Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum :
a. Mahasiswa akan dapat mengoperasikan dengan benar pengoperasian
Boiler, Kalorimeter, Steam Engine, Super Heater, dan Steam Turbine.
b. Mahasiswa dapat mengukur, menghitung dan menganalisa
performance / karakteristik dari : Boiler, Kalorimeter, Steam Engine,
Super Heater, dan Steam Turbine.
Tujuan Instruksional Khusus :
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan menyebutkan bagian-bagian dari
Boiler
b. Mahasiswa dapat mengetahui persiapan-persiapan yang harus
dilakukan sebelum melakukan Start-Up Boiler.
c. Mahasiswa dapat mengoperasikan Boiler
d. Mahasiswa dapat menggunakan pemakaian alat-alat antara lain laju
aliran bahan bakar, thermometer atau thermocouple untuk mengukur
temperatur udara, temperatur feed water, temperatur pembakaran,
temperatur Flue atau gas buang, temperatur uap.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengoperasikan boiler sesuai prosedur yang benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat – alat yang digunakan dalam
terbentuk uap atau steam. Uap atau steam pada tekanan tertentu kemudian
digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media yang
berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan
sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 2.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak,
sehingga boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat
baik.
Sistem boiler terdiri dari; sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada
keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan
alat pemantau tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan
untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan.
Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan
bakar yang digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan. Dua
sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali
dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan
dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi boiler yang lebih
tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan menggunakan
limbah panas pada gas buang.
2.2 Jenis – Jenis Boiler.
Pada fire tube boiler, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan boiler ada
didalam shell untuk dirubah menjadi steam. Fire tube boilers biasanya
digunakan untuk kapasitas steam yang relative kecil dengan tekanan steam
rendah sampai sedang. Sebagai pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk
kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam dengan tekanan sampai 18 kg/cm2.
Fire tube boilers dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau
bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar
fire tube boilers dikonstruksi sebagai “paket” boiler (dirakit oleh pabrik)
untuk semua bahan bakar.
2. Water Tube Boiler.
Gambar 2.2 Water Tube Boiler
Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa-pipa masuk
kedalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk
steam pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan
tekanan steam sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boilers
yang dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas.
Untuk water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang
secara paket. Karakteristik water tube boilers sebagai berikut; Forced, induced
dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi pembakaran, kurang
toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air,
memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
3. Paket Boiler.
Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat
dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan
sambungan listrik untuk dapat beroperasi. Paket boiler biasanya merupakan tipe
shell and tube dengan rancangan fire tube dengan transfer panas baik radiasi
maupun konveksi yang tinggi.
Gambar 2.3 Paket Boiler 3 Pass, bahan bakar Minyak(Spirax Sarco)
Ciri-ciri dari packaged boilers adalah; kecilnya ruang pembakaran dan tingginya
panas yang dilepas menghasilkan penguapan yang lebih cepat, banyaknya jumlah
pipa yang berdiameter kecil membuatnya memiliki perpindahan panas konvektif
yang baik, sistim forced atau induced draft menghasilkan efisiensi pembakaran
yang baik, sejumlah lintasan/pass menghasilkan perpindahan panas keseluruhan
yang lebih baik, tingkat efisiensi thermisnya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan boiler lainnya. Boiler tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah pass
nya yaitu berapa kali gas pembakaran melintasi boiler. Ruang pembakaran
ditempatkan sebagai lintasan pertama setelah itu kemudian satu, dua, atau tiga set
pipa api. Boiler yang paling umum dalam kelas ini adalah unit tiga pass/ lintasan
dengan dua set fire-tube/ pipa api dan gas buangnya keluar dari belakang boiler.
Kebanyakan boiler yang beroperasi untuk jenis ini adalah Atmospheric Fluidized
Bed Combustion (AFBC) Boiler. Alat ini hanya berupa shell boiler konvensional
biasa yang ditambah dengan sebuah fluidized bed combustor. Sistim seperti telah
dipasang digabungkan dengan water tube boiler/ boiler pipa air konvensional.
