Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

PEMBAHASAN
A. SISTEM EKONOMI
Sistem ekonomi yang diterapkan Rasulullah Saw berakar dari Al-Qur’an. Al-Qur’an
merupakan petunjuk bagi umat manusia dalam melakukan aktivitas disetap aspek
kehidupannya tak terkecuali dalam hal ekonomi. Prinsip islam yang paling mendasar adalah
kekuasaan tertinggi hanya milik Allah SWT dan manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka
bumi. Sebagai khalifah manusia telah diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan telah
diciptakannya matahari, bulan, dan langit untuk dimanfaatkan oleh manusia. Allah berfirman
dalam surat Al-A’raf ayat 10

”Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS Al-
A’raf [7] : 10)
Dalam pandangan islam, kehidupan manusia tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi
kehidupan ruhiyah dan jasmaniyah, melainkan sebagi satu kesatuan utuh. Dalam rangka
mengemban amanah sebagai khilaf manusia diberi kebebasan untuk mencari nafkah sesuai
dengan hukum yang berlaku dan adil. Islam tidak membatasi kepemilikan pribadi, alat-alat
produksi, barang dagangan maupun perdagangan, namun hanya melarang perolehan
kekayaan melalui cra-cara yang illegal. Islam jug sangat menentang aktivitas ekonomi yang
bertujuan melakukan penimbunan kekayaan atau keuntungan yang tidak layak serta
penyalahgunaan.

“Celakalah semua pedagang jahat dan suka menjatuhkan orang lain yang menumpuk
hartanya dan memperbanyak hartanya dengan harapan hartanya dapat menjadikannya hebat
dan selalu bertahan selamanya.” (QS Al-Humazah [104] : 1-3)

Sesungguhnya menumpuk harta serta tidak menggunakannya untuk berbagai tujuan


yang bermanfaat bagi umat manusia merupakan perbuatan yng tidak diperkenanakan dalam
islam. Islam memandang setiap orang mempunyai hak penuh untuk dapat memiliki
penghasilan atau memperoleh hrta kekayn secara legal sehingga dapat menuanaikan
kewajiban agamanya dengan baik. Oleh karena itu pula, setelah ia meninggal dunia, semua
harta miliknya yang telah dibersihkan dari seluruh kewajiban dan utang harus dibagikan
kepada ahli warisnya, yakni istri atau suami, anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu,
kakak, adik, dan seterusnya.
Islam dengan tegas pula melarang segala bentuk praktik ribawi. Islam melarang
eksploitasi dalam bentuk apapun
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS Ar-Rum [30] : 39)

Kata Riba dalam ayat-ayat Al-Quran digunakan sebagai terjemahan dari bunga yang
tinggi terhadap modal pokok. Terminologi dan sistem ini dikenal pada masa jahiliyah dan
periode awal Islam. Islam dengan jelas melarang riba,

َ ِ‫س ۚ ذَٰ َ ل‬
‫ك ب ِ أ َن َّ هُ مْ ق َ ا ل ُ وا‬ ِ ‫الر ب َ ا ََل ي َ ق ُ و ُم و َن إ ِ ََّل ك َ َم ا ي َ ق ُ و م ُ ا ل َّ ذِ ي ي َ ت َ َخ ب َّ ط ُ ه ُ ال ش َّ ي ْ ط َ ا ُن ِم َن ال ْ َم‬ ِ ‫ا ل َّ ِذ ي َن ي َ أ ْك ُ ل ُ و َن‬
‫ع ظَ ة ٌ ِم ْن َر ب ِ هِ ف َ ا ن ْ ت َهَ َٰى ف َ ل َ ه ُ َم ا‬ ِ ‫الر ب َ ا ۚ ف َ َم ْن َج ا ءَ ه ُ َم ْو‬ ِ َ ‫ح َّر م‬ َ ‫ح َّل َّللاَّ ُ ال ْ ب َ ي ْ َع َو‬ ِ ‫إ ِ ن َّ َم ا ال ْ ب َ ي ْ ُع ِم ث ْ ُل‬
َ َ ‫الر ب َ ا ۗ َو أ‬
‫ار ۖ ه ُ مْ ف ِ ي هَ ا َخ ا لِ د ُو َن‬ ِ َّ ‫ب ال ن‬ُ ‫حا‬ َ ‫ص‬ ْ َ‫ك أ‬ َ ِ ‫ف َو أ َ ْم ُر ه ُ إ ِ ل َ ى َّللاَّ ِ ۖ َو َم ْن ع َ ا د َ ف َ أ ُو لَٰ َ ئ‬
َ َ ‫سَ ل‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 275)

