I. MASALAH UTAMA
Kehilangan dan Berduka
4. Tahap Depresi
Tahap depresi merupakan tahap diam pada fase kehilangan. Pasien sadar akan
penyakitnya yang sebenarnya tidak dapat ditunda lagi. Individu menarik diri, tidak
mau berbicara dengan orang lain, dan tampak putus asa. Secara fisik, individu
menolak makan, susah tidur, letih, dan penurunan libido. Fokus pikiran ditujukan
pada orang-orang yang dicintai, misalnya “Apa yang terjadi pada anak-anak bila
saya tidak ada?” atau “Dapatkah keluarga saya mengatasi permasalahannya tanpa
kehadiran saya?” Depresi adalah tahap menuju orientasi realitas yang merupakan
tahap yang penting dan bermanfaat agar pasien dapat meninggal dalam tahap
penerimaan dan damai. Tahap penerimaan terjadi hanya pada pasien yang dapat
mengatasi kesedihan dan kegelisahannya.
5. Tahap Penerimaan (Acceptance)
Tahap akhir merupakan organisasi ulang perasaan kehilangan. Fokus pemikiran
terhadap sesuatu yang hilang mulai berkurang. Penerimaan terhadap kenyataan
kehilangan mulai dirasakan, sehingga sesuatu yang hilang tersebut mulai
dilepaskan secara bertahap dan dialihkan kepada objek lain yang baru. Individu
akan mengungkapkan, “Saya sangat mencintai anak saya yang telah pergi, tetapi
dia lebih bahagia di alam yang sekarang dan saya pun harus berkonsentrasi kepada
pekerjaan saya.........” Seorang individu yang telah mencapai tahap penerimaan
akan mengakhiri proses berdukanya dengan baik. Jika individu tetap berada di satu
tahap dalam waktu yang sangat lama dan tidak mencapai tahap penerimaan,
disitulah awal terjadinya gangguan jiwa. Suatu saat apabila terjadi kehilangan
kembali, maka akan sulit bagi individu untuk mencapai tahap penerimaan dan
kemungkinan akan menjadi sebuah proses yang disfungsional
B. Faktor Predisposisi
1. Faktor genetic
Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dengan riwayat depresi
akan sulit mengembangkan sikap optimis suatu permasalahan, termasuk dalam
menghadapi perasaan kehilangan.
F. Mekanisme Koping
1. Denial
2. Regresi
3. Intelektualisasi/rasionalisasi
4. Supresi
5. Proyeksi
G. Pohon masalah
Isolasi sosial
Duka cita
terganggu
Koping individu
terganggu
Kehilangan:
orang yg di
cintai
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, permisi. Sekarang jam 08.00 ya bu, saya ingin
memeriksa tekanan darah ibu.”
b. Evaluasi / validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya bu? Ibu ada
keluhan atau tidak?”
c. Kontrak
“Ibu, mengapa ibu sendirian? Apakah Keluarga ibu tidak ada yang
menemani? Bagaimana kalau saya temani ibu selama 15 menit di sini?
2. Kerja :
“Yang sabar ya ibu, semua ini akan ada proses. Semua tergantung kepada
ibu, ibu harus kuat dalam menjalankan semua ini. Semua ini bukan salah
ibu atau salah siapa pun, ini sudah kehendak yang diatas dan sudah
menjadi jalan tuhan, ibu harus serahkan semua pada yang mengatur ya
bu, ”
3. Terminasi :
Evaluasi respons klien :
a. Subjektif : klien mengatakan sedih atas kehilangan kakinya dan
menganggap semua sudah berakhir
b. Objektif : ‘jadi sekarang ibu masih sedih dengan keadaan ibu. Ibu
harus berusaha sabar, dan ikhlas dalam menjalani semua ini.”
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat siang ibu, sesuai dengan Janji saya, saya datang ke sini
untuk menemui ibu.”
b. Evaluasi/validasi
“Apa kabar ibu ? bagaimana perasaan ibu saat ini?”
c. Kontrak
“Ibu, bagaimana kalau hari ini ibu menceritakan kesedihan kepada
saya?”
2. Kerja
“Sekarang apa yang ibu rasakan? Apakah ibu bisa menceritakan kepada saya?
Memang pada awalnya kehilangan membuat kita sedih, tapi semua ini adalah
proses. Tergantung kepada kita bu bagaimana cara kita menyikapinya. Coba
ibu bayangkan, kedua tangan ibu masih berfungsi dengan baik. Bagaimana
dengan mata ibu? Masih berfungsi dengan baik juga. Jadi, apa yang kita miliki
sekarang, harus kita syukuri,bu. Ini semua ujian dari Tuhan, kita harus sabar
dengan semua ini.”
3. Terminasi :
a. Subyektif : apa yang ibu rasakan setelah menceritakan kesedihan
ibu kepada saya? Wah, itu bagus Bu , kalau bercerita kepada
orang lain dapat membuat perasaan ibu lega.
b. Obyektif : jadi, sekarang ibu dapat bercerita kepada orang lain
tentang perasaan ini, untuk menurunkan rasa sedih ibu.
5. Kontrak
“Bagaimana kalau kita bicarakan solusinya pada esok hari, bu? Ibu bersedia
jam berapa? Baik, jam 8 pagi besok saya akan datang kepada ibu untuk
mencari solusinya. Saya pamit dulu ya bu. Assalamualaikum, sampai bertemu
besok ya bu”
1. Orientasi
a. Salam
“selamat pagi ibu, masih ingatkah ibu dengan saya? Ya...bagus
ibu masih mengingat saya”
b. Evaluasi
“Bagaimana kabar ibu hari ini? Apakah ibu sudah menceritakan
rasa sedih ibu ke orang lain? Apakah merasa lebih baik bu
perasaannya saat ini?
c. Kontrak
“Sesuai dengan janji kemarin, saya datang untuk membicarakan
tentang solusi menggantikan apa yang hilang di diri ibu.”
2. Kerja
“Ibu, ibu kemarin mengeluh kehilangan kaki kiri ibu, kira-kira apa ya
solusinya? Bagaimana kalau ibu memakai kaki palsu? Apakah ibu mau?
Ada lembaga yang menyediakan kaki palsu gratis, apakah ibu mau
mendaftarkan diri ibu? Kalau begitu, nanti saya carikan formulir untuk
ibu mendaftarkan diri ibu.”
3. Terminasi
a. Subyektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendapatkan
solusi?
b. Obyektif : “Coba kalau nanti ibu bertemu dengan keluarga ibu, ibu
dapat berdiskusi tentang solusi ini. Apakah mereka setuju atau
tidak”
c. Rencana tindak lanjut :
“Baik lah ibu kalau begitu, berhubung waktu sudah habis mungkin
cukup sampai disini pertemuan kita hari ini, jika ibu masih measa
kurang percaya diri tolong di ingat ingat lagi ya bu apa yang
kemarin kita bicarakan, tetap semangat dalam menjalani hidup ya
bu”
4. Kontrak
“Kalau begitu saya akan menemani ibu besok jika ibu masih merasa
gelisah dan masih kurang percaya diri mari kita diskusikan besok ya bu
saya akan kesini lagi besok jam 8 bagaimana ? apakah ibu setuju? Kalau
begitu saya pamit dulu ya bu assalamualaikum, sampai jumpa besok ya
bu”
DAFTAR PUSTAKA
Suseno, Tutu April. 2004.Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan
Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Stuart and Sundeen. 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.