Anda di halaman 1dari 15

PPH 23 : Sewa dan Imbalan Jasa

Nama : Syifa Khaleda Noor Fanani

NIM : 4415030016

Kelas : AKT 4A

Mata Kuliah : Perpajakan II

JURUSAN AKUNTANSI
MEI 2017

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puji syukur atas rahmat & ridho Allah
SWT, karena tanpa Rahmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah
ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Lia Ekowati, MPA
selaku dosen mata kuliah Perpajakan II yang membimbing saya dalam pengerjaan
tugas makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang “PPH 23 : Sewa
dan Imbalan Jasa”

Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah


ini saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah
adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif


sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Depok, 28 Mei 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1. Landasan Teori ......................................................................................... 3
2.2. Isi materi ................................................................................................... 3
2.2.1. PAJAK PENGHASILAN 23 ............................................................ 3
2.2.2. SUBJEK PPh 23................................................................................ 4
2.2.3. OBJEK PPh 23 .................................................................................. 4
2.2.4. PEMUNGUT PPh 23 ........................................................................ 4
2.2.5. MEKANISME PEMUNGUTAN PPh 23 ......................................... 4
2.2.6. TARIF PPh 23 ................................................................................... 5
2.2.7. Contoh Soal ....................................................................................... 7
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 10
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 11

iii
RINGKASAN

Pajak merupakan suatu iuran wajib bagi wajib pajak. Adanya pajak
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan hidup semua masyarakat. Pajak
merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber
penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang
sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan
partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Pajak Penghasilan
Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang
berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang
telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh
badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Subjek Pajaknya adalah Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap.
Pemungut Pajak saat melakukan pembayaran, langsung memotong PPh Pasal 23
sesuai ketentuan. Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 23 mendapatkan Bukti
Potong PPh Pasal 23. Pemungut Pajak menyetorkannya ke kas negara melalui
bank yang ditunjuk sebagai penerima pembayaran pajak dengan Surat Setoran
Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam mekanisme pajak
ialah Pemungut Pajak saat melakukan pembayaran, langsung memotong PPh
Pasal 23 sesuai ketentuan. Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 23
mendapatkan Bukti Potong PPh Pasal 23. Pemungut Pajak menyetorkannya ke
kas negara melalui bank yang ditunjuk sebagai penerima pembayaran pajak
dengan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Kemudian melaporkannya dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal
23 ke Kantor Pelayanan Pajak dimana pemungut pajak terdaftar paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Pajak merupakan suatu iuran wajib bagi wajib pajak. Adanya pajak
diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan hidup semua masyarakat. Pajak
merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber
penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang
sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan
partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Pajak ini merupakan
potongan/pemungutan atas khususnya dalam makalah ini membahas Sewa atau
Imbalan Jasa. Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayaranya oleh badan
pemerintah, subyek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
Peningkatan efektifitas penagihan pajak lebih diperlukan mengingat semakin
besarnya tunggakan pajak kumulatif dewasa ini. Hal ini perlu dilakukan karena
kenyataan yang ada selama ini adalah semakin banyaknya Wajib Pajak yang tidak
beritikad baik untuk melunasi hutang pajaknya padahal yang bersangkutan cukup
mampu secara finansial.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk dapat memahami mengenai pengertian PPh 23
2. Untuk dapat mengerti tentang siapa saja yang menjadi subjek objek PPh
23
3. Untuk dapat memahami siapa saja para pemungut pajak PPh 23
4. Untuk dapat menyelesaikan kasus tentang pph 23 terutama tarif 2%

1
1.3 Manfaat Penulisan

Bagi Penulis :

Bagi penulis untuk mengembangkan pengetahuan dalam bidang yang


diteliti, dan mengkombinasikan pengetahuan yang selama ini telah diperoleh dari
perkuliahan.

