Anda di halaman 1dari 38

PERCOBAAN I

MASERASI

A. TUJUAN
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa
mampu memahami prinsip dan mampu melakukan
ekstraksi untuk mengambil zat khasiat dari simplisia
dengan teknik maserasi.

B. DASAR TEORI
Penyarian atau ekstraksi merupakan proses
penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana
zat yang diinginkan larut. Ekstrak adalah sediaan pekat
yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan. Sediaan ekstrak dibuat agar zat
berkhasiat dari simplisia mempunyai kadar yang tinggi

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 1


sehingga memudahkan dalam pengaturan dosis (Ansel,
1989).

Maserasi adalah metode penyarian dengan cara


merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari pada
temperatur kamar. Cairan penyari akan menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam
sel dan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak
keluar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan
di dalam sel.

C. ALAT
1. Pipet
2. Kompor spiritus
3. Seperangkat alat KLT
4. Kapiler
5. Lampu UV 254
6. Mikroskop dan objek glass

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 2


7. Alat beaker glass,
8. gelas ukur,
9. cawan porselen,
10. waterbath,
11. kain kola.
12. Chamber (Bejana Kromatografi)

D. BAHAN

1. Bahan ekstraksi yang digunakan : daun kumis


kucing 100 gram.
2. Etanol 70%.
3. Butanol
4. Asam asetat
5. Aquadest

E. CARA KERJA
1. Ditimbang 100 gram serbuk daun, dimasukkan
ke dalam beaker glass kemudian ditambah etanol
70% sebanyak 500 ml.

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 3


2. Dimaserasi dengan ditutup plastik hitam dan
diletakkan pada tempat yang terlindung dari
cahaya sambil dilakukan pengadukan sesering
mungkin.
3. Setiap 24 jam maserat disaring dengan kain
flanel dan ampas ditambah cairan penyari lagi
dengan jumlah yang sama.
4. Maserat yang diperoleh dicampur sampai
homogen kemudian diuapkan diatas waterbath
sampai diperoleh ekstrak kental.
a. Organoleptis :
Bentuk :
Warna :
Rasa :
Bau :
b. Perhitungan Rendemen : =
Ʃ(𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
𝑋 100%
Ʃ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 4


5. Identifikasi KLT :
Fase diam : silika Gel GF 254
Fase gerak : butanol : asam asetat :
air (4: 1 : 5)
Sampel dan standart : larutan uji dengan
konsentrasi 2%
Penotolan : 3 – 5 totolan (sampel
dan standart)
Deteksi : UV 254 nm
Pereaksi penampak : AlCl3, Sitoborat

Daftar Pustaka

Anonim,1997,Materia Medika Indonesia,Jilid 1,Depkes


RI,Jakarta.
Anonim,1985, Tumbuhan Obat Indonesia,Depkes
RI,Jakarta.
Gembong,1994,Taksonomi Tumbuhan Obat-
obatan,Gajah Mada University Press.

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 5


PERCOBAAN II
INFUNDASI
A. TUJUAN
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa
mampu memahami prinsip dan mampu melakukan
ekstraksi untuk mengambil zat khasiat dari simplisia
dengan teknik infudasi.

B. DASAR TEORI
Infus adalah sediaan cair yang di buat dengan
menyari simplisia dengan air pada temperatur 900 C
selama 15 menit. Infudasi adalah proses penyarian yang
umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian
dengan cara ini menghasikan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu,
sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh
perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 6


modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat
ekstrak.
Infus dibuat dengan cara :
1. Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali
bobot bahan, untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk
karagen 10 kali bobot bahan.
2. Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan
selama 15 menit pada suhu 900 – 980C. Umumnya untuk
100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan. Pada
simplisia tertentu tidak diambil 10 bagian bahan. Hal ini
di sebabkan karena:
a. Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya
kulit kina digunakan 6 bagian.
b. Disesuaikan dengan cara penggunaannya dalam
pengobatan, misalnya daun kumis kucing, sekali minum
infuse 100cc karena itu diambil 1/2 bagian.
c. Berlendir, misalnya karagen digunakan 11/2 bagian
d. Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan 1/2
bagian.
3. Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 7


