Anda di halaman 1dari 109

Indikator Keberhasilan Manajemen Usaha Pertambangan

Sari
Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Accredited Mining Enterprise)
menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan
manajemen usaha pertambangan.
Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal (1) sebagai perusahaan yang
berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem
manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable; (2)
sistem penggalangan dana (debt equity, pengembalian hutang, diversifikasi usaha,
pengembangan jasa; (3) sistem pembukuan keuangan; dan (4) sistem audit.
Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan dapat meliputi dari kegiatan
hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan
hilir (manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan pengembangan
wilayah dan lingkungan termasuk CSR (corporate social responsibity).
Pada akhirnya indikator keberhasilan dalam usaha pertambangan baik dalam
manajemen keuangan maupun manajemen usaha di tandai oleh kemampuan internal
dalam hal diperoleh least cost dan keuntungan optimal serta kemampuan eksternal
dalam hal manfaat otimal bagi negara di mana perusahaan beroperasi antara lain dalam
bentuk pembayaran pajak secara akuntabel serta manfaat optimal secara regional
termasuk pengembangan masyarakat setempat sebagai corporate social responsibility
atau sebagai the servant of the community..
Sebagai contoh dalam COW maka manfaat finansial skala nasional diperoleh sebesar 55
% dari revenue perusahaan COW dan sebesar 60% dari revenue prusahaan PKP2B bagi
negara Indonesia. Manfaat sosial neto dari beberapa perusahaan COW dan BUMN
diperoleh sebesar antara 1 -23% dari revenue mereka bagi masyarakat setempat sebagai
upaya partisipasi mereka dalam rangka pengembangan wilayah termasuk lingkungan.
Besaran tersebut perlu diupayakan peningkatannya pada masa mendatang.
Kata kunci: indikator keberhasilan perusahaan pertambangan, manajemen keuangan,
manajemen usaha, kegiatan hulu–hilir, pengembangan wilayah dan lingkungan.

Abstract
The acredited mining enterprise may involve the indicators of both successfulness in the
fields of financial management and of mining enterprise management as well.
The indicators of financial management may include several matters ,i.e., (1) as an
anterprise characterized by good governance and clean management, by the support of
systematic/professional, accountable and tranparant/auditable financial management
system; (2) the system of funds raising (debt equity, loan rescheduling, diversification of
enterprising, and services development; (3) the system of book-keeping; and (4) the
system of audit.
The indicators of mining enterpruse management may include the activities from
upstream (resource/reserve management), management of production activities, up to
downstream activities (marketing management) and problems related to regional
development and including CSR (corporate soaial responsibility) or as the servant of
the community
Finally, the indicator of successfulness in the mining enterprise either in the financial
management or in the business management is indicated by internal capability in terms
of the least cost and the optimal profit obtained and by external capability in terms of
optimal benefit for the nation where the enterprise operate, for instance, in the case of
accountable tax paying and optimal benefit for the regional development including
local community development as a corporate social responsibility.
For instance, in term of COW so that the financial benefit at the national scale 55% of
the companies’ revenue and around 60% of the Coal COW revenue are gained by
Indonesia. Net social gains from the COW companies and the State-owned companies
are of about 1 – 23% of their revnues gained by the local community in the form of their
participation in the regional development including the environment ptotection. Those
amounts should be increased and enforced in the future.
Keywords: Successfulness indicator of mining enterprise, finanacial management,
enterprise management, upstream-downstream activities, regional development and
environment protection.

I. Pendahuluan
Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Acredited Mining Enterprise)
menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan
manajemen usaha pertambangan.
Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal berikut:
1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management,
dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional,
akuntabel , transparan/auditable.
2. Sistem penggalangan dana.
a. Debt equity.
b. Pengembalian hutang.
c. Diversifikasi usaha.
d. Pengembangan jasa.
3. Sistem pembukuan keuangan.
4. Sistem audit.
Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambagan dapat meliputi dari kegiatan hulu
(manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir
(manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan lingkungan termasuk CSR
(corporate social responsibity).

II. Indikator Manajemen Keuangan

A. Faktor Permasalahan
1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management,
dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional,
akuntabel , transparan/auditable.
a. Sistemis.
Sistem keuangan suatu perusahaan perlu mampu menggambarkan suatu interaksi
antara substansi engineering – ekonomi – dan akuntansi. Dari segi substansi
engineering, memang keuangan timbul setelah adanya telaahan engineering apa
yang disebut cash in (revenue) dan cash out (biaya operasional) yang terdiri dari
fixed cost dan variable cost serta biaya commissioning atau biaya operasi awal
sewaktu perusahaan belum menghasilkan revenue atau produksi. Dari segi ekonomi,
memang perusahaan perlu melihat prospek ke depan dalam upaya menghasilkan
keuntungan finansial dalam hal ini harga kapital (ROR) harus jauh lebih besar
daripada biaya kapital, agar usaha dapat berkelanjutan. Dari segi akuntansi, memang
keuangan perusahaan harus mampu menunjukkan balance sheet aktiva dan pasiva
secara rinci dari waktu ke waktu secara jelas. Dari mana uang dihasilkan dan ke
mana uang dikeluarkan.
b. Akuntabel.
Keuangan perusahaan perlu selalu dapat dipertanggung jawabkan oleh manajemen
kepada pemegang saham darri perputaran uang serta keharusan memperoleh
keuntungan untuk keberlanjutan perusahaan secara jangka pendek, menengah dan
panjang.
c. Transparan/auditable.
Last but not least keuangan perusahaan harus transparan bagi stakeholder, selalu
siap diaudit oleh akuntan independen dan oleh sistem pengawasan intern.
2. Sistem penggalangan dana.
a. Debt equity.
Sumber dana perusahaan dapat sepenuhnya dari dalam (equity) ataupun dari luar
(hutang) dan dari dalam ataupun dari luar sama sekali. Suatu kelaziman bahwa
biasanya sumber dana merupakan gabungan sumber dari dalam dan dari luar,
sehubungan dengan mengatasi resiko usaha. Suatu kebiasaan bahwa modal sendiri
perlu di bagi dalam beberapa bidang usaha. Kalau suatu bidang usaha merugi dapat
diimbangi oleh bidang-bidang usaha yang lain yang untung.
b. Pengembalian hutang.
Sharing usaha melalui hutang diperlukan kecermatan dalam sistem dan mekanisme
pengembalian hutang.
c. Diversifikasi usaha.
Diversifikasi usaha dapat secara vertikal dari hulu ke hilir sehubungan peningkatan
nilai tambah suatu komoditi atau secara horizontal atau pengembangan dari
komoditi yang satu ke komoditi yang lain atau multi komoditi. Hal ini perlu
dilakukan untuk menembus pasar atau kompartemen pasar sesuai dengan kebutuhan
pasar atau konsumen.
d. Pengembangan jasa.
Di samping komoditi, suatu usaha dapat juga di bidang jasa. Justru jasa ini
mempunyai lingkup pasar yang lebih luas dari hulu ke hilir.
3. Sistem pembukuan keuangan.
Pembukuan keuangan merupakan catatan sistematis keuangan perusahaan untuk
keperluan manajemen dan untuk keperluan audit.
Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dalam hal yang material, posisi
keuangan perusahaan pada akhir tahun, hasil usaha dan serta arus kas untuk tahun
yang berakhir pada akhir tahun yang sedang diuji sesuai dengan prinsipakuntansi
yang berlaku umum.
4. Sistem audit.
Sistem audit dapat dilakukan oleh intern perusahaan dan oleh tim akuntansi
independen.
Yang perlu diaudit adalah: neraca perusahaan pada akhir tahun, laporan rugi laba,
laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal akhir tahun tersebut.
Standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, sehingga perlu disusun
rencana dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu audit meliputi: pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga
meliputi penilaian akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat
oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.
Contoh Laporan tahunan Neraca (Balance sheet) PT International Nickel Indonesia
per 31 Desember 19993 dan 1992.

B. Model Analisis
Analisis finansial/keuangan secara dasar dan pokok adalah dengan formula sebagai
berikut.
Item/Year 0 1 ...... n Total
Cost Savings
Net income (Loss)
(Depreciation)
Pre Tax Income
(Loss)
Tax
Net After Tax
Dprec. add back
Cash income
Capital cost
Working capital
Cash flow
PV factor (%)
Present value
DCFROR
Payout period
Annual benefit
NPV @ (…%)

Survei komprehensif dan rahasia yang diedarkan oleh PricewaterhouseCoopers kepada


30 perusahaan yang telah berproduksi dan lebih dari 250 perusahaan eksplorasi di
Indonesia tahun 1995-1999 (Tabel I.1 dan I.2) dengan model sebagai berikut:
1. Pendapatan dari penjualan bersih adalah pendapatan setelah dikurangi ongkos angkut,
asuransi, komisi agen dan biaya langsung lainnya sehubungan dengan pengiriman.
Belum dikurangi dengan royalti.
2. Beberapa perusahaan responden yang telah berproduksi memakai metode
perbandingan pengupasan rata-rata untuk akuntansi biaya pembuangan lapisan atas.
Laba operasi yang dilaporkan oleh responden tersebut telah disesuaikan untuk
mencerminkan pemakaian metode biaya pengupasan sebenarnya.
3. Biaya pajak penghasilan perusahaan telah dihitung dengan memakai metode pajak
berdasarkan jumlah laba menurut buku yang disesuikan dengan akun yang tidak
kena pajak ataupun yang tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak.
Perusahaan responden mempunyai saldo kerugian pajak dan perbedaan waktu (akun
pendapatan dan biaya yang dimajukan atau ditangguhkan dari sudut perpajakan,
seperti penyusutan dan pencadangan) selama masa lima tahun tersebut, yang berarti
bahwa pajak penghasilan pada satu tahun tertentu. Biaya pajak pernghasilan yang
dilaporkan oleh responden yang telah berproduksi yang memakai pajak terhutang
telah disesuaikan kepada metode pajak yang ditangguhkan dengan memakai data
yang disampaikan oleh perusahaan tersebut.
4. Ratio/perbandingan yang dipakai:
a. Pengembalian investasi pemegang saham = laba bersih : rata-rata investasi
pemegang saham (ekuitas + penjamana pihak terkait).
b. Pengembalian dana yang dipergunakan = laba senelum bunga dan pajak : rata-rata
dana yang dipergunakan (ekuitas + pinjaman).
c. Pengembalian aktiva yang dipergunakan = laba bersih : rata-rata jumlah aktiva.
d. Pengembalian pendapatan bersih = laba bersih : pendapatan dari penjualan bersih.
e. Pengembalian dividen dari laba bersih yang belum disesuaikan = dividen dibayar
: laba bersih yang dilaporkan perusahaan (tidak disesuaikan dengan perbedaan
kebijakan akuntansi).
f. Perbandingan hutang/ekuitas = jumlah pinjaman pada akhir tahun : jumlahekuitas
pada akhir tahun.
g. Pendapatan terhadap jumlag aktiva = pendapatan bersih dari penjualan : jumlah
aktiva pada akhirtahun.
h. Rasio lancar = aktiva lancar pada akhir tahun : hutang lancar pada akhir tahun :
hutang lancar (tidak termasuk pinjaman lancar) pada akhir tahun.
i. Rasio perputaran dana = pendapatan dari penjualan bersih : rata-rata dana
dipergunakan (ekuitas + pinjaman).

