Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO 1
Seorang perempuan, 25 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan mata merah yang
dialami sejak 2 hari yang lalu. Mata juga terasa nyeri dan ada eksudat.

A. Kata Kunci
 Perempuan
 25 tahun
 Dialami sejak 2 hari yang lalu
 Mata terasa nyeri
 Eksudat
B. Daftar Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi dan histologi bola mata.?
2. Jelaskan definisi mata merah.?
3. Jelaskan etiopatomekanisme mata merah.?
4. Jelaskan patomekanisme eksudasi.?
5. Jelaskan klasifikasi mata merah.?
6. Jelaskan deferensial diagnosis mata merah.?
C. Learning Object
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan anatomi dan histologi mata
merah.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan definisi mata merah.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan etiopatomekanisme mata
merah.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan patomekanisme eksudasi.
5. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi mata merah.
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan deferensial diagnosis mata
merah.
D. Hipotesa
Dari gejala yang dialami, dapat diambil beberapa kemungkinan penyakit
yang dialami pasien, yaitu konjungtivitis bakteri, keratitis bakteri dan trakoma.

1
E. Problem Tree

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Mata Dan Histologi Mata


1. Anatomi

a. Palpebrae/Kelopak mata
Palpebra superior dan palpebra inferior merupakan struktur
anterior, yang saat menutup, akan melindungi permukaan bulbus oculi.
Celah antara kedua palpebrae, saat terbuka, disebut rima
palpebrarum/fissura palpebralis.1
Lapisan-lapisan palpebrae, dari anterior ke posterior, terdiri dari
kulit, jaringan subcutaneus, musculus volunter, septum orbitale, tarsus,
dan tunica conjunctiva. Pada dasarnya, palpebra superior dan palpebra
inferior sama dalam struktur, kecuali adanya tambahan dua musculus
pada palpebra superior.
1) Kulit dan jaringan subcutaneous
Kulit palpebrae bukan substansi utama dan hanya merupakan
selapis tipis jaringan ikat yang memisahkan kulit dengan lapisan
musculus volunter di bawahnya .
2) Orbicularis oculi1
Sabut-sabut musculus yang ditemui berikutnya dalam arah
anteroposterior melalui palpebrae adalah pars palpebralis orbicularis

3
oculi. Musculus ini merupakan bagian musculus orbicularis oculi
yang lebih besar, yang terdiri dari dua bagian pars orbitalis yang
mengelilingi orbita, dan pars palpebralis, yang terdapat di dalam
palpebrae. Orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis [VII] dan
menutup palpebrae. Pars palpebralis merupakan lapisan tipis dan
dilekatkan di medial oleh ligamentum palpebrale mediale, yang
melekat pada crista lacrimalis anterior, dan di lateral menyatu dengan
sabutsabut dari musculus dalam palpebra inferior pada ligamentum
palpebrale laterale. 1
3) Septum orbitale
Sebelah dalam terhadap pars palpebralis orbicularis oculi
terdapat perpanjangan periosteum ke dalam palpebra superior dan
inferior dari margo orbitalis. Struktur ini disebut septum orbitale,
yang meluas ke bawah hingga palpebra superior dan ke atas hingga
palpebra inferior dan berlanjut dengan periosteum di luar dan di
dalam orbita. Septum orbitale melekat pada tendo musculus levator
palpebrae superioris dalam palpebra superior dan melekat pada tarsus
dalam palpebral inferior.
4) Tarsus dan levator palpebrae superioris
Tarsus memberikan perlindungan utama pada tiap palpebrae.
Terdapat tarsus superior yang besar pada palpebra superior dan yang
lebih kecil, tarsus inferior berada pada palpebra inferior. Lempeng
jaringan ikat padat ini melekat di medial pada crista lacrimalis
anterior tulang maxilla melalui ligamentum palpebrale mediale dan
ke lateral pada eminentia/tuberculum orbitalis pada tulang
zygomaticum oleh ligamentum palpebrale laterale. Meskipun secara
umum lempeng tarsal pada palpebra superior dan inferior serupa
dalam struktur dan fungsi, namun terdapat perbedaan yang unik.
Yang berhubungan erat dengan tarsus pada palpebra superior adalah
musculus levator palpebrae superioris , yang mengangkat palpebrae.
Yang menyertai musculus levator palpebrae superioris adalah
kumpulan sabut-sabut otot polos yang berjalan dari permukaan
inferior levator menuju tepi atas tarsus superior . Dipersarafi oleh

4
serabut-serabut sympathicum postganglionares dari ganglion
cervicale superius, musculus ini disebut musculus tarsalis superior.1
5) Tunica conjunctiva
Struktur palpebrae dilengkapi oleh membran tipis (tunica
conjunctiva), yang menutup permukaan posterior tiap palpebrae dan
kemudian berefleksi ke permukaan luar (sclera) bulbus oculi.
Membran ini meluas pada bulbus oculi hingga pertemuan antara
sclera dan cornea. Dengan adanya membrana di daerah ini, saccus
conjunctivalis dibentuk saat palpebrae tertutup, dan perluasan atas
dan bawah saccus tersebut disebut fornix conjunctivae superior dan
fornix conjunctivae inferior.1
b. Pembuluh- pembuluh darah

1) Suplai arterial
Suplai arterial terhadap struktur-struktur di orbita, termasuk
bulbus oculi, oleh arteria opthalmica. Pembuluh darah ini merupakan
sebuah cabang arteria carotis interna, yang memberi cabang segera
setelah arteria carotis interna keluar dari sinus cavernosus. Arteria
opthalmica berjalan ke dalam orbita melalui canalis opticus bersama
dengan nervus opticus.1
Dalam orbita mulanya arteria ophthalmica terletak di sisi inferior
dan lateral dari nervus opticus. Saat berjalan ke depan di dalam
orbita, arteria ini menyilang di superior dari nervus opticus dan
berlanjut ke anterior pada sisi medial orbita.