َ ِ ‫الر ب َ ا إ ِ ْن ك ُ ن ْ ت ُمْ مُ ْؤ ِم ن ِ ي ن َ ف َ إ ِ ْن ل َ مْ ت َف ْ ع َ ل ُ وا ف َ أ ْذ َ ن ُ وا ب‬
ٍ‫ح ْر ب‬ َ ِ ‫ي َ ا أ َي ُّ هَ ا ا ل َّ ذِ ي َن آ َم ن ُ وا ا ت َّق ُ وا َّللاَّ َ َو ذ َ ُر وا َم ا ب َ ق‬
ِ ‫ي ِم َن‬
‫وس أ َ ْم َو ا ل ِ ك ُ مْ ََل ت َظْ ل ِ ُم و َن َو ََل ت ُظْ ل َ مُ و َن‬ ُ ُ‫ِم َن َّللاَّ ِ َو َر س ُ و ل ِ هِ ۖ َو إ ِ ْن ت ُب ْ ت ُمْ ف َ ل َ ك ُ مْ ُر ء‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 278-279)
Menurut para mufassir dan sejarawan, perintah terakhir tentang pelarangan riba
datang pada tahun 9H dan diumumkan oleh Rasulullah pada saat menyampaikan khutbah
Haji Wada’ pada rahun 10 H. atas nama pamannya, Abbas bin Abdul Mutthalib, Rasulullah
membatalkan seluruh riba yang berasal dari keluarganya sendiri.
Ketika melarang segala bentuk praktik ribawi, di sisi lain Islam memperkenalkan
sebuah konsep baru yaitu perintah sedekah. Rasulullah SAW memerintahkan bagi kaum yang
kaya untuk membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT tanpa mengharapkan imbalan
duniawi dan hanya mengharapkan keridhaan Allah semata. Berikut termasuk pembelanjaan
harta di jalan Allah yaitu: tolong menolong, memberi makanan dan minuman, memberi
pinjaman pada sanak saudara, anak yatim, janda, orang-orang miskin, tawanan, musafir,
muhajirin, pengutang, dan budak.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan beberapa prinsip pokok tentang kebijakan
ekonomi islam yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an :

a) Allah SWT. adalah penguasa tertinggi sekaligus pemilik absolut seluruh alam
semesta.

b) Manusia hanyalah khalifah Allah SWT. di muka bumi, bukan pemilik yang
sebenarnya.

c) Semua yang dimiliki dan didapatkan manusia adalah atas rahmat Allah SWT. Oleh
karena itu, manusia yang kurang beruntung mempunyai hak atas sebagian kekayaan
yang dimiliki saudaranya.
d) Kekayaan harus berputar dan tidak boleh ditimbun.
e) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya, termasuk riba, harus dihilangkan.

f) Menerapkan system warisan sebagai media redistribusi kekayaan yang dapat


mengeliminasi berbagai konflik individu.

g) Menetapkan berbagai bentuk sedekah, baik yang bersifat wajib atau sukarela,
terhadap para individu yang memiliki harta kekayaan yang banyak untuk membantu
para anggota masyarakat yang tidak mampu.

B. Keuangan dan Pajak


Pada awal tahun sejak di deklarasikan sebagai sebuah negara kota Madinah hampir
tidak memiliki sumber pemasukan ataupun pengeluaran negara. Semua tugas dilaksanakan
kaum muslimin secara gotong royong dan sukarela untuk memenuhi kebutuhan hidup diri
dan keluarganya, mereka mendapatkan pendapatan dari berbagai sumber tidak terikat.

Pada masa ini Rasulullah sendiri menjabat sebagai kepala negara yang merangkap
sebagai Ketua Mahakamah Agung, Mufti Besar, Panglima Perang Tertinggi, serta
penganggung jawab jawab seluruh administrasi negara. Ia tidak menerima gaji dari negara
maupun masyarakat, kecuali hadiah-hadiah kecil dari masyarakat seperti bahan makanan.