Tabel I.1 Laporan Keuangan Keseluruhan


I.1A Neraca Keseluruhan
US$ juta – US$ Millions 1995 1996 1997 1998 1999
Dana pemegang saham – Shareholders’ funds 2,094.0 1,942.1 2,774.5
Pinjaman – Borrowings 2,897.6 4,788.4 5,223.6
Jumlah dana dipergunakan-Total funds employed 4,991.6 6,730.5 7,998.1
Kewajiban lancar – Current liabilities 723.1 1,029.3 1,088.5
Provisi/cadangan untuk pemulihan dan penutupan 23.3 41.5 72.8
tambang- Provision/reserve for restoration and
mine closure
Kewajiban lain-lain-Other liabilities 349.8 836.5 1,058.7
Jumlah ekuitas dan kewajiban-Total equity and
liabilities 6,087.8 8,637.8 10,218.1
Aktiva tetap – Fixed assets 3,801.0 5,885.3 7,094.3
Eksplorasi dan pengembangan – Exploration and 823.5 1,007.7 1,190.2
development
Aktiva lancar- Current assets 1,312.2 1,500.5 1,628.6
Aktiva lain-lain – Other assests 151.1 274.3 305.0
Jumlah aktiva- Total assets 6,087.8 8,637.8 10,218.1
Aktiva bersih-Net assests 2,094.0 1,942.1 2,774.5
Pendapatan jumlah aktiva – Revenue to total assets 0.54 0.42 0.37
Rasio lancar – Curent ratio 1.81 1.46 1.50
Rasio perputaran dana – Funds turnover ratio 1.78 1.83 1.56
I.1B. Laba Rugi Keseluruhan

US$ juta – US$ millions 1995 1996 1997 1998 1999


Pendapatan penjalan bersih – Net sales revenue 3,312.5 3,638.8 3,829.6
Biaya tenaga kerja – Labour costs 116.9 163.1 140.4
Penyusutan dan amortaisasi – Depreciation and 280.1 356.4 518.4
amortization
Biaya produksi – Production costs 1,740.6 2,111.0 1,993.1
Royalti tunai – Cash royalties 57.9 44.0 38.1
Laba operasi – Operating profit 1,117.0 964.3 1,139.6
Biaya eksplorasi – Exploration expense 7.4 24.7 26.4
Beban bunga dan pendapatan – Interest and
financing costs 100.8 108.9 123.3
Rugi/(laba) selisih kurs bersih – Net exchange
loss/gain (1.4) (18.6) 16.2
Biaya lain-lain – Other expenses 74.4 207.4 100.1
Laba sebelum pajak penghasilan – Profit before 935.8 641.9 873.6
income tax
Biaya pajak penghasilan – Income tax expenses 298.3 236.2 321.6
Laba bersih – Net profit 637.5 405.7 551.9
Tabel I.2. Ringkasan Informasi dan Laporan Keuangan
Pertambangan Mineral Keras dan Batubara
(17 perusahaan berproduksi dan 19 perusahaan bereksplorasi)

US$ juta – US$ millions 1994 1995 1996 1997 1998 1999
Neraca – Balance sheet
Jumlah kewajiban – Total liabilities 3,630.4 3,993.9 4,896.3 6,695.7 7,446.3 7,443.6
Jumlah aktiva – Total assets 5,248.4 6,088.0 6,921.6 8,637.8 9,587.2 10,218.1
Ekuitas – Shareholders equity 1,618.0 2,094.0 2,025.3 1,942.1 2,140.9 2,774.5
Rugu/Laba – Profit and loss
Pendapatan penjualan bersih – Net 2,325.5 3,312.5 3,638.8 3,522.2 3,829.
sales revenue
Laba operasi – Operating profit 610.7 1,133.3 981.4 1,197.2 1,204.7
Laba sebelum pajak penghasilan – 505.8 952.1 664.7 827.1 895.5
Profit before income tax
Biaya pajak penghasilan – Income 153.1 303.7 243.5 288.0 209.9
tax expense
Laba bersih – Net profit 352.7 648.4 421.2 539.2 685.6
Arus kas – Cashflow
Arus kas bersih – Net cashflow 51.2 133.5 255.2 2.8 (116.2)
Rasio keuangan – Financial ratios
Pendapatan terhadap jumlah aktiva – 0.62 0.54 0.42 0.37 0.37
Revenue to total assets
Rasio lancar – Current ratio 1.82 1.81 1.46 1.67 1.50
Rasio perputaran dana – Funds 1.44 1.78 1.83 1.73 1.56
turnover ratio
Rasio hutang /ekuitas – Debt/equity 1.68 1.38 2.47 2.38 1.88
ratio
Produksi berdasarkan mineral –
Production by mineral
Bauksit – Bauxite (‘000 wmt) 1,094.3 805.9 808.7 1,055.6 1,116.3
Batubara – Coal (‘000 t) 27,258.8 34,14.9 45,884.1 52,702.6 60,691.6
Tenbaga ( - Copper (M lb) 710.3 978.0 1,166.5 1,732.0 1,690.2
Emas – Gold (‘000 oz) 1,255.9 1,741.1 2,559.4 3,641.1 3,929.0
Pasir besi – Iron sands (‘000 wmt) 334.9 348.4 487.4 560.5 584.4
Bijih nikel – Nickel ore (‘000 wmt) 2,311.5 2,573.4 2,831.4 3,233.4 3,235.3
Nikel – Nickel (M lb) 112.6 123.2 93.1 96.3 120.3
Perak – Silver (‘000 oz) 2,124.4 3,222.1 3,445.3 5,092.2 5,055.5
Timah – Tin (‘000 t) 43.7 44.6 53.0 53.7 47.8
Pengeluaran untuk eksplorasi dan
kelayakan – Exploration and
feasibility expenditure 69.2 89.5 154.9 96.2 75.5
Tenaga kerja – Employment
Jumlah karyawan – Number of 22,058 22,083 33,167 33,772 37,718
employees
Upah kotor (Rp miiar) – Gross 239.60 262.96 471.75 1,060.81 1,101.36
compensation (Rp billion)
Jumlah pendapatan pemerintah (Rp.
miliar) – Total government
revenue (Rp billion) 774.90 1,325.09 1,895.29 7,724.94 6,879.03
Kontribusi pertambangan – mining
contribution
PDB – GDP 1.3% 1.5% 1.8% 3.7% 2.8%
Ekspor - Export n/a 10.9% 11.1% 15.9% 11.2%
Pengeluaran untuk reklamasi,
penutupan tambang dan
pengendalian lingkungan –
expenditure on reclamation, mine
closure and environmental control 10.4 13.5 30.0 99.4 26.4
C. Penjelasan Atas Laporan Keuangan. (Contoh PT INCO Per 31 Desember 1993
dan 1992, Tabel I.3 s.d. I.6).
a. Umum.
- Dasar Akte.
- Dasar Kontrak Karya.
- Kegiatan utama Perusahaan.
b. Akhtisar Kebijakan Akuntansi yang Penting.
1). Penyajian dari Laporan Keuangan.
Disusun berdasarkan prinsip-prinsip Konsep Arus Kas dan Ekivalen Kas.
Ekivalen Kas terdiri dari deposito pada perusahaan afiliasi dan deposito jangka
pendek pada lembaga keuangan
2). Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing.
Kas, piutang dan kewajiban lancar dalam mata uang selain US$ dijabarkan ke
US$ dengan kurs tukar yang berlaku pada akhir tahun.
3). Persediaan.
Persediaan dinyatakan dengan harga yang terendah antara harga perolehan dan
nilai realisasi bersih.
4). Aktiva Tetap.
Aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan.
5). Penyusutan dan Deplesi.
Penyusutan atas aktiva tetap dihitung atas dasar unit produksi untuk jangka
waktu maksimum 20 tahun dan ditinjau setiap tahun.
6). Biaya yang Ditangguhkan.
Biaya pemugaran aktiva tetap dalam jumlah yang besar didebitkan ke perkiraan
biaya yang ditangguhkan dan diamortisasikan dengan metode garis lurus
berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari pemugaran tersebut, yang
lebih pendek dari masa penyusutan aktiva tetap.
7). Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan.
Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan telah dibukukan untuk mencatat
perbedaan waktu dalam pengakuan penyusutan dan pendapatan/beban lainnya
antara laporan keuangan untuk tujuan akuntansi dan pajak.
8). Laba Bersih per Saham.
Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan ju,lah rata-
rata saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada tahun yang bersangkutan.
c. Piutang Lain-lain.
Merupakan tagihan kepada pihak ketiga, klaim asuransi, pinjaman pegawai dan
uang muka perjalanan dinas pegawai.
d. Persediaan.
Terdiri dari komoditi (logam nikel dalam proses dan barang jadi) ditambah supplies.
e. Aktiva Tetap.
Terdiri dari jembatan, bangunan, pabrik dan mesin, perabotan dan peralatan kantor,
pesawat udara, aktiva tetap yang tidak dialokasikan yang dijumlahkan sebagai
Akumulasi Penyusutan selanjutnay ditambah dengan Pengembangan Tambang dan
akumulasi deplesi
f. Pengeluaran untuk Lingkungan.
Operasi perseroan telah dan akan dipengaruhi oleh perubahan dalamperundang-
undangan mengenai lingkungan. Ada tiga laporan lingkungan yaitu SEL (Studi
Evaluasi Lingkungan), RKL (rencana Pengelolaan Lingkungan, dan RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan). Pengeluaran sehubungan dengan program lingkungan
dan reklamasi dibebankan pada perhitungan rugu-laba atau dikapitalisasi sebagai
aktiva tetap dan kemudian disusutkanbergantung pada manfaat ekonomis dari
pengeluaran tersebut pada masa mendatang.
g. Pekerjaan dalam Pelaksanaan.
Meliput pekerjaan yang berlangsung.
h. Aktiva Lainnya.
Meliput pekerjaan eksplorasi dan pembangunan sarana lain-lain.
i. Transaksi dengan Perusahaan Afiliasi.
1). Penjualan.
2). Deposito pada Perusahaan Afiliasi.
3). Hutang kepada Perusahaan afiliasi.
4). Biaya atas Bantuan Manajemen dan Teknis.
j. Kewajiban Lancar Lainnya.
Meliput cadangan untuk gajih, cuti dan dividen.
k. Hutang Jangka Panjang dan Hutang Jangka Panjang Jatuh tempo dalam Satu Tahun.
Hutang dengan jaminan seluruh piutang, peralatan, perssediaan dan seluruh
pendapatan dari kontrak penjualan jangka panjang.
l. Taksiran Hutang untuk Program Pensiun.
m. Modal Saham.
n. Pajak Penghasilan.
Sesuai dengan pajak Perseroan 45%, kemudian disesuaikan dengan pajak terendah
35% serta kredit pajak investasi 8%. dengan menurunkan tarif pajak efektif menjadi
22,5%.
o. Dividen. Dividen sebesar $0,15 per saham.
p. Harga pokok Penjualan.
q. Restrukturisasi Modal.
Memperhitungkan akumulasi kerugian yang lalu yang diperhitungkan dengan
jumlah laba ditahan dan terhitung sisa laba.

