PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari study kesetimbangan adsorpsi fenol dan
kinetika pada zeolit X/komposit karbon aktif adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pH larutan terhadap
kesetimbangan adsorpsi.
2. Untuk menentukan jenis adsorpsi.
3. Untuk menentukan kesetimbangan adsorpsi yang paling
baik.
3
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zeolit
Zeolit merupakan mineral kristal alumino-silikat berpori
terhidrat yang mempunyai kerangka tiga dimensi. Zeolit
terbentuk dari ion-ion silikat [SiO4]4- dan aluminat [AlO4]5-,
tetrahedral yang saling terhubung oleh atom-atom oksigen,
(Amrulloh, 2014). Struktur tetrahedral [SiO4]4- dan [AlO4]5-
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Oksigen
Silikon/Aluminium
5
2.2.1 Zeolit Alam
Zeolit alam ditemukan dalam bentuk mineral di daerah
yang bergunung berapi, baik gunung api yang masih aktif
maupun sudah mati. Ada beberapa jenis zeolit alam yang telah
ditemukan yang masing-masingnya memiliki komposisi kimia
yang berbeda. Komposisi kimia yang berbeda terutama adalah
kandungan Si dan Al serta jenis kation yang menjadi komponen
minor, seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis zeolit alam dan komposisi kimianya
No. Zeolit Alam Komposisi
1 Analsim Na16(Al16Si32).16H2O2
2 Kabasit (Na2,Ca)6(Al12Si24O72).40H2O
3 Klimoptilotit (Na4K4)(Al8Si40O96).24H2O
4 Erionit (Na,Ca5K)(Al9Si27O72).27H2O
5 Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72).18H2O
6 Heulandit Ca4(Al8Si28O72).24H2O
7 Laumonit Ca(Al8Si16O48).16H2O
8 Mordenit Na8(Al8Si40O96).24H2O
9 Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64).20H2O
10 Natrolit Na4(Al4Si6O20).4H2O
11 Wairakit Ca(Al2Si4O12).12H2O
(Widiawati, 2017)
Zeolit alam terbentuk karena adanya proses fisika dan
kimia yang kompleks terhadap batuan-batuan yang mengalami
berbagai macam perubahan di alam. Zeolit alam diperkirakan
sebagai produk dari gunung berapi yang membeku menjadi
batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan metamorfosa yang
selanjutnya mengalami proses pelapukan karena pengaruh iklim
(Widiawati, 2017). Mengingat asalnya maka zeolit alam sangat
jarang ditemukan dalam keadaan bebas pengotor. Keberadaan
pengotor tersebut dapat mengurangi manfaat zeolit sehingga
diperlukan upaya tambahan untuk memperbaiki sifat-sifat zeolit
alam sebelum digunakan dalam berbagai bidang, misalnya
sebagai adsorben, dan katalis. Oleh karena itu, umumnya zeolit
6
alam diaktivasi sebelum digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitasnya (Widiawati, 2017).
2.2.2 Zeolit Sintetik
Zeolit sintetik adalah zeolit yang dibuat dari bahan-bahan
aluminosilikat dengan cara meniru proses pembentukan zeolit di
alam. Berbagai bahan baku yang mengandung aluminosilikat
dapat digunakan. Komponen penyusun zeolit ditambahkan
dengan menggunakan bahan baku berupa senyawa murni,
sehingga zeolit sintetik yang dihasilkan mempunyai kemurnian
tinggi dan komposisi yang tetap (Yulianti, 2017). Karena
kondisi dan komposisi bahan baku dalam sintesis zeolit dapat
dikontrol maka jenis zeolit yang dapat dihasilkan lebih banyak
dan beragam daripada zeolit alam. Beberapa contoh sintesis
zeolit sintetik, diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Beberapa zeolit sintetik dan rumus kimianya.
Zeolit Rumus Kimia
Zeolit A Na2O.Al2O32Si3O2.4,5H2O
Zeolit N-A (Na,TMA)2O.Al2O34,8SiO2.7H2O TMA–(CH3)4N+
Zeolit H K2O.Al2O3.2Si2O2.4H2O
Zeolit L (K2Na2)O.Al2O3.6Si2.5H2O
Zeolit X Na2O.Al2O3.2,5SiO2.6H2O
Zeolit Y Na2O.Al2O3.4,8SiO2.8,9H2O
Zeolit P Na2O.Al2O3.2-5SiO2.5H2O
Zeolit O (Na,TMA)2O.Al2O37SiO2.3,5H2O TMA-(CH3)4N+
Zeolit Ω (Na,TMA)2O.Al2O37SiO2.5H2O TMA–(CH3)4N+
Zeolit ZK-4 0,85Na2O.0,15(TMA)2O.Al2O3.3,3SiO2.6H2O
Zeolit ZK-5 (R,Na2)O.Al2O3.4-6SiO2.6H2O
(Yulianti, 2017)
7
2.3 Struktur Zeolit
Struktur Kristal zeolit terbentuk dari kerangka dasar yang
ion silikat dan/atau ion aluminat yang dikenal sebagai
“Secondary Building Unit” (SBU), sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 2.2. Dalam SBU ini Si atau Al berada pada
masing-masing sudut dan digambarkan dalam bentuk lingkaran,
sedangkan oksigen berada pada garis yang menghubungkan Si
dan/atau Al (Widodo, 2017).
