Anda di halaman 1dari 2

HENI NUR HIDAYA

15710336

ENSEFALOPATI HEPATIKUM

PATOGENESIS

Beberapa substansi neurotoksin memengaruhi morfologi astrosit yang berperan dalam menjaga
blood brain barrier, keseimbangan elektrolit, penyediaan nutrisi, perkusor neurotransmitter, dan
detoksifikasi beberapa zat kimia, termasuk ammonia. Keadaan ensefalopati hepatikum adalah
hasil akhir dari akumulasi substansi neurotoksis di dalam otak. Beberapa teori yang menjadi
dasar berkembangannya ensefalopati hepatikum adalah :

1. Hipotesis ammonia :
ammonia terutama diproduksi di kolon sebagai hasil metabolisme protein dan urea oleh
bakteri dang digunakan dalam konversi glutamate menjadi glutamin oleh enzim glutamin
sintetase. Otot dan ginjal juga memproduksi amonia, namun tidak beramakna jika
dibandingkan dengan saluran cerna. Secara normal, amonia akan didetoksifikasi hati
(hepatosit periportal) dengan mengubahnya menjadi urea. Pada sirosis, massa hepatosit
berkurang sehingga menurunkan kemungkinan detoksifikasi ammonia. Kemudian terjadi
pirau portosistemik yang mengalihkan aliran darah dari hati yang mengandung amonia ke
sirkulasi sistemik.

2. Hipotesis GABA :
GABA merupakan neurotransmitter inhibitor yang diproduksi saluran cerna. Sekitar 25-
45% neurotransmitter sistem saraf pusat merupakan neuron GABA-ergik. Pada sirosis,
terdapat peningkatan adar GABA dan benzodiazepine endogen di dalam plasma yang
kemudian melewati BBB. Penelitian menunjukkan bahwa neurotoksin seperti ammonia
dan mangan dapat meningktakan produksi reseptor benzodiazepine perifer pada astrosit,
yang kemudian menghasilkan neurosteroid. Neurosteroid tersebut dapat berikatan ke
kompleks reseptor GABA sehingga menngkatkan neurotransmisi inhibisi.
HENI NUR HIDAYA
15710336

3. Hasil produksi bakteri dan infeksi bakteri :


Sekitar 10% pasien ensefalopati hepatikum memiliki kadar ammonia darah yang normal.
Pasien degan kadar ammonia yang tinggi tidak selalu mengalami ensefalopati. Diduga
bebrapa produk bakteri seperti merkaptan dan fenol (hasil metabolisme asam amino).
Bersifat neurotoksik pada ensefalopati hepatikum. Pada penyakit hati kronis, didapatkan
peningkatan kadar fenol dan merkaptan. Kedua senyawa tersebut diproduksi di usus halus
dan diabsorbsi melalui aliran vena porta. Toksin tersebut tidak dapat dikatabolisme
karena hati telah mengalami kerusakan, sehingga akhirnya masuk ke dalam
portosistemik. Toksin kemudian menembus sawar darah otak dan menyebabkan
gangguan fungsi serebral. Pendarahan gastrointesitinal dapat meningkatkan absoribi
toksin.

Anda mungkin juga menyukai