Tabel I.3. Neraca Per 31 Desember 1993 dan 1992 PT INCO Indonesia

(Dalam ribuan US$) Catatan/No 1993 1992 (US$ thousands)


tes
AKTIVA ASSETS
Aktiva Lancar Current Assets
Kas dan Bank 377 375 Cash
Deposito pada perusahaan Afiliasi 9.2 14.000 21.100 Deposit with Affiliate
Deposito Berjangka 5.000 1.517 Time Deposits
Piutang Usaha pada perusahaan Afiliasi 9.1 17.462 22.349 Trade Receivable from Affiliated
Companies
Piutang Lain-lain 3 3.570 2.906 Other receivables
Persediaan 2.3 & 4 51.549 52.829 Inventories
biaya yang Dibayar Di muka 1.823 1.613 Prepaid Expenses
Jumlah Aktiva Lancar 93.781 102.68 Total Current Assets
9
Aktiva Tetap, Bersih 2.4, 2.5 & 5 533.52 563.28 Property, Plant and Equipment,
Net
2 2
Aktiva Lain-lain Other Assets
Pekerjaan dalam Pelaksanaan 7 32.207 25.977 Construction in Progress
Biaya yang Ditangguhkan 2.6 25.264 23.930 Deferred Charges
Aktiva Lainnya 8 4.341 4.200 Other
Jumlah Aktiva Lain-lain 61.812 54.107 Total Other Assets
Jumlah Aktiva 689.11 720.07 Total Assets
5 8
Kewajiban dan Modal Sendiri Liabilities and Shareholders’
Equity
Kewajiban Lancar Current Liabilities
Hutang Usaha 1.920 3.153 Trade Payable
Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam 11 25.000 25.000 Long-Term Debt Due Within One
Satu Tahun Year
Hutang Kepada Perusahaan Afiliasi 9.3 2.551 2.828 Amount Due to Affiliated
Componies
Biaya yang Harus Dibayar 4.877 12.176 Accrued Liabilities
Kewajiban Lancar Lainnya 10 1.430 1.351 Other Current Liabilities
Jumlah Kewajiban Lancar 35.778 44.508 Total Current Liabbilities
Hutang Jangka Panjang 11 112.500 137.500 Long-Term Debt
Taksiran Hutang Untuk Program Pensiun 12 12.097 10.984 Accrued Pension Benefits
Hutang Pajak Penghasilan yang 2.7 & 14 32.564 29.397 Deferred Income Taxes
Ditangguhkan
Jumlah Kewajiban 192.93 222.38 Total Liabilities

9 9
Modal Sendiri Shareholders’ Equity
Modal Saham 13 136.413 136.413 Common Stock
Modal Disetor Lainnya 17 277.760 277.760 Additional Paid-in Capital
Laba Ditahan (sejak1983) 17 82.003 83.516 Retained Earnings (Since 1983)
Jumlah Modal Sendiri 496.17 497.68 Total Shareholders’ Equity

6 9
Jumlah Kewajiban dan Modal Sendiri 689.115 720.078 Total Liabilities and
Shareholders’ Equity

Tabel I.4. Laporan Laba Rugi

(Dalam ribuan US$, kecuali laba per saham) Catatan/Notes 1993 1992 (US$ thousands, except earnings
per share amounts))
Penjualan 154.831 192.212 Sales
Harga pokok Penjualan 130.456 132.715 Cost of Goods Sold
Laba Kotor 24.375 59.497 Gross Profit
Beban Penjualan, Administrasi dan Umum 2.999 4.497 Selling, General and
Administration Expenses
Laba Usha 21.376 55.000 Operating Profit
Pendapatan (Beban) Lain-lain Other Income
Pendapatan Bunga 803 1.351 Interest Income
Beban Bunga (7.066) (9.267) Interest Expenses
Keuntungan (Kerugian) Kurs (105) (143) Currency translation Adjustments
Pendapatan (Beban) Lain-lain, Bersih (934) (337) Other, net
Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain (7.302) (8.396) Total Other Income (Expenses)
Laba Sebelum Pajak Penghasilan 14.074 (46.604) Earnings Before Income Tax
Pajak Penghasilan 3.167 (10.486) Income Tax
laba Bersih 10.907 (36.118) Net Earnings
Laba Bersih Per Saham 0,04 (O,15) Net Earnings per Share

Tabel I.5. Laporan Laba Ditahan

(Dalam ribuan US$) Catatan/Notes 1993 1992 (US$ thousands)


Saldo pada Awal tahun (Sejak tahun 1983) 83.516 109.500 Balance at Beginning of Year
(Since 1983)
Laba Bersih 10.907 36.118 Net Earnings
Dividen 94.423 145.618
(12.420) (62.102) Dividends Declared
Saldo pada Akhir Tahun 82.003 83.516 Balance at End of Year

Tabel I.6. Laporan Aliran Kas

(Dalam ribuan US$) 1993 1992 (US$ thousands)


Kegiatan Operasi Operating Activities
Laba Bersih 10.907 36.118 Net Eranings
Penyesuaian dari Laba Bersih ke Kas yang Adjustments to Reconcile Net Earnings to Cash
Diperoleh dari Operasi Provided by Operating Activities
Depreciation
Penyusutan 37.891 48.544 Depletion
Deplesi 181 312 Amortization
Amortisasi 3.138 2.859 Deferred Income Taxes
Hutang Pajak Penghasilan yang 3.167 10.486 Provision for Pension benefits
Ditangguhkan in Excess of Payments
Pembebanan untuk Program Pensiun 1.113 1.856
yang Melebihi Pembayaran Other
Lain-lain 458 - Decrease (Increase) in Non-Cash Working
Pengurangan (Penambahan) Modal Capital related to Operations Trade
Kerja Bukan kas yang Receivables from Affiliated Companies
Berhubungan dengan Operasi Other Receivables
Piutang Usaha pada Perusahaan 4.887 (7.968) Inventories
Afiliasi Prepaid Expenses
Piutang Lain-lain (664) 3.283 Trade Payables
Persediaan 1.280 (6.84) Amonuts Due to Affiliated Companies
Biaya yang Dibayar Dimuka (210) 942 Accrued Liabilities
Hutang Usaha (1.233) 68 Other Current Liabilities
Hutang kepada Perusahaan (277) 1.224
Afiliasi
Biaya yang Masih Harus Dibayar (7.299) 4.446
Kewajiban Lancar Lainnya 61 44
Kas Diperoleh dari kegiatan Operasi 53.395 95.330 Cash Provided by Operating Activities
Kegiatan Investasi Investing Activities
Aktiva Tetap dan pekerjaan dalam (15.825) (26.437) Capital Expenditures
Pelaksanaan
Hasil Penjualan Aktiva Tetap 729 235 Proceeds from Sale of Property, Plant and
Biaya yang Ditangguhkan (4.371) (13.4730 Equipemnt
Lain-lain (141) (273) Deferred Charges
Other
Kas Dipakai untuk Kegiatan Operasi (19.608) (39.948) Cash Used for Investing Activities

Penambahan Kas Sebelum Kegiatan (33.787) 55.382 Cash Surplus Before Financing Activities
Pembiayaan
Kegiatan Pembiayaan Financing Activities
Pembayaran Dividen (12.402) (62.031) Dividends Paid
Pembayaran Hutang Jangka Panjang (25.000) (25.000) Repayments of Long-Term Debt
Kas Dipakai untuk Kegiatan Pembiayaan (37.402) (87.031) Cash Used for Financing Activities
Kas dan Ekivalen Kas Cash and Cash equivalents
Penurunan Tahun Berjalan (3.615) (31.649) Decrease in Current Year
Saldo pada Awal Tahun 22.992 54.641 Balance at Beginning Year
Saldo Pada Akhir Tahun 19.377 22.992 balance at End of Year
D. Biaya produksi dan biaya angkutan batubara.
Pada Tabel I.7 dapat dilihat contoh biata produksi dan biaya angkutan batubara dari
beberapa perusahaan batubara di Indonesia. Biaya penjualan dan biaya aangkutan
berkisar antara 10-53 %, sisanya adalah biaya produksi, tergantung lokasi geografis dari
tambangnya.

Tabel I.7
Biaya Produksi dan Transportasi Batubara
PTBA – PKP2B 1993/1994
No Perusahaan Produksi Stripping Biaya Operasi
(Juta ratio Biaya produksi Niaya Total
ton/th) (Ton/BCM) penjualan dan
Transportasi
lokal
US$/ton % US$/ton % US$/ton
1 PTBA 7.1 1:7 15.9 59.3 10.4 40.7 26.3
2 PT KPC 7.4 1 : 6.3 25.9 89.3 3.1 10.7 29.0
3 PT Adaro 0.9 1 : 1.5 5.6 47.4 6.2 52.6 11.8
4 PT 3.1 1:4 15.4 87.2 7.5 32.8 22.9
Arutmin
5 PT MHU 1.2 1 : 7.5 18.6 68.3 8.6 31.7 27.2

II. Indikator Manajemen usaha.


A. Kronologis investasi pertambangan di Indonesia (UU No. 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing.
Terdapat PMA di bidang mineral keras nonbatubara (Kontrak Karya) dan di bidang
batubara (PKP2B/ Perjajnian Kontrak Pengusahaaan Pertambangan Batubara).
1. Kontrak Karya.
Pada dasarnya perkembangan KK di Indonesia sejak Generasi I-KK sampai
dengan Generasi VII-KK dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan pokok-pokok
perkembangan tonggak perubahan mendasar sebagai berikut:
-. Pada Generasi I-KK yang bersifat window shopping sehingga isi KK amat
longgar bagi perusahaan dengan adanya tax holiday.
-. Pada Generasi II-KK mulai adanya divestasi saham perusahaan terutama
perusahaan nasional dalam PMA, dan mulai dihilangkannya tax holiday.
-. Pada Generasi III-KK mulai diizinkannya joint venture.
-. Generasi IV-KK adanya keringanan perpajakan khususnya pajak badan,
disamping adanya percepatan dalam depresiasi/amortisasi.
-. Generasi V-VII-KK adanya kelonggaran dalam divestasi atau PMA dapat
menanamkan modalnya 100%, sesuai dengan PP Nomor 20/1994, dan berlanjut
pada generasi VI-KK dan VII-KK. Sejak generasi V-KK mulai dikembangkan
program frontier development/pengembangan wilayah termasuk community
development dan pengembangan sektor hilir (smelter) untuk meningkatkan
perolehan nilai tambah di dalam negeri.
Khusus tentang divestasi pada generasi II-KK maksimum 45 %, selanjutnya
berkembang sejak generasi III-KK sampai yang terakhir pada KK antara
pemerintah RI dan PT Newmont Nusa Tenggara (Generasi IV) pada pasal 24
ayat (2) tentang penawaran saham perusahaan kepada pihak Indonesia: pada
tahap operasi produksi: akhir tahun ke-5 paling sedikit 15%; akhir tahun ke-6
paling sedikit 23%; akhir tahun ke-7 paling sedikit 30%; akhir tahun ke-8 paling
sedikit 37%; akhir tahun ke-9 paling sedikit 44%; dan pada akhir tahun ke-10
paling sedikit 51%. Sedangkan sejak Generasi V-KK mengacu pada PP No 20
Tahun 1994 yang mengijinkan 100% PMA.
Dari tujuh generasi tersebut dihasilkan sekitar 137 buah kontrak karya, ada yang
dalam tahap eksplorasi, yang sedang dan mulai bahkan meningkatkan
produksinya atau memperpanjang KK-nya dan meningkatkan produksi, dan juga
ada yang telah tutup.
2. PKP2B
Faktor-faktor ketentuan dalam PKP2B pada Generasi I-PKP2B sampai dengan
Generasi III-PKP2B (Lampiran II) meliputi : dasar hukum, status KP,
manajemen operasi, prinsipal, bagi hasil, sarana dan prasarana, pajak
perusahaan, divestasi, Indonesianisasi (tenaga kerja), pungutan daerah, initial
cost, advance payment.
Generasi Idan II disebut kontrak kerjasama (KKS, coal cooperation contract)
dan generasi III disebut PKP2B atau coal contract of work (CCOW).
Kebijakan divestasi pada PKP2B pada dasarnya sama dengan pada KK. Namun
royalty sebesar 13,5% ternyata memang mendatangkan pendapatan negara yang
cukup besar dan yang terbesar apabila dibandingkan terhadap sistem royalty di
negara-negara lain di dunia. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan
menurunnya minat para kontraktor ke Indonesia.
Perbedaan antar generasi terutama didasarkan atas dasar Kepres No. 49/1981
(Generasi I-PKP2B), Kepres No 21/1993 (Generasi II-PKP2B), dan Kepres No
75/1996 (Generasi III-PKP2B). Pada dasarnya kontraktor mempunyai kewajiban
keuangan dan wajib membayar secara langsung berdasarkan ketentuan yang
berlaku mengenai : 13,5% hasil produksinya kepada prinsipal, iuran tetap
pertambangan, pajak perseroan atas laba usaha, berbagai pajak dan pungutan
daerah yang telah disetujui Menteri Keuangan, menyetor “witholding tax” atas
bunga, dividen dan royalty atas jasa pihak ke tiga serta pajak penghasilan
karyawan perusahaan, pajak penjualan, bea meterai dan cukai atas tembakau dan
minuman keras. Kontraktor mendapat berbagai fasilitas yang merupakan insentif
di bidang keuangan. Kontraktor dibebaskan dari kewajiban membayar royalty,
karena iuran tersebut telah termasuk dalam 13,5% hasil produksi yang
diserahkan kepada prinsipal.
Penggunaan bagi hasil bagian pemerintah ditetapkan oleh pemerintah c.q.
Menteri Pertambangan dan Energi (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral)
untuk biaya pengembangan batubara, dan program pengawasan KKS/PKP2B
serta pengelolaan lingkungan.
Sebagai catatan pada generasi II-PKP2B memang ditutup untuk PMA dan hanya
khusus diperuntukkan bagi PMDN karena pertimbangan tertentu sesaat.
Dari tiga generasi PKP2B tersebut terdapat 17 PMA, delapan dari generasi I-
PKP2B dalam tahap produksi dan sembilan dari generasi III-PKP2B yang dalam
tahap eksplorasi dari 114 kontraktor yang ada. Dalam 5 tahun terakhir, dari 8
kontraktor PKP2B tersebut memproduksi sekitar 70-80% adri produksi nasional.

