapa
kesulitan dan kerugian dari penggunaan sand drains dirangkum oleh Yeung (1997) adalah
sebagai berikut:
o Pasir yang digunakan sebagai material sand drains adalah pasir yang sesuai dengan
ketentuan yang mungkin saja akan susah diperoleh di lapangan atau sekitar
pelaksanaan proyek.
o Pengaliran air bisa menjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan karena proses
instalasi yang kurang baik.
o Selama memasukkan material pasir kedalam tanah kemungkinan terjadinya colaps
pada lubang adalah sangat besar.
o Diameter sand drain yang tidak sesuai dengan perhitungan awal karena tanah yang
sangat lunak menyebabkan pasir merembet melebihi diameter yang ditentukan akan
menyebabkan pembengkakan biaya.
o Kondisi tanah disekitar sand drain akan terganggu dan mungkin dapat menyebabkan
berkurangnya nilai permeability dalam tanah sehingga air tidak dapat mengalir
dengan baik.
o Efek perkuatan dengan menggunakan sand drains dapat mengurangi keefektifan dari
preloading.
Gambar 1. Sand drains dan Horisontal blanket drain

Pada awal tahun 1980, prefabricated plastic vertical drains mulai berkembang dan
digunakan sebagai pengganti penggunaan sand drain. Pelaksanaan pemasangan plastic drains
ini berlangsung jauh lebih singkat dibanding dengan sand drain dan tentunya relatif lebih
murah. Horisontal blanket drains masih digunakan untuk mengalirkan air arah lateral. Pada
akhir tahun 1980 kemudian prefabricated drain yang pada saat itu lebih dikenal dengan nama
strip drains mulai berkembang dan banyak digunakan (Gambar 2). Jenis drain ini sama
dengan vertical drains tetapi memiliki kemampuan pengaliran yang lebih tinggi dan memiliki
compressive strengths yang lebih tinggi. Pada tahun 1987, strips drains digunakan bersamaan
dengan penggunaan horizontal blanket drains di lapangan yaitu tepatnya di Jacksonville,
Florida. Lalu kemudian penggunaan metode ini berkembang di Massachusetts dan beberapa
negara lainnya (Gambar 3.).

Gambar 2. Pemasangan Strips drains dengan Horisontal sand drains (kiri) ; tampak atas
pemasangan horizontal sand drains (kanan)
Gambar 3. Proses pemasangan strip drains dan horizontal sand drains di Massachusetts

Strip drains memiliki 3 kelebihan jika dibandingkan dengan penggunaan sand drains.
Kelebihan-kelebihannya yaitu :
o Strip drains lebih murah jika dibandingkan dengan sand drains.
Perbandingannya adalah, bisa 1 truk mampu mengangkut strip drain tipe 12” (300
mm) sebanyak 18000 feet panjang drain (5500 meter) untuk dipasang di lapangan
maka jumlah tersebut sebanding dengan 800 truk pasir jika menggunakan sand
drain.
o Pemasangan strips drain jauh lebih cepat dan tanpa menggunakan banyak pekerja
maupun peralatan.
Pemasangan strip drains dapat dilaksanakan hanya dengan 3 orang pekerja dan
perlengkapan pemasangannya. Proses pemasangannyapun bisa berlangsung dengan
sangat cepat sehingga dapat mengurangi waktu pelaksanaan dan consolidasi dapat
berlangsung lebih awal.
o Pengaliran air yang terjadi jauh lebih baik dan lebih terkontrol dibandingkan dengan
sand dains. Selain itu, kemungkinan terjadinya clogging lebih bisa diantisipasi.
Strip drains dapat melakukan 10 kali kapasitas pengaliran pada 36” (1 meter) dari
sand blanket. Peningkatan muka air tanah hanya terjadi sebesar 1” (25 mm) pada
aliran yang besar jika menggunakan strip drains sedangkan akan terjadi sebesar 36”
(1 meter) jika menggunakan sand blanket. Nilai compressive strength yang tinggi pada
strip drains dapat menghindari berkurangnya aliran air yang terjadi. Selain itu
adanya geotextile filter fabric sebagai selaput dari strip drain dapat menghindari
terjadinya clogging akibat adanya partikel-partikel halus pada tanang di sekitar strip
drain.
b. Penggunaan PVD dilapangan

PVD berupa suatu plastic bergerigi pipih (yang biasa disebut core atau drain core)
memanjang yang diselimuti membrane (yang biasa disebut drain jacket/filter jacket) yang
berfungsi sebagai filter yang biasanya dikirim ke lapangan berupa gulungan yang memiliki
lebar 100 mm dengan ketebalan yang bervariasi antara 2- 5 mm (Gambar 4 dan 5). Sebagian
besar PVD biasanya terdiri dari selaput synthetic drainage yang bersifat non-woven atau
geotextile yang berfungsi sebagai filter. PVD dipasang secara vertical pada lapisan tanah
dengan menggunakan sebuah mesin pemasang PVD dengan jarak yang bervariasi antara 1
– 5 meter. panjang dari PVD yang terpasang didalam tanah bervariasi tergantung pada
jenis tanahnya serta kedalaman tanah lunak.

Gambar 4. Gulungan-gulungan PVD di lapangan.

PVD yang dipasang pada area dibawah beban surcharge berfungsi untuk merubah
nilai excess pore water pressure pada tanah. Keluarnya air dari dalam tanah akibat beban
surcharge diatasnya tersebut akan menyebabkan terjadinya proses konsolidasi pada lapisan
tanah tersebut dan akan menyebabkan terjadinya pemampatan. Beban surcharge yang
diletakkan diatas tanah dasar tersebut tergantung dari karakteristik dari tanah, jarak antara
PVD dan tipe PVD yang dipilih.
Gambar 5. Prefabricated vertical drain yang ada di pasaran dengan beragam bentuk dan
ukuran.

PVD memiliki lapisan core (yang terletak dibagian dalam) dan Filter jacket yang
memiliki fungsi masing-masing yaitu:
Fungsi dari drain jacket:
o Sebagai filter untuk membatasi masuknya butiran-butiran tanah halus yang akan
menghalangi jalannya pengaliran air.
o Sebagai permukaan exterior yang melindungi bagian drain core yang juga berfungsi
sebagai jalannya aliran.
o Mencegah terjadinya penutupan jalannya pengaliran air internal ketika terjadi
tekanan tanah arah horizontal.

Fungsi dari Drain core :

o Berfungsi sebagai jalannya aliran


o Berfungsi untuk mensupport keberadaan filterjacket.
o Berfungsi untuk memastikan jalannya aliran yang lurus vertical dan tidak berkelok-
kelok.
o Sifatnya yang kaku memberikan kekuatan terhadap tekanan horizontal dan aliran.

Banyak sekali terdapat informasi tentang metode pemasangan dan jenis-jenis PVD
yang sudah pernah sukses dilakukan di seluruh dunia. Metode pendesainan untuk
mengetahui waktu terjadinya konsolidasi versus jarak pemasangan PVD termasuk
kemampuan PVD untuk mengalirkan air dapat dilihat pada beberapa literature dan hasil
penelitian yang sudah pernah dilakukan. Hansbo (1979) pernah mengembangkan hubungan
antara jarak pemasangan sebagai fungsi dari waktu konsolidasi yang akan dibahas pada bab
berikutnya. Holtz dkk (1991) juga pernah memplublikasikan tentang petunjuk perhitungan
flow rate capacity dari PVD dengan berbagai macam kondisi. Penelitian tentang perubahan
kekuatan PVD pada saat pemasangan, selama pemasangan dan setelah dipasang di lapangan
juga pernah di teliti oleh Viskamp dkk (1998). Dengan semakin berkembangnya
penggunaan PVD dilapangan tentunya semakin banyak penelitian-penelitian yang
dilakukan.

c. Sifat-sifat dari filter pada PVD


Pada dasarnya, material yang digunakan pada vertical drain baik sand drain maupun
PVD harus memiliki kualitas yang baik sehingga dapat berfungsi baik dalam mengalirkan
air pori keluar dari masa tanah. Selain itu, filter jacket harus dapat menahan butiran-butiran
kecil dari tanah yang dibawa oleh air supaya tidak menghambat jalannya air. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Hansbo (1979,1994), filter yang digunakan dalam PVD
harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
o Nilai permeability dari filter tersebut harus memiliki nilai yang sesuai sehingga tidak
mempengaruhi nilai discharge capacity dari system drain tersebut.
o Nilai permeabilitas dari filter harus memiliki nilai yang cukup rendah untuk menahan
partikel butiran tanah yang halus. Karena, jika tidak, butiran tanah tersebut dapat masuk
kedalam core melewati filter dan dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan
pengaliran air.
o Filter harus cukup kuat untuk menahan tekanan tanah lateral yang besar sehingga tidak
terdorong mendekat core sehingga akan menutupi jalannya aliran air.
o Filter harus cukup kuat sehingga tidak mengalami fatiq/lelah ataupun kerusakan selama
dilakukan pemasangan.
o Filter tersebut diharapkan tidak mengalami penurunan mutu yang terlampau besar
akibat usia karena dapat mengurangi nilai discharge capacity dari darin tersebut.
Ilustrasi fungsi dari filter dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Fungsi filter pada PVD

Untuk mendapatkan kualitas filter yang sesuai, criteria desain filter yang harus
dipenuhi adalah sesuai dengan beberapa kondisi berikut ini.

o Soil retention ability.


Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah ukuran pori dari filter tersebut harus
cukup kecil untuk menghindari masuknya butiran-butiran tanah melalui filter yang
nantinya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan. Tetapi, pori-pori filter tersebut tidak
diperbolehkan terlalu kecil karena akan mengurangi nilai permeabilitas dari filter tersebut
yang dapat menyebabkan aliran air yang memasuki core berjalan lambat. Criteria ukuran
filter berdasarkan rekomendasi Chu dkk (2004) adalah sebagai berkut :
(1)
dan
(2)

dimana :

O95 adalah ukuran dari filter


O95  0.075 mm (adalah ukuran yang biasanya digunakan)
O50 adalah ukuran dimana lebih besar dari 50% ukuran pori kain.
D85 adalah diameter partikel dimana 85% partikel tanah adalah lebih kecil
D50 adalah diameter partikel dimana 50% partikel tanah adalah lebih kecil
o Permeabilitas
Kriteria kedua adalah nilai permeabilitas dari filter harus cukup besar, lebih besar
dibandingkan dengan nilai permeabilitas dari tanah. tanah yang distabilisasi dengan PVD
biasanya memiliki nilai permeabilitas yang sangat kecil, sehingga perbandingan nilai
permeabilitas filter dengan tanah harus cukup sesuai. Berdasarkan hasil penelitian Chu dll
(2004) nilai permeabilitasnya adalah sebagai berikut :
(3)
dimana, kf adalah nilai permabilitas dari filter dan ks adalah nilai permeabilitas dari
tanah.
o Sifat mekanis dari filter dan core
PVD harus cukup kuat untuk menopang tegangan tarik yang akan terjadi selama
proses instalasi. Tegangan tarik tersebut, kemungkinan berasal dari berat drain itu sendiri
maupun gesekan yang terjadi antara drain dan peralatan pemasangan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Kremer dkk (1983), tegangan tarik maksimum terjadi disebabkan
oleh pergerakan mandrel pada saat proses pemasangan dan pada awal proses penetrasi atau
ketika terjadi perlambatan disebabkan oleh hambatan-hambatan yang terjadi pada akibat
lapisan tanah. itu berarti bahwa core, tegangan dari filter, kekuatan dari seluruh lapisan
PVD maupun PVD perlapisan perlu diperhatikan baik dalam kondisi basah maupun kondisi
kering.
PVD dimasukkan kedalam tanah melalui rotating drum (alat untuk memasukkan
PVD yang masuk berupa gulungan) sesuai dengan panjang yang diinginkan dengan melalui
proses penetrasi Mandrel. Drain yang dimasukkan kedalam tanah itu harus kuat untuk
menahan tegangan tarik dan tegangan-tegangan lain yang terjadi dalam tanah selama
proses pemasangan. Apabila peralatan yang digunakan adalah peralatan dengan system
getar, maka drain yang dipasang tersebut haruslah kuat menahan beban getar yang terjadi.
Rekomendasi tegangan tarik pada drain dilakukan oleh Kremer dkk (1983) yang
sesuai dengan test yang dilakukan pada material PVD baru dengan panjang 350 mm adalah
sebagai berikut:
o Tegangan tarik longitudinal (longitudinal tensile strength) pada setiap komponen drain
memiliki nilai paling tidak 0.5 kN.
o Regangan longitudinal pada saat runtuh adalah  2% tetapi  10%.
o Setiap jahitan/ sambungan pada PVD harus cukup kuat untuk menahan beban dan
tekanan yang terjadi akibat tanah maupun aliran.
Kriteria beban tarik 0,5 kN dan regangan ε = 2% didasarkan pada perkiraan
kekuatan tarik dan regangan di saluran pembuangan yang mungkin terjadi selama prosedur
instalasi. Regangan horisontal maksimum ε = 10% diperlukan untuk membatasi deformasi
yang terjadi pada drain selama instalasi. Deformasi besar dapat menyebabkan penurunan
yang tidak diinginkan dalam lebar atau ketebalan dari drain yang dipasang. Hasil penelitian
dan penerapan penggunaan PVD dilapangan akan dijelaskan dalam bab lebih lanjut.

2. Penggunaan PVD.

Apabila nilai permeabilitas yang mempengaruhi kemampuan air untuk mengalir


melalui pori-pori tanah sangat rendah akan menyebabkan waktu terjadinya konsolidasi
khususnya pada tanah lempung lunak akan berlangsung sangat lama bahkan bisa sampai
puluhan hingga ratusan tahun. Untuk mempercepat waktu terjadinya konsolidasi maka
digunakanlah PVD yang biasanya dikombinasikan dengan pre-loading ataupun timbunan
diatasnya seperti terlihat pada Gambar 7.
Vertical drains merupakan suatu saluran drainase buatan yang dimasukkan/ dipasang
didalam tanah lunak. Sehingga dengan dipasangnya saluran tersebut, air yang mengalir
keluar dari masa tanah akibat adanya pre-loading akan bergerak lebih cepat kearah
horisontal yaitu menuju PVD yang dipasang. Hal tersebut disebabkan oleh pergerakan
horisontal aliran air pada tanah lempung lebih cepat dibandingkan aliran air arah vertical.
Maka setelah air pori mengalir secara horisontal ke vertical drain yang terpasang, air pori
tersebut akan lebih mudah mengalir secara vertical melalui PVD yang terpasang.
Hal tersebut menunjukan bahwa dengan dipasangkan vertical drain akan membantu
mengurangi jarak pengaliran air pori keluar dari masa tanah. Dengan keluarnya air pori
dari masa tanah tersebut, maka tanah akan semakin memampat dan dengan lebih cepatnya
proses pemampatan maka keretakan struktur akibat pemampatan yang belum selesai
seluruhnya akan dapat terhindarkan.
Sehingga, apabila dirangkum, tujuan penggunaan PVD apabila dikombinasikan
dengan pre-loading adalah :
o Untuk mengurangi waktu terjadinya konsolidasi khususnya konsolidasi primer yang
disebabkan oleh beban diatasnya (pre-loading)
o Untuk mengurangi pengaruh beban surcharge yaitu terjadinya konsolidasi dalam
waktu yang sangat lama. Sehingga dengan adanya PVD dan preloading ini,
pemampatan dapat selesai dalam waktu yang diinginkan.
o Untuk meningkatkan kekuatan dari tanah lunak yang disebabkan oleh pemampatan
yang sudah selesai terjadi.