Batubara dihancurkan menjadi ukuran 1 – 10 mm tergantung pada tingkatan
batubara dan jenis pengumpan udara ke ruang pembakaran. Udara atmosfir, yang
bertindak sebagai udara fluidisasi dan pembakaran, dimasukkan dengan tekanan,
setelah diberi pemanasan awal oleh gas buang bahan bakar. Pipa dalam bed yang
membawa air pada umumnya bertindak sebagai evaporator. Produk gas hasil
pembakaran melewati bagian super heater dari boiler lalu mengalir ke
economizer, ke pengumpul debu dan pemanas awal udara sebelum dibuang ke
atmosfir.
Dalam sistim sirkulasi, parameter bed dijaga untuk membentuk padatan melayang
dari bed. Padatan diangkat pada fase yang relatif terlarut dalam pengangkat
padatan, dan sebuah down-comer dengan sebuah siklon merupakan aliran
sirkulasi padatan. Tidak terdapat pipa pembangkit steam yang terletak dalam bed.
Pembangkitan dan pemanasan berlebih steam berlangsung di bagian konveksi,
dinding air, pada keluaran pengangkat/ riser. Boiler CFBC pada umumnya lebih
ekonomis daripada boiler AFBC, untuk penerapannya di industri memerlukan
lebih dari 75 – 100 T/jam steam. Untuk unit yang besar, semakin tinggi
karakteristik tungku boiler CFBC akan memberikan penggunaan ruang yang
semakin baik, partikel bahan bakar lebih besar, waktu tinggal bahan penyerap
untuk pembakaran yang efisien dan penangkapan SO2 yang semakin besar pula,
dan semakin mudah penerapan teknik pembakaran untuk pengendalian NOx
daripada pembangkit steam AFBC.
.
8. Stoker Fired Boilers.
Salah satu sistim yang paling populer untuk pembakaran batubara halus adalah
pembakaran tangensial dengan menggunakan empat buah burner dari keempat
sudut untuk menciptakan bola api pada pusat tungku.
Saat ini, pemanas fluida termis telah digunakan secara luas dalam berbagai
penerapan untuk pemanasan proses tidak langsung. Dengan menggunakan fluida
petroleum sebagai media perpindahan panas, pemanas tersebut memberikan suhu
yang konstan. Sistim pembakaran terdiri dari sebuah fixed grate dengan susunan
draft mekanis. Pemanas fluida thermis modern berbahan bakar minyak terdiri dari
sebuah kumparan ganda, konstruksi tiga pass dan dipasang dengan sistim jet
tekanan. Fluida termis, yang bertindak sebagai pembawa panas, dipanaskan dalam
pemanas dan disirkulasikan melalui peralatan pengguna. Disini fluida
memindahkn panas untuk proses melalui penukar panas, kemudian fluidanya
dikembalikan ke pemanas. Aliran fluida termis pada ujung pemakai dikendalikan
oleh katup pengendali yang dioperasikan secara pneumatis, berdasarkan suhu
operasi. Pemanas beroperasi pada api yang tinggi atau rendah tergantung pada
suhu minyak yang kembali yang bervariasi tergantung beban sistim. Keuntungan
pemanas tersebut adalah; operasi sistim tertutup dengan kehilangan minimum
dibanding dengan boiler steam, operasi sistim tidak bertekanan bahkan untuk
suhu sekitar 250 0C dibandingkan kebutuhan tekanan steam 40 kg/cm2 dalam
sistim steam yang sejenis, penyetelan kendali otomatis yang memberikan
fleksibilitas operasi, efisiensi termis yang baik karena tidak adanya kehilangan
panas yang diakibatkan oleh blowdown, pembuangan kondensat dan flash steam.
Siklus ideal dari suatu pembangkit daya uap bekerja pada siklus rangkine.
Peralatan utama yang digunakan pada siklus ini ialah pompa,boiler,turbin dan kondensor.
Steam
Turbine
Boiler
4
2
Pump Condenser
Siklus termodinamika dari siklus rangkine digambarkan pada diagram T-S sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 2.14 yang terdiri dari proses:
1-2 Proses pemompaan fluida dengan sifat adiabatic reversible yang terjadi di
pompa.