5
Dalam orbita arteria ophthalmica memberikan beberapa cabang
sebagai berikut:
 arteria lacrimalis, yang keluar dari arteria ophthalmica
pada sisi lateral nervus opticus, dan berjalan ke anterior
pada sisi lateral orbita, menyuplai glandula lacrimalis,
musculi, cabang cilaris anterior untuk bulbus oculi, dan
sisi lateral palpebrae.
 arteria centralis retinae, yang memasuki nervus opticus,
terus ke bawah pusat nervus menuju retina, dan jelas
terlihat saat melihat retina dengan akan menyebabkan
kebutaan.
 arteria ciliares posteriores longae dan arteriae ciliares
posteriores breves, merupakan cabang-cabang yang
memasuki bulbus oculidi posterior, menembus sclera,
dan menyupali struktur-struktur di dalam bulbus oculi;
 arteria musculares, merupakan cabang-cabang yang
menyuplai musculi intrinsik bulbus oculi.
 arteria supraorbitalis, biasanya berasal dari arteria
ophthalmica segera setelah menyilang nervus opticus,
berlanjut ke anterior, dan keluar dari orbita melalui
foramen supraorbitale bersama dengan nervus
supraorbitalis arteria ini menyuplai region frontalis dan
scalp saat berjalan menyilang daerah-daerah tersebut
menuju vertex cranium.
 arteria ethmoidalis posterior, keluar dari orbita melalui
foramen ehmoidale posteriorus untuk menyuplai cellulae
ethmoidales dan cavitas nasi.
 arteria ethmoidalis anterior, keluar dari orbita melalui
foramen ethmoidale anterius, memasuki cavitas cranii
memberikan cabang ramus meningeus anterior, dan
baerlanjut ke cavitas nasi menyuplai septum dan dinding
lateral, dan berakhir sebagai arteria dorsalis nasi.1

6
 arteria palpebrae mediales, merupakan cabang-cabang
kecil yang menyuplai daerah medial palpebra superior
dan inferior arteria dorsalis nasi, merupakan satu dari
dua cabang terminal arteria ophthalmica, keluar dari
orbita untuk menyuplai permukaan atas hidung.
 arteria supratrochlearis, merupakan cabang terminal lain
arteria ophthalmica dan keluar dari orbita bersama
dengan nervus supratrochlearis, menyuplai dahi saat
melintasi dahi ke arah superior.1
2) Drainase vena
Terdapat dua saluran vena dalam orbita, vena ophthalmica
superior dan vena ophthalminca inferior.
Vena ophthalmica superior berawal di daerah anterior orbita
sebagai vena penghubung dari vena supraorbitalis dan vena angularis
yang bergabung bersama. Vena ini berjalan menyeberangi bagian
superior orbita, menerima percabangan dari venae yang berjalan
bersama cabang-cabang arteria ophthalmica dan venae yang
mengalirkan darah bagian posterior bulbus oculi. Di posterior, vena
ini keluar melalui fissura orbitalis superior dan memasuki sinus
cavernosus.
Vena ophthalmica inferior merupakan vena yang lebih kecil
daripada vena ophthalmica superior, berawal di anterior, dan berjalan
menyeberangi bagian inferior orbita. Vena ini menerima berbagai
cabang dari musculi dan bagian posterior bulbus oculi saat
menyeberangi orbita.
Vena ophthalmica inferior keluar dari orbita di posterior
dengan:
 bergabung dengan vena ophthalmica superior,
 berjalan sendiri melalui fissura orbitalis superior
untuk bergabung dengan sinus cavernosus,
 berjalan melewati fissura orbitalis inferior untuk
bergabung dengan plexus venosus pterygoideus
dalam fossa infratemporalis.