Gambar 7. Kombinasi pemasangan PVD dengan pre-loading

Penggunaan PVD dilapangan untuk mempercepat selesainya konsolidasi dapat


dilakukan hampir disegala kondisi yang sering terjadi dilapangan. Penggunaan PVD dapat
dilakukan pada tanah yang : (1) bersifat sangat mudah memampat apabila dikenai beban
statis diatasnya. (2) Waktu pemampatannya sangat lambat disebabkan oleh rendahnya nilai
permeability pada tanah dan jarak tempuh pengaliran air pori keluar dari masa tanah
terlampau jauh. Tanah dengan ciri-ciri tersebut biasanya tergolong jenis tanah kohesif,
tanah yang berbutir halus baik organic dan non-organik. Selain itu terdapat juga beberapa
koefisien-koefisien yang dapat mempengaruhi kemampuan PVD dilapangan.
2.1 Faktor yang mempengaruhi efisiensi pengaliran
Koefisien yang dianggap paling berpengaruh terhadap nilai rate of consolidation
dengan perkuatan PVD adalah koefisien konsolidasi radial dari tanah. Selama ini belum
banyak penelitian yang membahas tentang metode pengetesan dilaboratorium untuk
menyetahui parameter ini dan membandingkannya dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
Chai dan Miura (1999) telah melakukan penelitian untuk mengetahui factor lain yang
mempengaruhi performance dari PVD. Pengaruh dari vertical drain pada tanah dasar adalah
: (1) Jarak pemasangan PVD dan diameter ekivalennya. (2) Gaya penahan yang baik dari
tanah (discharge capacity). (3) Efek Smear. (4). Drainage boundary condition.
Hasil dari penelitian Chai dan Miura (1999) menyimpulkan bahwa, discharge capacity
dari pengaliran adalah salah satu unsur yang paling berpengaruh terhadap performance dari
vertical drain. Smear zone juga dianggap memiliki efek yang siknifikan terhadap nilai
konsolidasi pada tanah yang dipasang PVD. Diameter dari smear zone (ds) dapat diestimasi
2 hingga 3 kali diameter ekivalen dari mandrel (dm). Apabila tidak ada pengetesan
sebelumnya di laboratorium nilai ds = 3 dm dapat digunakan.
Hal mendasar yang dapat dilihat dari pemasangan PVD adalah, semakin besar
diameter ekivalent dari PVD semakin kecil kemampuan drain tersebut. Semakin kecil efek
smear yang terjadi semakin efektif vertical drains tersebut. Efek dari pemasangan PVD pada
nilai rate of consolidation yang diaplikasikan pada tanah lunak dapat dihitung dengan metode
analisa yang dikembangkan oleh Hansbo (1981).
a. Diameter ekivalen pengaliran
Teori konvensional tentang konsolidasi dengan menggunakan vertical drains
mengasumsikan bahwa bentuk dari vertical drain adalah lingkaran jika dilihat dari bentuk
nyatanya (sand drains column). Sejak berkembangnya PVD yang berbentuk persegi yang
pipih, bentuk yang persegi tersebut kemudian di konversi menjadi berbentuk lingkaran
dengan memiliki diameter ekivalen. Pemahaman tentang diameter ekivalen ini sama dengan
teori kapasitas pengaliran air arah radial pada PVD. Perhitungan nilai diameter ekivalen
(dw) dari PVD pertama kali diteliti dan kemudian menghasilkan suatu rumusan oleh Hansbo
(1979). Berdasar penelitian tersebut, nilai diameter ekivalen PVD adalah dipengaruhi oleh
nilai a yaitu lebar PVD dan b yaitu ketebalan PVD (Gambar 8). Rumusannya adalah sebagai
berikut:

(4)

Gambar 8. Lebar dan ketebalan PVD

Berdasarkan penelitian yang sudah ada, mengindikasikan bahwa karena disebabkan


oleh efek corner (pengaruh sudut yang ada pada PVD) nilai diameter pengaliran ekivalen
adalah lebih kecil dari pada nilai awal berdasarkan asumsi panjang perimeter pengaliran.
Rumusan baru yang digunakan ini berdasarkan dari hasil analisa finite-element yang
direkomendasikan oleh Rixner dkk (1986). Rumusan baru tersebut adalah sebagai berikut:
(5)

b. Discharge capacity (Kapasitas pengaliran)


Tujuan penggunaan prefabricated vertical drains adalah untuk membebaskan excess
pore water pressure dan membebaskan air dari dalam pori tanah. Semakin besar nilai discharge
capacity pada vertical drains maka akan semakin baik performance dari PVD. Nilai dari
discharge capacity adalah digunakan untuk menganalisa factor resisten aliran. Namun, nilai
resisten yang baik tidak ada hubungannya dengan jarak pengaliran dan gangguan yang
terjadi (smear effect). Apabila air sudah masuk kedalam system aliran dalam PVD, akan masih
memungkinkan terjadinya perubahan jumlah aliran menjadi lebih sedikit karena berbagai
sebab. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai discharge capacity menurut Bergado dkk
(1996) adalah :
o Tekanan tanah arah Lateral
Dengan meningkatnya nilai tegangan lateral tanah, jarak filter akan menjadi lebih dekat
dengan core, setelah itu akan mengurangi nilai discharge capacity disebabkan oleh
berkurangnya area yang dapat dialiri oleh air.
o Pemampatan yang besar
Selama terjadinya konsolidasi, tanah akan mengalami pemampatan yang relative besar.
Hal tersebut menyebabkan PVD akan memampat juga bersamaan dengan
memampatnya tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan pada PVD
seperti yang terlihat pada Gambar 9.
o Tersumbatnya saluran
Selama proses pengaliran air menuju ke PVD, air tersebut tentunya akan membawa
butiran-butiran pasir halus dan menempel pada filter. Menempelnya butiran-butiran
halus tersebut dapat menyebabkan terjadi penyumbatan.
o Waktu
Nilai discharge capacity akan berkurang berdasarkan usia. Apabila PVD sudah tertanam
didalam tanah dalam waktu yang relative lama, kemampuan untuk mengalirkan air akan
berkurang karena factor biologis maupun kimia yang mungkin terjadi.
o Gradien Hydraulic.
Nilai discharge capacity bervariasi disebabkan oleh perbedaan nilai gradient hidrolis dan
akan semakin kecil apabila nilai gradient hydraulicnya semakin tinggi. Hal tersebut
disebabkan oleh berkurangnya energy aliran yang terjadi disebabkan oleh aliran
turbulen yang terjadi apabila nilai gradient hydraulic yang tinggi.
Gambar 9. Lipatan-lipatan PVD yang mungkin terjadi bersamaan dengan
pemampatan tanah.

c. Smear effect
Proses pemasangan PVD dengan memasukkan mandrel kedalam tanah dapat
menyebabkan terganggunya struktur tanah. Oleh karena itu, zona smear (zona kerusakan
tanah akibat tekanan oleh mandrel) dapat mengakibatkan berkurangnya permeability pada
tanah dan meningkatnya kemampatan pada tanah. Pada beberapa kondisi tanah, lapisan
dengan butiran halus akan mengalami ketergangguan dan kerusakan pada area tertentu dan
akan melebar pada lapisan-lapisan berikutnya (Barron, 1948). Zona smear menciptakan
perkuatan tambahan yang harus diatasi oleh kelebihan air. Hal ini nantinya akan
menghambat laju konsolidasi.
Sifat permeability dan compressibility tanah pada area smear akan berbeda dengan sifat
tanah yang belum terganggu, oleh karena itu sifat dari tanah yang distabilisasi dengan
vertical drains tidak akan terprediksi dengan baik dan akurat apabila efek dari smear ini
tidak diperhatikan. Barron (1948) dan Hansbo (1981) melakukan pemodelan terhadap zona
smear dengan membagi sampel tanah silinder yang di dewatering dengan pengaliran
terpusat menjadi 2 zona. Zona pertama yaitu zona smear adalah zona pada area sekitar
pemasangan drain dan zona yang lain adalah area yang tidak mengalami dampak
pemasangan mandrel. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Efek smear (Hansbo, 1994)

Besarnya area yang terganggu akibat pemasangan mandrel tersebut adalah


bergantung dari beberapa factor antara lain :
o Prosedur pemasangan.
Berbagai korelasi hubungan dilakukan untuk memperoleh ukuran dari zona smear.
Untuk tujuan pendesainan, Jamiolkowski dan Lancelotta (1981) menyatakan bahwa
diameter dari zona smear (ds) dan area cross section pada mandrel memiliki hubungan sebagai
berikut :

(6)
Dimana dm adalah diameter lingkaran yang nilainya sama dengan panjang cross-
section pada mandrel atau nilai cross-section area pada ujung anchor yang mana nilai tersebut
akan lebih besar. Hasil pengetesan dari Akagi (1979) dan Hansbo (1987) menghasilkan
rumusan yang lebih sederhana untuk perhitungan zona smear. Rumusan tersebut adalah :
(7)
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Indraratna dan Redana (1998)
menunjukkan bahwa diameter dari zona smear adalah 3-4 kali lebih besar dari pada panjang
pengaliran dan ratio dari nilai ds/dm adalah antara 4-5. Ilustrasi ukuran dapat dilihat pada
Gambar 11.
Gambar 11. Zona terganggu di sekitar mandrel (Bergado dkk, 1996)