Bagi Pembaca :
Agar Pembaca dapat menghitung PPH 23 khususnya PPH 23 atas Sewa
dan Imbalan Jasa, dan dapat menentukkan siapa objek pajak dan siapa subjek
pajaknya.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang
membayar pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena
pajak digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi.
Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk melakukan
pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang. Dalam
makalah ini membahas tentang PPH Pasal 23 atas Sewa dan Imbalan Jasa yang
menjasi dasar hukumnya adalah :

A. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 (Pasal 23) : Undang-Undang Pajak


Penghasilan

B. Peraturan Menteri Keuangan

 PMK NO. 244/PMK.03/2008 : Jenis Jasa Lain yang tercantum dalam


Pasal 23 ayat (1) huruf c UU PPh

 PMK No. 251/PMK.03/2008 : Penghasilan Atas Jasa Keuangan Yang


Dilakukan Oleh Badan Usaha Yang Berfungsi Sebagai Penyalur
Pinjaman Dan/Atau Pembiayaan Ang Tidak Dilakukan Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 23

2.2. Isi materi

2.2.1. PAJAK PENGHASILAN 23


Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan
atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,

3
penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.

2.2.2. SUBJEK PPh 23


 Wajib Pajak dalam negeri
 Bentuk Usaha Tetap yang menerima atau memperoleh penghasilan
yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan
kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

2.2.3. OBJEK PPh 23


 Deviden, dengan nama atau dalam bentuk apapun, terasuk dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
 Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
 Royalti;
 Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong oleh penyelenggara kegiatan
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan;
 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
 Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi

2.2.4. PEMUNGUT PPh 23


Direktorat Jenderal Pajak

2.2.5. MEKANISME PEMUNGUTAN PPh 23


Pemungut Pajak saat melakukan pembayaran, langsung memotong PPh Pasal
23 sesuai ketentuan. Wajib Pajak yang dipotong PPh Pasal 23 mendapatkan Bukti
Potong PPh Pasal 23. Pemungut Pajak menyetorkannya ke kas negara melalui
bank yang ditunjuk sebagai penerima pembayaran pajak dengan Surat Setoran
Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Kemudian melaporkannya

4
dengan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 23 ke Kantor Pelayanan
Pajak dimana pemungut pajak terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya

Saat Terutang, Penyetoran dan Pelaporan PPh pasal 23

 Pajak penghasilan pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannnya


pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang
bersangkutan.
 Pajak penghasilan pasal 23 harus disetorkan oleh pemotong pajak selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya
pajak ke bank persepsi atau Kantor Pos Indonesia.
 Pemotong PPh Pasal 23 di wajibkan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
 Pemotongan PPh Pasal 23 harus memberikan tanda bukti pemotong kepada
orang pribadi atau badan yang dibebani Pajak Penghasilan yang dipotong.
 Pelaksanaan pemotong, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 23 dilakukan
secara desentralisasi artinya dilakukan di tempat terjadinya pembayaran atau
terutangnya penghasilan yang merupakan Objek PPh Pasal 23, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah, pengawasan terhadap pelaksaan
pemotongan PPH Pasal 23 tersebut.

2.2.6. TARIF PPh 23

Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan
yaitu 15% dan 2%, tergantung dari objek PPh 23 tersebut. Akan tetapi dalam
makalah ini kita hanya membahas PPH 23 atas Sewa dan Imbalan Jasa saja.
Berikut ini adalah daftar tarif PPh 23 dan objek PPh Pasal 23 :

1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas Dividen, kecuali pembagian dividen
kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalti; Hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;

5
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan
dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi dan jasa konsultan.

4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan
dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif
mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015. Berikut ini adalah daftar objek
pph 23 jasa lainnya tersebut:

 Penilai (appraisal);
 Aktuaris;
 Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
 Hukum;
 Arsitektur;
 Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
 Perancang (design);
 Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi
(migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);
 Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak
dan gas bumi (migas);
 Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
 dsb.

5. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih
tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

6. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan,


disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh
badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan,
bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada
Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk :

6
 Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh
Wajib Pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

 Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material


(dibuktikan dengan faktur pembelian);

 Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya


dibayarkan kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan
pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis);

 Pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian


pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh
pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau
bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).

Jumlah bruto tersebut tidak berlaku atas:

 Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering;

 Penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah dikenakan


pajak yang bersifat final.