7
Karena venae ophthalmicae berhubung dengan
sinus cavernosus, venae ini merupakan jalur penyebaran
infeksi dari luar ke dalam cavitas cranii.1
c. Persarafan
Beberapa nervus berjalan ke dalam orbita dan mempersarafi
struktur-struktur dalam dinding tulang. Nervi tersebut termasuk nervus
opticus [II], nervus oculomotorius [III], nervus trochlearis [IV], nervus
abducens [VI], dan nervi autonomicum. Nervi lain seperti nervus
ophthalmicus [V1] mempersarafi struktur-struktur orbita dan berjalan
keluar dari orbita untuk mempersarafi daerah- daerah lain.
1) Nervus opticus
Nervus opticus [II] bukanlah nervus cranialis yang
sebenarnya, tapi lebih merupakan perpanjangan encephalon yang
membawa serabut-serabut afferent dari retina bulbus oculi menuju
pusat penglihatan di enephalon. Nervus opticus dikelilingi oleh
meninges cranialis, termasuk cavitas subarachnoidea, yang meluas
sejauh bulbus oculi.
Adanya peningkatan tekanan intracranialis akan
menyebabkan peningkatan tekanan dalam cavitas subarachnoidea
yang mengelilingi nervus opticus. Hal ini menghambat aliran darah
balik/venous return di sepanjang venae retinae, menyebabkan edema
discus nervi optici (papiledema), yang dapat dilihat ketika retina
diperiksa menggunakan oftalmoskop.
Nervus opticus keluar dari orbita melalui canalis opticus. Di
dalam canalis opticus nervus ini disertai oleh arteria ophthalmica.1
2) Nervus oculomotorius
Nervus oculomotorius [III] keluar dari permukaan anterior
truncus encephali di antara mesencephalon dan pons. Nervus ini
berjalan ke depan pada dinding lateral sinus cavernosus. Sesaat
sebelum masuk orbita nervus oculomotorius [III] terbagi menjadi
ramus superior dan ramus inferior. Rami ini masuk orbita melalui
fissura orbitalis superior, berada dalam annulus tendineus communis
.

8
Di dalam orbita cabang kecil ramus superior berjalan ke atas,
di atas sisi lateral nervus opticus, untuk mempersarafi musculi rectus
superior dan levator palpebrae superioris.
Cabang besar ramus inferior terbagi menjadi tiga cabang :
 satu cabang berjalan di bawah nervus opticus ketika
cabang ini berjalan di sisi medial dari orbita untuk
mempersarafi musculus rectus medialis.
 yang kedua berjalan turun untuk mempersarafi
musculus rectus inferior.
 yang ketiga berjalan turun ke depan sepanjang paries
inferior orbita untuk mempersarafi musculus
obliquus inferior.

Saat cabang ketiga berjalan turun, nervus ini memberikan


cabang ke ganglion ciliare. Cabang ini merupakan radix
parasympathicum ke ganglion ciliare dan membawa serabut-serabut
parasympathicum preganglionares yang akan sinaps dalam ganglion
ciliare dengan serabut-serabut parasympathicum postganglionares.
Serabut-serabut postganglionares didistribusikan ke bulbus oculi
melalui nervi ciliares breves dan mempersarafi musculi sphincter
pupillae dan ciliaris.1

2. Histologi

Setiap mata terdiri atas tiga lapisan atau tunika konsentris :


a. Sebuah lapisan fibrosa luar kuat yang terdiri atas sklera dan kornea
transparan.
b. Sebuah lapisan tengah vaskular yang terdiri atas koroid, badan
siliar, dan iris.

9
c. Sebuah lapisan sensorik intemal, retina, yang berhubungan dengan
otak melalui saraf optik posterior.
Bukan bagian dari lapisan ini, lensa mata adalah suatu struktur
transparan bikonveks yang ditahan ditempatnya oleh suatu sistem
sirkular serabut zonula, yang terbentang dari lensa ke dalam penebalan
lapisan tengah, yaitu badan siliar dan berdekatan dengan corpus vitreum
di sisi posterior. Struktur yang menutupi sebagian permukaan anterior
lensa adalah perluasan lapisan tengah berpigmen yang opak dan disebut
iris, lubang bundar di tengah iris adalah pupil. Terletak di bagian anterior
mata, iris dan lensa dibasahi humor aquous yang jernih yang mengisi
kedua bilik anterior antara kornea dan iris dan bilik posterior, antara iris,
serta lensa. Kedua struktur ini saling terhubung di pupil dan mengandung
cairan jernih yang disebut humor aquosa.
Posterior bilik vitreum, terletak di belakang lensa dan perlekatan
zonula serta dikelilingi oleh retina, bilik vitreum berisikan massa jaringan
ikat gelatinosa transparan yang disebut corpus vitreum (badan kaca).2
B. Definisi Mata Merah
Mata Merah adalah keluhan penderita yang sering kita dengan akibat terjadinya
perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi merah.3
C. Etiologi Mata Merah
1. Mata Merah Karena Infeksi
a. Mata Merah Yang Disebabkan Virus
Gejala-gejala mata merah yang disebabkan virus biasanya dihubungkan
lebih banyak dengan suatu pengeluaran cairan yang tidak berwarna hijau
atau kuning.
b. Mata Merah Yang Disebabkan Bakteri
Bakteri yang paling umum menyebabkan mata merah yang infeksi adalah
staphylococcus,pneumococcus, dan streptococus. Gejala gejalanya yaitu
sakit/nyeri mata , bengkak, kemerahan, dan jumlah kotoran yang sedang
sampai besar, biasanya berwarna kekuningan.3