ditambah bahan kimia misalnya:
a. Asam sitrat untuk infuse kina
b. Kalium atau Natrium karbonat untuk infuse kelembak
4. Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas,
kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah
menguap.
Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infuse
harus mempunyai derajat kehalusan tertentu.
a. Derajat kahalusan (2/3), misalnya : Daun kumis
kucing, Daun sirih, Akar manis
b. Derajat kehalusan (3/6), misalnya : Rimpang jeringau,
Akar kelembak
c. Derajat kehalusan (6/8), misalnya : Rimpang lengkuas,
Rimpang temulawak, Rimpang jahe
d. Derajat kehalusan (8/24), misalnya : Kulit kina

C. ALAT
1. Gelas ukur
2. Tangas air
3. Panci

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 8


4. Corong pisah 250 ml
5. Batang pengaduk
6. Gelas ukur 50 ml
7. Cawan penguapan
8. Erlenmeyer 250 ml
9. Pipet
10. Kompor spiritus
11. Seperangkat alat KLT
12. Kapiler
13. Lampu UV 254
14. Chamber (Bejana Kromatografi)

D. BAHAN

1. Bahan ekstraksi yang digunakan : Serbuk simplisia


daun sirih
2. Aquadest
3. Kloroform
4. Metanol
5. Sitral

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II 9


E. CARA KERJA
1. Simplisia yang telah dihaluskan sesuai dengan
derajat kehalusan yang telah ditetapkan sebanyak
100 gram dicampur dengan air sebanyak 1200 ml (
1000 ml + air ekstra 200 ml) dalam sebuah panci.
2. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama 15
menit, dihitung mulai temperatur dalam panci
mencapai 900C, sambil sekali-sekali diaduk.
3. Infus simplisia yang mengandung minyak atsiri
harus diserkai setelah dingin melalui kain flannel.
a. Organoleptis :
Bentuk :
Warna :
Rasa :
Bau :
Ʃ(𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
b. Perhitungan Rendemen : = Ʃ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑋 100%

4. Identifikasi KLT
Fase diam : silika Gel GF 254
Fase gerak : kloroform : metanol (9:1)

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
0
Sampel dan standart : larutan uji dengan
konsentrasi 5%
Penotolan : 3 – 5 totolan (sampel dan
standart)
Deteksi : UV 254 nm
Pereaksi penampak : Dragendorff

Daftar Pustaka

Anonim,1997,Materia Medika Indonesia,Jilid 1,Depkes


RI,Jakarta.
Anonim,1985, Tumbuhan Obat Indonesia,Depkes
RI,Jakarta.
Gembong,1994,Taksonomi Tumbuhan Obat-
obatan,Gajah Mada University Press.

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
1
PERCOBAAN III
ISOLASI ALKALOID KAFEIN DENGAN
TEKNIK REFLUKS

A. TUJUAN
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa
mampu memahami prinsip dan mampu melakukan
isolasi senyawa kafein dari daun teh beserta analisis
kualitatif hasil isolasi dengan kromatografi lapis tipis.

B. DASAR TEORI
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali
sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
2
Kafein merupakan alkaloid yang didapatkan dari
dalam biji kopi (Coffea arabica/ robusta) ataupun pada
daun teh (Camellia sinensis). Suatu alkaloid biasanya
diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan
memakai air yang diasamkan sehingga melarutkan
alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan yang
dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya.
Basa bebas yang ada, diekstrasi dengan pelarut organik
seperti kloroform, eter dan sebagagainya.
Kafein bersifat menstimulus sistem syaraf pusat
dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar, mengantuk,
meningkatkan daya konsentrasi, prestasi otak dan
memperbaiki suasana jiwa. Kafein mempunyai sifat

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
3
mudah larut dalam kloroform, berbentuk serbuk kristal
putih, tidak berbau dan berasa pahit.
Saat ini dikenal tiga macam teh yaitu:
1. Teh hijau (green tea) diperoleh dari tanaman
teh yang dikeringkan langsung tanpa diberikan
kesempatan mengalami fermentasi.
2. Teh hitam (Black Tea) daun setelah dipetik
diberi kesempatan mengalami fermentasi.
3. Oolong Teh adalah teh hijau yang mengalami
semi fermentasi.