2-3 Proses perpindahan panas pada tekanan konstan yang terjadi di boiler.
3-4 Proses ekspansi reversible adiabatis yang terjadi di turbin.
4-1 Proses pemindahan panas dengan tekanan konstan yang terjadi di kondensor.
3'
3
2'
2
4 4'
1
a b c S
Mengacu pada gambar 2.14, jika air dipanaskan dalam boiler menjadi uap jenuh sebelum
diekspansikan ke turbin, maka proses yang terjadi dinyatakan dengan luasan 1-2-3-4-2.
Akan tetapi jika air dipanaskan hingga kondisi panas lanjut (superheated) sebelum masuk
ke turbin, maka proses tersebut dinyatakan dengan luasan 1-2-3’-4’-2. Kita dapat
menghitung neraca panas dari siklus rangkine dengan mengasumsikan bahwa perubahan
energi potensial dan energi kinetik diabaikan. Mengacu pada gambar 2.14, maka terjadi
transfer panas dari boiler (ketel) ke air sebagai fluida kerja. Proses ini dinyatakan dengan
luasan 1-2-2’-3-b-a dalam kasus pada siklus daya uap. Secara termodinamik proses
tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut :
qi = h3 – h2 (2.1)
Panas yang dipindahkan dari flluida kerja terjadi di kondensor. Proses ini dinyatakan
dengan luasan a-1-4-b-a dalam kasus dari uap panas jenuh(Saturated steam). Sedang
untuk kasus siklus daya panas lanjut, siklus daya dinyatakan dengan luasan daerah a-1-
4’-c-a. Untuk siklus daya uap panas lanjut. Secara termodinamik porses tersebut
dinyatakan dengan persamaan berikut :
qo = h4 – h1 (2.2)
Dengan mengacu pada proses yang telah dibahas sebelumnya, maka kerja bersih(net
work) dari suatu siklus dapat dihitung dari persamaan berikut :
q q q (h h )
(2.4)
i i i 3 2
Efisiensi Thermal dapat dihitung dengan menggunakan proses adiabatis di pompa dan
proses adiabatis yang terjadi di turbine. Kerja yang diperlukan untuk menggerakkan
pompa dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
wp = h2 – h1 (2.5)
Kerja yang dihasilkan oleh uap yang berekspansi di turbin dinyatakan dengan rumus :
wt = h3 – h4 (2.6)
Karenanya, usaha bersih dari suatu siklus uap dapat dihitung dengan cara mengurangi
kerja yang diperlukan untuk menggerakkan pompa terhadap kerja yang dihasilkan oleh
turbin, sehingga:
w
net (h3 h4 ) (h2 h1 ) (h3 h2 ) (h4 h1 )
th
qi (h3 h2 ) (h3 h2 )
(2.8)
Perlu dicatat bahwa dalam menganalisa siklus daya uap kita dapat mendapatkan fluida
kerja yang ada sebagian ada yang berupa fasa cair dan fasa uap pada suhu uap jenuh.
Titik 4 atau 4’ dalam gambar 2.14. ialah contoh untuk kondisi ini. Untuk kondisi ini kita
menggunakan simbol x, untuk mendefinisikan perbandingan antara massa uap terhadap
total massa fluida kerja. Karenanya bila satu kilogram fluida kerja memiliki kualitas(x)
90%, maka berarti bahwa 0,9 kg dari fluida kerja ialah berada pada fasa uap sedang 0,1
kg lainnya pada massa cair. Tabel 2.1 berikut merupakan rangkuman dari persamaan
yang berhubungan dengan kualitas fluida kerja, yang berguna untuk menganalisa dalam
melakukan analisa siklus dari suatu pembangkit daya uap. Tanda f dalam persamaan ini
menyatakan kondisi cair jenuh dari suatu fluida kerja, sedang tanda g dalam persamaan
ini menyatakan kondisi uap jenuh dari suatu fluida kerja, bilamana tanda fg menyatakan
peningkatan dari sifat fluida kerja(enthalphy, specific volume, dan entropy) selama tahap
penguapan.