Efek dari overlapping zona smear juga pernah diteliti oleh Walker dan Indraratna
(2007). Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa dua zona smear akan
berinteraksi satu sama lain apabila parameter spasi adalah lebih kecil dari pada parameter (s)
dari zona smear yang terjadi. Ilustrasi kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Skema overlapping dari zona smear (Walker dan Indraratna (2007))
o Struktur tanah
Pada tanah yang bersifat anisotropy, rasio nilai permiability horisontal terhadap
vertical (kh/kv) adalah sangat tinggi. Ratio tersebut akan terjadi pada area yang terganggu.
Ratio antara permeabilitas horisontal terhadap vertical juga pernah diteliti oleh Indraratna
dan Redana (1998), Sathananthan dan Indraratna (2006), dan Walker dan Indraratna
(2006). Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian Indraratna dan Redana adalah, nilai
koefisien permeabilitas horisontal akan menjadi lebih kecil tergantung pengalirannya tetapi
nilai koefisien permeabilitas vertical tetap hampir tidak berubah.
Rasio nilai kh/kv pada area diluar zona smear adalah mendekati nilai 2 sedangkan
yang berada pada zona smear nilai rata-ratanya adalah 1.15. Hasil penelitian Indraratna dan
Redana dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
Sathananthan dan Indraratna (2006) menyatakan bahwa lateral permeability pada zona smear
adalah 61% - 92% dari lateral permeability diluar zona smear. Hasil tersebut sama dengan
hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Hansbo (1987) dan Bergado dkk (1991).
Hasil penelitian Sathananthan dan Indraratna (2006) dapat dilihat pada Gambar 14.
Secara garis besar, area tanah yang terganggu akan semakin meningkat dengan
semakin besarnya ukuran mandrel yang digunakan. Sehingga untuk mengurangi area yang
terganggu, ukuran mandrel yang digunakan haruslah secukupnya dari kebutuhan. Bergado
dkk (1996) melaporkan berdasarkan kasus yang pernah terjadi dilapangan, penggunaan
ukuran mandrel dilakukan secara bervariasi. Separuh area yang dipasang PVD
menggunakan ukuran mandrel yang lebih kecil dibandingkan dengan area yang lainnya.
Hasil yang diperoleh mengindikasikan nilai rate settlement yang lebih cepat dan nilai
compression yang lebih tinggi pada area yang dipasang mandrel dengan ukuran lebih kecil.
Gambar 13. Permeabilitas horisontal (kiri (a)); Permeabilitas vertical (kiri (b)) ; rasio
kh/kv sepanjang jarak radial dari pusat aliran. (Indraratna dan Redana (1998))

Gambar 14. Zona smear pada kondisi (a) ratio permeability dan (b) kadar air (
Sathananthan dan Indraratna (2006))
d. Drained boundary condition
Boundary condition sangat mempengaruhi performance dari PVD karena berpengaruh
terhadap kondisi pemampatan dari tanah dasar tersebut. Kondisi pemampatan tanah
tersebut tergantung kepada lapisan tanah di bagian dalam, pengaliran air kearah vertical
maupun horisontal, seberapa banyak lapisan pasir yang bersifat mengalirkan air. Pemodelan
untuk kondisi pengaliran air tanah dilakukan oleh Chai dan Miura (1999) yang
menyesuaikan beberapa penelitian yang sudah ada seperti penelitian tentang sifat-sifat
lapisan lempung oleh Roscoe dan Burland (1968), parameter dari lapisan tanah lempung
untuk pengetesan konsolidasi dan pengetesan triaxial pada sampel undisturb yang
dilakukan oleh Bergado dkk (1996). Drainae boundary condition tidak banyak dipaparkan
dalam bab ini dan akan dijelaskan aplikasinya dalam pemodelan desain pada bab berikutnya.
2.2 Area yang terpengaruh oleh vertical drain
Terdapat 2 macam pola pemasangan PVD yaitu pola segi empat dan pola segitiga
seperti Gambar 15. Zona yang terpengaruh oleh drain (R) nilainya bervariasi tergantung
kepada jarak pemasangan drain. Rumusan perhitungan nilai R adalah :
R = 0.546 S ( untuk PVD yang dipasang dengan pola persegi)
R = 0.525 S ( untuk PVD yang dipasang dengan pola segi-tiga)
Pola segi empat awalnya dianggap lebih sesuai untuk dilakukan dilapangan. Tetapi,
pola segitiga lebih sering dipilih dilapangan karena area pengaliran airnya lebih mencakup
hampir semua area yang dipasang PVD. Selain itu, menurut Holtz dkk (1991) pemasangan
PVD dengan pola segi tiga dianggap menghasilkan pemampatan yang seragam
dibandingkan dengan pola segiempat.

Gambar 15. Pola pemasangan PVD dan daerah yang terpengaruh oleh pemasangan PVD.
Diemater zona yang terpengaruh oleh drain atau biasa disebut diameter ekivalen
bisa juga dihitung berdasarkan rumusan sebagai berikut :
D = 1.13 S (untuk pola susunan bujur sangkar)
D = 1.05 S ( untuk pola susunan segitiga)
Rumusan perhitungan diameter inilah yang biasanya digunakan dalam pendesaian
perkuatan tanah dengan PVD.
2.3 Teknik Pre-loading
Preloading secara garis besar adalah proses pemampatan suatu tanah dibawah beban
vertical yang diberikan sebelum konstruksi akhir yang sebenarnya. Dua macam teknik
preloading biasanya dilakukan dengan cara konvensional yaitu dengan memberikan beban
timbunan diatasnya dan dengan metode vacuum preloading.
a. Pemberian beban timbunan.
Metode ini adalah dianggap metode pre-loading yang paling sederhana. Ketika beban
diletakkan diatas masa tanah, maka akan terjadi proses keluarnya air dari pori-pori tanah.
Apabila tanah tersebut bukan merupakan jenis tanah yang mudah memampat, tegangan air
pori akan berkurang secara perlahan karena air pori hanya dapat mengalir dengan
kecepatan yang sangat lambat dengan arah pengaliran vertical. Apabila kondisi dilapangan
seperti itu, maka preloading dilakukan secara bertahap. Prinsip dari preloading dapat dilihat
pada Gambar 16. Apabila beban sementara melebihi beban akhir, maka beban tersebut dapat
diasumsikan sebagai beban surcharge atau beban jalan.

Gambar 16. Preloading pada lapisan tanah lunak.


Beban sementara bisa dianggap tidak ada apabila pemampatan yang terjadi akibat
beban tersebut adalah melebihi pemampatan yang di prediksi. Hal tersebut seharusnya tidak
terjadi sebelum nilai excess pore pressure yang tersisa adalah dibawah bertambahnya nilai
tegangan akibat pembebanan sementara tersebut. Dengan bertambahnya waktu
pembebanan sementara yang berlebih, secondary settlement mungkin bisa berkurang atau
bahkan tidak terjadi sama sekali (lihat Gambar 17). Kondisi tersebut disebabkan oleh
penggunaan beban surcharge yang lebih besar dari pada beban kerja diatasnya yang dapat
menyebabkan tanah bersifat overconsolidated dan nilai secondary compression pada tanah yang
bersifat overconsolidated adalah lebih kecil dibandingankan dengan tanah yang bersifat
Normally consolidated. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chu dkk
(2004).
Metode untuk mendesain tinggi pembebanan yang berhubungan dengan engineering
judgement oleh perencana dilakukan dengan prosedur “artificial aging” yang dikembangkan
oleh Bjerrum (1972). Penelitian tersebut menitik beratkan pada metode untuk menggunakan
desain pre-loading dengan konsep “artificial ageing” yang sudah pernah dilakukan pada
beberapa proyek. Konsep ini berhubungan dengan prinsip rangkak (creep), target nilai degree
of primary consolidation untuk pre-loading dan besarnya pemampatan yang diinginkan.
Penjelasan lebih lanjut tentang metode tersebut tidak dijelaskan dalam makalah ini.