C. ALAT
1. Seperangkat alat refluks
2. Corong pisah 500 ml
3. Batang pengaduk
4. Gelas ukur 50 ml
5. Cawan penguapan
6. Erlenmeyer 250 ml
7. Gelas kimia 300 ml
8. Sendok tanduk

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
4
9. Statif
10. Pipet
11. Kompor spiritus
12. Seperangkat alat KLT
13. Pipa kapiler
14. Lampu UV 254
15. Mikroskop dan objek glass
16. Chamber (Bejana Kromatografi)

D. BAHAN
1. Teh hijau
2. Teh hitam
3. Aquadest
4. Kloroform
5. Kertas saring
6. Kain flannel
7. Larutan Pb Asetat 10%
8. Etanol
9. Kafein standar
10. Plat SilikaGel

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
5
11. Pereaksi Dragendorff

E. CARA KERJA
1. 40 gram serbuk daun teh hijau / hitam masukkan
dalam labu alas bulat 500 ml + 240 ml aquadest
dan refluks 1 jam.
2. Saring dengan kain flanel dalam keadaan panas.
3. Filtrat ditampung dalam beaker glass 250 +
larutan Pb asetat tetes demi tetes sampai filtrat
tidak membentuk endapan lagi.
4. Kemudian saring dengan kertas saring.
5. Filtrasi diekstrasi dengan 50 ml CHCl3 pada
corong pisah, kocok dan pisahkan fase CHCl3
(lapisan I).
6. Fase air ekstraksi dengan 50 ml CHCl3, pisahkan
fase CHCl3 (lapisan II).
7. Fase CHCl3 dikumpulkan kemudian diuapkan
sampai kering (dalam cawan ) diatas waterbath
sampai terbentuk kristal.

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
6
8. Lakukan mikro sublimasi (menggunakan api
kecil), kristal kafein yang murni di evaluasi.
a. Organoleptik :
Makroskopis:
- Bentuk :
- Warna :
- Rasa :
- Bau :
Mikroskopis :

b. Perhitungan Rendemen : =
𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Ʃ( )
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
𝑋 100%
Ʃ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎

9. Identifikasi KLT :
Fase diam : silika Gel GF 254
Fase gerak : CHCl3 : Etanol (96 : 4)

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
7
Sampel dan standart : Larutan 10 mg dalam 5 ml
CHCl3 : Metanol (90 : 10)
Penotolan : 3 – 5 totolan (sampel dan
standart)
Deteksi : UV 254 nm
Pereaksi penampak : Dragendorff

Daftar Pustaka

Anonim,1997,Materia Medika Indonesia,Jilid 1,Depkes


RI,Jakarta.
Anonim,1985, Tumbuhan Obat Indonesia,Depkes
RI,Jakarta.
Gembong,1994,Taksonomi Tumbuhan Obat-
obatan,Gajah Mada University Press.

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
8
PERCOBAAN IV
ISOLASI ALKALOID PIPERIN DARI
BUAH MERICA

A. TUJUAN
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa
mampu memahami prinsip dan mampu melakukan
isolasi senyawa piperin dari buah merica hitam dan putih
beserta analisis kulitatif hasil isolasi dengan
kromatografi lapis tipis.

B. DASAR TEORI
Piper nigri fructus adalah buah yang belum
masak yang dikeringkan dari tanaman Piper nigrum I.,
dari suku Piperaccae (Sudarsono, dkk. 1996) . Piper
nigri dibedakan menjadi 2 macam, tergantung saat
panen dan cara memprosesnya, yaitu Piper nigri fructus
dan Piper albi fructus.