Tabel 2.1 Persamaan yang berhubungan dengan kualitas dari fluida kerja
Contoh Soal 1:
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Tekanan uap keluar boiler ialah 2 Mpa. Uap keluar dari boiler sebagai uap jenuh.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 2.13 dan 2.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 2.
Pada kondisi ini, fluida kerja diaasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 2.
Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida kerja
mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini dapat
dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke boiler.
Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja daengan menggunakan persamaan pada tabel 2.1
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
jenuh. Karena uap berada dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dalam tabel termodinamika untuk sifat uap.
Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap jenuh
menjadi uap campuran(uap dan cairan). Sehingga kita tidak dapat mengetahui sifat
termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan menggunakan persamaan
yang terdapat pada tabel 2.1 Kita juga akan memerlukan harga dari kualitas(fraksi) dari
fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 2.2.
Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4 dengan menentukan
besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin ialah proses ekspansi
adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan entropi fluida kerja
pada kondisi 3.
Kondisi 4.
P4 = 10 Kpa (Parameter diketahui dari soal; tekanan kondensor)
O
s4 =s3 = 6,3409 Kj/Kg K (Ekspansi Adiabatik reversible di turbin)
sf4 = 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
sfg4 = 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hf4 = 191, 8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hfg4 = 2392.8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
s4 = sf4 + x sfg4
6,3409 = 0, 6493 + x (7, 5009)
x = 0,7588 3
Steam
Turbine
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan
Boiler
persamaan berikut :
4
h4 = hf4 + x hfg4 2
= 2007,5 Kj/Kg
1
qi = h3 - h2
= 2799,5 – 193,8
= 2605,7 Kj/Kg
qo = h4 - h1
= 2007,5 – 191,8
3
= 1815,7 Kj/Kg
Contoh Soal 2:
Tentukan efisiensi dari siklus rankine pada siklus uap dengan tekanan kondensor 10 Kpa.
Penyelesaian.
Mengacu pada gambar 2.13 dan 2.14, sebagai bantuan pemecahan soal
Kondisi 2.
Pada kondisi ini, fluida kerja diasumsikan sebagai kondisi cair jenuh. Karenanya kita
dapat mengetahui sifat termodinamika pada kondisi 2.
3' T
Steam
Turbine
3'
Boiler
2
4'
4'
2'
1
Pump Condenser
A c S
1
Kondisi 2.
Dalam kondisi ini, tekanan kerja dari fluida kerja telah meningkat dan fluida kerja
mengalami perubahan fasa dari kondisi cair jenuh menjadi kondisi cair. Hal ini dapat
dilakukan dengan memompa fluida kerja sebelum fluida tersebut masuk ke boiler.
Dikarenakan fluida kerja tidak dalam kondisi jenuh, maka kita dapat mengetahui sifat
termodinamik dari fluida kerja dengan menggunakan persamaan pada tabel 2.1
P2 = 2 Mpa (Parameter diketahui dari soal)
Enthalpi dari fluida kerja tidak dapat langsung diperoleh dari tabel uap jenuh. Kita dapat
Wp = v (P2-P1) Wp = h2 + h1
= 0,00101 (2000 – 10) h2 = Wp + h1
= 2,0 Kj/Kg =2,0 + 191,8 = 193,8 Kj/Kg
Kondisi 3.