8
Gambar 2.3 Struktur zeolit yang dihasilkan dari SBU S4R dan
S6R: (a) Sodalit; (b) Zeolit A; dan (c) Faujasit
(Widodo, 2017).
Bentuk Faujasit didapatkan dari sodalit (𝛽 cage) yang
dihubungkan dengan cincin ganda enam menjadi zeolit X dan Y.
Zeolit X memiliki rasio Si/Al antara 1 dan 3, sedangkan pada
pada zeolit Y memiliki rasio Si/Al 3 atau lebih tinggi.
2.4 Zeolit X
Zeolit X merupakan salah satu jenis faujasit. Faujasit
adalah satu dari beberapa zeolit yang dapat disintesis dari bahan
alam. Rumus umum faujasit adalah Naj[(AlO2)j(SiO2)192-j].zH2O.
Zeolit faujasit dibagi menjadi 2 yaitu zeolit faujasit kaya silikon
(zeolit Y) dan zeolit faujasit yang kaya aluminium (zeolit X).
Zeolit X memiliki ukuran pori 7,3 dan KTK (Kapasitas Tukar
Kation) tinggi sebesar 5 meq/g sehingga dapat digunakan
sebagai ayakan molekuler dan bahan penukar kation tinggi
(Bahri, 2015).
Rumus molekul dari sintesis zeolit X adalah
Na86[(AlO2)86(SiO2)106].264H2O. Menurut Bahri, (2015) zeolit X
mempunyai diameter 𝛼-cage (supercage) 13 Å dan diameter
𝛽-cage (kerangka sodalit) 6,6 Å dengan diameter pori 7,4 Å
membentuk struktur tiga dimensi dengan rasio Si/Al 1,0-1,5.
Perbedaan antara zeolit X dengan zeolit lain dilihat dari jumlah
cincin pada SBU (Secondary Building Unit) atau unit
pembangun kedua, contoh zeolit A memiliki 8 cincin dan zeolit
faujasit memiliki 12 cincin (Bahri, 2015).
9
Salah satu zeolit sintetik yang banyak digunakan adalah
zeolit X yang dimanfaatkan untuk menyerap CO2 dari aliran gas
buang mesin serta digunakan pula pada pemurnian oksigen dari
udara di industri. Selain itu, kemampuan pertukaran kation
zeolit X dimanfaatkan untuk pengangkatan ion-ion logam
beracun atau radioaktif dari air yang tercemar. Zeolit X juga
digunakan untuk pengeringan hidrokarbon dan gas penghilangan
H2O, CO2 dan SO2 dari gas alam yang bermutu rendah.
Dalam aplikasi sebagai adsorben, zeolit X memiliki luas
permukaan yang rendah 50 m2/g (Nurul, 2012). Luas permukaan
zeolit X ini jauh lebih rendah daripada adsorben yang umum
digunakan yaitu gel silika (silica gel) dan karbon aktif. Silika gel
memiliki luas permukaan 300-1000 m2/g (Amalia, 2015) dan
karbon aktif 300-3500 m2/g (Sembiring dkk., 2003).
Walaupun memiliki luas permukaan yang relatif rendah,
zeolit X memiliki kemampuan pertukaran kation yang tidak
dimiliki oleh baik gel silika maupun karbon aktif. Selain itu,
zeolit X memiliki rongga-rongga di dalam strukturnya yang
memiliki ukuran setara dengan ukuran molekul tertentu. Dengan
kedua sifat tersebut maka zeolit X dapat digunakan sebagai
penukar kation dan penyaring molekul dengan ukuran tertentu,
sesuai dengan rongga yang dimiliki olehnya (Widodo, 2017).
2.5 Karbon Aktif
Karbon aktif adalah karbon amorf yang mempunyai luas
permukaan antara 300-2000 m2/gr. Luas permukaan yang besar
ini berasal dari struktur pori-pori di dalam karbon aktif yang
mampu menyerap uap, gas, ataupun untuk mengadsorpsi uap,
gas, ataupun zat. Kemampuan karbon aktif dalam menyerap gas
tersebut membuatnya banyak dimanfaatkan dalam industri,
maupun aplikasi sehari-hari di rumah seperti penghilang bau dan
warna cairan (Fatmawati dkk., 2017). Secara umum, pembuatan
dan aktivasi karbon aktif ditunjukkan pada Gambar 2.4.