Sahabat yang membantu keperluan rumah tangga Rasulullah serta mengurus para
tamu adalah Bilal Bin Rabbah. Pada umumnya tamu-tamu yang ingin bertemu dengan
Rasulullah adalah orang-orang miskin. Mereka tidak hanya diberi makan, tetapii juga
diberikan pakaian. Ketika tidak mempunyai uang, biasanya Bilal meminjam uang dari orang
yahudi yang kemudian dibayarkan oleh Rasulullah Saw.

Pada masa pemerintahan Rasulullah Saw, belum ada tentara dalam bentuk yang
formal dan tetap. Setiap muslim yang memiliki fisik yang kuat dan mampu berperang bisa
menjadi tentara. Mereka tidak mendapat gaji tetap, tetapi diperbolehkan mendapatkan bagian
dari ghanimah seperti senjata, kuda, unta dan barang-barang lainnya. Pada saat itu belum ada
ketentuan yang mengatur pembagian dari ghanimah.

1. Sumber-Sumber Pendapatan Negara


Situasi tersebut berubah setelah turunnya surat Al-Anfal pada tahun kedua Hijriah.
Dalam ayat ini Allah SWT menentukan cara pembagian ghanimah dengan formulasi sebagai
berikut
a. Seperlima bagian untuk Allah dan Rasulnya (seperti untuk negara yang
dialokasikan bagi kesejahteraan umum), dan untuk para kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin,dan para musafir. Seperlima bagian ini dikenal sebagai khums.
b. Empatperlima bagian lainnya dibagikan kepada anggota pasukan yang terlibat
dalam peperangan. Penunggang kuda memeperoleh dua bagian, yakni untuk
dirinya sendiri dan untuk kudanya.

Pada tahun kedua Hijriyah, Allah Swt. Mewajibkan kaum Muslimin untuk
menunaikan zakat fitrah yang dikeluarkan setiap bulan Ramadhan. Besaran zakat ini adalah 1
sha’ kurma, tepung keju lembut atau kismis, atau setengah sha’ gandul, untuk setiap muslim
yang dibayarkan sebelum pelaksanaan Shalat ‘Id. Setelah kondisi perekonomian stabil, tahap
selanjutnya Allah Swt. Mewajibkan zakat mal (harta) pada tahun sembilan Hijriyah.

Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarea, yakni hanya berupa komitmen


perorangan tanpa ada aturan khusus atau batasan-batasan hukum. Pada tahun kesembilan
Hijriyah Allah Swt menurunkan ayat yang mengatur tentang alokasi pengeluaran zakat. Atas
dasar ayat ini Rasulullah membuat pengaturan zakat yang meliputi sistem pengumpulan
zakat, barang-barang yang dikenakan zakat, batas bebas zakat, dan tingkat presentase zakat
untuk tiap zakat berbeda-beda. Selanjutnya Rasulullah mengutus para pengumpul zakat ke
berbagai daerah degan tugas yang jelas. Pada masa ini para petugas zakat tidak diberikan gaji
resmi, tetapi hanya memperoleh bayaran tertentu dari dana zakat.

Pendapatan lain yang diperoleh kaum Muslimin pada awal pemerintahan berasal dari
hasil tebusan dari hasil tebusan para tawanan perang Badar. Pada perang ini, kaum Muslimin
berhasil mengalahkan kaum kafir mekkah dan memperoleh banyak tawanan perang.
Rasulullah Saw menetapkan uang tebusan terhadap tawanan perang adalah 4.000 dirham
untuk setiap tawanan perang.bagi tawanan perang yang miskin dan tidak dapat membayar
sebesar jumalah tersebut Rasulullah meminta agar tiap orang dari mereka untuk mengajar
membaca 10 anak Muslim.