Pada kondisi ini, fluida kerja telah dipanaskan dalam ketel hingga mencapai kondisi uap
panas lanjut(uap kering; superheated steam). Karena uap berada dalam kondisi panas
lanjut, maka kita dapat mengetahui sifat termodinamik dari fluida kerja dalam tabel
Perlu diketahui, bahwa adalah penting untuk memperoleh harga entropy dari fluida kerja
pada kondisi ini. Hal ini dikarenakan jika kita memperhatikan ke proses selanjutnya,
fluida kerja tersebut akan diekspansikan ke turbine dan akan berubah sifat dari uap panas
lanjut menjadi uap campuran(campuran antara uap dan cairan). Sehingga kita tidak
dapat mengetahui sifat termodinamika dari fluida kerja dalam tabel uap. Kita akan
menggunakan persamaan yang terdapat pada tabel 2.2. Kita juga akan memerlukan harga
dari kualitas(fraksi) dari fluida kerja sebelum kita dapat menggunakan persamaan yang
terdapat pada tabel 2.2. Kita dapat memperoleh kualitas dari fluida kerja pada kondisi 4
dengan menentukan besarnya entropi terlebih dahulu. Proses yang terjadi pada turbin
ialah proses ekspansi adiabatik reversible, sehingga entropy dari kondisi 4 sama dengan
sf4’ = 0, 6493 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
sfg4’ = 7, 5009 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hf4’ = 191, 83 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
hfg4’ = 2392,8 Kj/KgOK (Kondisi Uap Jenuh; didapat dari tabel uap air)
Enthalpi dari uap pada kondisi 4 dapat dihitung dengan persamaan berikut:
qi = h3’ - h2’
= 3247– 193,8
= 3053,2 Kj/Kg
qo = h4’ - h1
= 2258,259 – 191,8
= 2066,459 Kj/Kg
Kerja turbine sebesar:
wt = h3’ - h4’
= 3247 – 2258,5
= 988,741 Kj/Kg
Efisiensi Termal :
w w
w q q turb p
988,741 2
net
i 0
0,323
th
qi qi qi 3053,2
*Tanda( ‘ ) pada Kondisi menunjukkan proses yang terjadi dalam sistim ialah proses
superheat(Panas Lanjut).
2.3.2 Dampak Perubahan Tekanan dan Temperatur Kerja Pada Siklus Rankine
Berdasar diagram T-S dari siklus daya uap pada Gambar 2.14, kita dapat
mengetahui efisiensi termal dengan memperluas daerah a-1-2-3-4. Secara teoritis hal ini
Meningkatkan temperatur maksimum uap dari uap jenuh menjadi uap panas
lanjut.
Meningkatkan tekanan maksimum uap yang keluar dari boiler(tekanan
Maksimum).
Menurunkan tekanan dari uap yang keluar dari turbin.
Meskipun langkah tersebut dapat meningkatkan efisiensi termal dari pembangkit daya
uap, dampak dari perubahan tekanan dan temperatur harus dipertimbangkan secara
masak.
Jika tekanan uap yang meninggalkan turbin menurun dari tekanan awalnya,
kemudian beberapa parameter pun akan mengalami perubahan. Seperti yang ditunjukkan
dalam gambar 2.15, menunjukkan diagram skematis dari siklus rangkine yang
menggambarkan jatuh tekanan uap yang keluar dari P4 menjadi P4’. Penambahan luasan
daerah dikarenakan oleh jatuh tekanan ini, digambarkan dengan luasan yang diarsir.
Luasan ini mengalami penambahan dibandingkan dengan siklus standar. Konsekuensi
dari penurunan tekanan ialah:
P4
2 P4'
2'
4
1
1' 4'
a b S
3'
3
1 4 4'
1
‘
a
b b S
Kita dapat pula meningkatkan uap hingga mencapai suatu tekanan maksimum
3' 3
2'
2
4' 4
‘
a b b S
Berikut ini dipaparkan berbagai perubahan pada parameter unjuk kerja dari sistim tenaga
uap yang dikarenakan oleh kehilangan yang terjadi .
Kehilangan pada saluran pipa dapat terjadi secara signifikan pada ketel dan pada
pipa yang menghubungkan antara ketel dengan turbin. Kehilangan terbesar terjadi
dikarenakan adanya jatuh tekanan dan kehilangan panas. Jatuh tekanan terjadi
dikarenakan adanya pengaruh gesekan antara fluida kerja dengan dinding dalam pipa.
Panas hilang terjadi disebabkan karena ketidaksempurnaan isolasi panas. Gambar 2.6
menunjukkan kehilangan yang terjadi pada jalur perpipaan untuk suatu siklus daya uap.