2.2.7. Contoh Soal

1. PT. Selalu Sukses menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp
20.000.000,- milik Budi PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Sukses
Jawab :
=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,-
Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT.
Selalu susah adalah Rp 400.000 x 100% = Rp 800.000,-

2. SOAL: PT Bangun Pagi dalam rangka acara family gathering karyawannya


di Malang, menyewa 3 (tiga) buah bus dari PT Rahmat Lancar sebuah
perusahaan jasa transportasi darat untuk jangka waktu 3 hari mulai tanggal 16
Juli s.d. 18 Juli 2013. PT Bangun Pagi membayar biaya sewa tiga bus selama

7
tiga hari sebesar Rp20.000.000,00 pada tanggal 18 Juli 2013. Bagaimana
kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh terkait transaksi tersebut?

Jawab :

Transaksi sewa bus yang dilakukan PT Bangun Pagi memenuhi pengertian


sewa yakni kesepakatan untuk memberikan hak menggunakan harta selama
jangka waktu tertentu baik dengan perjanjian tertulis maupun tidak tertulis
sehingga harta tersebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak selama
jangka waktu yang telah disepakati, sehingga atas pembayaran sewa bus
tersebut merupakan objek pemotongan PPh Pasal 23 yang wajib dilakukan
pemotongan oleh PT Bangun Pagi.

Besarnya pemotongan PPh Pasal 23 sebesar:

2% x Rp20.000.000 = Rp400.000,00

Kewajiban PT Bangun Pagi sebagai Pemotong PPh Pasal 23 adalah:

 Melakukan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp400.000,00 dan


memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 kepada PT Rahmat Lancar;
 Melakukan penyetoran PPh Pasal 23 tersebut paling lambat tanggal 12
Agustus 2013;
 Melaporkan pemotongan PPh Pasal 23 atas transaksi tersebut dalam SPT
Masa PPh Pasal 23 masa pajak Juli 2013 paling lambat tanggal 20 Agustus
2013.

Catatan:

Sewa Kendaraan Umum seringkali dipertukarkan dengan jasa angkutan


umum. Pada prakteknya semua sewa kendaraan yang memiliki plat nomor kuning
dianggap jasa angkutan umum. Ketentuan PPh tidak peduli apakah plat nomor
kuning, hitam atau merah. Berbeda dengan PPN yang salah satu syaratnya
kendaraan tersebut berplat nomor kuning. Menurut Peraturan Menteri Keuangan
nomor 80/PMK.03/2012, Kendaraan Angkutan Umum adalah kendaraan bermotor
yang digunakan untuk angkutan orang dan/atau barang yang disediakan untuk
umum dengan dipungut bayaran baik dalam trayek atau tidak dalam trayek,

8
dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan
hitam.

3. PT Irama meminta jasa dari Pak Budi untuk membuat sistem akuntansi
perusahaan dengan imbalan sebesar Rp80.000.000 (sudah termasuk PPN).

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Irama adalah:

2% x Rp80.000.000 = Rp1.600.000

4. PT Karya Makmur membayar sewa kendaraaan bus pariwisata dengan nilai


sewa sebesar Rp35.000.000 kepada Sugianto Haris.

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karya Makmur adalah:

2% x Rp35.000.000 = Rp700.000

5. PT Indoraya membayarkan jasa konsultan dari PT Nuansaraya sebesar


Rp120.000.000 (sudah termasuk PPN). PT Nuansaraya tidak mempunyai
NPWP.

Jawab:

PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Indoraya adalah:

200% x 2% x Rp120.000.000 = Rp4.800.000

9
BAB 3. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong


atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
Objek PPh 23 berasal dari deviden, bunga, royalti, hadiah, penghargaan. Selain itu
juga dapat berasal dari bonus, sewa dan penghasilan, imbalan serta bunga
simpanan dari koperasi.

10
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/id/pph-pajak-penghasilan-pasal-23

http://www.pajak.go.id/?option=com_docman&task=doc_view&gid=734&tmpl=c
omponent&format=raw&itemid=152

Resmi, Siti. 2016. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat

11

Anda mungkin juga menyukai