1
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
9
Untuk memperoleh Piper albi fructus, buah yang
masak difermentasi selama 2 – 3 hari dan kemudian
dikupas. Setelah dikeringkan akan diperoleh buah kering
yang tidak berwa rna (Sumali, 2008). Adapun
kandungan kimia Piper nigri fructus dan Piper albi
fructus selain mengandung piperin 5 – 9 % adalah
sebagai berikut (Sudarsono, dkk.1996): minyak atsiri
berwarna kuning (berbau aromatis), senyawa berasa
pedas (Chavicine), Amilum (karbohidrat), protein,
vitamin B, Resein, dan lain-lain.

Piperin merupakan senyawa kimia amida basa


lemah yang dapat membentuk garam dengan asam
mineral kuat. Piperin apabila dihidrolisis dengan KOH
metanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan
piperidin.

Piperin berasa pedas, rasa pedas ini masih dapat


dirasakan hingga pengenceran 1 : 200.000 (Sumali,
2008). Piperin berupa kristal bebentik jarum berwarna
kuning dengan jarak lebur 129 – 130oC, sedikit larut

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
0
dalam air. Larut dalam 15 bagian etanol, 36 bagian eter,
asam asetat, benzen dan kloroform.

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut


yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi yang kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik.

C. ALAT
1. Seperangkat alat soxlet
2. Seperangkat alat KLT
3. Batang pengaduk
4. Kapiler

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
1
5. Lampu UV 254
6. Mikroskop dan objek glass
7. Corong
8. Kompor
9. Erlemeyer
10. Beaker glass
11. Cawan porselen
12. Gelas ukur
13. Flakon
14. Statif
15. Pipet
16. Chamber (Bejana Kromatografi)

D. BAHAN
1. Serbuk simplisia buah merica 30 gram
2. Cairan penyari etanol
3. KOH metanolik 10%
4. Kertas saring
5. Kapas

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
2
6. Benzen
7. Etil asetat
8. H2SO4P
9. Plakat silika gel GF 254
10. Pereaksi Dragendorff

E. CARA KERJA
1. 30 gram serbuk buah merica, masukan dalam alat
solxletasi yang telah diberi kertas saring + 250 ml
etanol dan batu didih.
2. Ekstrasi 2 – 3 jam dengan kecepatan sirkulasi 4 – 5
sirkulasi perjam.
3. Dinginkan dan saring dengan kertas saring, sari
simpan dalam flakon sebanyak 3 ml.
4. Sari dipekatkan sampai konsistensi kental (2 – 3 ml)
5. Tambahkan 10 ml KOH metanolik 10 %, aduk
sampai terbentuk endapan.
6. Saring melalui corong ddengan kapas.
7. Sari jernih diamkan dalam almari pendingin samapi
mengkristal selama 12 – 24 jam

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
3
8. Saring kristal, cuci dengan etanol 96 % (dingin)
9. Keringkan kristal dalam almari pengering (40oC, 30
– 45 menit) kristal dievaluasi.
a. Organoleptik :
Makroskopis:
- Bentuk :
- Warna :
- Rasa :
- Bau :
Mikroskopis :

b. Perhitungan Rendemen : =
𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
Ʃ( )
𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎
𝑋 100%
Ʃ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎

10. Identifikasi KLT :


Fase diam : silika Gel GF 254

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
4
Fase gerak : Benzen : Etil asetat (70 :
30)
Sampel dan standart : Larutan 10 mg dalam 1 ml
Metanol
Penotolan : 3 – 5 totolan (sampel dan
standart)
Deteksi : UV 254 nm
Pereaksi penampak : Dragemdorff

Daftar Pustaka

Anonim,1997,Materia Medika Indonesia,Jilid 1,Depkes


RI,Jakarta.
Anonim,1985, Tumbuhan Obat Indonesia,Depkes
RI,Jakarta.
Gembong,1994,Taksonomi Tumbuhan Obat-
obatan,Gajah Mada University Press.