Pada gambar 2.17 menyatakan kondisi dari uap panas lanjut dalam suatu siklus ideal.
Pada kondisi ini, uap panas lanjut memiliki tekanan P2. Bila terjadi jatuh tekanan, maka
tekanan akan jatuh dari P1 menjadi P2 dan uap panas lanjut akan berubah dari kondisi a
menjadi kondisi b. Hal ini akan menyebabkan entrophy meningkat dan menurunkan
enthalphy uap panas lanjut.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, proses perpindahan panas dari uap
panas lanjut ke sekitarnya pada tekanan konstan dikarenakan oleh adanya
ketidaksempurnaan isolasi panas pada pipa transfer. Kejadian ini dinyatakan oleh garis bc
pada gambar 2.17. Meskipun hal ini akan menurunkan enthropy, sehingga proses ini juga
lebih lanjut akan menurunkan enthalphy dari uap panas lanjut.
Sebagai simpulan yang dapat diutarakan ialah gabungan antara jatuh tekanan dan
kehilangan panas akan merubah sifat dari uap panas lanjut dari kondisi a menjadi kondisi
c. Hal ini dikarenakan proses akan menurunkan entalphy dari uap panas lanjut, kemudian
hal ini akan menurunkan enthalphy dari uap panas lanjut yang masuk ke turbin uap.
Dengan penggabungan pengurangan enthalphy dari uap panas lanjut dan dengan
mempertimbangan irreversibilitas pada turbin, maka kerja yang diedarkan oleh turbin
akan secara signifikan menurun jika dibandingkan dengan kondisi ideal.
Jatuh tekanan juga dapat terjadi pada ketel . Untuk mencegah masalah tersebut,
maka air yang akan masuk harus dipompa untuk dapat menghasilkan tekanan yang lebih
besar untuk mengatasi penurunan tekanan yang terjadi ketika uap meninggalkan ketel.
Sehingga terkadang diperlukan tambahan pompa.
P1
P2
a
3
2s
1 4
Kehilangan terbesar yang terbesar dari turbin yaitu berhubungan dengan aliran
uap sepanjang turbin. Selain itu juga berhubungan dengan perpindahan panas dari turbin
ke lingkungan sekitarnya. Akan tetapi biasanya hal ini merupakan pertimbangan kedua.
Harus dipastikan bahwa turbin tersebut benar benar disekat(insulated). Dampak dari
kedua jenis kerugian ialah sama seperti dampak kerugian yang terjadi pada pipa.
T
2s
1 4 4s
Pada gambar 2.19 diatas menyatakan kedua kerugian yang terjadi pada turbin.
Tahapan(Stage) 3 menyatakan kondisi uap sebelum masuk ke turbin. Pada siklus ideal,
kita dapat mengasumsikan bahwa uap yang diekspansikan dalam turbin dinyatakan
sebagai proses ekspansi isentropik. Hal ini dinyatakan dengan tahap 4s pada diagram T-S.
Sesungguhnya uap yang diekspansikan tidak mengikuti proses ekspansi isentropik. Hal
ini yang akan merubah uap hasil ekspansi menjadi di titik 4. Inilah yang merupakan
ekspansi uap sesungguhnya pada turbin. Sehingga dapat diketahui bahwa enthalphy uap
yang diekspansikan pada kondisi aktual lebih rendah dari pada siklus ideal. Kita dapat
menyimpulkan bahwa proses ekspansi dari turbin tidaklah reversible.
Kehilangan yang terjadi pada pompa, hampir serupa dengan yang terjadi di turbin.
Pada siklus ideal kita dapat mengasumsikan bahwa pompa air pasok(feed water Pump)
merupakan proses pemompaan yang memiliki proses isentropik selama pompa bekerja.