Pada awal tahun keempat Hijriyah, pendapatan dari sumber daya neara masih sangat
kecil. Kekayaan pertama yang merupakan sumber pendapatan negara diperoleh dari Bani
Nadhir, suku bangsa Yahudi yang tinggal di pinggiran kota Madinah. Suku ini masuk alam
Pakta madinah, tetapi mereka menggar perjanjian, bahkan berusaha membunuh Rasulullah
Saw. Rasulullah meminta agar mereka meninggalkan kota tetapi mereka menolak, oleh
karena itu nabi mengerahkan tentara dan mengepung mereka.
Setelah melewati proses pengepungan selama beberapa hari, akhirnya Bani Nadhir
menyerah dan menginggalkan kota dan membawa harta yang mereka miliki sebanyak daya
angkut unta-unta mereka. Semua barang yang ditinggalkan Bani Nadhir menjadi milik
Rasulullah Saw sesuai dengan ketentuan Al quran karen mereka memperoleh tanpa melalui
pertempuran. Rasulullah membagi tanah yang didapat untuk kaum Muhajirin dan Anshar
yang miskin. Seorang Bani Nadhir yang telah masuk Islam memberikan Tanahnya kepada
Rasulullah da kemudian oleh Rasulullah dijadikan tanah sedekah, dengan demikian tanah
perkebunan itu merupakan tanah wakaf pertama dalam sejarah Islam.

Pada tahun ketujuh Hijriyah, Kaum Muslimin berhasil menguasahi Khaibar.


Penguasaan wilayah ini dilakukan karena penduduknya menentang dan memerangi Kaum
Muslimin. Setalah melewati masa pertempuran selama sebulan pendudukan Khaibar
menyerah dengan syarat dan berjanji untuk menyerahkan tanahnya. Mereka mengatakan
bahwa mereka memiliki pengalaman khusus dalam bertani kurma, oleh karena itu mereka
meminta izin agar tetap tinggal serta mengelolah tanah tersebut. Rasulullah pun menerima
permintaan mereka dan memberikan setengah dari hasil panen kebun mereka.
Pada masa pemerintahan Rasulullah juga menerapkan Jizyah yakni pajak yang
dibebankan kepada orang-orang non muslim, khususnya ahli kitab sebagai jaminan
perlindungan jiwa, harta milik, kebebasan menjalankan ibadah, serta pengecualian dari wajib
militer. Besaran jizyah adalah satu dinar pertahun untuk setiap orang laki-laki dewasa yang
mampu membayarnya. Sedangkan untuk perempuan, anak-anak, pengemis, pendeta, orang
tua, penderita sakit jiwa dan semua yang menderita sakit dibebaska dari pajak ini.

Disamping itu Rasulullah juga menerapkan sistem kharaj, yakni sistem pajak tanah
yang dipungut dari kaum non-Muslimketika wilayah Khaibar ditaklukan. Tanah yang
ditaklukan diambil oleh kaum muslimin dan pemilik lamanya diberikan hak untuk
mengelolah tanah tersebut dengan status sebagai penyewa dan bersedia memberikan sebagian
hasil produksinya kepada negara, jumlah Kharaj dari dari tanah ini adalah tetap, yakni
setengah dari hasil produksi.

Sistem pajak lain yang diadopsi oleh Rasulullah adalah ushr, sebuah jenis pajak yang
telah berlangsung pada masa Arab Jahiliyah, khususnya di Mekkah yang merupakan pusat
perdagangan pada saat itu. Pada masa pemerintahannya Rasulullah menerapkan ushr sebagai
bea impor yang dikenakan pada kepada semua pedagang dan dibayar sekali dalam setahun
serta berlaku terhadap barang-barang yang bernilai diatas 200 dirham.
Pada masa Rasulullah SAW, Zakat dikenakan pada hal-hal berikut:

1. Benda logam yang terbuat dari emas, seperti koin, perkakas, perhiasan, atau dalam
bentuk lainnya.
2. Benda logam yang terbuat dari perak
3. Binatang ternak seperti unta, sapi, domba, dan kambing
4. Berbagai jenis barang dagangan, termasuk budak dan hewan
5. Hasil pertanian, termasuk buah-buahan
6. Luqathah, harta benda yang ditinggalkan musuh
7. Barang temuan/ rikaz
Zakat emas dan perak ditentukan berdasarkan beratnya, binatang ternak ditentukan
oleh jumlahnya. Barang dagangan berdasarkan nilai jualnya serta hasil pertanian dan buah-
buahan ditentukan berdasarkan kuantitasnya. Rasulullah telah menetapkan nisabnya,yakni
batas terendah dari jumlah dan tiap jenis binatang ternak.