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
5
PERCOBAAN VI
DESTILASI
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan isolasi dan
identifikasi minyak atsiri rimpang jahe, herbal sere dan
cengkeh

B. DASAR TEORI
Pada umumnya minyak atsiri mempunyai titik
didih juah lebih rendah dari air. Sehingga dapat
dipisahkan dengan distilasi air. Pada prinsipnya minyak
atsiri akan menguap duluan dan akan mengembun
karena adanya pendinginan. Temperatur selama proses
distilasi diusahakan dibawah 1000C, agar air tidak
menguap. Minyak atsiri sebagai cairan opaque, bau khas
aromatis, rasa tergantung dari beberapa komponen
minyak atsirinya , umumnya tidak berasa.

Tanaman jahe yang nama ilmiahnya Zingeber


officinale Rosc, telah lama dikenal dan tumbuh baik di

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
6
negara kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah
penting yang rimpangnya sangat luas dipakai. Sifat khas
jahe disebabkan karena adanya minyak atsiri dan
oleoresin jahe. Kandungan minyak atsiri dalam jahe
kering sekitar 1 – 3 %. Komponen utama minyak atsiri
jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagoal,
minyak atsiri dan resin. Pemberi rasapedas dalam jahe
yang utama adalah zingerol. Pada umumnya jahe dipakai
sebagai pencampur beberapa jenis obat yaitu sebagai
obat batuk, mengobati gigitan luar dan dalam, melawan
gatal (umbinya ditumbuk halus), untuk mengobati
gigitan ular, dan candi/permen.

Secara umum, sereh (Cymbogon nardus (L)


Rendle) dibagi menjadi dua jenis, yaitu sereh dapur
(lemon grass) dan sereh wangi (sitronella). Keduanya
memiliki aroma yang berbeda. Minyak sereh yang
selama ini dikenal di Indonesia merupakan minyak sereh
wangi (citronella oil) yang biasanya terdapat dalam
komposisi minyak tawon dan minyak gandapura.

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
7
Minyak sereh wangi telah dikembangkan di
Indonesia dan minyak atsirinya sudah diproduksi secara
komersial dan termasuk komoditas ekspor. Sedangkan
minyak sereh dapur (lemongrass oil) belum pernah
diusahakan secara komersial. Dari segi komposisi
kimianya keduanya memiliki komponen utama yang
berbeda. Sereh wangi kandungan utamanya adalah
citronella, sedangkan sereh dapur adalah sitral.

Destilasi uap adalah senyawa kandungan


menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau
simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan
parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air
dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri
dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa
kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air
bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna
atau sebagian.

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
8
C. ALAT
1. Seperangkat alat distilasi minyak atsiri
2. Seperangkat alat KLT
3. Erlemeyer
4. Alat gelas kapiler
5. Lampu UV 254 nm
6. Corong pisah
7. Pipet tetes
8. Chamber (Bejana Kromatografi)

D. BAHAN
1. Rimpang jahe
2. Daun sereh

2
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
9
3. Daun cengkeh
4. Sitral PK
5. Geraniol PK
6. Aquadest
7. Heksana
8. Etil Asetat
9. Butanol asam asetat
10. Silika Gel GF 254

E. CARA KERJA
1. Masukan 100 gram simplisia segar jahe/ daun sereh
/ cengkeh dalam labu alas bulat 1liter
2. Tambahkan 30 ml aquadest, destilasi selama 4 jam
dengan temperatur < 100oC.
3. Hasil distilasi yang masih tercampur air, pisahkan
dengan corong pisah.
4. Minyak atsiri yang diperoleh dievaluasi.
a. Organoleptik :
- Bentuk :
- Warna :

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
0
- Rasa :
- Bau :
Ʃ(𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
b. Perhitungan Rendemen = Ʃ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑋 100%

5. Identifikasi KLT :
Fase diam : silika Gel GF 254
Fase gerak (jahe) : Heksana : Etil Asetat (96
: 4)
Standart (jahe) : Sitral
Fase gerak (sereh) : Butanol : Air : Asam
Asetat (70 : 15 : 15)
Standart (sereh) : Geraniol
Fase gerak (Cengkeh) : Heksana : Etil Asetat (96
: 4)
Standart (Cengkeh) : Eugenol
Penotolan : 2 – 3 totolan
(sampel dan standart)
Deteksi : UV 254 nm
Pereaksi penampak : Anisaldehid asam sulfat

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
1
Daftar Pustaka

Anonim,1997,Materia Medika Indonesia,Jilid 1,Depkes


RI,Jakarta.
Anonim,1985, Tumbuhan Obat Indonesia,Depkes
RI,Jakarta.
Gembong,1994,Taksonomi Tumbuhan Obat-
obatan,Gajah Mada University Press.