Hal ini digambarkan dengan kondisi ke –2s pada diagram T- S. Pada kenyataannya
pompa memompa pasokan air tidak mengikuti proses isentropic. Hal ini ditunjukkan oleh
titik no 2 yang menunjukkan proses pemompaan feed water aktual. Pada kondisi ini
entalphy yang sesungguhnya lebih besar daripada siklus ideal. Kita dapat menyimpulkan
bahwa proses pemompaan tidaklah reversible. Perumusan dari efisiensi isentropik untuk
efisiensi pompa digunakan untuk menjelaskan seberapa besar kerja yang diperlukan
untuk memutar pompa dalam suatu siklus ideal utnuk mengetahui titik aktual.
Dirumuskan dengan persamaan :
Wideal h h
th (2.10)
2s 1
Wactual h2 h
1
2.2.4.4 Kehilangan pada Kondensor
Kehilangan yang terjadi pada kondensor relatif kecil. Salah satu dari
kerugian
yang kecil nilainya ialah pada proses pendinginan dibawah temperatur jenuh dari
fluida yang meninggalkan kondensor. Hal ini merupakan kerugaian yang
disebabkan oleh proses perpindahan panas sehingga, memungkinkan merubah air
pada temperatur jenuh.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Fungsi: Untuk membuang air yang berada di dalam boiler saat level air
dalam boiler terlalu banyak.
Gambar 3.4. Blow Down Valve
Water column adalah kolom air yang berfungsi sebagai level switch, yang
terdiri dari:
Feed Water Off
Feed Water On dan
Cut Burner(Burner Off).
Gambar 3.5. Water Column dan Valve – Valve pada Water Column
Cara kerja dari valve–valve yang ada pada water column ini adalah
sebagai
berikut:
V5 dan V4
Harus dibuka karena V5 dan V4 ini mewakili level air yang
ada pada sight glass yang menunjukkan level air yang ada di dalam
boiler.
V3
Harus ditutup karena jika V3 air yang ada di dalam boiler akan nge-
drain semua akan tetapi sebelum boiler dioperasikan katup ini
harus dibuka untuk drain kerak- kerak atau kotoran dalam water
coulum.
V1 dan V2
Harus ditutup karena jika dibuka maka uap yang ada didalam water
column akan keluar lewat V1 dan airnya akan keluar lewat V2. V1
dan V2 ini digunakan sebagai checking valve untuk mengetahui
apakah V5 dan V4 buntu atau tidak yaitu dengan cara membuka V1
dan V2 dan apabila tidak keluar uap dan air maka V5 dan V4 buntu.
3.2.6 Burner
Produksi uap tiap jam atau kapasitas penyimpanan untuk boiler untuk
boiler kapasitas rendah besarnya antara 10 kg/jam sampai 250 kg/jam.
Untuk boiler kapasitas besar bisa mencapai 4000 ton/jam.
Luas panas pengumpanan adalah luas metalik dari memproduksi uap yang
Produksi uap spesifik adalah produksi uap tiap jam tiap m2 dari luas panas
penguapan untuk kapasitas kecil 10 kg/jam m2 dan kapasitas besar 60 kg/jam m2.
Randemen termis dari boiler adalah perbandingan antara jumlah kalor
yang diserap oleh boiler untuk penguapan dengan jumlah kalor yang
diberikan bahan bakar/jam.
Air PDAM dari tandon atas turun secara gravitasi dan dialirkan ke dalam
Softener atau larutan NaCl denagn membuka katup 1 dan katup 2, sedangkan
katup 3 ditutup agar air dari tendon tidak langsung masuk Feed Water Tank
Softener ini berfungsi untuk melunakkan air baku boiler. Setelah itu air tersebut
akan dialirkan masuk kedalam Feed Water Tank( FWT) dengan membuka katup
4. Air bahan baku boiler yang ada di dalam FWT harus ditreatment lagi untuk
menghilangkan mineral – mineralnya dan oksigen yang terkandung, yaitu dengan
menambahkan larutan Dosage(CaMg) atau larutan Housemen dengan cara di-
injecsikan. Baru setelah Feed Water Pump diaktifkan maka air dapat dialirkan
masuk kedalam boiler.
o Dicatat Last water consumption
o Dicatat Fuel Consumption
DAFTAR PUSTAKA