10
2. Mata Merah Noninfeksi
a. Mata Merah Karena Alergi
Gejala-gejala dan tanda-tanda mata merah karena alergi biasanya disertai
oleh gatal yang hebat, keluar air mata, dan pembengkakan selaput-selaput
mata.
b. Mata Merah Karena Iritasi
Mata merah karena bahan kimia, suhu, listrik, dan radiasi dapat berakibat
ketika segala senyawa yang mengiritasi masuk ke mata-mata. 3
D. Patomekanisme Mata Merah
Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat
terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus
sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh
darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pembendungan darah.
Bila terjadi perlebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau
perdarahan antara konjungtiva dan sklera maka akan terlihat warna merah pada
mata yang sebelumnya berwarna putih.
Keluhan "mata merah" harus dibedakan antara merah pada palpebra dan
daerah sekitar mata atau merah pada bola mata. Merah pada bola mata dapat
disebabkan oleh perdarahan subkonjungtiva atau kongesti vaskular pada
konjungtiva, sklera, atau episklera jaringan ikat antara sklera dan konjungtiva.
Kongesti ini dapat disebabkan oleh radang di permukaan luar, seperti
konjungtivitis dan keratitis, atau radang intraokular, seperti iritis dan glaucoma
akut.
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:
 Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi.
 Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang :
 Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar
posterior.

longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yang
akan memperdarahi iris dan badan siliar.

 Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.


 Arteri episklera yang terletak di atas sclera, merupakan bagian arteri
siliar anterior yang memberikan perdarahan ke dalam bola mata.

11
Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan
terjadi mata merah.3
E. Patomekanisme Eksudat & Lengket Di Pagi Hari
Akibat paparan alergi ataupun benda asing yang terkena mata
,menimbulkan injeksi konjungtiva yang memicu pengeluaran sekret peradangan.
Sekret peradangan terdiri dari sel plasma (eosinophil, neutrophil, dan basophil)
bertemu dengan sel goblet serta fibrin sehingga pembentukan sekret mata yang
berlebih. Jumlah sekret meningkat pada waktu mata tertutup. Suhu mata sama
dengan suhu badan, bila suhu mata sama dengan suhu badan maka bakteri akan
berkembang dengan baik di mata. Pada keadaan tidur, mata menutup makin
semakin lama, semakin banyak pula sekret yang dihasilkan karena perkembangan
bakteri sangat baik. Sehingga ketika bangun tidur pagi hari tidak dapat membuka
mata atau mata terasa lengket. 4
F. Klasifikasi Mata Merah
1. Injeksi konjungtiva
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtiva
ini dapat tejadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan
konjungtiva.
Injeksi konjungtiva mempunyai sifat :
 Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri
konjungtiva posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi
yang mudah dilepas dari dasar sklera.
 Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di
daerah forniks.
 Ukuran pembuluh darah makin besar ke bagian perifer karena
asalnya dari bagian perifer atau arteri siliar anterior.
 Berwarna merah yang segar.
 Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara.
 Gatal.
 Fotofobia (-)
 Pupil ukuran normal dengan reaksi normal.3,4

12
2. Injeksi siliar
Melebarnya pembuluh darah perikorea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau
injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada
kornea, radang jaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis.
Injeksi siliar ini mempunyai sifat :
 Berwarna lebih ungu disbanding dengan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva.
 Pembuluh darah tidak tampak.
 Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan,
karena menempel erat dengan jaringan perikornea.
 Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat sekitara
kornea, dan berkurang kearah forniks.
 Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin atau
adrenalin 1:1000
 Hanya lakrimasi
 Fotofobia
 Sakit pada penekanan sekitar kornea
 Pupil irregular kecil (iritis) dan lebar (glaukoma).
3. Injeksi episkleral
 Asal : a. Siliar longus
 Memperdarahi : intraocular
 Lokalisasi : episklera
 Warna : merah gelap
 Arah aliran atau lebar: ke sentral (kornea)
 Konjungtiva digerakkan : tidak ikut bergerak
 Dengan epinefrin 1:1000 : tidak menciut
 Penyakit : glaukkoma, endoftalmitis, panoftalmitis
 Secret : negative
 Penglihatan : sangat turun.3,4

13
G. Deferensial Diagnosis Mata Merah
1. KONJUNGTIVITIS BAKTERI
a. Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah peradangan pada konjungtiva akibat
mikroorganisme yaitu bakteri. Dimana konjungtiva terletak pada permukaan bola
mata yang memudahkannya terpapar dengan dunia luar sehingga mudah terjadi
infeksi.5
b. Etiologi
Konjungtivitis bakteri dibagi menjadi dua bentuk yaitu akut ( termasuk
hiperakut dan subakut) dan kronik.6
 Konjungtivitis Bakteri hiperakut (purulen)
disebabkan oleh N gonorrhoeae, neisseria kochii, dan N meningitides.2
 Konjungtivitis bakteri mukopurulen (catarrhal) akut
Penyebab paling umum dari konjungtivitis bakteri mukopurulen ini adalah
Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius
pada iklim tropis. Penyebab yang kurang umum adalah Stafilokokus dan
streptokokus lain. 6
 Konjungtivitis subakut
paling sering disebabkan oleh H influenza, dan terkadang oleh Escherichia
coli dan spesies proteus.6
 Konjungtivitis bakteri kronik
terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus nasolacrimalis dan
dakriosistitis. Konjungtivitis kronik yang disebabkan oleh Moraxella
catarrhalis, Basil coliform, proteus, dll.
Konjungtivitis bakteri dapat disebabkan oleh Corynebacterium diphtheria dan
Streptococcus pyogenes walaupun jarang.6
c. Epidemiologi
Di Negara maju seperti Amerika, telah diperhitungkan bahwa 6 juta
penduduknya telah terkena konjungtivitis akut dan diketahui insiden
konjungtivitis bakteri sebesar 135 per 10.000 penderita, baik pada anak-anak
maupun pada dewasa dan juga lansia. Insidensi konjungtivitis di Indonesia saat
ini menduduki tempat kedua (9,7%) dari 10 penyakit mata utama. Dalam 1 bulan
terakhir didapatkan data bahwa penderita konjungtivitis di wilayah kerja
Puskesmas Kota Karang berjumlah 206 orang.7