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
2
PERCOBAAN VII
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI EUGENOL
( EKSTRAKSI CAIR-CAIR )
A. TUJUAN
Pada akhir praktikum diharapkan mampu
memahami cara isolasi dan identifikasi senyawa
eugenol.

B. DASAR TEORI
Minyak cengkeh (Oleum caryophyli) adalah
minyak atsiri yang diperoleh dari destilasi kuncup bunga
tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata). Komponen
utama minyak cengkeh adalah terpena dan turunannya.
Terpena utama minyak cengkeh adalah eugenol (60 – 90
%), eugenol asetat, dan caryophylene.

Eugenol (C10H12O2) merupakan turunan guaikol


yang mendapat tambahan rantai alil, dikenal dengan
nama IUPAC 2 – metoksi – 4 – (2 – propenil) fenol.

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
3
Eugenol dapat dikelompokan dalam keluarga
alilbenzena dari senyawa-senyawa fenol. Dengan titik
didih 180oC, warnanya bening hingga kuning pucat,
kental seperti minyak. Sumber alaminya dari minyak
cengkeh, terdapat pula pada pala, kulit manis dan salam.
Eugenol sedikit larut dalam air namun mudah larut pada
pelarut organik seperti etanol dan eter.bobot jenis =
1,041 – 1,054 g/ml, indeks bias 1,528 – 1,537.
Aromanya menyegarkan dan pedas seperti bunga
cengkeh kering, sehingga sering menjadi komponen
untuk menyegarkan mulut.

C. ALAT
1. Gelas ukur
2. Penangas air
3. Silicagel GF 254
4. Lampu UV 254 dan 366 nm
5. Kertas pH
6. Cawan porselin
7. Corong pisah

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
4
8. Chamber (Bejana Kromatografi)

D. BAHAN
1. Minyak cengkeh
2. Minyak sere
3. KOH 1 N
4. Dietil eter
5. Asam sulfat 1 N
6. FeCl3
7. Vanillin-asam sulfat
8. Toluen
9. Etil asetat

E. CARA KERJA
1. 10 ml minyak cengkeh + 30 ml KOH 1 N, kocok 5
menit.
2. Panaskan diatas waterbath 10 menit, kocok selama 5
menit.
3. Tambahkan KOH sampai basa, kocok 5 menit,
ekstraksi dengan 30 ml eter.

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
5
4. Fase air + H2SO4 1 N sampai netral, ekstrak dengan
eter 10 ml (3 kali ekstraksi).
5. Uapkan fase eter dan Evaluasi.
a. Organoleptis :
Bentuk :
Warna :
Rasa :
Bau :
Ʃ(𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘)
b. Perhitungan Rendemen : = Ʃ 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑋 100%

6. Identifikasi KLT :
Fase diam : silika Gel GF 254
Fase gerak : Heksana : Etil Asetat (96
: 4)
Penotolan : 3 totolan (sampel dan
standart)
Deteksi : UV 254 nm
Pereaksi penampak : FeCl3

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
6
Daftar Pustaka

Anonim,1997,Materia Medika Indonesia,Jilid 1,Depkes


RI,Jakarta.
Anonim,1985, Tumbuhan Obat Indonesia,Depkes
RI,Jakarta.
Gembong,1994,Taksonomi Tumbuhan Obat-
obatan,Gajah Mada University Press.

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
7
FORMAT LAPORAN KERJA

Cover
A. Tujuan
B. Tinjauan Pustaka
C. Alat dan Bahan
D. Prosedur Kerja
E. Hasil
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
H. Pustaka

3
PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI II
8

Anda mungkin juga menyukai