3. Perbedaan antara KK dan PKP2B


Sebagai perbandingan , perbedaan antara KK dan PKP2B sekaligus terhadap KP
dari segi dasar hukum, luas wilayah, pemrosesan dan pengesahan, kegiatan
perusahaan sebelum ijinnya disahkan, tahapan dan jangka waktu kegiatan,
serta iuran dan pajak yang dipungut, dapat dilihat pada Lampiran III.

4. Daya tarik utama bagi investasi pertambangan


Hasil survai yang pernah dilakukan terhadap perusahaan pertambangan
internasional di Indonesia mengungkapkan pada awalnya adanya faktor-faktor
yang menjadi daya tarik utama bagi investasi pertambangan adalah sebagai
berikut:
- Right to mine adalah kepastian bahwa investor yang telah melakukan
eksplorasi diberi hak untuk menambang. (berdasarkan pasal 8 ayat (10) UU
No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing).
- Right to expatriate profit adalah hak untuk membawa pulang keuntungan
(mengacu pasal 19 dan pasal 20 UU No 1 Tahun 1967).
- Management control yakni dihormatinya hak untuk pengendalian
manajemen dalam usaha (mengacu pasal 9 dan pasal 26 UU No 1 Tahun
1967).
- Equity control yakni adanya kepastian bahwa hak pemegang saham
dihormati dalam pengambilan keputusan (didasarkan pada pasal 27 UU No 1
Tahun 1967 dan pasal 12 PP No 20 Tahun 1994).
- Ketentuan perpajakan yang ditetapkan sejak semula (didasarkan pasal 1 dan
pasal 2 UU No 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan UU No 1
Tahun 1967).

B. Indikator manajemen usaha.


1. Mempunyai maksimum cash flow (depresiasi dan untung).
a. Pengertian cash flow dapat dilihat pada Gambar 2.1.
b. Depresiasi bagi jaminan keberlanjutan usahanya sepanjang masa
(sustainable enterprising), tidak sekedar hanya mengutamakan variable cost
untuk memperoleh keuntungan yang marginal dengan mengabaikan fixed
cost, yang didalamnya terdapat depresiasi (lihat Gambar 2.2 Kondisi
Perusahaan Beroperasi Terus Pada Total Average Cost).
Kalau manajemen perusahaan kurang efisien, maka sering hanya
memperoleh keuntungan yang marginal. Kalau manajemen cukup efisien
dan dapat menguasai pasar, maka akan memperoleh keuntungan yang
maskimal dan telah memperhitungkan fixed cost. Selanjutnya depreisasi
capital dapat dialokasikan secara efektif, di samping untung yang optimal.
Pada gilirannya perusahaan dijamin memperoleh gains dalam cash flow
yang positif dan perusahaan adalah perusahaan yang sehat dan wajar.
c. Untung (profit) yang mampu dialokasikan baik untuk retained earnings
maupun reinvestasi.

Aliran Kas Dalam Industri Mineral


Pendapatan dari paten, perekayasaan,
Dividen utk pemegang saham R&D dll
Kapital dipinjam R&D

Kontribusi kapital Investasi di luar


Kas
Aliran kas
Perusahaan

Modal kerja Investasi langsung

Perolehan
penjualan
Operasi Masukan operasi

- Penyusutan
- Amortisasi
-Deplesi
- Pengurangan

Pendapatan terpajak

Pajak pendapatan
Untung neto

Gambar 2.1. Aliran Kas Dalam Industri Mineral


Gambar 2.2 Kurva ATC, AVC, MC dan Harga

P
(C)
MC

TAC

TVC

Daerah P ideal

P di daerah ini, produksi terus

P di daerah ini, produksi tutup

2. Mempunyai maksimum net social gains (NSG) – manfaat sosial neto.

a). NSG = Revenue – Cost ± Net external effects (NEE)

Pada hakekatnya terdapat beberapa model yang selalu berkembang sesuai


dengan berkernbangnya waktu dan peubah-peubahnya, untuk mencapai
optimalisasi dan ketelitiannya.
Didefinisikan NSG dari suatu kegiatan ekspor sebagai nilai total dari komoditas-
komoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor sebagai input plus
“net external effects” (NEE).
Untuk suatu pengkajian khusus (case study) dari produksi ekspor, NSG lebih
baik didefinisikan sebagai nilai bersih dari “nilai tukar asing” yang diperoleh
minus nilai dari sumber-sumber dalam negeri yang digunakan untuk
memproduksi ekspor komoditas plus NEE, (Pearson and Cownie, 1974).
Pada hakekatnya kedua definisi tersebut adalah sejajar.
NSG adalah merupakan suatu hasil akumulasi (komposit) dari 3 macam pengaruh
ekonomi, yaitu :
i) “Economic rent”.
Economic rent dikaitkan dengan faktor-faktor kelangkaan dalam produksi,
misalnya sumber alam, tanah atau entrepreneurship.
“Rent” dari kegiatan ekspor diperoleh dari nilai output dikurangi semua biaya
dari faktor-faktor dalam produksi.
ii) Harga-harga pasar untuk input dan output dalam “ekonorni yang sedang
berkembang” seringkali tidak mencerminkan kelangkaan dari faktor-faktor
dan komoditas. Adanya divergensi antara “shadow price” dan harga pasar
menghasilkan suatu kesalahan alokasi dari sumber alam dan suatu kesalahan
di dalam nilai output yang sedang diadakan observasi.
iii) Industri-industri ekspor mempunyai kontribusi secara tak langsung terhadap
NSG kepada pendapatan lokal lewat “linkage effects” dan beberapa
hubungan ekonomi secara tidak langsung yang lain. Linkage effects terjadi
bilamana industri-industri ekspor menaikkan atau menurunkan “keuntungan”
dari industri-industri yang lain sebagai suatu akibat dari hubungan
“intersectoral supply and demand”.
Linkage benefits umumnya dihasilkan dari economies of scale, keuntungan
produktivitas dari penggunaan faktor-faktor yang bawah guna, atau hasil dari
externalities positif untuk sektor-sektor yang lain.
Linkage costs didasarkan dari hasil tidak adanya kesempatan kerja dari
faktor-faktor setempat atau dari suatu externality negatif terhadap sektor lain.
Penilaian dari linkage effects adalah evaluasi ekonomi negara, di mana ini
dapat dibagi dalam dua hal :
Group pertama, meliputi backward linkages, forward linkages dan
technological linkages.
Backward linkages meliputi penggunaan dari input dan barang-barang kapital
yang dihasilkan secara lokal oleh industri setempat, sedangkan forward
linkages meningkat apabila output dari industri ekspor digunakan sebagai
input oleh industri setempat yang lain.
Technological linkages berhubungan dengan berbagai external effects yang
diakibatkan oleh industri ekspor kepada industri-industri yang lain dalam
ekonomi, termasuk berkembang-luasnya suatu teknologi baru atau metoda-
metoda organisasi dan pembangunan infrastruktur.
Pengaruh-pengaruhnya dalam perkembangan ekonomi adalah oleh adanya
pendapatan tambahan, kesempatan kerja dalam industri-industri ekspor.
Group kedua, meliputi fiscal linkages dan final demand linkages.
Fiscal linkages didasarkan pada pembelanjaan dari faktor-faktor pendapatan
yang dibayar oleh industri ekspor. Suatu pengaruh dari final demand linkages
adalah positif, apabila pembelanjaan dari faktor pendapatan meningkat yang
dihasilkan oleh industri ekspor dapat mendorong industri-industri pertanian
dan industri-industri manufaktur lokal.

b) “Domestic Resources Cost” (DRC)


Untuk mengadakan evaluasi terhadap “social benefits and costs” dalam
hubungannya dengan suatu kegiatan ekspor dapat ditilik dari domestic
resource costs.
DRCj = domestic resources costs per unit dari foreign exchange yang
diperoleh (atau ditabung) oleh perusahaan ekspor ke-j.

Apabila DRC adalah lebih kecil daripada shadow price dari foreign
exchange, NSG adalah lebih besar dari nol (positif), dan apabila DRC adalah
lebih besar dari pada shadow price tersebut, maka NSG adalah negatif ini
merupakan hal yang menarik untuk diadakan observasi dalam hubungan
adanya hambatan-hambatan dari suatu pemisalan bahwa DRC untuk
memproduksi satu unit bersih dari nilai tukar asing dalam skala nyata
(deflated).

c) “Net Gain Coefficient” (NGC) (Gambar II.B.2.1).

Ini untuk memperbandingkan beberapa kegiatan ekspor yang berbeda.


NGC adalah sebagai perbandingan dari NSG terhadap output total yang
dinilai pada shadow price dari nilai tukar asing.

NGC menaik maka kontribusi dari kegiatan ekspor menaik dalam


pendapatan nasional.

