PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makluk yang paling sempurna diantara mahluk lainnya
karena manusia diciptakan sudah memiliki Tri Pramana yaitu Sabda, Bayu, dan
Idep. Sedangkan hewan memiliki Dwi Premana (Sabda dan Bayu) dan tumbuhan
hanya memiliki Eka Premana (Bayu). Istilah manusia/manusya secara etimologis
berasal dari bahasa sansekerta yakni kata Manu (berarti pikiran) dan sya (bentuk
negative yang menyatakan arti: milik atau sifat yang dimiliki kata benda yang
dilekatinya) dengan demikian secara hafiah kata manusia/manusya berarti ia yang
memiliki pikiran atau ia yang senantiasa berfikir dan menggunakan akal
pikirannya.
Manusia dapat berpikir karena memiliki pikiran sehingga dapat
membentuk budaya yaitu hasil cipta, rasa, dan karsa manusi. Dalam masyarakat
Bali Utara kata ngekoh dan meboya sudah tidak asing lagi didengarkan. Ngekoh
dan meboya adalah sesuatu yang dapat menurunkan keyakinan dan semangat bagi
orang yang mengalaminya.
Dalam dunia pendidikan sifat malas sangat perlu untuk dihindari, seperti
ngekoh untuk buat tugas, ngekoh untuk datang ke kampus, ngekoh untuk ikut
organisasi, dan lain sebagainya. Serta, jika di dalam ajaran Agama hindu kata
ngekoh juga perlu di hapuskan, seperti halnya ngekoh untuk sembahyang baik itu
ke pura. Namun dalam dunia kesehatan, ngekoh juga sangat diperlukan, karena
rasa malas pada seseorang jika digunakan pada waktunya akan memberikan atau
menjaga kesehatan tubuh seseorang, seperti misalnya istirahat pada saat kelelahan.
Maka dari itu, seseorang harus mengendalikan sifat dari pada ngekoh dan meboya
untuk menjadikan manusia yang ideal. Sifat ngekoh dan meboya dipengaruhi oleh
sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri manusia (Sad Ripu). Untuk mewujudkan
manusia yang ideal sifat ngekoh dan meboya sangat perlu untuk dikendalikan.
Karena, untuk menjadi manusia yang ideal maka seseorang harus menghilangkan
sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri manusia atau disebut dengan Sad Ripu.
Upaya yang harus dilakukan untuk menurunkan sifat ngekoh dan meboya
tersebut diantaranya adalah upaya melepaskan Sad Ripu atau sifat-sifat buruk.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman
bagi penulis seperti pengalaman dalam memuja Ida Sang Hyang widhi
Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Disamping itu, penulis juga mendapat
Śrāddha.
Kepercayaan, ketaatan, ajaran, keyakinan.
Kepercayaan kepada Sabda Tuhan Yang Maha Esa, keimanan agama.
Ketenangan jiwa, kesabaran dalam pikiran.
Hormat menaruh penghargan.
Kandungan ibu yang berumur lama.
Śrāddhalu.
Kepercayaan penuh keimanan.
Kerinduan, keinginan terhadap sesuatu.
Menurut kitab Bhagavad-gītā Bab XVII (2002) terdapat tiga jenis Śrāddha,
yaitu Śrāddha yang bersifat Sattva (kebaikan), Rajas (Kenafsuan), dan Tamas
(kegelapan atau kebodohan) sesuai dengan sifat manusia. Keyakinan tiap-tiap
individu tergantung pada sifat (watak)-nya. Selanjutnya menurut Atmaja (dalam
Winawan, 2002) telah merumuskan dalam Pañca Śrāddha yang merupakan lima
jenis keyakinan atau keimanan Hindu.
1. Widhi Tattva atau Widhi Śrāddha, Keimanan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dengan berbagai manifestasinya.
2. Ātma Tatva atau Ātma Śrāddha artinya keimanan terhadap Ātma yang
mehidupkan semua mahluk.
3. Karmaphala Tattva atau Kharmaphala Śrāddha artinya keimanan
terhadap Kebenaran hukum sebab akibat atau buah dari pada
perbuatan.
4. Samsāra atau Punarjadma Tattva/Śrāddha artinya keimanan terhadap
kelahiran kembali.
5. Moksa Tattva atau Moksha Śrāddha artinya keimanan terhadap
kebebasan yang tertinggi bersatunya Ātmā dengan Brahman yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.
Sehingga untuk mewujudkan manusia yang ideal, sifat dari pada meboya
tersebut perlu dihindari, karena sebagai umat hindu kita harus percaya dan yakin
Om Mantrahinam kryahinam,
bhakti-hinam parameswara tad pujitam mahadewa,
paripurna tad astu me,
Om dirghayur nirwighnam sukkha wrdhi nugrahakam
Arti:
Oh Hyang Widhi doa kami kurang,
perbuatan kami tiada sempurna bhakti hamba juga tiada sempurna,
maka itu kami memuja Mu Iswara yang agung,
semoga dapat menganugrahkan kesempurnaan/kemampuan melakukan kewajiban.