10
Proses
Karbonisasi pengontrolan
Arang Karbon
CO2, Uap 500-800 Aktif
oC
Bahan
Dasar
Proses aktivasi
(H3PO4 H2SO4, KOH, NaOH,
ZnCl2 dan NaCl) Karbon
Arang
Disaring/dicuci Aktif
Intensitas/(a.u)
2 Teta/(°)
2 Teta/(°)
16
ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Intensitas/(a.u)
2 Teta/(°)
17
Gambar 2.10 Spektrometer UV-Vis (Kurniawati, 2017).
2.9 Adsorpsi
Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat pada permukaan zat
lain. Fenomena ini melibatkan interaksi fisika, kimia, dan gaya
elektrostatik antara adsorbat dengan adsorben pada permukaan
adsorben. Ada dua macam adsorpsi yaitu adsorpsi kimia dan
adsorpsi fisika. Dalam adsorpsi kimia melibatkan ikatan
koordinasi sebagai hasil penggunaan elektron bersama-sama
adsorben dan adsorbat. Sedangkan adsorpsi fisika, molekul-
molekul teradsorpsi pada permukaan dengan ikatan yang lemah
(bersifat reversibel, dengan cara menurunkan tekanan gas atau
konsentrasi zat terlarut) (Sukardjo, 1990).
2.10 Isoterm Adsorpsi - Desorpsi Nitrogen
Adsorpsi (penyerapan) adalah proses pemisahan dimana
komponen dari suatu fase fluida berpindah ke permukaan zat
padat yang menyerap (adsorben) biasanya partikel-partikel kecil
zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia yang merupakan
ikatan kuat antara penyerap dan zat yang diserap sehingga tidak
terjadi proses yang bolak-balik. Adsorpsi menyangkut akumulasi
atau pemutusan substansi adsorbat pada adsorben dan pada hal
ini dapat terjadi pada antar muka dua fasa. Fasa yang menyerap
disebut adsorben dan fasa yang terserap disebut adsorbat
(Purnamasari, 2016).
Desorpsi adalah proses penyingkiran atom, molekul, atau
ion yang terjerat pada permukaan. Desorpsi berarti suatu
fenomena dimana suatu zat lepas dari permukaan (Purnamasari,
2016). Kegunaan Adsorpsi-Desorpsi Nitrogen adalah untuk
18
mengetahui material dan ukuran pori, luas permukaan zeolit atau
adsorben lain (Purnamasari, 2016).
Metode t-plot yaitu metode yang menghubungkan volume
gas yang teradsorpsi dengan statistical thicknes (t)
5
T(Å) = 3,54 [ ]1/2 (2,1)
2,303log(𝑃0 /𝑃
𝑞𝑚 𝑏𝐶𝑒
qe = (2.2)
1+𝑏𝐶𝑒
19
dimana qm adalah kapasitas adsorpsi maksimum adsorben
(mg/g), dan b adalah konstanta kesetimbangan adsorpsi
Langmuir (mg/L). Grafik Isoterm Langmuir dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
adsorpsi qe
Kapasitas
(mg/g)
Konsentrasi kesetimbangan
Ce (mg/L)
Gambar 2.11 Isoterm Langmuir (Diah, 2014).
2.12 Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich adalah isoterm dengan energi
permukaan heterogen dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
(Hasrianti, 2012).
Isoterm Freundlich merupakan adsorpsi jenis fisika
dimana adsorpsi terjadi pada beberapa lapis (monolayer) dan
ikatannya tidak kuat. Isoterm Freundlich menerangkan bahwa
tempat adsorpsi bersifat heterogen. Cara konvensional
menyatakan isoterm Freundlich diberikan dalam persamaan 2.2.
qe = KFCe1/n (2.3)
20
Kapasitas adsorpsi qe
(mg/g)
Konsentrasi kesetimbangan
Ce (mg/L)
𝐾𝑅 𝐶𝑒
qe = 𝛽 (2.4)
1+𝛼𝑅 𝐶𝑒
21
Jumlah zat yang teradsorpsi
(cm3/g STP)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
23
suhu 77 K pada instrument Quantachrome Autosorb-3B
setelah mengaktifkan sampel pada suhu 573 K dan divakum
selama 4 jam. Hitung Luas permukaan spesifik (SBET) dengan
metode BET. Sehingga didapatkan volume total pori (Vtotal)
yang diperoleh dari isoterm adsorpsi N2 pada P/P0 = 0,98.
Selanjutnya hitung volume mikropori (V mic) dan luas permukaan
(Smic) dengan menggunakan metode t-plot.
3.2.3 Percobaan Batch
Isoterm adsorpsi diperoleh dengan percobaan Batch pada
variasi suhu yang berbeda (298 K, 308 K, 318 K dan 328 K).