Gambar 17. Hasil pemampatan tanah yang disebabkan oleh preloading

Preloading dengan menggunakan system pembebanan embankment tidak hanya


menyebabkan settlement pada tanah dasar tetapi bisa juga menyebabkan terjadinya
displacement lateral arah luar. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh terjadinya tegangan
geser yang disebabkan oleh beban embankment, dan apabila nilai tegangan geser ini cukup
besar maka akan menyebabkan terjadinya kegagalan akibat geser pada tanah dasar seperti
terlihat pada Gambar 18. Metode vacuum preloading yang menggunakan tegangan
consolidasi isotropic lebih cocok digunakan pada tanah lempung lunak. Tetapi consolidasi
isotropic ini akan menyebabkan terjadinya settlement dan lateral displacement arah dalam
yang dapat mengakibatkan terjadinya retak pada area yang diperbaiki (Yan dkk, 2003; Chai
dkk, 2005).

Gambar 18. Deformasi lateral pada tanah dasar (Chai dkk, 2005)

b. Vacuum Pre-loading
Pada kondisi-kondisi tertentu, pembebanan berupa pemberian timbunan diatas tanah
lunak tidak dapat dilakukan. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi tanah dasar yang sangat
lunak sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan beban timbunan walau dengan tinggi
yang tidak seberapa tinggi sekalipun. Untuk itu system pre-loading yang digunakan adalah
bukan system konvensional seperti yang dijelaskan diatas, melainkan menggunakan metode
vacuum pre-loading.
Prinsip penggunaan vacuum pre-loading pada tanah lempung lunak pertama kali
diperkenalkan oleh W.Kjellman dari Swedish Geotechnical Institute pada awal tahun
1950an (Kjellman,1952). Apabila proses vacuum dilakukan terhadap suatu massa tanah,
maka akan menghasilkan nilai negative excess pore water pressure. Ketika nilai tegangan total
pada tanah tetap tidak berubah, nilai negative pore pressure yang terjadi pada saat nilai
tegangan efektif meningkat tersebut akan menyebabkan terjadinya konsolidasi.
Walaupun prinsip penggunaan system vacuum preloading sudah dijelaskan dengan
sistematis (Holtz, 1975), metode itu tidak berkembang secara luas ketika itu hingga awal
tahun 1980an. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya biaya pelaksanaan vacuum preloading
pada jaman tersebut. Teknologi ini kemudian mulai berkembang pada komunitas geoteknik
di Asia pada awal 1980an (Qian dkk, 1992) karena berkembangnya penggunaan material
geosintetis dan maraknya pembangunan di tepi pantai (reklamasi) yang membutuhkan
system pre-loading. Penggunaan PVD yang dianggap lebih efektif dan lebih ekonomis serta
lebih mudah pelaksanaannya jika dibandingkan dengan sand drains ternyata tidak menyaingi
penggunaan metode vacuum pre-loading ini walaupun di negara-negara berkembang
sekalipun. Metode ini cocok diaplikasikan pada tanah lunak yang mampu mampat, tanah
lunak dengan talud yang curam dan area luas yang memiliki akses dengan power supply
untuk instalasi vacuum pre-loading.
Penggunaan vacuum pre-loading kemudian berkembang pesat dan semakin banyak
digunakan dilapangan. Beberapa contoh penggunaan metode ini dilapangan adalah
pembangunan Philadelphia International Airport, USA; Tianjin port, China; North South
Expressway, Malaysia; Reclamation world di Singapore dan Hong kong, China;
Suvarnabhuni second Bangkok International Airport, Thailand ; Balina Bypass New South
Wales and Port of Brisbane, Queendsland di Australia dan beberapa proyek pembangunan
lainya (Holtan,1965; Choa, 1990; Jacob dkk 1994; Bergado dkk, 2001; Chu dkk, 200 ; Yan
dan Chu, 2003).
Skema penggunaan vacuum preloading dapat dilihat pada Gambar 19. Lantai kerja
dari metode ini adalah berupa lapisan pasir sebagai horizontal drain yang tersambung
dengan vertical drain. Lapisan geomembran yang flexible digunakan untuk melapisi semua
area tanah yang akan di vacuum dan disambung hingga ke saluran di sisi area
pemvacuuman. Sistem pipa untuk proses vacuum ditempatkan diantara lapisan-lapisan
tersebut sebagai mengumpul air. Peralatan vacuum untuk tanah dan peralatan pompa air
dan udara disambungkan ke system pipa yang sudah terpasang dilapisan tanah. Tanah yang
akan di vacuum harus terlapisi sempurna oleh membrane dan terisolasi dari udara luar
untuk menghindari hilangnya kekuatan vacuum. Geomembran harus dicek secara teliti
untuk menghindari adanya lubang atau robek. Untuk memperoleh kekuatan vacuum yang
sesuai dengan yang diharapkan, membrane perlu dilapisi oleh air yang juga berfungsi untuk
menghindari kerusakan akibat usia pada membrane dan mengurangi kerusakan akibat
pekerjaan diatasnya yang mungkin terjadi. Apabila tekanan preloading yang diinginkan
ternyata lebih besar dari pada kapasitas pompa vacuum, maka perlu ditambahkan beban
timbunan untuk menambah beban vacuum tersebut sehingga sesuai dengan kebutuhan.
Timbunan tersebut harus bebas dari adanya batuan ataupun benda-benda tajam yang dapat
merusak membrane.
Metode vacuum harus sesuai dengan beberapa criteria yang ada (Shang dkk,1998)
yaitu : (1) Tekanan vacuum harus lebih besar dari 600 mm Hg (80 kPa) yang ekivalen
dengan beban timbunan dengan tinggi 4.5 m, (2) Deformasi lateral terjadi mengembang
kedalam tanah karena suction yang disebabkan oleh vacuum. Tekanan mengembang yang
terjadi pada tanah akan dilawan oleh beban surcharge yang diberikan. Retak yang
disebabkan oleh tarik dapat terjadi disekitar area tersebut.(3) Tidak perlu dilakukan control
terhadap nilai kekuatan rata-rata dari vacuum untuk mengatasi kegagalan akibat daya
dukung yang disebabkan oleh tekanan pada vacuum karena meningkatnya nilai tegangan
efektif pada tanah.

Gambar 19. Skema metode Vacuum preloading (Shang dkk, 1998)

Selain metode vacuum pre-loading yang dijelaskan diatas, juga terdapat system
vacuum pre-loading yang sedikit divariasi dan diberi tambahan peralatan vacuum modern.
Sistem ini perkembang setelah dilakukan penelitian oleh Masse dkk (2001) seperti yang
terlihat pada Gambar 20. Metode ini pada dasarnya memiliki prinsip sama dengan system
yang berkembang sebelumnya, tetapi peralatan yang digunakan agak sedikit berbeda.
Peralatan ini terdiri dari system vertical drains dengan lapisan drainase diatasnya (lapisan
pasir). Lapisan pasir tersebut ditutupi oleh lapisan yang kedap air. Horisontal drains
dipasang pada lapisan drainase dan berhubungan langsung dengan pompa vacuum. Untuk
menjaga kelembaban udara, membrane kedap air itu ditempatkan pada dasar dari saluran
yang diisi penuh dengan Bentonite. Tegangan negative akan terjadi pada lapisan drainase
tersebut akibat proses pemompaan vacuum. Tegangan negative tersebut akan menghasilkan
negative pore water pressure, yang disebabkan oleh meningkatnya nilai tegangan efektif
pada tanah sehingga dapat mengebabkan terjadinya konsolidasi pada tanah.
Keuntungan penggunaan system vacuum pre-loading ini adalah tidak diperlukannya
material tambahan, waktu pelaksanaan juga relative lebih singkat selain itu peralatan yang
digunakan bukan merupakan beralatan berat dan besar. Selain itu juga, tidak digunakan
bahan kimia untuk stabilisasi sehingga relative aman untuk lingkungan (Chai,2005).
Gambar 20. Sistem Vacuum pre-loading (Masse dkk, 2001)