NGC merupakan produk dari 2 hal, yaitu proposi dari nilai tukar asing yang
tetap tinggal di dalam negeri dan suatu perbandingan yang menunjukkan
efisiensi dari penggunaan sumber domestik.

d) Penyebaran dari pendapatan perorangan dan pendapatan produktif


(occupational) dan hasil dari kesempatan kerja dalam hubungannya dengan
komoditas ekspor.
Masing-masing pengaruh ini tergantung pada pemilihan teknologi yang
digunakan dalam kegiatan ekspor dan biaya relatif yang dibayarkan kepada
faktor yang digunakan dalam industri. Apabila nilai substitusi kecil di antara
faktor-faktor dalam proses produksi, teknologi biasanya adalah lebih
penting daripada harga relatif faktor dalam penyebarannya dari pendapatan
dan tingkat kesempatan kerja. Dari nilai substitusi besar, maka harga relatif
dari faktor-faktor akan lebih menentukan.
Kerangka analitis dari model ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam
observasi terhadap ekonomi negara, asal data yang diperlukan dalam
peubah-peubah penentu tersebut telah tersedia.
Model ini selanjutnya dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas atau
sekelompok komoditas (mineral, pertanian, dan lain-lain) dalam suatu
periode waktu (tahun), dengan memakai suatu tahun sebagai basis
perhitungan (dasar “present value” atau “deflated value”).
Observasi ini dapat dibarengi dengan penilaian nilai ekspor secara
“aggregate analysis” ataupun “disaggregate analysis” terhadap ekonomi
negara.
Lampiran IV.4 Manfaat Sosial Neto Beberapa Perusahaan Pertambangan di Indonesia

Gambar II.B.2.1. Manfaat sosial neto beberapa perusahaan pertambangan


di Indonesia

3. Menjalankan misi community development secara optimum: fisik dan


nonfisik.
a.Kriteria keberhasilan CD adalah partisipasi dan kemandirian masyarakat :
kemausiaan, sosial, ekonomi, lingkungan.
b.Program :
1). Pengembangan kemandirian nonfisik atau sosial ekonomi.
2). Program fisik (sarana dan prasarana usaha) untuk wirausaha yang
menunjang ke arah kemandirian.
c. Konsep tentang Pengembangan masyarakat (community development).
1). Hakekat
Secara hakekat, comdev merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya
yang dilakukan oleh industri, pemerintah terhadap kehidupan komuniti lokal.
Tipologi/ruang lingkup program Comdev berorientasi pada:
a).Community services (pelayanan kepentingan umum/masyarakat).
b).Community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses
yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat).
c).Community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman
melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait).
Kasus salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan:
Cakupan bidang kegiatan yang dilaksanakan dalam program CD pada tahap
awal adalah menciptakan suatu kelembagaan bersama antara perusahaan dan
masyarakat setempat yang mengarah pada bentuk koperasi, kegiatan yang
dilakukan dalam rangka kelembagaan tersebut adalah pembudidayaan ikan
hias, rumput laut, pelatihan kepemimpinan, manajemen dsb; pembangunan
sarana dan prasarana fisik yang sifatnya umum seperti peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan sarana keagamaan, pendidikan, biang kesehatan,
membantu kegiatan olah raga.
Kelompok sasaran utama kegiatan CD di area kerja ialah masyarakat
setempat dengan dasar penetuan adalah bahwa masyarakat tersebut yang
menerima dampak langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoperasian
fasilitas produksi gas di wilayah tersebut. Dalam perjalanan waktu, dan
untuk kegiatan dari sektor tertentu, kelompok sasaran juga mencakup
masyarakat di wilayah lain, bahkan dalam hal tertentu (seperti beasiswa,
olahraga) se wilayah yang lebih besar.
Pedoman Comdev merupakan kegiatan yang dilakukan terencana dan
sistematis diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai
kondisi sosekbud yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebut
diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik.
2).Pola pikir.
Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar
prinsip bottom-up (Gambar 4.1).
Pada dasarnya batasan CD adalah sebagai pembangunan dan pemanfaatan
serangkaian struktur yang berlaku dan berlangsung dalam pemberdayaan
masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri. Prinsip dasar dalam pengembangan masyarakat adalah melibatkan
masyarakat dari sejak awal kegiatan untuk dapat mengenali kebutuhan-