Untuk setiap percobaan, 25 ml larutan fenol dengan konsentrasi
awal (Co) dan 6 g/L dari adsorben X/AC dicampur dalam labu
ukur. Lalu sesuaikan pH larutan sampai 6,5 dengan penambahan
HCl (0,1 mol/L) atau NaOH (0,1 mol/L). Selanjutnya campuran
dicampur pada 150 rpm selama 20 jam dalam shaken, atur suhu
untuk memastikan kesetimbangan. Pada akhirnya adsorben
disaring dan dianalisa konsentrasi residu fenol menggunaklan
spektroskopi UV-Vis (UV-9600) pada 510 nm dengan metode
4-aminoantipirene. Kinetika adsorpsi dilakukan dengan
prosedur yang sama pada 298 K, sesuaikan pH larutan sampai
6,5, konsentrasi fenol awal adalah 103 mg/L, 240 mg/L, 382
mg/L dan 552 mg/L. Setelah interval waktu yang berbeda,
adsorben disaring dan dianalisa konsentrasi residu fenol. Hitung
jumlah adsorpsi kesetimbangan fenol, qe (mg/g), yang diberikan
dalam persamaan 3.1.
(𝐶𝑜−𝐶𝑒).𝑉
qe = (3.1)
𝑚
24
3.3 Kinetika Adsorpsi
3.3.1 Model Orde Satu Semu
Model orde satu semu dinyatakan pada persamaan
persamaan 3.2.
𝑑𝑞𝑡
= k1(qe - qt) (3.2)
𝑑𝑡
𝑑𝑞𝑡
= k2(qe - qt)2 (3.4)
𝑑𝑡
qt = kidt1/2 + C (3.6)
25
dimana kid adalah konstanta laju difusi intrapartikel, dan C
adalah konstanta yang berhubungan dengan ketebalan lapisan
yang melintang.
3.4 Termodinamika Adsorpsi
Dalam proses adsorpsi fenol, termodinamika adsorpsi
harus diperoleh untuk mengetahui perilaku adsorpsi.
ΔG0 adsorpsi dapat diberikan dari persamaan Van't Hoff klasik
seperti pada persamaan 3.7
KD = qe/Ce (3.8)
∆𝑆 0 ∆𝐻 0
ln KD = - (3.10)
𝑅 𝑅𝑇
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2 Teta/(°)
Gambar 4.1 Pola difraksi sinar-X dari sampel.
Isoterm adsorpsi desorpsi N2 dan parameter struktur pori
sampel ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan Tabel 4.1. Dari
Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa isoterm desorpsi adsorpsi N2
dari isoterm zeolit 13X, sesuai dengan mikropori zeolit X
tunggal, isoterm AC dan X/AC menunjukkan isoterm І dan ІV,
untuk porositas hirarkis berkisar dari mikropori, mesopori
hingga makropori.
27
Volume adsorpsi /(cm3/g)
28
kristal X zeolit dalam X/AC, dan agregat kristal telah ditutupi
oleh karbon aktif. Permukaan karbon aktif di X/AC lebih
longgar dan lebih berpori dibandingkan dengan AC.
29
dan ion fenolat. Peningkatan pH menghasilkan kekuatan repulsi
elektrostatik yang disempurnakan, menyebabkan penurunan
kapasitas adsorpsi. Oleh karena itu dalam penelitian ini, dipilih
pH 6,5 sebagai nilai pH yang optimum pada adsorpsi fenol.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4.
qe(mg/g)
qe(mg/g)
31
4.4 Kinetika Adsorpsi
Untuk menjelaskan adsorpsi fenol pada komposit X/AC,
data kinetika dipasang oleh model orde satu semu, orde dua
semu, dan difusi intrapartikel pada Gambar 4.6, dan parameter
kinetika tercantum pada Tabel 4.2. Dapat dilihat bahwa
kapasitas adsorpsi yang dihitung dari fenol qe (kal.) dan
koefisien korelasi (R2) dapat digunakan untuk menentukan
penerapan model kinetika adsorpsi.
Proses adsorpsi terjadi pada beberapa tahap, termasuk
difusi eksternal, difusi intrapartikel, dan adsorpsi aktual pada
permukaan. Model difusi intrapartikel digunakan sesuai dengan
data eksperimen untuk mengungkapkan langkah pengendali laju
dalam proses adsorpsi fenol. Pada Gambar 4.6.d, dicatat bahwa
proses adsorpsi dibagi menjadi dua tahap, menunjukkan bahwa
proses adsorpsi yang rumit dikendalikan oleh lebih dari satu
mekanisme. Karena komposit X/AC memiliki mikropori,
mesopori serta makropori, kedua langkah tersebut sesuai dengan
difusi makroporous/mesoporous dan difusi mikroporous,
masing-masing, yang menunjukkan bahwa difusi fenol di
kontrol oleh struktur pori X/AC.