14
d. Faktor Resiko
Kondisi lingkungan yang tidak Hygiene (Hygiene adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan
atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada). 7
e. Gejala Klinik
Memberikan gejala sekret mukopurulen dan purulent, kemosis
konjungtiva, edema kelopak, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis.
Konjungtivitis bakteri ini mudah menular, pada satu mata ke mata sebelahnya
dan menyebar ke orang lain melalui benda yang dapat menyebarkan kuman.8
Konjungtivitis subakut yang disebabkan oleh H influenza ditandai dengan gejala
eksudat tipis, berair, dan berawan.
Konjungtivitis bakteri hiperakut dintandai dengan gejala eksudat purulent yang
banyak.
Konjungtivitis bakteri mukopurulen ditandai dengan gejala hyperemia
konjungtiva akut dan secret mukopurulen berjumlah sedang.6,8
f. Diagnosa
1) anamnesis
 tanyakan keluhan utama
 lama, frekuensi, hilang timbul, dan cepat timbulnya gejala juga harus
ditanykan.
 Jika ada nyeri tanyakan kualitas nyerinya
 Saat bangun tidur palpebral susah untuk dibuka.
 Apakah ada obat mata yang digunakan sebelumnya.
 Pekerjaan dan tempat tinggal (lingkungan)
 Riwayat kesehatan terdahulu contohnya penyakit sistemik yang
bermanifestasi ke mata
 Riwayat dalam keluarga.
2) Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan visus untuk melihat ketajaman penglihatan.
 Terdapat banyak sekret.
 Mata merah (hiperemia)
 Mata sedikit berair
 Kadang kadang terdapat edema palpera.

15
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan mikroba yang menyebabkan
terjadinya konjungtivitis. 6
g. Komplikasi
Konjungtivitis bakteri biasanya disertai dengan blefaritis marginal kronik
kecuali pada anak anak yang merupakan bukan sasaran dari blefaritis marginal.
Selain hal tersebut konjungtivitis pada keadaan tertentu juga akan menyebabkan
ulserasi kornea dan perforasi.6
Ulserasi kornea biasanya terjadi pada infeksi N gonorrhoeae, N kochii,
N meningitides, H aegyptius, S aureus, dan M catarhallis. jika produk toksik N
gonorrhoeae berdifusi melalui kornea masuk ke bilik mata depan, dapat timbul
iritis kronik. 6
h. terapi

Terapi konjungtivitis bakteri tergantng pada temuan agen


mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat melalui
terapi dengan obat anti mikroba topical spectrum luas (mis : polymyxin-
trimethoprim). Pada setiap konjungtivitis purulent yang pulasan gramnya
menunjukkan diplokokus gram negative, sugesf Neisseria, harus segera dimulai
terapi topical dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1 g yang
diberikan dosis tunggal per intramoskuler biasanya merupakan terapi sistemik
yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone 1-2 g/hari selama 5
hari.6
Jika terdapat secret pada pada konjungtiva maka bersihkan dengan saline
untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Disamping itu pasien dan juga keluarga
dari pasien diminta agar selalu menjaga kebersihan mata dari pasien sehingga
tidak terjadi penularan penyakit. 6
i. prognosis
Konjungtivitis bakteri akut hamper selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,
infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, tetapi jika diobati dengan memadai
maka dapat sembuh dalam 1-3 hari. Kecuali konjungtivitis staphilokok yang
dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis dan memasuki fase kronik.
Sedangkan konjungtivitis bakteri kronik mungkin tidak dapat sembuh sendiri. 6

16
2. KERATITIS BAKTERI
a. Definisi
Radang pada kornea oleh infeksi bakteri
b. Epidemiologi
Biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang konstruksi,
industry atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Frekuensi
kejadian yang paling besar adalah pada bulan-bulan di musim panas.9
c. Etiologi
Sejumlah bakteri dapat menginfeksi kornea. Bakteri yang menyebabkan
infeksi terdiri dari:
 Staphylococcus epidermitis
 Staphylococcus aureus
 Streptococcus pneumonia
 Koliformis
 Pseudomonas
 Haemophilis

Beberapa bakteri ditemukan di tepi kelopak sebagai bagian dari flora normal.
Konjungtiva dan kornea mendapat perindungan dari infeksi dengan :

 Kedipan mata
 Pembersihan debris dengan aliran air mata
 Penjeratan partikel asing oleh mucus
 Sifat antibakteri dari air mata
 Fungi sawar epitel kornea (Neisseria gonorhoea merupakan satu-satunya
organism yang dapat menembus epitel intak).9
Faktor predisposisi keratitis bakteri termasuk :
 Keratokonjungtivitis sika (mata kering)
 Robekan di epitel kornea (missal setelah trauma)
 Penggunaan lensa kontak
 Penggunaan steroid topikal jangka panjang
d. Keluhan dan Gejala
Keluhan antara lain :
 Fotofobia