Gambar III.5.1

Gambar II.B.2.1. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan


merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up.
kebutuhan yang nyata dan mewujudkan secara betrsama-sama dengan
berbagai pihak terkait. Suatu kenyataan bahwa masyarakat di sekitar
perusahaan besar sering kali dijumpai mempunyai tingkat kesejahteraan
yang masih rendah, meskipun diakui bahwa perusahaan telah memberi
bantua kepada mereka sekitarnya.
Prinsip dasar program pengembangan masyarakat adalah: (1) consult with
the community members and key stakeholders; (2) build trust between the
company, community members and other stakeholders; (3) clearly define
roles; (4) develop appropriate capacity; (5) mobilize core competencies; (6)
set measurable goals; (7) forge partnership; and (8) plan for sustainable.
Mengenai ruang lingkup CD mencakup upaya peningkatan kualitatif dari
suatu sistem, termasuk peningkatan pemanfaatan sumber daya yang dapat
dipelihara selama-lamanya dengan 2 perspektif pendekatan CD, yakni
ekologi dan keadilan sosial yang dapat dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip
operasional, misalnya pembangunan yang terintegrasi; ketidakadilan
struktural, hak asasi manusia; keberlanjutan; pemberdayaan; kepemilikan
masyarakat; kepercayaan diri; tanpa kekerasan; konsensus; kerjasama;
partisipasi; pendefinisian kebutuhan; keinklusifan; kebutuhan proses; proses
dan hasil; bangunan masyarakat; jenis keahlian lainnya; pengembangan
organisasi; tahapan pembangunan; tujuan jangka pendek dan visi akhir;
kebebasan dari negara; serta hak personal dan politik.
Dalam konteks pembangunan di sektor pertambangan, para ahli mencoba
menterjemahkan program CD dalam indikator kerakyatan yang dapat
ditelusuri dari beberapa hal, yaitu: pembangunan masyarakat, fisik, sosial,
ekonomi, lingkungan, budaya dan aspek legal yang sesuai dengan kondisi
sekarang di lapangan , program perusahaan, dan keinginan masyarakat
sekitar.
Sebagai ukuran dasar kerakyatan, kegiatan CD suatu perusahaan tambang
harus mencakup beberapa aspek penting, yakni:
- Hubungan perusahaan dan rakyat dalam suatu program CD, dengan
indikator- indikatornya : program CD memiliki konsep yang jelas, bagian
khusus yang memiliki full-time staff yang dapat bekerjasama dengan para
stakeholders terutama pemda dan masyarakat setempat, cakupan program
yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, kesinambungan waktu,
dan proses perencanaan.
- Aspek fisik (physical infrastructure capacity building), dengan indikator:
keberadaan pembangunan infratsruktur yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat antara lain ekonomi, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian;
distribusi pembangunan dari sisi geografis dan sektoral; pelaku dan
penyandang dana fungsi pemeliharaan, serta ketersediaan sarana misalnya
air bersih.
- Aspek sosial, dengan indikator: penggunaan tenaga kerja lokal (jumlah
dan kualitas); lapangan kerja pada masa konstruksi dan masa produksi;
peningkatan ketrampilan; dan perencanaan yang partisipatif. Aspek sosial ini
meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, olahraga dan kesenian.
- Aspek ekonomi, dengan indikator: hubungan perusahaan dan ekonomi
masyarakat setempat secara backward, forward, final demand, dan
technological lingkages; bantuan teknis berupa permodalan, bantuan
manajemen, pengembangan institusi ekonomi masyarakat setempat,
teknologi dan pemasaran.
- Aspek lingkungan (fisik) yang mencakup dua hal, yaitu: program
rehabilitasi lahan dan sumber alam, serta adanya peningkatan keamanan
pangan.
- Aspek budaya dan legalitas dengan indikator: regulasi penguasaan tanah;
aspek legal tentang pendatang dan perlindungan masyarakat setempat;
pembedayaan wanita; masalah lingkungan (keberlanutan sumber daya alam);
jaminan sosial ekonomi pasca pertambangan.
- Hubungan antara perusahaan dan pemda, dengan indikator: keterkaitan
program CD dengan rencana pembangunan daerah; porsi dana dari
perusahaan bagi pembangunan daerah; pola kemitraan di antara keduanya
dalam program CD; kemudahan partisipasi bagi LSM dalam pelaksanaan
program CD.
Di dalam industri pertambangan kegiatan CD tersebut merupakan investasi
sosial dalam upaya meningkatkan kinerja produksi perusahaan tambang,
karena dapat menghilangkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat
serta menjamin kelangsungan kegiatan usahanya, bahkan kalau mungkin
masyarakat dapat merasakan dan ikut “memiliki” perusahaan. Kegiatan CD
sebagai inti dari corporate social responsibility, bahwa manajemen
perusahaan tambang mempunyai kewajiban moral untuk membantu
kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dalam dimensi pemberdayaan masyarakat, peran perusahaan tambang
selain sebagi fasilitator juga berfungsi sebagai penggerak mula untuk
mempercepat peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat menuju
masyarakat yang memiliki kemandirian. Agar proses tersebut dapat optimal,
maka peran tersebut harus merupakan bagian integral dari kegiatan
pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemda, terutama dalam
mengembangkan potensi wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Hal ini penting mengingat tuntutan masyarakat dalam era reformasi
mengalami peningkatan.
Para manajer korporat telah menyadari bahwa secara umum perusahaan
merupakan “servant of community”, perusahaan bukanlah apa-apa tanpa
adanya masyarakat. Perusahaan harus tidak hanya berpikir untuk
keuntungannya belaka, tetapi harus berwawasan lebih luas untuk dengan
sungguh-sungguh menunjang pertumbuhan ekonomi negara dan daerah di
mana mereka berbisnis.
3).Ruang lingkup.
Ruang lingkup studi tentang CD dapat meliputi:
- Inventarisasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
berdasarkan beberapa instrumen, antara lain: wadah organisasi/lembaga,
program, anggaran, target group, dan lain-lain.
- Identifikasi dan analisis terhadap karakteristik/kekhasan masyarakat,
antara lain: skala manusiawi, identitas dan pemilikan, kewajiban, nilai-nilai
pewarisan, budaya, nilai-nilai kedaerahan.
- Identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor keberhasilan
pembangunan yang meliput: alternatif pembangunan, bebas dari tekanan,
dan pembangunan dari bawah.
- Identifikasi dan analisis terhadap keterkaitan dan manfaat usaha
pertambangan terhadap daerah. Nilai manfaat ini sering disebut nilai
manfaat sosial (net social gain) yaitu nilai perolehan total perusahaan
dikurangi faktor masukan dan intermedier ditambah efek eksternal neto.
- Identifikasi dan analisis terhadap potensi wilayah yang dapat mendukung
kegiatan usaha pertambangan dengan menyertakan partisipasi masyarakat.
- Merumuskan dan menyusun program CD yang standar bagi perusahaan
pertambangan dengan memperhatikan kekhasan daerah dan masyarakat
setempat.
a).Upaya.
Perusahaan dituntut melakukan upaya-upaya sebagi berikut:
- Membina dan mengembangkan hubungan secara harmonis dengan
mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, solidaritas fan penghargaan
serta martabat manusia;
- Meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi tentang kegiatan
perencanaan, pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya mineral untuk
kepentingan msyarakat.
- Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sekitar tambang
agar mereka lebih mandiri, meiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar global.
- Meningkatkan upaya pelestarian alam secara optimal dan pemanfaatan
kekayaannya secara proporsional menghadapi pasca tambang dalam rangka
transformasi struktural sosial ekonomi.
- Meningkatkan suasana kondusif bagi pengembangan dunia usaha,
koperasi, pengusaha kecil, dan lembaga ekonomi kerakyatan untuk
kemaslahatan masyarakat.
- Menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam
upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat.
- Meningkatkan suasana kehidupan masyarakat yang lebih maju melalui
penataan lingkungan yang lebih manusiawi.
- Membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis dan bermakna
dengan pemda dan lembaga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
- Membina rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat
setempat terhada perusahaan.
b).Keluaran solusi.
- Mendorong kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat terutama di
sekitar lokasi kerja perusahaan, sekaligus menyiapkan mereka dalam proses
transformasi struktural pasca tambang dari kehidupan berdasarkan ekonomi
pertambangan ke ekonomi non-pertambangan.
- Pemerataan pembangunan.
- Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja.
- Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
- Tercipta kondisi hubungan kehidupan yang harmonis, mutualistis dan
sinergis antara masyarakat setempat dengan perusahaan.
d. Peran Sektor ESDM
1).Pada tahun 2001, kontribusi pada APBN 36%, PDB 13,76%.
2).Multiplier effect : comdev melalui pembanungan sarana, prasarana,
ekonomi rakyat, pengembangan SDM serta sumberdaya yang lain..
3).Mengupayakan terciptanya pembangunan pertambangan berkelanjutan.
Berkelanjutan, apabila:
= Memperhatikan misi lingkungan.
= Memiliki tanggung jawab sosial.
= Konsep bangjut terimplementasi dalam kebijakan tingkat masyarakat,
industri maupun pemerintah.
= Program bangjut memiliki ketersediaan dana cukup dan mempunyai nilai
keuntungan.
e. Kaitan Comdev dan kepentingan mikro dan makro ekonomi
1). Alasan perusahaan melakukan Comdev (Bangmas):
- Mendapatkan izin lokal.
- Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam kerangka bangjut
secara keseluruhan (holistik) bagi swasta, pemerintah dan masyarakat.
Keberlanjutan mengarah pada keberlanjutan manusia (human), sosial
(social), ekonomi (economic), dan lingkungan (environment).
- Bagian dari pembentukan reputasi korporat melalui corporate social
responsibility (CSR). CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam ekonomi pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti
setempat dan masyarakat keseluturuhan dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan.
- Menciptakan akses pasar yang lebih luas.
CD merupakan tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban semua
stakeholder yang terlibat (perusahaan, pemerintah dan masyarakat).
2).Comdev penting bagi korporat.
a).Untuk mendapatkan izin lokal (beradaptasi dan harmonisasi kegiatan
usaha dengan komuniti lokal).
b).Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam pengembangan
kemandirian masyarakat.
c).Potensi meningkatkan nilai usaha terhadap perusahaan dalam
hubungannya dengan good corporate governance, sebagai cara untuk
memenuhi sasaran usaha.
3).Manfaat program comdev dari mikro ke makro:
a).Mengurangi tingkat resiko.
b).Membentuk reputasi korporat.
c).Membangun modal sosial (kualitas SDM).
d).Mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya lokal).
e).Menambah pendapatan/keuntungan.
f).Meningkatkan akses ke pasar.
f.Manajemen program dan pemecahan masalah.
1).Prinsip dasar siklus pengelolaan program (project management): partisipasi,
tranparansi dan akuntabilitas , dengan kegiatan identifikasi, monitoring dan
evaluasi:
2).Perencanaan terdiri dari kegiatan:
a). Identifikasi lingsos.
b). Identifikasi program.
c). Pembuatan proposal.
*Hasil identifikasi digulirkan ke stakeholder anggota masyarakat.
*Diutamakan proposal dari komuniti lokal.
*Tim penilai beranggotakan komuniti lokal, pendatang, korporat, pemerintah
daerah dan LSM.
Kasus di sebuah perusahaan pertambangan:
Menyadari bahwa konsep ideal perencanaan program bangmas adalah
perencanaan berperanserta (participatory planning), maka dalam
penyusunan perencanaan program tersebut, perusahaan berupaya
menempuh proses sebagaimana dapat disimak berdasar pada diakronis
kegiatan yang dapat dipaparkan sbb:
*Diadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat lokal dengan
konsultan untuk mencari masukan guna membuat model bangmas.
*Penyerahan konsep proposal bangmas oleh konsultan, dievaluasi dan
disetujui.
*Proposal dipresentasikan ke kantor pusat dan Pemda Tk II.
*Pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana fisik.
Implementasi:
*Keterkaitan aktivitas usaha jasa penunjang dengan CD.
*Memaksimalkan TK lokal, dengan cara:
#Pengupahan tenaga lokal bagi seluruh jenis pekerjaan yang tersedia.
#Pelatihan tenaga lokal dengan kerjasama dengan pemerintah daerah.
#Pengembangan tenaga lokal melalui pelatihan kemampuan manajerial.
Menggunakan TkK lokal dalam program CD mempernudah analisis
kebutuhan bagi kemuniti lokal karena mempunyai kesamaan pandangan
kebudayaan.
*Memakai subkontraktor lokal.
*Menjalin usaha dengan komuniti pendatang.
*Memaksimalkan keuntungan dari infrastruktur.
*Mengintegrasikan kepedulian CD ke dalam proses pengembilan keputusan
usaha.
*Melakukan kemitraan dan kerjasama dalam usaha CD.
d). Penilaian proposal.
e). Persetujuan proposal.
2). Identifikasi lingsos dan identifikasi program:
a). Identifikasi lingsos.
i. Pemetaan sosial.
ii. Identifikasi pranata sosial komuniti lokal dan komuniti pendatang.
Pranatan sosial atau institusi sosial adalah sistem antar hubungan norma
dan peranan yang diadakan dan dilakukan guna pemenuhan lebutuhan
yang dianggap penting oleh masyarakat, atau aktivitas khusus masyarakat.
Norma dalam institusi sosial datangnya dari nilai budaya.
iii.Identifikasi pola interaksi komuniti lokal dan komuniti pendatang.
iv.Identifikasi kebudayaan komuniti lokal dan pendatang.
v.Identifikasi peesaingan, konflik, dan kerjasama sosial.
b). Identifikasi prgram yang akan diterapkan.
*Skala prioritas program.
*Jaringan sosial antar unit produksi dan jasa penunjang.
*Penyelarasan kebutuhan korporat dan masyarakat.
*Kabutuhan tenaga kerja.
*Perekrutan tenaga kerja.
c). Perancangan program:
=Tujuan program harus mencakup kebutuhan komuniti lokal dan
pendatang.
=Aktivitas apa yang akan dilakukan.
=Hasil yang diharapkan.
=Sumber daya yang akan digunakan.
d). Penilaian program:
=Pagu dana yang disesuaikan antara kebutuhan dan dan ketersediaan.
=Keterkaitan usulan program dan tema program dengan kebutuhan
masyarakat yang disepakati..
=Keterwakilan pelibatan masyarakat dalam tim penilai.
e). Diskusi tim CD dengan unsur stakeholder.
f). Persetujuan program dengan pertimbangan:
= Apakah program dapat mengurangi kemiskinan.
=Asal proposal dari komuniti asli/pendatang.
=Aktivitasberdasar pada asa partisipasi.
=Program bersifat adhoc/sementara atau terputus.
g). Pelaksanaan program:
=Bentuk kerjasama dalam pengembangan masyarakat lokal.
=Rekanan yang terlibat; NGO, CBO, pemerintah, pemda, kepolisian.
Mengintegrasikan kepedulian terhadap perbedaan sosial budaya antara
perusahaan dan komuniti lokal diperlukan dalam keputusan usaha utnuk
keberlanjutan aktivitas perusahaan.
Kinerja organisasi yang dapat diajak bekerjasama:
*Mempunyai kemampuan CD.
*Memiliki pengetahuan tentang komuniti lokal.
*Kredibilitas.
*Manajemen keuangan yang transparan.
Pemilihan NGO sebagai jaringan sosial dengan perusahaan hendaknya
disesuaikan dengan model kebutuhan yang diperlukan bagi korporat dan
komuniti lokal.
Kasus pada sebuah industri pertambangan:
*Kegiatan dari pelaksanaan program CD di bidang pertambangan pada
dasarnya bersandar pada rentang waktu untuk perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program sampai berakhirnya perusahaan di daerah tersebut.
Sedangkan organisasi pelaksana program CD berada pada intern
perusahaan yang pada dasarnya bekerjasama dengan berbagai pihak, di
antaranya: pemerintah setempat (kabupaten, kecamatan, desa) perguruan
tinggi, dinas teknis (kesehatan, perikanan, perhutani),
kontraktor/konsultan lingkungan.
*Kelompok sasaran kegiatan program CD adalah masyarakat desa yang
menerima dampak langsung dari adanya kegiatan perusahaan. Sedangkan
hasil yang diharapkan dari adanya program CD sampai sekarang belum
menampakkan hasil yaitu kemandirian masyarakat. Sampai sekarang
masyarakat hanya mampu menerima saja dan belum mampu untuk
mengembangkan apa saja yang sudah dibangun secara bersama.
h). Pemantauan program.
Monitoring program lebih baik dilakukan oleh komuniti lokal dengan
sudut pandang keberhasilan berdasar pada kebudayaan komuniti lokal
yang bersangkutan.
i). Evaluasi.
f. Kategori Comdev dan kasus
1).Comdev dan tipologi wilayah kerja industri ESDM, ada 3 kategori:
- Diaspora, dengan titik-titik pengusahaan menyebar.
- Spot, areal pertambangan yang terkonsentrasi pada satu tempat.
- Linear, suatu bentuk wulayah dampak yang disebabkan adanya kegiatan
proyek yang mencakup beberapa wilayah.
2).Kasus
CD dan pola kehidupan komuniti.
-Berburu meramu.
-Berladang berpindah atau ladang bakar.
-Pastoral.
-Sistem pertanian tanpa irigasi.
-Masyarakat dengan sistem mata pencaharian bertani menetap dengan
irigasi.