Kapasitas adsorpsi-kapasitas
Kapasitas adsorpsi
waktu ln (qe-qt)
qe(mg/g)
32
Waktu/kapasitas waktu
33
Tabel 4.2 Parameter kinetika untuk adsorpsi fenol pada X/AC
Orde satu semu Orde dua semu Difusi Intrapartikel
Co qe(exp)
(mg/L (mg/g)
qe(kal) qe(kal) Kid,1
K1(min-1) R2 K1(min-1) R2 C(mg/g) R2
(mg/g) (mg/g) (mg/g.min1/2)
103,23 13,91 1,38 -4,5 x 10-3 0,9036 13,87 2,0 x 10-2 0,9995 0,14 11,97 0,9174
240,23 27,06 3,68 -1,1 x 10-2 0,9692 27,23 1,2 x 10-2 0,9999 0,37 22,44 0,9884
382,33 29,03 3,64 -4,5 x 10-3 0,8811 28,9 8,3 x 10-3 0,9994 0,41 23,54 0,9986
552,12 30,52 4,6 -5,1 x 10-3 0,9471 3046 6,5 x 10-3 0,9994 0,45 24,06 0,9968
34
Kapasitas adsorpsi qe
(mg/g)
Konsentrasi Kesetimbangan
(mg/L)
Gambar 4.7.a Isoterm adsorpsi fenol pada X/AC.
Konstanta difusi (ln KD)
1/suhu (10-3K-1)
Gambar 4.7.b Plot ln KD lawan 1/T untuk adsorpsi fenol pada
X/AC untuk parameter termodinamika. Kondisi
percobaan: pH awal: 6,5, dosis AC/13X: 6 g/L,
waktu adsorpsi: 20 h, Suhu: 298 K, 303 K,
308 K, 313K.
Karena kelompok fungsional permukaan dasar pada
komposit X/AC dapat bertindak sebagai donor elektron, dan
cincin aromatik fenol bertindak sebagai akseptor elektron,
kompleks donor akseptor memperhitungkan mekanisme ikatan
35
primer. Di sisi lain, karena gugus yang mengandung oksigen
pada permukaan karbon aktivasi dan permukaan polar zeolit X,
X/AC memiliki afinitas kuat untuk molekul air. Dengan
demikian, efek pelarut harus dipertimbangkan dalam proses
adsorpsi fenol. Dengan meningkatnya suhu adsorpsi, kapasitas
adsorpsi air berkurang, dan tingkat hidrasi molekul fenolik
berkurang, dan kapasitas adsorpsi fenol meningkat.
Tiga model isoterm: Langmuir, Freundlich dan Redlich
Peterson (R-P) diterapkan agar sesuai dengan data eksperimen.
Parameter isoterm dan nilai koefisien korelasi (R2) dirangkum
dalam Tabel 4.3. Menurut hasil, nilai R2 lebih tinggi untuk
persamaan R-P dan persamaan Freundlich dibandingkan dengan
persamaan Langmuir, menunjukkan bahwa persamaan R-P dan
persamaan Freundlich memberikan pemasangan yang lebih baik
dalam adsorpsi fenol pada X/AC. Nilai R2 persamaan isoterm
Langmuir pada kisaran 0,9293-0,9444 relatif rendah, sehingga
tidak dapat menggambarkan data eksperimen dengan baik.
Konstanta Freundlich n kurang. Dari 1 terungkap bahwa
permukaan X/AC itu heterogen. Persamaan β dalam R-P yang
diperoleh dari proses adsorpsi adalah 0,70-0,72. Berdasarkan
hasil di atas, permukaan X/AC mengandung kelompok
fungsional yang berbeda.
Tabel 4.3 Parameter isoterm untuk adsorpsi fenol pada X/AC
pada temperatur yang berbeda.
Model Fenol
Konstanta Isotermal
Isotermal 25°C 30°C 35°C 40°C
Langmuir qm (mg/g) 37,92 39,30 40,79 40,31
b (L/mg) 0,022 0,025 0,024 0,032
R2 0,9434 0,9444 0,9408 0,9293
Freundlich KF ((mg/g)(L/mg)1/n) 5,74 5,99 6,21 7,40
N 0,31 0,32 0,32 0,29
R2 0,9922 0,9980 0,9986 0,9998
R-P KR (L/g) 25,68 29,69 32,30 40,55
αR (L/mg)β 4.10 4,57 4,80 5,00
β 0,70 0,70 0,70 0,72
R2 0,9926 0,9985 0,9983 0,9991
36
4.6 Termodinamika Adsorpsi
Parameter termodinamika Nilai ΔG0, ΔS0 dan ΔH0 dapat
dihitung dari Gambar KD, KD versus 1/T (ditunjukkan pada
Gambar 4.7.b dan Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Parameter termodinamika adsorpsi fenol pada X/AC.
