Anda di halaman 1dari 3

“TUGAS REMIDI PERPAJAKAN”

Analisa Permasalahan PPH 21 NPWP


Gabung Istri-Suami

Nama : Zumratul Akobah


Nim :14101247
Kelas :(A)
Analisa Permasalahan PPH 21 NPWP Gabung Istri-Suami.

Bagaimana perhitungan potongan pajak bulanan oleh pemberi kerja untuk NPWP yang
gabung misal istri mengikuti NPWP suami?

Beberapa permaslahan atau ketidakcocokan dalam pemotongan pajak.

1. Sistem gaji: daftar gaji harus memasukkan potongan pajak. Sehingga sebenarnya
secara sistem pajak harus memiliki struktur yang baik sehingga dapat dieksekusi
sistem. Bahwa nama yang masuk dalam daftar gaji adalah nama pegawai yang ada di
instansi/organisasi pemotong, bukan berisi nama lain misal karena NPWP memasukkan
penghasilan di luar instansi.
2. Petugas pemotong pajak: tentu akan menunggu data dari sistem gaji.
3. Kemudahan sistem: bahwa sistem pemotongan pajak harus mudah sehingga dapat
dieksekusi dan tidak ribet. Manfaatnya bagi pajak tentu dengan kemudahan cara
perhitungan akan makin banyak yang melakukan perhitungan dan pembayaran pajak.
Kenihilan pembayaran pajak tidak semata karena kesalahan WP atau pemotong pajak
namun karena sulitnya struktur sistem dari perpajakan.
4. Etika: bahwa pemotongan pajak harus adil, tidak melanggar privasi informasi.

Potensi besar efektifitas pemungutan pajak apabila permasalahan ini tidak didalami
lebih baik.

1. Kesalahan dalam pemotongan pajak.


2. Pelanggaran pajak
3. Pajak tidak dihitung
4. Terjadi ketidak adilan dan tindakan tidak etis
5. Pemotong pajak memiliki beban mental dalam pemotongan pajak dan potensi besar
salah.

Sudut pandang: adalah dari pemotong pajak bulanan.

Pertimbangan: bahwa pajak harus dilakukan self assesment oleh wajib pajak, namun
demikian dalam praktik tentu saja akan lebih banyak melibatkan pihak pemotong/pemberi
kerja daripada yang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri. Hal ini menyebabkan segala
konsekuensi menjadi perhatian dan kerja keras pemotong pajak untuk memahami aturan dan
pelaksanaannya.

Permasalahan:

1. Jika pemotong mengasumsikan bahwa istri dihitung penghasilan gabungan dengan


suami sehingga outputnya adalah hutang pajak istri yang sebenarnya adalah telah
digabung dengan suami, maka konsekuensinya pihak pemotong harus mengetahui
penghasilan suami. Penghasilan dan status PTKP suami digunakan untuk menghitung
penambahan pendapatan istri sehingga PKPnya dihitung setelah digabung. Hal ini tentu
menyulitkan pihak pemotong dan terdapat ketidaketisan ketika pemotong pajak istri
harus setiap bulan menanyakan penghasilan suaminya.
2. Jika dipotong sebagai PPH final maka konsekuensinya terjadi ketidakadilan karena ia
membayar pajak lebih tinggi yaitu 15%. Padahal sebenarnya ini adalah penghasilan
tetap karena dia bekerja. Berbeda jika yang difinal adalah penghasilan kontemporer.
3. Jika memiliki NPWP sendiri misal dengan syarat bahwa harta dipisah maka konsep
seperti ini hanya cocok untuk pihak berpenghasilan tinggi misal selebritis, sementara
untuk pegawai biasa tentu menjadi tidak cocok di lapangan.
4. Jika dikenakan PPh non NPWP 5% x 120% maka terdapat permasalahan bahwa
sebenarnya dia mempunyai NPWP hanya NPWnya adalah gabungan atau NPWP
cabang.

Usulan alternatif solusi lain:

1. Pihak Pemungut Pajak (Kantor Pajak-UU) menerbitkan PTKP tambahan/khusus sebagai


penghargaan istri bekerja yang dapat digunakan oleh pihak pemotong pajak.
2. PTKP pada istri tersebut dihitung nol karena PTKP sudah dihitung oleh suami. Namun hal
ini membawa permasalahan bahwa pajak yang dikenakan akan lebih tinggi dan tidak
menghargai kerja istri dengan suatu penghargaan berupa PTKP.

Pelaksanaan sementara yang dapat dilakukan: sambil menunggu peraturan yang lebih baik
dan lebih terstruktur dalam sistem pemotongan pajak istri maka dapat dipilih berbagai
alternatif:
1. menganggap istri tidak berNPWP yaitu dipotong 5% x 120%.
2. menggap PTKP istri adalah nol dan kemudian dipotong 5%. Sementara biaya jabatan dan
penisun tetap dihitung seperti biasanya.

Semoga hal ini dapat menjadi pemikiran kita bersama terutama bagi pemungut pajak (kantor
pajak) sehingga dapat membuat peraturan yang lebih baik dan tidak semena-mena
menimpakan kesalahan kepada WP ataupun pemotong pajak.

Anda mungkin juga menyukai