17
 Nrocos
 Blefarospasme
 Penglihatan kabur.9
Gejala antara lain :
 Nyeri, biasanya berat kecuali bila kornea anestetik
 Secret purulen
 Injeksi siliar
 Gangguan penglihatan (berat jika melibatkan aksis visual)
 Kadang hipopion (suatu massa sel darah putih yang terkumpul di bilik mata
depan)
 Opasitas kornea berwarna putih yang sering dapat dilihat dengan massa
telanjang.
 Eksudat positif.10,11
e. Diagnosa
1) Anamnesis
Diagnosa ditentukan dengan adanya infiltrat kornea disikform, yang
letaknya ditengah-tengah kornea, pinggirnya progresif, hipopion dan
mikroorganisme penyebabnya (misalnya pneumokok).
2) Pemeriksaan
Dilakukan kerokan dan apusan diambil dari konjungtiva atau dari
secret. Kerokan juga diambil dari dasar ulkus untuk pewarnaan Gram dan
kultur.9,10,11
f. Penatalaksanaan
1) Terapi segera
- Pupil dilebarkan, tetes mata atropion 1% atau skopolamin 0.25%
2) Terapi antibiotic pada keratitis bakterial
- Gram (-) rods: tobramisin, ceftazidime, fluoroquinolone
- Gram (+) rods: cefazoline, vancomycin, moxifloxacing/gatofloxacin
- Gram (-) coccus: ceftariaxone, ceftazidime, moxifloxacing/gatifloxacin
3) Bedah
- Dakriokistektomi indikasi untuk penderita usia lanjut.11

18
g. Prognosis
jika tidak diobati, mata bisa mengalami kerusakan. Ini adalah infeksi mata
yang paling berbahaya karena perforasinya hanya bisa dicegah dengan
pengobatan segera.9

3. TRAKOMA
a. Definisi
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang
8,11,12
disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis.
b. Epidemiologi
Trakhoma berkembang di berbagai negara Eropa, Amerika Utara dan
Asia serta kepulauan pasifik. Daerah yang banyak terkena adalah di Semenanjung
Balkan, terutama di daerah-daerah kering atau daerah dengan hygiene yang
kurang. Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan
pada orang muda dan anak-anak.12
c. Etiologi Dan Faktor Risiko
Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis Masing- masing
serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda. Chlamydia
adalah gram negatif, yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis
menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin ( serotipe D-K) dan limfogranuloma
venerum ( serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya menyebabkan konjungtivitis
folikular kronis yang secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma, termasuk
konjungtivitis folikular dengan pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe
genital ini tidak memiliki siklus transmisi yang stabil dalam komunitas. Karena
itu, tidak terlibat dalam penyebab kebutaan karena trakoma.13
Cara penularan penyakit ini adalah melaui kontak langsung dengan sekret
penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk,
alat-alat kecantikan dan lain-lain. Vektor serangga khususnya lalat dapat berperan
dalam transmisi. Karena lingkungan atau tempat tinggal yang kotor dapat
mengundang banyak lalat.
Jari tangan yang dipergunakan untuk menggosok mata yang ter-infeksi
kemudian memegang mata individu yang lain. Juga bisa jari tangan yang telah
terkontaminasi, kemudian dipakai untuk menggosok mata sendiri, sehingga
terjadilah penyebaran Chlamydia Trachomatis.14

19
d. Manifestasi Klinis
Trakoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikuler kronik pada masa
kanak-kanak, yang berkembang hingga terbentuknya parut konjungtiva. Pada
kasus berat, pembalikan bulu mata ke dalam terjadi pada masa dewasa muda
sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Masa inkubasi trakoma rata-rata 7
hari, tetapi bervariasi dari 5 sampai 14 hari. Pada bayi atau anak, biasanya timbul
diam-diam, dan penyakit ini dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa komplikasi.
Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut, dan komplikasi cepat
berkembang. Pada saat timbulnya, trakoma sering menyerupai konjungtivitis
bakteial, tanda dan gejala biasanya terdiri atas mata berair, fotofobia, nyeri,
eksudasi, edema palpebral, kemosis konjungtiva bulbaris, hyperemia, hipertrofi
papilar, keratitis superior, pembentukan pannus, dan sebuah nodus preaurikular
kecil yang nyeri tekan.14
Pada trakoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis
epitel superior, keratitis sub epitel, panus, folikel limbus superior, dan akhirnya
sikatriks patognomonik, sisa folikel-folikel ini, yang dikenal sebagai sumur-
sumur Herbert depresi kecil pada jaringan ikat dibatas limbus kornea yang
ditutupi epitel. Pannus yang dimaksud adalah membrane fibrovaskular yang
muncul dari limbus, dengan lengkung-lengkung vascular yang meluas ke atas
kornea. Semua tanda trakoma lebih berat pada konjungtiva dan kornea bagian
atas dari pada bagian bawah.14
Pada pemeriksaan klinis didapatkan folikel dan hipertrofi papiler pada
tarsus bagian atas, pannus, Herbert’s pits, entropion, trichiasis ataupun sikatrik
pada tarsus bagian atas. Mac Callan, mengklasifikasikan trakhoma berdasar
gambaran klinisnya, menjadi 4 stadium yaitu :12,15
Stadium Nama Gejala
Folikel imatur, hipertrofi papilar
Stadium I Trakoma Insipien
minimal
Stadium II Trakoma Folikel matur pada dataran tarsal atas
Dengan hipertrofi
Stadim IIA papilar yang Keratitis, folikel limbus
menonjol
Stadium IIB Dengan hipertrofi Aktivitas kuat dengan folikel matur

