Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

Mata kuliah Laboraturium Uji Bahan I merupakan salah satu mata kuliah yang wajib di ikuti
oleh mahasiswa program studi Diploma III Teknik Sipil Bangunan Gedung Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dasar – dasar
teori tentang berbagai macam bahan bangunan yang akan kita jumpai saat kita terjun
langsung ke lapangan pekerjaan nanti seperti halnya agregat kasar, agregat halus, beton,
semen dan lain sebagainya. Tak hanya itu, dalam mata kuliah ini kita juga akan mengetahui
bagaimana cara mengetahui mana saja bahan-bahan bangunan dengan kualitas baik dan juga
kualitas kurang baik dengan cara melakukan pengujian bahan tersebut melalui standart
kualitas yang digunakan di Indonesia.

Standar yang biasanya digunakan di negara kita ini adalah Standar Nasional Indonesia (SNI),
American Society of Testing and Materials (ASTM) dan British Standard (BS). Standar-
standar ini digunakan untuk mengetahui apakah bahan-bahan bangunan tersebut layak atau
tidak layak untuk digunakan dalam pembuatan suatu objek konstruksi. Dengan adanya
standar kualitas tersebut dapat membantu mahasiswa dalam melakukan pengujian bahan –
bahan bangunan secara praktek, sehingga kami dapat meminimalisir kesalahan dalam
pengujian bahan-bahan bangunan dan juga lebih menguasai tahap-tahap pengujian bahan-
bahan bangunan, dan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah cara pengujian
Agregat kasar.

Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan No. 8 (2,36 mm). Agregat kasar
untuk campuran beraspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat, kering, awet,
bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainya serta mempunyai tekstur
permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang baik
dengan material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis perkerasan
lebih permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan menurunya daya lekat
bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari batuan.
1. Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5 % (diuji dengan goresan
batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.
2. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan). Jika
diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, jika
dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
3. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 1
%.
4. Tidak boleh mengandung zat-zat yang raktif terhadap alkali
5. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 %
6. Modulus halus butir antara 6 – 7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar gradasi
7. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara bidang-
bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar tulangan atau
berkas tulangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN DAYA SERAP AGREGAT


Berat Jenis Agregat
Berat jenis agregat ialah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume
sama (maka tanpa satuan). Karena butiran agregat umumnya mengandung pori-pori yang
ada dalam butiran dan tertutup/tidak saling berhubungan, maka berat jenis agregat
dibedakan menjadi dua istilah, yaitu :
a) Berat jenis mutlak, jika volume benda padatnya tanpa pori
b) Berat jenis semu (berat jenis tampak) jika volume benda padatnya termasuk pori
tertutupnya.

Untuk agregat tertentu yang pori tertutupnya kecil, sering kedua istilah di atas
dianggap sama, dan disebut berat jenis saja. Dengan demikian maka secara matematika
dapat ditulis :

Bj= Wb/Wa

dengan :
Wb = berat butir agregat
Wa. = berat air dengan volume air sama dengan volume butir agregat

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui berat jenis dan daya serap agregat kasar.

1. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN MENURUT SNI


Peralatan
Berikut ini merupakan peralatan yang digunakan dalam pengujiann berat jenis dan penyerapan
menurut SNI :
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm atau 2,36 mm (no.6 atau
no.8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg.
b. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini haus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap.

c. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari


berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat
penggantung keranjang.
d. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 + 5)°C.
e. Alat pemisah contoh.
f. Saringan no.3/4” dan No.1/2”
Bahan
Bahan atau material agregat diperoleh dari hasil pemecahan mesin
pemecah batu yang berupa :
- Batu pecah ukuran maksimum ¾”
- Batu pecah ukuran maksimum ½”

Pelaksanaan Pengujian
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan – bahan lain yang melekat pada
permukaan.
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu 105°C sampai berat tetap.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selam 1-3 jam kemudian timbang dengan ketelitian 0,5
gram.
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 + 4 jam.
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan
hilang (SSD), untuk butiran yang besat pengeringan harus satu – persatu.
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (BJ).
g. Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang
tersekap dan tentukan beratnya didalam air (BA). Ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar (25°C).

2. PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN MENURUT ASTM


Peralatan :

1. Timbangan/neraca kapasitas 5 kg ketelitian 100 mg

2. Bejana dan kontainer

3. Tangki air

4. Oven

5. Saringan / ayakan

6. Lap (dari kain)

Prosedur Percobaan :

• Mengambil kerikil (sampel) kemudian dicuci untuk menghilangkan kotoran.

• Mengeringkan kerikil dalam oven dengan suhu 110°C selama 24 jam.