Temperatur Fenol
(°C) ΔG (kJ/mol)
0
ΔH0 (kJ/mol) ΔS0 (kJ/mol)
25 -30,52
30 -31,01 22,53 102,43
35 -31,53
40 -32,04
Nilai KD diperoleh dari isotermal adsorpsi R-P, menurut
literatur. Nilai ΔG0 berkisar dari -30,52 kJ/mol sampai 32,04
kJ/mol, menunjukkan bahwa adsorpsi fenol pada X/AC adalah
menguntungkan dan spontan. Nilai ΔH0 adalah 22 kJ/mol (lebih
tinggi dari 20 kJ/mol), menunjukkan bahwa adsorpsi fenol pada
X/AC mencakup beberapa kemisorpsi. Selain itu, nilai positif
ΔH0 menunjukkan bahwa adsorpsi fenol bersifat endotermik.
Nilai positif ΔS0 menunjukkan tingkat kebebasan pada
antarmuka padatan/larutan meningkat selama proses adsorpsi,
sedangkan molekul air yang teradsorpsi dapat dipindahkan oleh
molekul fenol.
37
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
38
BAB V
KESIMPULAN
39
“Halaman ini sengaja dikosongkan”
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Bahri, S. (2015). Sintesis dan Karakterisasi Zeolit X dari Abu
Vulkanik Gunung Kelud dengan Variasi Rasio Molar
Si/Al menggunakan Metode Sol-Gel. Skripsi. Jurusan
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi (UIN) Maulana
Malik Ibrahim, Malang.
Cañizares, P., Carmona, M., Baraza, O., Delgado, A., Rodrigo,
M.A. (2006). Adsorption Equilibrium of Phenol onto
Chemically Modified Activated Carbon F400. Journal Of
Hazardous Materials, Vol. 131, hal. 243-248.
Caetano, M., Valderrama, C., Farran, A., Cortina, J.L. (2009).
Phenol Removal from Aqueous Solution by Adsorption
and Ion Exchange Mechanisms onto Polymeric Resins.
Journal Of Colloid and Interface Science, Vol. 338, hal.
402-409.
Dabrowski, A., Podkoscielny, P., Hubicki. Z, Barczark. M
(2005). Adsorption of Phenolic Compounds by Activated
Carbon a Critical review. Journal Of Chemosphere, Vol.
58, hal. 1049-1070.
Diah, N., W. (2014). Isoterm Adsorpsi. Departemen Farmasi
UNAIR, Vol. 40, hal. 81-85.
Díaz-Nava, M.C., Olguin, M.T., Solache-Ríos, M. (2012).
Adsorption of Phenol onto Surfactants Modified
Bentonite. Journal Of Phenomenon Macrocycle
Chemistry, Vol. 74, hal. 67–75.
Dwi, K. (2013). Karakterisasi Bubuk TiO2 dengan XRD.
(https://bisakimia.com/2013/11/18/karakterisasi-bubuk-
tio2-dengan-xrd). Diakses 14 Januari 2018.
Fatmawati. Y., Andri. K. (2017). Pemanfaatan Batubara Lignit
Kalimantan Timur Menjadi Karbon Aktif
Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda. Seminar
Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri. ISSN
2085-4218 ITN Malang, hal. 2.
42
Foo, K.Y., Hameed, B.H. (2011). The Environmental
Ahallications of Activated Carbon/Zolite Composite
Materials. Journal Of Advance in Colloid and Interface
Science, Vol. 162, hal. 22–28.
Freundlich., H. (2003). Über die absorption in lösungen. Journal
Of Physical Chemistry, hal. 385-470.
Girods, P., Dufour A., Fierro, V., Rogaume, Y., Rogaume, C.,
Zoulalian, A., Celzard, A. (2009). Activated Carbons
Prepared from Wood Particleboard Wastes:
Characterisation and Phenol Adsorption Capacities.
Journal Of Hazardous Materials, Vol. 166, hal. 491-501.
Gundogdu, A., Duran, C., Senturk, H.B, Soylaks, M., Ozdes, D.,
Serencam, H., Imamoglu, M. (2012). Adsorption of
Phenol from Aqueous Solution on a Low-Cost Activated
Carbon Produced from Tea Industry Waste: Equilibrium,
Kinetic, and Thermodynamic Study. Journal Of Chemical
and Engineering, Vol. 57, hal. 2733-2743.
Hasrianti. (2012). Adsorpsi Ion Cd2+ dan Cr6+ pada Limbah Cair
Menggunakan Kulit Singkong. Universitas Hassanudin,
Makassar.
Ho Y.S., McKay. G (Fellow). (1998). Kinetic Models for the
Sorption of Dye from Aqueous Solution by Wood.
Journal Of Process Safety and Environmental Protection,
Vol. 76 hal. 183-191.
Hua, C., Zhang, R., Li. Li, Zhing, X. (2012) Adsorption of
Phenol From Aqueous Solutions Using Activated Carbon
Prepared from Crofton Weed, Vol. 1-3, hal. 230-237.