20
folikular yang tertimbun di bawah hipertrofi papilar
menonjol yang hebat
Parut pada konjungtiva tarsal atas,
Stadium III Trakoma sikatrik
permulaan trikiasis dan entropion
Tak aktif, tak ada hipertrofi papillar
Stadium IV Trakoma sembuh atau folikular, parut dalam bermacam
derajat deviasi

e. Diagnosa
Pada pemeriksaan laboratorium kerokan konjungtiva atau getah mata didapatkan
sel-sel eosinophil dan eosinophil granul atau reaksi sel-sel polimononuklear,
pewarnaan antibodi fluorosen pada hapusan kerokan dapat mendeteksi TRIC
agen (trachoma inclusion conjungtivitis) dan Uji microoimunoflurosens dapat
membedakan antara organisme subgruop A dan B.8,12,15
1) Diagnosa Banding

Trakoma Konjungtivitis folikularis Konjungtivitis


vernal

Gambaran (Dini) papula kecil Penonjolan merah muda Nodul lebar datar
Lesi atau bercak merah pucat tersusun teratur dalam susunan
bertaburandengan seperti deretan beads cobblestone pada
bintik-bintik kuning konjungtiva tarsal
pada konjungtiva atas dan bawah,
tarsal diselimuti lapisan
susu
(Lanjut) Granula
dan parut dan parut
terutama pada
konjungtiva tarsal
atas

Ukuran Lesi Penonjolan besar, Penonjolan kecil, terutama Penonjolan besar,


dan Lokasi lesi konjuntiva konjungtiva tarsal bawah tarsus, limbus dan
Lesi tarsal atas dan dan forniks bawah tarsus forniks dapat
teristimewa lipatan tidak terlibat terlibat

21
retrotarsal kornea-
pannus, bawah
infiltrasi abu-abu
dan pembuluh
tarsus terlibat

Tipe sekresi Kotoran air berbusa Mukoid aatu purulen Bergetah, bertali,
atau frothy pada seperti susu
stadium lanjut

Pulasan Kerokan epitel dari Kerokan tidak karakteristik Eosinofil


konjungtiva dan (Koch-Weeks, Morax karakteristik dan
kornea Axenfeld, konstan pada
memperlihatkan mikrokokus,pneumokokus) sekresi
eksfoliasi,
proliferasi dan
inklusi selular

Penyulit atau Kornea; Panus, Ulkus kornea, Blefaritis Infiltrasi kornea


sekuela kekeruhan Ektropion
Pseudoptosis
kornea,xerosis,
Kornea-
Konjungtiva:
Simblefaron,
Palpebra;
Entropion, trikiasis
15

f. Penatalaksaan
1) Terapi antibiotik
WHO merekomendasikan dua antibiotik untuk trakoma yaitu azitromisisn oral
dan salep mata tetrasiklin.
 Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin namun lebih mahal.
 Program pengontolan trakoma di beberapa negara terbantu dengan donasi
azitromisin.

22
 Konsentrasi azitromisin di plasma rendah, tapi konsentrasi di jaringan
tinggi, menguntungkan untuk mengatasi organisme intraselular.
 Azitromisin adalah drug of choice karena mudah diberikan dengan single
dose. Pemberiannya dapat langsung dipantau. Karena itu compliance nya
lebih tinggi dibanding tetrasiklin.
 Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang
rendah. Ketika efek samping muncul, biasanya ringan; gangguan GI dan
rash adalah efek samping yang paling sering.
 Infeksi Chlamydia trachomatis biasanya terdapat juga di nasofaring,
maka bisa terjadi reinfeksi bila hanya diberi antibiotik topikal.
 Keuntungan lain pemberian azitromisin termasuk mengobati infeksi di
genital, sistem respirasi, dan kulit.
 Resistensi C. trachomatis terhadap azitromisin dan tetrasiklin belum
dikemukakan.
 Azitromisin : dewasa 1gr per oral sehari; anak anak 20 mg/kgBB per oral
sehari
 Pengobatan trakoma dengan tetrasiklin 1-1,5 gr/hari peroral diberikan
dalam 4. Dosis selama 3-4 minggu, doxycycline 100 mg peroral 2x sehari
selama 3 minggu atau erythromycin 1 gr/hari peroral dibagi dalam 4
dosis selama 3-4 minggu.
 Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan binding
dengan unit ribosom 30S dan 50S. Gunakan bila azitromisin tidak ada.
Efek samping sistemik minimal. Gunakan di kedua mata selama 6
minggu.
2) Tindakan bedah
 Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki trikiasis sangat penting
pada penderita dengan trikiasis, yang memiliki resiko tinggi terhadap
gangguan visus dan penglihatan.
 Rotasi kelopak mata membatasi perlukaan kornea. Pada beberapa kasus,
dapat memperbaiki visus, karena merestorasi permukaan visual dan
pengurangan sekresi okular dan blefarospasme.