• Mendiamkan kerikil setelah dioven hingga mencapai suhu kamar.

• Menimbang kerikil seberat 3000 gram (kode A).

• Memasukkan kerikil kedalam kontainer dan direndam selama 24 jam.

• Setelah 24 jam, kontainer dan kerikil ditimbang dalam keadaan terendam dalam air.
• Mengangkat kontainer dari dalam air kemudian mengeringkan kerikil dengan dilap.

• Menimbang kerikil dalam kondisi SSD (kode B).

• Menimbang kontainer.

• Menghitung berat agregat dalam air dengan cara mengurangkan hasil penimbangan
langkah ke 6 dengan berat kontainer.

B. PENGUJIAN GRADASI AGREGAT KASAR


Tujuan dari pengujian Agregat Kasar ini adalah Untuk mengetahui susunan agregat
kasar dan angka keausan. Membuat grafik hubungan antara diameter ayakan dengan
butiran agregat kasar yang lolos.

1. Pengujian gradasi menurut SNI


Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;
2) Satu set saringan ; 3,75 mm (3”); 63,5 mm(2 ½”), 50,8 mm (2”); 37,5 mm (1
½”); 25 mm (1”); 19,1 mm (3/4”); 12,5 mm (1/2”); 9,5 mm (3/8”); No.4 (4,75
mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm);
No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm);
3) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)
0
C
4) Alat pemisah contoh
5) Mesin pengguncang saringan
6) Talam-talam
7) Kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainya.

Benda uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak: benda uji
disiapkan berdasar standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang
melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat
ketelitian tidak menghendaki pencucian.

Agregat kasar terdiri dari :


1. ukuran maks. 3,5” ; berat minimum 35,0 kg
2. ukuran maks. 3” ; berat minimum 30,0
3. ukuran maks. 2,5” ; berat minimum 25,0
4. ukuran maks. 2” ; berat minimum 20,0
5. ukuran maks. 1,5” ; berat minimum 15,0
6. ukuran maks. 1” ; berat minimum 10,0
7. ukuran maks. ¾” ; berat minimum 5,0
8. ukuran maks. ½” ; berat minimum 2,5
9. ukuran maks. 3/8” ; berat minimum 1,0

Prosedur Pengujian
Urutan proses dalam penyajian ini adalah sebagai berikut :
0
1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 + 5) C, sampai berat
tetap.
2. Sering benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling aatas. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin
pengguncang selama 15 menit.

Dibawah ini merupakan grafik standar analisis saringan agregat berdasarkan SNI
03-2834-2000 :
2. Pengujian menurut ASTM
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
• Oven
• Neraca/timbangan
• Mesin penggetar
• Satu set ayakan

Prosedur percobaan
• Menyiapkan kerikil yang telah dioven selama 24 jamdengan suhu110°C
seberat 3000 gram.
• Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun berurutan mulai dari diameter
bawah ke atas: pan; 2.36 mm; 4.75 mm; 9.5mm; 12.5mm; 19mm; 25mm; 38
mm.
• Menuangkan kerikil ke dalam ayakan paling atas dan menutup rapat-rapat
susunan ayakan tersebut dan diletakkan di mesin penggetar.
• Menghidupkan mesin penggetar selama ± 5 menit.
• Menimbang dan mencatat berat agregat kasar yang tertinggal diatas masing-
masing ayakan.

Berikut ini merupakan tabel Gradasi Agregat Kasar menurut ASTM C33:
PENGUJIAN ABRASI PADA AGREGAT KASAR
Tujuan: mengetahui tingkat keausan karena gesekan atau perputaran yang terdeteksi
dengan prosentase
1. Pengujian Abrasi Pada Agregat Kasar menurut ASTM
Alat :
• Saringan (Apreture 12,5 mm ; 9,5 mm ; 4,75 mm ; 2 mm )
• Abrasi test set (mesin pemutar los angelos)
Bahan :
• Agregat kasar yang lolos saringan 12,5 mm dan tertampung saringan 9,5 mm
sebanyak 2,5 kg
• Agregat kasar yang lolos saringan 9,5 mm dan tertampung saringan 4,75 mm
sebanyak 2,5 kg
Langkah kerja:
• Mencuci agregat kasar sampai bersih kemudian mengeringkan dalam oven
dengan suhu 110°C selama 24 jam.
• Mengayak agregat kasar tersebut dan memasukkan hasil ayakan ke dalam mesin
Los Angelos dan diputar sebanyak 500 kali.
• Setelah diputar, menimbang hasil pemutaran yang tertahan pada ayakan 2 mm.
• Akan diadakan variasi kelas abrasi.

Anda mungkin juga menyukai