Juang, R.S., Wu, F.C, Tseng, R.L. (2000). Mechanism of
Adsorption of Dyes and Phenols from Water Using
Activated Carbons Prepared from Plum Kernels. Journal
of Colloid and Interface Science, Vol. 227, hal. 437-444.
43
Khadafi, M., Awitdrus., Farma, R. (2016). Pengaruh Waktu
Karbonisasi terhadap Sifat Fisis Karbon Aktif Kayu
Eucalyptus Pellita. Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru.
Khairnar, R.S, Wakde, M.D., Mahabole, M.P., Krishnal. R
(2014). Development of Ethanol Sensor using Sodium A
Nano Zeolite Marathwada, Swami Ramanand Teerth
Certified International. Journal of Engineering and
Innovative Technology (IJEIT). Departemen Of
Mechanical Engineering, University of Aveiro, Aveiro,
Portugal. Vol. 3, Issue 11, ISSN: 2277-3754.
Khuluk.R.H. (2016). Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif
dari Tempurung Kelapa (Cocous Nucifera l.) Sebagai
Adsorben Zat Warna Metilen Biru. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung Bandar Lampung.
Kim T.Y., Cho Sung Young, Kim Seung Jai. (2011). Adsorption
Equilibrium and Kinetics of Cohaler Ions and Phenol onto
Modified Adsorbents. Journal Of Adsorption. Vol. 17,
hal. 135-143.
Kurniawati, A. D. (2017). Spektrofotometri UV-Vis. PPT, hal. 5
Liu, Q.S., Zheng, T., Wang, P., Jiang, J.P, Li, N. (2010).
Adsorption Isotherm, Kinetic and Mechanism Studies of
Some Substituted Phenols on Activated Carbon Fibers.
Journal Of Chemical Engineering, Vol. 57, hal. 348-356.
Liu, S.H., Juang, R.S.. (2009). Adsorption of Phenol and its
Derivatives from Water Using Synthetic Resins and Low
Cost Natural Adsorbents. Journal Of Review
Management, Vol. 1339, hal. 49.
Li Zhonglin , Cui Xingyu , Ma Jinghong , Chen Wenping , Gao
Wei, Li Ruifeng (2014). Preparation of granular X-type
zeolite/activated carbon composite from elutrilithe by
adding pitch and solid SiO2. Journal Of Materials
Chemistry and Physics Vol. 147, Issue 3, hal. 1003-1008.
44
Ma Jinghong., Si Cheming, Li Yixiao, Li Ruifeng. (2012). CO2
Asorption on Zeolite X/Activated Carbon Composites.
Journal Of Adsorption, Vol. 18, hal. 503-510.
Moreno-Castilla., Carlos. (2004). Adsorption of Organic
Molecules from Aqueous Solutions on Carbon Materials.
Journal Of Carbon, Vol. 42, hal. 83-94.
Nurul M.Z., Widiastuti N. (2012). Sintesis Zeolit x-karbon
dari Abu Dasar Batubara dan Karakterisasinya Sebagai.
Material Penyimpan Hidrogen. Skripsi. Jurusan kimia.
FMIPA ITS.
Okolo, B., Park, C., Keane, Mark. A. (2000). Interaction of
Phenol and Chlorophenols with Activated Carbon and
Synthetic Zeolites in Aqueous Media. Journal of Colloid
and Interface Science, hal. 308-317.
Pratama, I., Destiarti, L., Nurlina (2018). Progam Studi JKK,.
Penurunan Kadar Timbal(II) menggunakan Zeolit-X
Sintetis dari Batu Padas Kimia FMIPA Universitas
Tanjungpura Pontianak,. Vol 7. Edisi 1. ISSN 2303-1077
hal. 53-58.
Prasetyoko, D., Fansuri, H., Ni'mah, Y.L., Fadlan, A. (2016).
Karakterisasi Padatan. Penerbit Deepublish, Yogyakarta..
Edisi 1.
Podkościelny, P., Nieszporek, K. (2011). Adsorption of Phenols
from Aqueous Solutions: Equilibria, Calorimetry and
Kinetics of Adsorption. Journal Of Colloid and Interface.
Vol. 354, hal. 282-291.
PubChem. (2005). 4-Aminoantipyrine. Laboratory Chemical
Safety Summary (LCSS). Open Chemistry database.
Purnamasari I. W. (2016) Adsorpsi-Desorpsi Monologam dan
Multilogam Ion Ni2+ Cd2+, dan Cu2+ oleh Material
Biomassa Alga Nitzschia sp yang Dimodifikasi dengan
Pelapisan Silika-Magnetit (Fe3O4). Skripsi. Fakultas
45
Matematika dan IImu Pengetahuan Alam Universitas
Lampung Bandar Lampung.