-Masyarakat industri dengan sistem perdagangan jasa dan barang sebagai
mata pencaharian pokoknya.
g. Keterkaitan stakeholder.
-Langkah korporat:
-Langkah pemerintah.
-Langkah komuniti.
h. Peranan Humas perusahaan
1).Humas bukan sekedar sebagai ”terompet bisnis” perusahaan tetapi harus
mampu sebagai completed staff work bagi pimpinan perusahaan dalam
berkomunikasi untuk mengupulkan/mencari indikator dan mengukur tingkat
keberhasilan program Comdev. Selanjut temuannya harus makin meperbaiki
citra hubungan harmonis antara perusahaan dan komuniti setempat dalam
menykseskan program CD-nya.
Pengetahuan tersebut diturunkan dari konsep partisipasi (program CD) dan
keberlanjutan (strategi program untuk menunjang kemandirian komuniti dari
sisi human, sosial, lingkungan dan ekonomi).
Partisipasi: pasif, respon, konsultasi, pemberian materi, fungsional,
interaktif, mobilisasi diri.
Keberlanjutan: kemanusiaan (human sustainability), sosial (social
sustainability), lingkungan (environment sustainability), ekonomi (economic
sustainability).
Tujuh tingkatan partisipasi merupakan ukuran keberhasilan dari suatu
program yang disesuaikan dengan rencana dan sasaran program dan juga
dipakai sebagai patokan keberhasilan dengan mengacu pada bentuk
partisipasi dalam identifikasi sosial.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan multietnik dan
multiculture. Di mana kebudayaan yang berlaku mengacu pada bentuk
kebudayaan nasional. Suku bangsa dan umum lokal yang kemunculannya
pada konteks tertentu pada masyarakat yang sama.
Aturan perusahaan/pemerintah akan dipahami dan diinterpretasi oleh
komuniti lokal dengan memakai kebudayaan yang dipunyai, sehingga
perwujudannya akan berbeda satu sama lain.
Pemahaman partisipasi antar masing-masing komuniti dan kebudayaan akan
berde-beda satu sama lain.
2). Pembangunan menimbulkan transformasi progresif pada ekonomi dan
masyarakat.
Elemen-elemen keberlanjutan menjadi penting:
- Ketersediaan dana.
- Misi lingkungan.
- Tanggungjawab sosial
- Implementasi dalam kebijakan.
*Nilai keuntungan.
- Keuntungan dari sustainability:
*Mengurangi biaya.
*Menambah keuntungan.
*Mengurangi resiko.
*Membentuk reputasi.
*Menciptakan modal sosial.
*Menciptakan akses pasar.
Empat komponen keberlanjutan:
*Keberlajutan di bidang manusia, kualitas individu meningkat
(pendidikan, kesehatan, ketrampilan, pengetahuan dan akses terhadap
modal manusia).
*Keberlanjutan di bidang sosial, ketahanan pranata sosial, modal sosial.
*Keberlanjutan di bidang lingkungan hidup, kemampuan menjaga
kestabilan modal lingkungan hidup.
*Keberlanjutan di bidang ekonomi, penggunaan modal ekonomi secara
efisien.
3). Partisipasi diukur dengan:
a). Internal (sisi korporat).
• Kebijakan perusahaan tentang CD.
• Institusionalisasi kebiakan dalam organisasi.
• Program CD dan lokasi biaya.
• Kinerja atau output yang dihasilkan program.
b). Eksternal (sisi pemerintah dan komuniti).
*Tingkat partisipasi program (rencana-implementasi, monitoring dan
evaluasi).
*Tingkat kemandirian masyarakat.
*Keberlanjutan dari program.
i. Langkah ke depan
1).Masyarakat Indonesia yang multikultur akan menciptakan suatu peluang
dan tantangan yang harus dilakukan oleh CD:
• Sebagai penghubung antara rakyat, pemerintah dan swasta.
• Perekat industri dan masyarakat sebagai elemen yang terlibat langsung
atau tidak langsung.
2).Faktor kunci kepedulian industri terhadap masalah sosial:
*Melakukan assessment.
*Mengadaptasikan program.
*Memastikan keberlajutan.
*Menghargai kesetaraan.
*Mengembangkan kesadaran pengelolaan isu sosial.
3).Langkah industri dalam mengintegrasikan kepedulian sosial:
*Kepekaan terhadap masalah sosial.
*Penilaian cermat terhadap resiko sosial.
*Tanggap terhadap perubahan.
*Proses industri dipengaruhi perkembangan masyarakat.
*Membangun kemitraan semua pihak.
*Membuat mekanisme hubungan antar stakeholder.
*Mengevaluasi efektivitas dan ivestasi sosial.
4).CD dalam lingkup pertambangan dapat berperan sebagai komunikator
sekaligus sebagai katalisator yang merupakan jembatan antara industri dan
komuniti yang ada di sekitarnya.
Percampuran dan adaptasi sosial budaya terjadi di masyarakat antara
komuniti lokal, pendatang, industri, dan pemerintah.
CD sebagai alat untuk transformasi sosial, budaya, ekonomi, teknologi
masing-masing komuniti.
-Melalui audit sosial (sistematis, reguler, objektif dengan orientasi masa
mendatang).
Audit sosial merupakan perangkat untuk menilai suatu program yang
sudah berjalan di masyarakat apakah program yang bersangkutan sesuai
dengan sasaran yang telah direncanakan yaitu peningkatan pola hidup
komuniti lokal.
-Observasi partisipasi atau partisipatori merupakan metode yang yang tepat
untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan (needs)
anggota masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri.
5).Industri tidak lagi hanya mewujudkan citranya melalui kampanye atau
public relation tetapi harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada
kepentingan publik. Pengusahaan yang akuntabel akan memperhatikan
CSR semaksimal mungkin dalam kerangka mewujudkan good corporate
governance.
Issu Johannesburg 2002, sektor industri ESDM:
-Sumber daya yang tidak terbaharui.
-Eliminasi dampak sosial negatif.
-Kemandirian melalui kemitraan masyarakat lokal.
Tujuan CD adalah empowerment.
6).UU Program Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2000, khusus ESDM:
-Prioritas kepada usaha yang mendukung CD.
-Pembangunan daerah perwujudan Otda.
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berisikan kewajiban
industri ekstraksi untuk:
-Menerapkan CD.
-Perlindungan komuniti lokal.
-Kemitraan antar stakeholder.
7). Program CD:
-Bukan peredam konflik.
-Tidak menomorduakan komuniti lokal.
-Bukan pajangan semata.
Tetapi sebagai elemen utama dalam menjaga stabilitas usaha/investasi.
8).Kerangka berpikir untuk CD memakai pemahaman masyarakat dari sudut
masyarakat itu sendiri dan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh).
9).CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat/komuniti yang dilakukan
secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat gunamencapai kondisi sosial, ekonomi budaya dan kualitas
kehidupan yang lebih baik.
Hakekat CD: proses adaptasi sosial budaya, orientasi kepada kemandirian
, strategi komuniti untuk kehidupan setelah kegiatan pertambangan
selesai.
10).Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ann, 1998; Worl Business Council
for Sustainable Development, 2002).
Kasus perusahaan jasa penunjang yang berkaitan dengan industri ESDM,
salah satu programnya adalah: mendidik beberapa tenaga kerja lokal yang
masih baru untuk dapat berperan dalam perusahaan di mana mereka bekerja.
Menciptakan kemandirian dengan cara mengenalkan kepada anak didik ke
daerah lain di Indonesia yang menggunakan teknologi serupa, sehingga
usaha ini bertujuan menuju ke arah kemandirian dan usaha untuk
meningkatkan etos kerja bagi anak didik.
Tujuan lain dari pendidikan ini adalah selain menjadi izin lokal bagi
perusahaan tersebut juga mengefisienkan biaya operasi dengan
menggunakan sumber daya lokal.
Kebudayaan adalah seperangkat nilai, aturan, pengetahuan dan norma yang
dipunyai oleh manusia yang dipakai untuk memahami lingkungannya dan
dipakai untuk mendorong terwujudnya tingkah laku (Suparlan, 2002).
j. Penutup
1).Tanpa good corporate governance tidak mungkin tercipta CSR.
Demokrasi menyangkut:
*Kepedulian dalam kepentingan dan pemilikan publik.
*Penciptaan struktur yang peduli terhadap pengambila keputusan, aspirasi dan
akuntabilitas.
Korporat tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan stakeholder
dalam pengelolaan lingkungan yang ada, baik komuniti sekitar sebagai
lingkungan sosial, juga sumber daya alam yang tak terbarukan. Sehingga
korporat harus memperlakukan ke semua lingkungan tersebut secara
seimbang dan berfungsi satu sama lain sebagai sebuah sistem.
2).Langkah pemerintah dalam sustainable development:
*Pemberian aturan administtrasi dan prosedur monitoring dalam kaitannya
dengan lingkungan dan persetujuan sosial.
*Melakukan kegiatan praktis berkenaan dengan lingkungan dan pengkajian
sosial. Jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses.
*Menjamin adanya monitoring dengan melalui jasa komuniti.
*Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan di dalam fiskal dan
kebijakan desentralisasi.
*Menyiapkan jasa dalam penutupan tambang dan memonitor kagiatan
penutupan tambang.
3).Langkah komuniti dalam sustainable development:
*Belajar tentang tambang, menyiapkan usulan apabila diperlukan.
*Mengorganisasikan anggota dan menciptakan konsensus.
Membangun mekanisasi untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik.
Membangun kepemimpinan dan kapasitas komuniti.
Menghindari ketergantungan.
Membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek.
Membangun pendekatan regional dengan komuniti lain.
*Persiapan menghadapi situasi penutupan proyek.
Memonitor rehabilitasi tambang, membersihkan aset yang tidak berguna.
Membangun jasa pasca konstruksi perusahaan.
4).Uraian ini bersifat adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat
sehingga senantiasa mengalami pergeseran dan merupakan substansi yang
dinamis.
4. Menjalankan program pengembangan wilayah: jangka pendek, menengah
dan panjang, dalam rangka membantu Pemerintah.
a. Menyiapkan program rencana penutupan tambang (SK MESDM No.
1211/1995): penutupan tambang, likuidasi aset perusahaan, rehabilitasi lahan
pasca tambang, dll.
b. Menjalankan program pengembangan fisik: sarana/prasarana daerah, tata
ruang, lingkungan fisik.
c. Menjalankan program pengembangan nonfisik: ekonomi sosial
wilayah/daerah, modernisasi daerah, CD, menjalankan program pemerintah
untuk kepentingan daerah dan nasional.
Ilmu regional (pengembangan wilayah) dapat diberi batasan-batasan seperti
berikut:
a). Suatu studi tentang masalah atau sifat laku sosial, ekonomi, politik, dalam
suatu dimensi ruang;
b). Ilmu ekonomi yang diterapkan mengait dengan ilmu sosial-budaya, politik
dan lingkungan dalam dimensi waktu dan ruang dalam upaya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi-sosial yang merata;
c). Ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah dalam suatu sistem, yang
mencakup hubungan ruang (ecosystem) dan manusia dengan segenap
kegiatannya (social system), serta kaitannya dalam membentuk suatu kesatuan
yang lebih luas guna pengembangannya termasuk kelestarian dari wilayah
tersebut.
Secara sederhana pengembangan regional (wilayah) dapat digambarkan
sebagai proses pada Gambar II.B.4.1.
Pengembangan regional dalam arti pembangunan ekonomi regional merupakan
bagian dari masalah pemerataan (pembangunan) ekonomi.Dengan demikian
sasaran pengembangan regional adalah untuk menciptakan keseimbangan
kemajuan ekonomi antara daerah (atau wilayah) yang satu dengan yang lain.
Dengan kata lain, pengembangan regional adalah untuk mencegah sejauh mungkin
kesenjangan kemajuan ekonomi antardaerah. Dan pada kenyataannya,
kesenjangan atau ketidakseimbangan ekonomi-sosial tersebut terdapat di dalam
antardaerah di Indonesia.
Pembangunan regional berkelanjutan terdiri dari kata-kata: pembangunan yang
berarti suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan dan pertumbuhan, regional
yang berarti skala wilayah atau daerah, dan berkelanjutan yang berarti efisien*),
terjadi pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan serta berwawasan
lingkungan. Pada hakekatnya, pembangunan regional berkelanjutan adalah
kegiatan yang menciptakan perubahan dan pertumbuhan pada skala wilayah
secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup,
untuk mencapai tujuan.
Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum
ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan
sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, J.T, 1986). Wilayah (region) dalam
pengertian geografi, merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau
homogen, atau seragam, dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta
kebudayaan yang serba sama yang mempnuyai ciri yang khas, sehingga wilayah
tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain. Wilayah geografi dapat
mengandung wilayah geologi, wilayah tubuh tanah, wilayah vegetasi, wilayah
bahasa, wilayah ekonomi, wilayah sejarah dan sebagainya. Ada dua macam
pengertian wilayah, yaitu pengertian internasional (dapat meliputi beberapa negara
yang mempunyau kesatuan alam dan kesatuan manusia), dan pengertian nasional
(merupakan sebagian dari negara tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam
dan kesatuan manusia.
Dalam hal ini misalnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan bahan galian,
kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi
pendayagunaan/pernanfaatan bahan galian industri dimaksudkan sebagai tolok
ukur kelulusan dan segi nonfisik bagi kelangsungan suatu usaha
penambangan/pengolahan bahan galian tersebut dalam hubungannya dengan
program pengembangan wilayah di daerah. Kriteria nonfisik perlu dipadukan
dengan kriteria fisik. Kedua kriteria fisik dan nonfisik tersebut diperlukan dalam
penilaian bagi suatu hasil atau suatu rencana hasil pendayagunaan/pemanfaatan
sumber daya alam dalam proses pengembangan regional (wilayah). Dalam hal ini
bahan galian industri merupakan bahan galian yang mempunyai penting dalam
pengembangan wilayah (regional).
Beberapa kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi
pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya mineral industri untuk menunjang
usaha pemerataan, yaitu:
(1) Mendukung peningkatan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan
ekonomi antardaerah.
Pengembangan sumber daya mineral di daerah diharapkan mampu menunjang dan
merangsang pembangunan regional dalam hal meningkatkan keterkaitan
antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah dengan menghasilkan
komoditas-komoditas yang mempunyai nilai tambah setinggi-tingginya.
(2) Mendukung pembangunan di daerah yang mencakup
(a) Meningkatkan pembangunan daerah berpendapatan rendah atau daerah
terbelakang.
(b) Meningkatkan pemanfaatan setempat yang setinggi-tingginya di daerah
antara lain dalam hal penciptaan kesempatan kerja setempat, peningkatan
pendapatan per kepala, peningkatan kemampuan kewiraswastaan
(keterampilan berusaha) dan produktivitas.
(c) Menunjang usaha dalam memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi antar
daerah, di samping juga meningkatkan pembangunan daerah terpencil, antara
lain penciptaan pola transmigrasi pertambangan ke daerah-daerah potensial
sumber daya mineral di luar Jambal (Jawa-Madura-Bali).
(d) Menunjang penciptaan dampak positif yang lain secara tidak langsung bagi
pengembangan wilayah misalnya:
i) Kemudahan keterdapatan dan pertukaran faktor-faktor masukan antar daerah
untuk peningkatan usaha ekonomi antara lain:
-tenaga kerja terampil yaitu para transmigrasi sebagai penambang secara
alamiah di daerah asalnya.
-modal dan teknologi yang dibawa oleh (dan) para transmigran penambang
alami secara swakarsa.
-informasi tentang adanya pasaran komoditas mineral di daerah setempat dan
daerah lain.
ii) Modernisasi daerah dalam hal ini:
-penciptaan prasarana memudahkan komunikasi antardaerah;
-keorganisasian usaha yang meningkatkan kemampuan masyarakat setempat
dalam pengelolaan usaha secara terorganisasi;
-sikap mental dan cara hidup masyarakat setempat dalam usaha secara lebih
maju.
iii) Kemandirian daerah dalam hal swadaya usaha. Contohnya: suatu masyarakat
daerah yang ingin membangun rumahnya dengan tembok maka mereka
mampu membuat bata sendiri.
3) Menunjang usaha pelestarian lingkungan nonfisik, antara lain bahwa dengan
timbulnya kegiatan pertambangan di daerah turut mengembangkan tingkat
sosial-ekonomi dengan turut meningkatkan kemantapan misalnya dalam segi
pendidikan dan kesehatan dalam rangka pengembangan masyarakat di
daerah.
Dengan adanya usaha tambang di suatu daerah tidak diharapkan adanya
pengaruh-pengaruh budaya negatif terhadap budaya masyarakat setempat,
tetapi justru diharapkan menunjang kelestarian budaya setempat.
4) Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan misi
strategis dalam rangka menunjang antara lain kestabilan politik. Adanya
suatu kebijaksanaan pemerintah untuk membuka tambang di suatu daerah
dengan tujuan antardaerah tersebut mulai berperan serta dalam
pembangunan. Pada dasarnya, pedoman kriteria penilaian aspek sosial-
ekonomi dalam pengembangan sumber daya mineral industri tersebut
merupakan salah satu sarana penyaringan sekaligus pendukung optimalisasi
pemanfaatan sumber daya mineral secara efisien dan rasional bagi
pengembangan daerah melalui tata ruang kesepakatan.
Gambar II.B.4.1
Proses Pengembangan Regional (Wilayah)