Keuntungan lain dari penggunaan metode ini adalah consolidasi secara isotropic
dapat mengurangi resiko terjadinya keruntuhan akibat beban konstruksi diatasnya. Selain
itu, resiko terjadinya keruntuhan pada talud juga bisa dihindari dengan melalukan control
terhadap pemampatan (Masse dkk, 2001). Ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan jika menggunakan metode ini (Masse, 2001), yaitu :
o Untuk menjaga keefektifan pengaliran di bawah membrane, perlu dilakukan
mengecekan dan pengaturan kadar air serta udara selama proses pemompaan.
o Menjaga kondisi jenuh air pada tanah dibawah lapisan membrane.
o Menjaga vacuum tetap pada level yang efektif.
o Menjaga agar tidak terjadi kebocoran sama sekali peralatan vacuum maupun pada
membrane pelapis.
o Memperkuat dan melapisi system pada saluran disisi area yang akan di vacuum
preloading.
o Mengurangi adanya pengaliran horizontal kearah area yang di vacuum.
c. Prinsip Pre-loading.
Ilustrasi skematis tegangan vertical yang terjadi akibat beban vacuum yang
dilakukan pada tanah (diasumsikan kekuatan vacuum adalah 100% efisien) dibandingkan
dengan kondisi initial dan pembebanan konvensional dapat dilihat pada Gambar 21.
Tekanan atmosfor sebenarnya bukan merupakan variasi penting yang digunakan
dalam perhitungan geoteknik. Ketika Perhitungan nilai tegangan tanah adalah tergantung
kepada nilai tegangan efektif, sehingga tekanan atmosfir dapat ditiadakan dalam
perhitungan. Sehingga rumusan perhitungan tegangan efektif adalah :
(8)
Dimana :
’ = Tegangan vertical efektif
 = Tegangan total
u = Tegangan air pori tanah
Pa = Tekanan atmosfir
 = Berat volum tanah
w = Berat volum air
h = Ketebalan lapisan tanah

Gambar 21. Profil tegangan vertical (a) Pada kondisi yang sebenarnya dilapangan , (b)
Convensional surcharge (c) Pembebanan vacuum (Elgamal dan Adalter (1996))

Pada kondisi conventional surcharge, tegangan total akan meningkat disebabkan


oleh beban yang ditambahkan sehingga akan menyebabkan peningkatan nilai tegangan
efektif pada saat tegangan air porinya tetap tidak berubah. Pada vacuum surcharge, nilai
tegangan total tetap tidak berubah. Peningkatan nilai tegangan efektif kemudian terjadi
disebabkan oleh berkurangnya nilai tegangan air pori akibat pemberian tekanan negatif
pada saat proses vacuum. Penjelasan mengenai kondisi reologi tanah pada saat proses
preloading dapat dilihat pada T. Stapelfeldt, Preloading and vertical drains. (page 5).
2.4 Jenis-jenis Vertical Drain
Tabel 1. Jenis-jenis vertical drain.
Jarak
Diameter drain Panjang
Tipe Drain Metode pemasangan pemasangan
(m) maximum (m)
antar Drain (m)
Sand drain Dengan proses 0,15 – 0,6 1-5  30
mendorong masuk
kedalam tanah dengan
system getar
Sand drain Menggunakan batang 0,3 – 0,5 2-5  35
berongga panjang
dengan auger
Sand drain Metode jet grouting 0,2 – 0,3 2-5  30
Prefabricated Memasukan alat dengan 0.06-0.15 1,2 - 4  30
sand drains system getar
(sandwicks) menggunakan mandrel
di ujung alatnya, dengan
menggunakan auger,
dengan menggunakan
pemboran.
Prefabricated Memasukkan alat 0,05 – 0,1 1,2 -3,5  60
band-shaped kedalam tanah dengan (diameter
drains menggunakan mandrel ekivalen)
diujungnya.

3. Proses pemasangan PVD dilapangan


Vertical drains dapat digunakan pada kondisi tanah yang memiliki nilai permeability
yang rendah dan secara siknifikan dapat meningkatkan nilai rate of consolidation. PVD
terbuat dari lapisan plastic yang flexible yang dilapisi oleh lapisan filter yang dapat
dipasang hingga kedalaman 50 meter. Proses pemasangan PVD dilapangan adalah sebagai
berikut :
o Persiapkan alat yaitu berupa excavator, stitcher, PVD, mandrel dan plate angkur baja.
Pada dasar mandrel, material PVD dilingkarkan ke pengait baja yang dapat memperkuat
posisi PVD supaya tidak lepas dengan mandrel pada saat proses pemasangan seperti
dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. PVD dikaitkan ke plat baja.
o PVD dipasang dengan menekan mandrel baja yang sudah dikaitkan dengan PVD.
Mandrel didorong masuk kedalam tanah dengan menggunakan alat excavator.
o Setelah PVD mencapai kedalaman yang diinginkan atau alat sudah menemui lapisan
keras, mandrel kemudian dilepas dan ditarik keatas tanah. Sementara itu, PVD dan plat
pengait dari baja tetap dibiarkan didalam tanah. Setelah mandrel telah sepenuhnya
keluar dari lapisan tanah, sisa PVD tersebut dipotong 15-20 cm dari permukaan tanah
lantai kerja.
o Untuk dapat mendorong mandrel kedalam tanah, nilai resisten pada tanah (tanah di
lantai kerja yang biasanya padat atau dilapisi geotextile) harus tidak melebihi 5 Mpa.
Apabila lapisan tanah dipermukaan adalah merupakan jenis tanah sangat kuat, untuk
memasukan mandrel ke dalam tanah diperlukan system getar, hammer maupun system
drilling.
Ilustrasi proses pemasangan dapat dilihat pada Gambar 23 dan 24

Gambar 23. Proses pemasangan PVD (Menard)


Gambar 24. Pemasangan PVD dilapangan (Menard)

4. Hipotesa perhitungan vertical drain.


Sistem drainase vertical sangat efektif untuk mempercepat konsolidasi dari tanah
yang mudah memampat (lempung dan Lanau) sehingga memperpendek waktu pelaksanaan.
System vertical drain ini telah dijelaskan secara detail oleh Barron (1948) berdasarkan teori
pengaliran air vertical pada pasir yang menggunakan asumsi teori Terzaghi tentang
konsolidasi linier satu dimensi. Selain itu, Hansbo (1979,1981) juga melakukan penelitian
tentang rumusan perhitungan vertical drain berdasarkan hipotesa regangan dengan
menggunakan zona smear dan well resistance sebagai pertimbangan perhitungan. Teori
Hansbo tersebut mendekati teori Barron, tetapi lebih disederhanakan dengan memasukkan
dimensi fisik dan karakteristik PVD.
a. Hipotesa perhitungan nilai tegangan vertical (Barron, 1948)
Barron mengembangkan rumusan perhitungan konsolidasi horizontal pada kondisi
ideal menggunakan pemodelan unit cell axisymmetric (Gambar 25). Solusi yang
dikembangkan tersebut adalah berdasarkan beberapa asumsi berikut ini:
o Semua beban vertical diterima oleh excess pore pressure sehingga tanah tersebut
bersifat jenuh air.
o Beban yang digunakan diasumsikan berdistribusi seragam (uniformly distributed) dan
semua regangan terjadi pada arah vertical.
o Zona pengaruh pengaliran diasumsikan berbentuk lingkaran dan axisymetric.
o Nilai permeability dari pengaliran adalah tak terhingga pada tanah tersebut.
o Menggunakan hokum Darcy.

Gambar 25. Asumsi silinder tanah dalam kondisi ideal (Holtz dkk, 1991)
Pada kondisi ideal (tanpa adanya pengaruh smear dan tidak ada pengaruh well
resistance), nilai degree of consolidation radial/horisontal rata-rata adalah sebagai berikut:

( ) (9)

(10)

(11)
Dimana De adalah diameter ekivalen dari silinder tanah; dw adalah diameter ekivalen
pengaliran dan n (n=De/dw) adalah ratio dari jarak.
Apabila dilakukan penggabungan rumusan 9 dan 10 maka akan diperoleh rumusan
perhitungan waktu konsolidasi yaitu :

( ) ( ̅̅̅̅
) (12)

Dimana F(n) adalah fungsi hambatan antara jarak pemasangan PVD.


b. Hipotesa regangan (Hansbo,1981)
Menggunakan hukum Darcy, nilai rata-rata pengaliran pada internal pore water pada
arah horizontal dapat dihitung. Nilai total pengaliran air dari silinder tanah, dz, menuju
vertical drain dQ1adalah sama dengan perubahan aliran air yang terjadi pada tanah di area
sekitarnya dQ2 sehingga akan terjadi perubahan volume pada massa tanah (Gambar 26).