Rawajfih, Z., Nsour, N. (2006). Characteristics of Phenol and
Chlorinated Phenols Sorption onto Surfactant-Modified
Bentonite. Journal Of Colloid Interface Science
Technology, Vol. 298, hal. 39-49.
Redlich, O., Peterson, D.L (1959). A Useful Adsorption
Isotherm. The Journal Of Physical Chemistry, Vol. 63,
hal. 1024.
Rohmadhani, H. (2016). Validasi Metode Penetapan Kadar
Tablet Floating Metformin Hidroklorida Dengan
Spektrofotometri. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Sawyer. (1994). Isoterm adsorpsi Freundlich, Vol. 23.
hal. 490-496.
Sembiring, M, T, Sinaga T, S. (2003). Pengenalan dan Proses
Pembuatannya Arang Aktif. Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Setiadi, A., Jumaeri, Nuni, W. (2016). Sintesis Zeolit dengan
Kandungan Si/Al Rendah Dari Kaolin menggunakan
Metode Peleburan dan Hidrotermal Jurusan Kimia,
FMIPA Universitas Negeri Semarang. Journal of
Chemical Science, Vol. 5, Edisi 3.
Singh, S.K., Townsend, T.G, Mazyck, D., Boyer, T.H.
Equilibrium and Intra-Particle Diffusion of Stabilized
Landfill Leachate onto Micro and Mesoporous Activated
Carbon. Isoterm adsorpsi (2012). Journal Of Water
Research, Vol. 46, hal. 491-499.
Sukardjo, (1990). Kimia Anorganik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sriatun. (2004). Sintesis Zeolit A dan Kemungkinan
Penggunaannya sebagai Penukar Kation. Laboratorium
Kimia Anorganik Jurusan Kimia FMIPA. UNDIP
Semarang, Vol. 8.
46
Srihari. V., Das Ashutosh. (2008). Comparative Studies on
Adsorptive Removal of Phenol by Three Agro-Based
Carbons: Equilibrium and Isotherm Studies. Journal Of
Ecotoxicology and Environmental Safety, Vol. 71,
hal. 274-283.
Srivastava, V. C., Swamy, M.M, Mall, I.D., Prasad, B., Mishra,
I.M. (2006). Adsorptive Removal of Phenol by Bagasse
Fly Ssh and Activated Carbon s. Journal Of Colloids and
Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects,
Vol. 272, hal. 89-104.
Su, F., Lv. Lu, Hui M.T , Zhao X.S. (2005). Phenol adsorption
on Zeolite Templated Carbons with Different Structural
and Surface Properties. Journal Of Carbon, Vol. 1156
hal. 64.
Su, H.S., Juang, R.S. (2009). Adsorption of Phenol and its
Derivatives from Water Using Synthetic Resins and Low-
Cost Natural Adsorbents: A Review. Journal Of
Environmental Management, Vol. 90, hal. 1336-1349.
Vigneron S., Hermia J., Chaouki J. (1994). Characterization and
Control of Odours and VOC in the Process Industries.
Elsevier, Vol. 61, Edisi 1.
Wang. Y., Gao BY, Yue WW, Yue QY. (2007). Adsorption
Kinetics of Nitrate from Aqueous Solutions onto
Modified Wheat Residue. Journal Of Colloids Surface
Advances: Physicochemistry Eng Asp, Vol. 308, hal. 1–5.
Widiawati, A. (2017). Sintesis ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5)
dari Silika Abu Ampas Tebu (bagasse ash) Menggunakan
Metode Hidrotermal. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung Bandar
Lampung.
Widodo, W.E. (2017). Karakteristik Support Membran. Skripsi
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
hal. 1-18.
47
Yelmida, Zahrina Ida, Akbar Fajril, Suchi Adelia. (2012).
Sintesis Zeolit 4A dari Fly Ash Sawit Dengan Variasi
Waktu Pengadukan dan Waktu Pemanasan Gel. Jurusan
Teknik Kimia Laboratorium Teknik Reaksi Kimia
Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru.
Prosiding SNTK Topi. ISSN. 1907 – 0500.
Yousef, R., El-Eswed, B., Al-Muhtazeb, A.H. (2011).
Adsorption Characteristics of Natural Zeolites as Solid
Adsorbents for Phenol Removal From Aqueous Solutions:
Kinetics, Mechanism, and Thermodynamics Studies.
Journal Of Chemical Engineering, Vol. 171, hal. 1143-
1149.
Yulianti, I.T. (2017). Sintesis ZSM-5 (Zeolite Secony Mobile-5)
dari Silika Ampas Tebu (bagasse) Menggunakan Metode
Steam Assisted Conversion (SAC). Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Zhang, W., Huang, G., Wei, J., Li, H., Zheng, R., Zou, Y.
(2012). Removal of Phenol From Synthetic Waste Water
Using Gemini Micellar-Enhanced Ultrafiltration
(GMEUF). Journal Of Hazardous Materials, Vol. 235-
236, hal. 128-137.
48