Selain sumber-sumber pendapatan negara tersebut terdapat sumber pendapatan


lainnya, diantaranya adalah:

1. Uang tebusan para tawanan perang


2. Pinjaman-pinjaman (setelah penaklukkan kota Mekkah)
3. Khums Rikaz (Harta Karun)
4. Amwal fadilah, yakni harta yang berasal dari harta benda kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris atau harta seorang muslim yang telah murtad dna pergi
meinggalkan negaranya
5. Wakaf
6. Nawaib, pajak khusus orang kaya raya
7. Zakat fitrah
8. Sedekah qurban
9. Kafarat/ denda

2. Sumber-sumber Pengeluaran Negara


Catatan mengenai pengeluaran rinci pada masa Rasulullah tidak tersedia. Namun
bukan berarti sistem keuangan tidak berjalan dengan benar. Rasulullah senantiasa
memberikan perintah yang jelas dan tegas kepada para petugas yang sudah terlatih
mengumpulkan zakat. Dalam kebanyakan kasus, ia menyerahkan pencatatan penerimaan
zakat kepada masing-masing petugas dan diperiksa kembali.
Pengeluaran negara selama masa pemerintahan Rasulullah SAW digunakan untuk
hal-hal tertentu dalam tabel berikut

Primer Sekunder
1. Biaya pertahanan (senjata, unta, dan 1. Bantuan untuk orang yang belajar
persediaan) agama di madinah
2. Penyaluran zakat dan ushr sesuai Al- 2. Hiburan untuk delegasi keagamaan
Quran 3. Hiburan untuk utusan para suku dan
3. Pembayaran gaji untuk wali, qadi, negara dan biaya perjalanan mereka
guru, imam, muadzin, dan pejabat 4. Hadiah untuk pemerintah negara lain
negara lainnya 5. Pembayaran utang orang miskin yang
4. Pembayaran upah sukarelawan meninggal
5. Pembayaran utang negara 6. Tunjangan sanak saudara Rasulullah
6. Bantuan untuk musafir SAW
7. Persediaan darurat

C. Baitul Mal
Sebelum Islam hadir di tengah-tengah umat manusia, pemerintahan suatu negara
dipandang sebagai satu-satunya penguasa kekayaan dan perbendaharaan negara. Dengan
demikian, pemerintah bebas mengambil harta kekayaan rakyatnya sesuka hati. Hal ini berarti
sebelum Islam datang belum ada sistem tentang keuangan publik dan perbendaharaan di
dunia.

Hingga kini, sudah menjadi asumsi umum bahwa kekayaan yang berlimpah
merupakan kesuksesan dan puncak kebesaran dari sebuah pemerintahan di dunia. Oleh
karena itu adalah hal yang lumrah bila pemerintahan di belahan dunia manapun selalu
memberikan perhatian terbesar terhadap pengumpulan dan administrasi penerimaan negara.
Dalam islam, tampuk kekuasaan dipandang sebagai sebuah amanah yang harus
dilaksanakan sesuai dengan perintah Al-Quran. Hal ini telah dipraktikkan oleh Rasulullah
SAW, sebagai kepala negara yang baik dan benar, Ia tidak menganggap dirinya sebagai raja
yang bisa semena-mena, melainkan sebagai orang yang diberikan amanah untuk mengatur
urusan negara.

Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah merupakan kepala negara pertama yang
memperkenalkan konsep baru di bidang keuangan negara pada abad ketujuh, yakni semua
pengumpulan negara harus disatukan terlebih dahulu kemudian dibelanjakan sesuai dengan
kebutuhan negara. Status harta hasil pengumpulan adalah milik negara. Meskipun dalam
batas tertentu, negara dan para pejabat lainnya dapat menggunakan harta tersebut untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Tempat pengumpulan harta tersebut disebut Baitul Mal
(rumah harta) atau bendahara negara.

Pada masa pemerintahan Rasulullah SAW, Baitul Mal terletak di masjid Nabawi yang
ketika itu digunakan sebagai kantor pusat negara yang sekaligus berfungsi sebagai tempat
tinggal Rasulullah SAW. Binatang-binatang yang merupakan harta perbendaharaan negara
tidak disimpan di baitul mal melainkan ditempatkan pada padang terbuka.

Harta yang merupakan sumber pendapatan negara disimpan di masjid singkat


kemudian untuk didistribusikan kepada masyarakat hingga tidak tersisa sedikitpun. Dalam
berbagai kitab hadis dan sejarah terdapat 40 nama sebagai pegawai sekretariat Rasulullah
SAW, Namun tidak disebutkan adanya seorang bendaharawan negara.

Anda mungkin juga menyukai