23
3) Kebersihan wajah
 Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak-
anak menurunkan resiko dan juga keparahan dari trakoma aktif.
 Untuk mensukseskannya, pendidikan dan penyuluhan kesehatan harus
berbasis komunitas dan berkesinambungan.
4) Peningkatan sanitasi lingkungan
 Penyuluhan peningkatan sanitasi rumah dan sumber air, dan
pembuangan feses manusia yang baik.
 Lalat yang bisa mentransmisikan trakoma bertelur di feses manusia
yang ada di permukaan tanah. Mengontrol populasi lalat dengan
insektisida cukup sulit.
g. Komplikasi
Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma
dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus
kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata
prakornea secara drastic, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena
hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebrae
superior berupa membaliknya bulu mata kedalam(trikiasis) atau seluruh tepian
palpebrae(entropion) sehingga bulu mata terus menerus menggesek kornea.
Kondisi ini sering mengakibatkan ulserasi kornea, infeksi bacterial kornea, dan
parut kornea.
Ptosis, obstruksi ductus nasolacrimalis, dan dakriosistitis adalah
komplikasi trakoma lainnya yang sering dijumpai.14
h. Prognosis
Trakoma, secara karakteristik merupakan penyakit kronik yang
berlangsung lama. Dengan kondisi hygiene yang baik (khususnya, mencuci muka
pada anak-anak), penyakit ini sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele
berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilangan
penglihatannya karena trakoma.14

24
Ayat Dalam Al-Quran Yang Membahas Tentang Pentingnya Menjaga Mata

Salah satu ajaran mulia dalam islam adalah menundukkan pandangan


bahkan ia diperintahkan Allah ‘azza wa jalla kepada orang-orang yang beriman
dari hamba-hambanya, dan ini menunjukkan mulianya apa yang diperintahkan,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menundukkan

pandanganya, dan menjaga kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.
(QS : An Nuur [24] :30).16
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan penyebutan
menundukkan pandangan dari pada menjaga kemaluan, maka hal ini
menunjukkan pentingnya menundukkan pandangan sebagai sarana untuk
membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang dapat merasuk ke dalamnya.
 Fungsi mata : melihat dan penyempurnaan indera pendengaran
 Tujuan : petunujk dalam kegelapan, melihat ayat-ayat Allah
 Hukum Taklifi :
a. Wajib : melihat mushaf al quran,buku-buku yang bermanfaat,
membedakan yang halal dan yang haram.
b. Haram : memandang wanita dengan syahwat
c. Sunnah : melihat muka dan telapak tangan calon istri yang
diduga kuat lamarnya akan diterima, membaca buku-buku yang
bermanfaat, melihat ulama dan orang tua untuk menghormati.
d. Makruh : melihat secara berlebihan sesuatu yang tidak ada
manfaatnya.
e. Mubah : mendadak tanpa sengaja melihat lawan jenis, pasangan
suami-istri melihat tubuh pasanganya, melihat sesama jenis
(aurat)
 Terapi : penyadaran diri bahwa Allah senantiasa melihat, berdoa dan
meminta pertolongan Allah, berwudhu, memperbaharui taubat.17

25
DAFTAR PUSTAKA
1. Drake, Richard L.,A. Wayne Vogl, Adam W. M. Mitchell. 2016. Gray's Basic
Anatomy:Anatomy of the Human Body.Elsevier.
2. Mescher, Anthony L.2014. Buku Histologi Dasar Janqueira.Jakarta: EGC
3. Ilyas Sidarta, Buku Ilmu Penyakit Mata. 2006. Jakarta. Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Vaughan. et al. 2010.Buku Oftalmologi Umum. Jakarta. EGC.
5. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4.
6. Eva-riordan paul, whitcher p john. “Vaughan & Asbury OFTALMOLOGI
UMUM edisi ketujuhbelas”. badan penerbit buku kedokteran ECG.
7. Ramadhanisa aqsha. 2014. “ conjungtivitis bacterial treatment in kota karang
village”. Universitas lampung.
8. Ilyas Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti. “Ilmu Penyakit Mata edisi kelima”. Jakarta
: Badan penerbit FKUI. 2015.
9. Hollwich, Fritz. 1993. Buku Panduan Oftalmologi Edisi Kedua. Jakarta: Bina
Rupa Aksara
10. James, Bruce., Chew, Chris., Brown, Anthony. 2003. Lecture Notes Oftalmologi
Edisi 9. Jakarta : Erlangga
11. Ilyas, Sidarta. 2011. Buku Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI.
12. Sidarta, Ilyas dan Sri Rahayu Yulianti. 2014. Ilmu penyakit mata. Edisi 5.
Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
13. Salomon, Anthony dan Hugh R Taylor. 2010. Trachoma: Treatment and
Medication.eMedicine Ophtalmology.
14. Vaughan dan Asbury. 2009. Oftalmologi Umum, Edisi 17. Jakarta. EGC.
15. Sidarta, Ilyas. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
16. Al-Qur’an al-Karim.
17. Tafsir al-mishbah: pesan, kesan, dan keserasian al-Qur’an (15 jilid, jakarta:
lentera hati,2003).

26

Anda mungkin juga menyukai