Gambar 26. Aliran vertical yang dipengaruhi oleh smear dan well resistance (Holtz
dkk,1991)
Nilai degree of consolidation rata-rata adalah dapat dihitung dengan perumusan
sebagai berikut:

( ) (13)

( ) ( ) (14)

Dimana F(n) adalah factor hambatan antara titik pusat PVD, Fs adalah factor akibat efek
smear, Fr adalah factor akibat well resistance atau gangguan yang terjadi pada PVD, kh
adalah nilai permeability horizontal, kw adalah nilai permeability pada zona smear dan s
adalah rs/rw.
Apabila hanya berpengaruh terhadap efek smear, maka rumusannya akan menjadi :

( ) ( ) (15)

Sebelumnya, Hansbo (1979) juga mengembangkan rumusan F(n) berdasarkan rumusan


yang sudah ada sebelumnya yang dikembangkan oleh Barron.

( )* ( )+ (16)
atau

( )* ( )+ (16)
Pada umumnya n>20 sehingga dapat dianggap l/n=0 dan ( ) jadi, rumusan F(n)

akan menjadi rumusan sederhana yaitu :


F(n) = ln(n) -3/4 (17)
atau
F(n) = ln (De/Dw) -3/4 (18)
Berdasarkan rumusan yang sudah ada yang dikembangkan oleh Barron (1948)
kemudian Hansbo (1979) mengembangkan rumusan waktu konsolidasi yang merupakan
subtitusi persamaan 12 dan 14 yaitu :

( ) ( ̅̅̅̅
) (19)

Dari penyelidikan, diketahui bahwa factor yang paling penting adalah factor F(n).
Besar factor Fs dapat mendekati atau bahkan sedikit lebih besar dari F(n), tergantung
besarkan pengaruh smear diarea pemancangan PVD. Dari data lapangan, didapatkan harga
Fs/F(n) dapat berkisar antara 1 sampai 3. Untuk mempermudah perencanaan, maka dapat
diasumsikan bahwa F(n) = Fs. Pengaruh perlawanan aliran umumnya kecil dan tidak begitu
penting, maka harga Fr dapat dianggap 0. (Mochtar, 2008). Dengan memasukkan
anggapan-anggapan diatas, persamaan 19 dapat diubah menjadi :

( ) ( ̅̅̅̅
) (20)

Dengan memasukan harga t tertentu, dapat dicari harga Uh pada bagian lapisan
tanah yang dipasang PVD. Selain konsolidasi arah horizontal, juga terjadi konsolidasi arah
vertical Uv. Harga Uv dapat dicari dengan rumusan sebagai berikut :

(21)

Dimana:
Hdr = panjang PVD
Cv = harga Cv tanah pada lapisan setebal panjang PVD
t = waktu sembarang yang dipilih.
Harga Uv dicari dengan rumus :

Untuk Uv antara 0% s/d 60% menggunakan rumusan ( √ )

Untuk Uv > 60% menggunakan rumusan

Dimana : ̅ dan  =

3.141592654…

Rumusan derajat konsolidasi rata-rata U dapat dicari dengan rumusan berikut :


̅ [ ̅̅̅̅ ̅̅̅ ] (22)

2. Step perhitungan desain PVD


Alur perhitungan pendesainan PVD adalah sebagai berikut :
 Menghitung besarnya konsolidasi tanah dasar sebelum dilakukan pemasangan
PVD.
 Menghitung waktu terjadinya konsolidasi (t) sebelum dilakukan pemasangan
PVD. Perhitungan nilai t sesuai dengan hasil breakdown persamaan 21. Biasanya
waktu terjadinya konsolidasi tanpa adanya PVD adalah sangat lama hingga
mencapai ratusan tahun tergantung nilai Cv pada tanah. Apabila tanah dasarnya
berlapis dan nilai Cv pada setiap lapisan adalah berbeda maka perlu dilakukan
perhitungan nilai Cv gabungan dengan rumusan sebagai berikut :

 h  (23)
2

Cvrata  rata  2
 h   h   h   hi  
  i    2    3  ...   
  Cv1   Cv2   Cv3   Cv  
        i 
 Menghitung panjang kedalaman pemasangan PVD sesuai dengan umur rencana
dengan melakukan perhitungan nilai rate of settlement. Nilai rate of settlement
yang diharapkan adalah 1.5 cm/tahun. Perhitungan nilai ini dilakukan dengan
menghitung nilai Tv, Uv dan settlement pada waktu yang kita inginkan. Contoh
perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut.
TEBAL LAPISAN TERKONSOLIDASI SETTLEMENT AKIBAT TIMBUNAN SETELAH 20 TAHUN RATE OF SETTLEMENT
Total Kedalaman Dibawah Total Sedalam Sisa Tv Uv(%) sett(m) ( cm/ tahun )
(m) PVD(m) PVD (m) (m) PVD (m) settlemen(m)
28 5 23 1.6329 0.29158929 1.341310714 0.127551 40.29926 0.540538 2.702691
28 6 22 1.6329 0.34990714 1.282992857 0.127551 40.29926 0.517037 2.585183
28 7 21 1.6329 0.408225 1.224675 0.127551 40.29926 0.493535 2.467675
28 8 20 1.6329 0.46654286 1.166357143 0.127551 40.29926 0.470033 2.350166
28 9 19 1.6329 0.52486071 1.108039286 0.127551 40.29926 0.446532 2.232658
28 10 18 1.6329 0.58317857 1.049721429 0.127551 40.29926 0.42303 2.11515
28 11 17 1.6329 0.64149643 0.991403571 0.127551 40.29926 0.399528 1.997641
28 12 16 1.6329 0.69981429 0.933085714 0.127551 40.29926 0.376027 1.880133
28 13 15 1.6329 0.75813214 0.874767857 0.127551 40.29926 0.352525 1.762625
28 14 14 1.6329 0.81645 0.81645 0.127551 40.29926 0.329023 1.645116
28 15 13 1.6329 0.87476786 0.758132143 0.127551 40.29926 0.305522 1.527608
28 16 12 1.6329 0.93308571 0.699814286 0.127551 40.29926 0.28202 1.4101
28 17 11 1.6329 0.99140357 0.641496429 0.127551 40.29926 0.258518 1.292591
28 18 10 1.6329 1.04972143 0.583178571 0.127551 40.29926 0.235017 1.175083
28 19 9 1.6329 1.10803929 0.524860714 0.127551 40.29926 0.211515 1.057575
28 20 8 1.6329 1.16635714 0.466542857 0.127551 40.29926 0.188013 0.940067
28 21 7 1.6329 1.224675 0.408225 0.127551 40.29926 0.164512 0.822558
28 22 6 1.6329 1.28299286 0.349907143 0.127551 40.29926 0.14101 0.70505
28 23 5 1.6329 1.34131071 0.291589286 0.127551 40.29926 0.117508 0.587542

Berdasarkan perhitungan nilai pemampatan diatas kemudian dibuat grafik nilai


rate of consolidation sesuai dengan gambar berikut.
hub.kedalaman pemasangan PVD dng Rate of settlement lap. tanah
di bawah PVD
3
2.5

bawah PVD (cm/thn)


Rate of Settlement
lapisan tanah di 2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15 20 25

Kedalaman pemasangan PVD (m)

Berdasarkan grafik diatas, nilai rate of settlement 1.5 cm/tahun diperoleh dengan
pemasangan PVD sedalam kira-kira 15-16 meter.
 Menghitung jarak pemasangan PVD.
Tentukan dimensi dari PVD dan pola pemasangan kemudian hitung nilai De,
F(n) dan D dengan jarak yang bervariasi. Hitung nilai Urata-rata pada masing-
masing jarak pemasangan PVD. Rumus perhitungan nilai Uh dan contoh
perhitungan nilai Urata-rata dapat dilihat pada persamaan dibawah.

