Anda di halaman 1dari 3

Fransiska Purba 31S14012 Revisi Resum Jurnal AITB

In-depth observations of fermentative hydrogen production from liquid swine manure


using an anaerobic sequencing batch reactor
Xiao Wu1, Jun Zhu2, Hongjian Lin3. (2017)

Continuous biohydrogen production from liquid swine manure supplemented with glucose
using an anaerobic sequencing batch reactor

Xiao Wul, Jun Zhu, Chunying Dong, Curt Miller, Yecong Li, Liang Wang, Wanying Yao.
(2009)

Biohidrogen merupakan energi terbarukan, ramah lingkungan. Pada jurnal ini dilakukan produksi
dengan batch reactor dengan fermentasi gelap (tanpa bantuan cahaya). Tujuan produksi
biohidrogen selain untuk menghasilkan energi, mengurangi jumlah limbah dan hemat biaya
produksi. Limbah yang akan diolah ialah pupuk cair dari kotoran babi untuk menjadi produ
biohidrogen. Fermentasi pupuk cair kotoran babi mengandung glukosa menggunakan sistem
anaerobic sequencing batch reactor (ASBR), dipengaruhi oleh waktu retensi hidrolik (Hydraulic
retention time, HRT) dan pH.

Skala lab sistem ASBR dilakukan


dalam botol polietilen, diameter
20,3 cm dan tinggi 45 cm bekerja
sebagai bioreaktor dengan volume
total 8 liter dan volume kerja 4 liter
seperti gambar disamping.

Reaktor dipanaskan di hoplate


stirer agar suhu dapat
dipertahankan konstan. Terdapat
kontrol pH yang digunakan untuk
mengambil umpan balik dari probe
reaktor berdasarkan basa (NaOH) atau asam (HCl) untuk penyesuaian pH. Sistem ASBR
dioperasikan otomatis pada siklus. Operasi siklus dilakukan dengan urutan waktu. Masukan
(influent), keluaran (effluent), semua pencampur dan pompa dicapai menggunakan pompa
peristaltic yang dikendalikan oleh program data komputer. Waktu tiap siklus dilakukan selama 4
jam, dan selama siklus berlangsung diedarkan secara terus-menerus disemua tahap filling, Settilng,
dan withdrawal sekitar 30 menit untuk bercampur dan berdifusi menjadi bioH2. Pada akhir siklus,
konten dalam reaktor (berdasarkan HRT) dibuang ke tangki reaktor (effluent) agar dilakukan
analisis sampel.

1
Fransiska Purba 31S14012 Revisi Resum Jurnal AITB

Hasil percobaan dilakukan dua tahap. Dimana plot hasil analisis waktu retensi hidrolik terhadap
laju biohidrogen, laju biogas dan persentase hidrogen dalam percobaan.

Berdasarkan gambar disamping, terlihat bahwa laju


produksi biogas dengan bioH2 dipengaruhi oleh
HRT secara linear dan semakin rendah HRT maka
semakin tinggi produksi harga kedua produk ini.
Hasil data diperoleh bahwa HRT 8 jam memiliki
produksi biogas dan biohidrogen yang ekonomis.
Penyesuaian HRT meningkatkan tingkat organik
loading (organic loading rate, OLR). Oleh karena
itu, semakin tinggi OLR maka HRT semakin
rendah. Hal ini menguntungkan dalam peningkatan
laju produksi biogas ataupun biohidrogen.

Pada jurnal kedua, dilakukan kembali percobaan pupuk cair kotoran babi dicampurkan dengan
glukosa secara kontinu dengan reaktor ASBR. Tahapannya ada 4 langkah yaitu: (i) air limbah
dimasukkan ke reaktor dengan biomassa menetap didalamnya (ii) air limbah dan biomassa
dicampur perlahan-lahan (iii) biomassa terkonversi seluruhnya (iv) limbah ditarik keluar dari
reaktor.
Tabel 1. Karakteristik pupuk cair kotoran babi dan substrat yang digunakan pada percobaan

Desain gambar proses batch pupuk cair kotoran babi dengan penambahan glukosa pada Gambar
1. Substrat pupuk cair dari kotoran babi diletakkan dalam tangka masukan volume 20 liter lalu
dicampur dan dijalankan selama 10 detik sebelum umpan dimasukkan. Aliran masukan dan
keluaran diregulasi oleh pompa peristaltik. Lama siklus berlangsung diatur sebanyak 4 jam dan
tiap siklus, cairan disirkulasi secara konstan kecuali fasa filling, settling dan withdrawal sekitar 30
menit agar dapat berdifusi menjadi biohidrogen. Sampel biogas dan sampel cair dikumpulkan
untuk dilakukan analisis. Parameter yang dilakukan pada proses batch ini adalah variasi waktu
retensi hidrolik.

2
Fransiska Purba 31S14012 Revisi Resum Jurnal AITB

Gambar 1. Sistem ASBR pada produksi hidrogen dari pupuk cair kotoran babi
Tabel 2. Hasil produksi biohidrogen dan komposisi metabolisme diberbagai variasi HRT

Produksi biohidrogen dilakukan selama 31 hari dimulai dari rentang 8 jam sampai 24 jam dengan
interval 4 jam. Dari Tabel 2. Disimpulkan bahwa nilai hidrogen maksimum terjadi saat waktu
retensi hidrolik 16 jam dengan nilai 1,63 mol H2/mol glukosa. Meskipun rasio degradasi glukosa
menurun dari 98,8% di HRT 24 jam ke 98,1% di HRT 8 jam, namun pemanafaatan glukosa masih
efisien yaitu diatas 98% pada uji keefektifan HRT pada proses bioH2. Jadi disimpulkan bahwa
sistem ASBR dikarakteristik pada konsumsi substrat yang tinggi, variasi HRT tidak signifikan
mempengaruhi pemanfaatan glukosa pada sistem.
Kesimpulan

Sistem ASBR menunjukkan efisiensi konversi kebutuhan sebesar 63%. Pada sistem ASBR, tingkat
produksi biogas tinggi tidak menjamin tingkat biohidrogen tinggi. HRT optimal sistem pada
ASBR untuk mencapai tingkat produksi biohidrogen adalah 12 jam dengan pH 5 dari hasil
percobaan. Dijurnal kedua diperkuat lagi, bahwa sistem ASBR stabil menghasilkan biohidrogen
dimana pemanasan hibrid dan perlakuan awal dengan asam pada inokulum, serta operasi di pH 5
berhasil menghambat aktivitas metanogenesis. Setelah 1 bulan beroperasi, granulasi lumpur terjadi
dihari ke 23 membuktikan dapat meningkatkan konsentrasi biomassa dan biohidrogen telah dapat
dihasilkan dihari ke-12. Sistem ASBR menggunakan substrat pupuk cair kotoran babi dengan
penambahan glukosa lebih tinggi produksi biohidrogennya dibandingkan tanpa penambahan
gluoksa.

Anda mungkin juga menyukai