  
  1 
Uh  1      100%
t 8Ch 
   D2 2F  n    
 e 
Tabel nilai F(n) pada masing-masing jarak pemasangan.
Jarak PVD D a b Dw F (n)
S (m) (mm) (mm) (mm) (mm)
0.80 840 100 5 66.85 1.78
1.00 1050 100 5 66.85 2.00
1.25 1312.5 100 5 66.85 2.23
1.50 1575 100 5 66.85 2.41
2.00 2100 100 5 66.85 2.70

Tabel perhitungan nilai U rata-rata pada jarak antar PVD (S) = 0.8 meter
Untuk S = 0.8 m
t Tv Uv Uh U total
(minggu) (%)
1 0.0001329 0.0130065 0.5347148 54.07665443
2 0.0002657 0.018394 0.78350968 78.74918066
3 0.0003986 0.022528 0.89927026 90.15394952
4 0.0005315 0.0260131 0.95313194 95.43511236
5 0.0006643 0.0290835 0.97819299 97.88272101
6 0.0007972 0.0318594 0.98985352 99.01767796
7 0.0009301 0.034412 0.99527899 99.54414521
8 0.0010629 0.036788 0.99780339 99.78841943
9 0.0011958 0.0390196 0.99897795 99.90178277
10 0.0013287 0.0411303 0.99952445 99.95440135
11 0.0014615 0.0431378 0.99977874 99.97882804
12 0.0015944 0.0450559 0.99989705 99.99016875
13 0.0017273 0.0468957 0.9999521 99.99543448
14 0.0018601 0.048666 0.99997771 99.99787968
15 0.001993 0.0503741 0.99998963 99.99901522
16 0.0021259 0.0520261 0.99999517 99.99954259
17 0.0022587 0.0536273 0.99999775 99.99978753
18 0.0023916 0.055182 0.99999896 99.99990131
19 0.0025244 0.0566941 0.99999951 99.99995415
20 0.0026573 0.058167 0.99999977 99.9999787
21 0.0027902 0.0596034 0.99999989 99.99999011
22 0.002923 0.061006 0.99999995 99.9999954
23 0.0030559 0.0623771 0.99999998 99.99999786
24 0.0031888 0.0637187 0.99999999 99.99999901
25 0.0033216 0.0650326 1 99.99999954
26 0.0034545 0.0663205 1 99.99999979
27 0.0035874 0.0675839 1 99.9999999
28 0.0037202 0.0688241 1 99.99999995
29 0.0038531 0.0700423 1 99.99999998
30 0.003986 0.0712397 1 99.99999999

Berdasarkan data pada tabel U rata-rata tersebut kemudian dibuat grafik


hubungan antara nilai U rata-rata (Derajat konsolidasi gabungan) dengan T
(waktu).

100
Derajat konsolidasi gabungan %

90
80
70 s=0.8
60 s=1
s=1.25
50
s=1.5
40
s=2
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
T(minggu)

Berdasarkan grafik diatas, dapat ditentukan jarak pemasangan PVD yang dapat
menghasilkan nilai derajat konsolidasi gabungan mendekati nilai 100% atau paling tidak
diatas 90%. Keputusan pemilihan jarak pemasangan antar PVD tersebut tergantung
perencana dilihat dari factor biaya dan factor efektifitas pemasangan.
REFERENSI
Asaoka, A. 1978. Observational Procedure of Settlement Prediction. Soils and Foundations,
Vol. 18, No. 4, Dec. 1978. Japanese Society of Soil Mechanics and Foundation Engineering.
pp. 87- 101.

Barron, R. A. 1948. Consolidation of fine-grained soils by drain wells. Transactions ASCE,


Vol. 113, paper 2346, pp. 718-724.

Bergado, D. T., Anderson, L. R., Miura, N., Balasubramaniam, A. S. 1996. Soft ground
improvement in lowland and other environments. New York: ASCE Press.

Bergado, D. T., Manivannan, R., Balasubramaniam, A. S. 1996. Proposed criteria for


discharge
capacity of prefabricated vertical drains. Geotextiles and Geomembranes 14 (1996), 481-505.

Chai, J.-C., Carter, J. P., Hayashi, S. 2005. Ground Deformation induced by Vacuum
Consolidation. Journal of geotechnical and geoenvironmental engineering, Vol. 131, No. 12, Dec.
2005, 1552-1561.

Chai, J.-C., Hayashi, S., Carter, J. P. 2005. Characteristics of vacuum consolidation.


Proceedings of the 16th International Conference on Soil Mechanics and Geotechnical Engineering.
Osaka 12. - 16.09.2005. Rotterdam, Millpress.

Chu, J., Bo, M. W., Choa, V. 2004. Practical considerations for using vertical drains in soil
improvement projects. Geotextiles and Geomembranes 22 (2004) 101-117.

Chu, J., Yan, S. W. 2005. Estimation of Degree of Consolidation for Vacuum Preloading
Projects. International Journal of Geomechanics, Vol. 5, June 1, 2005, 158-165.

Cramer, J. M. Undated. Vertical wick drains consolidate tail minings. Company report.
www.nilex.com.

Elgamal, A. W., Adalier, K. 1996. Soil Stabilization by Ambient Pore Pressure and
Geomembrane Containment. Geosynthetics International, Vol. 3, No. 4.

Hansbo, S. 1979. Consolidation of clay by band-shaped prefabricated drains. Ground


Engineering, July, Vol. 12, No.5.

Hansbo, S. 1981. Consolidation of fine-grained soils by prefabricated drains. Proceedings,


10th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol. 3, Stockholm.

Hansbo, S. 1994. Foundation Engineering. Amsterdam. Elsevier Science B. V.

Hansbo, S. 1997. Practical aspects of vertical drain design. Proceedings, 14th International
Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol. 3, Hamburg.

Holtz, R. D., et al. 1991. Prefabricated Vertical Drains: Design and Performance, CIRIA ground
engineering report: ground improvement. Oxford: Butterworth – Heinemann Ltd.
Indraratna, B., Balasubramaniam, A. S., Sivaneswaran, N. 1997. Analysis of settlement and
lateral deformation of soft clay foundation beneath two full-scale embankments. Int. Journal
for
Numerical and Analytical Methods in Geomechanics, Vol. 21, 599-618.

Indraratna, B., Redana, I. W. 1998. Laboratory determination of smear zone due to vertical
drain installation. Journal of geotechnical and geoenvironmental engineering, Vol. 124, No.2,
Feb.
1998, 180-184.

Indraratna, B., Rujikiatkamjorn, C., Sathananthan, I., 2005. Radial consolidation of clay
using
compressibility indices and varying horizontal permeability. Canadian Geotechnical Journal,
Vol. 42, No. 5, Oct. 2005, 1330-1341

Jamiolkowski, M., Lancellota, R. and Wolski, W. 1983. Precompression and speeding up


consolidation. Proceedings, Eighth European Conference on Soil Mechanics and Foundation
Engineering, Vol. 3. Helsinki.

Karunaratne, G. P., Chew, S. H., Leong, K. W., Wong, W. K., Lim, L. H., Yeo, K. S., Hee, A.
M.
2003. Installation stress in prefabricated vertical drains. Journal of geotechnical and
geoenvironmental engineering, Vol. 129, No. 9, September 2003, 858-860.

Kremer, R. H. J., Oostveen, J. P., van Weele, A. F., De Jager, W. F: J., Meyvogel, I. J. 1983.
The quality of vertical drainage. Proceedings, Eighth European Conference on Soil Mechanics
and Foundation Engineering, Vol. 2. Helsinki.

Masse, F., et al. 2001. Vacuum consolidation: A review of 12 years of successful


development.
http://www.menard-soltraitement.com.

Tan, S-A., Chew, S-H. 1996. Comparison of the Hyperbolic and Asaoka Observational
Method of Monitoring Consolidation with Vertical Drains. Soils and Foundations, Vol. 36,
No. 3, Sept.
1996. Japanese Geotechnical Society. pp. 31-42.

Yan, S. W., Chu, J. 2003. Soil improvement for a road using the vacuum preloading method.
Ground Improvement (2003) 7, No. 4, 165–172.

Yan, S. W., Chu, J. 2005. Soil improvement for a storage yard using the combined vacuum
and fill preloading method. Canadian Geotechnical Journal, Vol. 42, 2005, 1094-1104.

Yeung, A. T. 1997. Design curves for prefabricated vertical drains. Journal of geotechnical
and
geoenvironmental engineering, Vol. 123, No. 8, Aug. 1997, 755-759.

Anda mungkin juga menyukai