Masukan Proses Pengalihan Keluaran Kriteria Penilaian

Re - Evaluasi

Sumber Daya Alam Prasarana Prasarana dan Sarana


- Terbarukan Sarana dan Tata Ruang
- Tak Terbarukan Lingkungan Lingkungan Hidup (Fisik)
(Mineral) Fisik

Sumber Daya Manusia


Pengembangan
- Bekerja Regional Terpadu & Seimbang 1. Mendukung Keterkaitan Ekonomi
- Belum Bekerja antarsektor di daerah dan
Keterkaitan antardaerah
Sumber Daya Penunjang Misi: Pemerataan Sosial-Ekonomi 2. Mendukung Pembangunan di
Modal daerah:
Kebijaksanaan - Pembangunan daerah ber
Kelembagaan pendapatan rendah/terbelakang
Prasarana Lain - Kemanfaatan setempat di daerah
Antara lain: kesempatan kerja
- Memperkecil kesenjangan sosial
ekonomi antardaerah
- Meningkatakan swadaya usaha
dan kemajuan masyarakat.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi
4. Memenuhi penugasan Pemerintah
Pusat / Daera
5. Menjalankan kewajiban dan loyal terhadap pemerintah dengan baik:
pemerintah tempat berusaha dan pemerintah asalnya.
a.Membayar segenap kewajiban pajak dan kewajiban keuangan perusahaan
pertambangan.
1). Iuran tetap (Dead rent):US$ 0.025 – 3 /ha.
2).Iuran produksi/eksploitasi (royalty).
a). Konsentrat (Cu + Au)
i. CR Cu = [(P x ACP) – SRFS]] x PCT.
PCT → s.d US$ 0,9 → 1,5
→ s.l.d. US$ 1,1 → 3,5
→ US$ 0,9 – 1,1 → 1,5 + (ACP – 90)/10
ii. CR (Au/Ag) = 1% harga jual.
(Royalti Cu:1,5% jika harga Cu di bawah US$ 0,90/lb
3,5% jika harga Cu di atas US$ 1,10/lb
Jika harga antara US$ 0,90 s.
/d US$ 1,1, rumusnya:
% = 1,50 + (Harga Cu -90)/10.)
b). Mineral
i. US$ 0,001 – 0,15/kg (7 mineral a.l.: besi, air raksa).
ii. US$0,10 – 50/ton (16 mineral: batu gamping, yodium).
iii. 4% - 10% harga jual (4 mineral/batu berharga).
3.).PPH Badan
a. 15%, PKP, s.l.k. Rp 10 juta.
b. 25%, PKP, l.b. Rp 10 juta – s.l.k. Rp 50 juta.
c. 30%, PKP, l.b. Rp 50 juta.
4). PPH karyawan pasal 21, 26 UU No. 7Tahun 1983).
5). PPH bunga, dividen, sewa, jasa (PPH 1984).
6). PPN (UU No. 8 Tahun 1970).
7). Bea materai (UU. No. 13 Tahun 1985).
8). Bea Masuk (UU No. 11 Tahun 1970).
9). PBB:
a. Pra produksi = Iuran tetap.
b. Periode produksi = Iuran Tetap + 0.5% x 20% dari penerimaan kotor.
10). Pungutan/Pajak Pemda.
11). Administrasi umum.
12). PHP kendaraan bermotor.
13.Pemenuhan kewajiban pajak.
Simpulan tentang perpajakan di bidang pertambangan di dunia dapat dilihat
pada Lampiran IV. Tentang tarif royalti di bidang mineral di Indonesia dapat
dilihat pada Lampiran V. Contoh profil perpajakan pada suatu perusahaan
PMA dalam hal ini PT Freeport Indonesia dapat dilihat pada Lampuiran VI.
b. Mematuhi segenap peraturan yang ada.
Acuan pola dasar kebijakan terkait /Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1). Undang-Undang Dasar 1945: Pembukaan, pasal 33 ayat 3. -Pembukaan:
Negara melindungi bangsa dan tumpah darah dalam kesejahteraan dan
kecerdasan. Ps 33 ayat 3: Bumi dan air dimanfaatkan bagi sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
2). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup,
yang mencakup lingkungan fisik (kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan) dan lingkungan non fisik (mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahluk hidup lain, perlu dikelola secara terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan. (Gambar
III.2.1).
3). Undang-Undang No, 24 tahun1994 tentang penataan ruang: bahwa
pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam di daratan, di lautan dan di
udara, perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumber daya
manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan
dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang
dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai
dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang berdasarkan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional (Gambar II.B.5.1 sampai dengan II.B.5.2).
4).Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber
daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijak sana dan
sumber daya alam terbarui untuk menjamin ketersediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
5). Kawasan lindung.
Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan
pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
= Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya: kawasan hutan
lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air.
= Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau, dan kawasan sekitar mata air.
= Kawasan suaka alam dan cagar budaya: kawasan suaka alam, kawasan suaka
alam laut dan perairan sekitarnya, patani berhutan bakau, taman nasiona, taman
hutan raya, taman wisata dan kawasan cagar budaya serta ilmu pengetahuan.
= Kawasan rawan bencana alam: kawasan yang sering dan berpotensi mengalami
bencana alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor.
6). PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Gambar
III.2.2).
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
7).Keputusan Meneg LH No.14/Men LH/3/1999 tentang pedoman umum
penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan.
Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis (assessment)) :
analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan
evaluasi dan pendugaan dampak proyek tersebut terhadap lingkungan dan
kehidupan manusia.
Analisis mengenai dampak lingkungan : sebagai hasil studi mengenai dampak suatu
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup.
8). Keputusan Meneg LH No.17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan.
9). PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengedalian
pencemaran air.
10). Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok
pertambangan, Bab X pasal 30: "Apabila selesai melakukan penambangan pada
suatu tempat pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan
diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan
bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat sekitarnya".
11). Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1969 tentang pelaksanaan ketentuan
pokok pertambangan pasal 46 ayat 4: "Sebelum meninggalkan wilayah kuasa
pertambangannya, baik karena pembatalan maupun karena hal yang lain, pemegang
kuasa pertambangan harus terlebih dahulu melakukan usaha-usaha pengamanan
terhadap benda-benda, maupun bangunan-bangunan, dan keadaan tanah sekitarnya,
yang dapat membahayakan keadaan umum".
12). Perkembangan ligkungan hidup di dunia dapat dilihat pada Gambar II.b.5.3.
13). UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.

6.Menjalankan konsekuensi sebagai ”the servant of the community”.


a. Komitmen terhadap CD dan pengembangan wilayah ke arah pembinaan capacity
building kemandirian masa depan masyarakat lokal.
b. Mampu menangkap aspirasi sosial dan politik bagi keharmonisan kehidupan
bersama masyarakat (menjauhi kondisi “enclave”).
7.Terakreditasi tentang kompetensi usahanya oleh Badan/Lembaga yang
berwenang.
a. Terhadap kepastian hasil eksplorasi.
b. Kepastian pasar (a.l. kontrak demand, harga).
c. Memperoleh sertifikat dan mengikuti ISO secara konsisten.
(9000 – Baku mutu dan 14000-Manajemen lingkungan).
8. Beberapa permasalahan penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan.
a. Beberapa paradox dalam pengembangan usaha pertambangan.
1).Sentralisasi dan desentralisasi.
Revenue nasional masih bertumpu pada sektor pertambangan dan energi untuk
membiayai beban biaya berskala nasional, di sisi lain daerah juga menuntut alokasi
revenue dari sektor ini untuk kepentingan daerah sesuai peraturan perundangan otda.
2).Industri hulu dan industri hilir (Upaya peningkatan nilai tambah dan ekspor
komoditi primer).
Sektor PE sebagai sektor hulu sehingga menghasilkan komoditi primer, namun
dituntut pula untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan memasok komoditinya ke
sektor hilir sebanyak mungkin untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan
sebanyak munkgin menghasilkan komoditi manufaktur ataupun jasa yang siap ekspor.
3).Padat teknologi dan padat karya (mass employment).
Pada umumnya sektor PE memerlukan teknologi tinggi atau padat teknologi, namun
di sisi lain juga dituntut untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja di Indonesia
yang menghadapi banyak pengangguran. Pengembangan pertambangan skala kecil
dan menengah harus dikembangkan pula untk menjawab masalah penyerapan tenaga
kerja tersebut.
4).Masyarakat enclave (eksklusif) dan pengembangan masyarakat.
Unit/sentra kegiatan PE pada umumnya berada di daerah terpencil, sertamerta
keberadaannya sebagai industri padat kapital mampu menciptakan masyarakat
enclave di tengah-tengah masyarakat tradisisonal. Hal ini perlu diatasi dengan
program pengembangan masyarakat agar dapat diciptakan harmonisasi kehidupan
kemasyarakatan seutuhnya dari dua sistem masyarakat tersebut.
5).The sun set industry dan pengembangan investasi baru.
Gejala dihadapinya industri pertambangan di Indonesia sebagai the sun set industry,
dengan telah ditutupnya beberapa unit produksi pertambangan misalnya Unit
Pertambangan Emas Cikotok, pertambangan timah Singkep dan offshore timah di P
Bangka Belitung, Pertambangan bauksit di Bintan, Pertambangan pasir besi di
Cilacap, serta menjelang berakhirnya kegiatan pertambangan emas PT Newmont
Minahasa Raya, dan KEM dll, di sisi lain diizinkannya usaha pertambangan di
wilayah hutan lindung dengan Perpu No 1 tahun 2004 dalam rangka eksplorasi dan
eksploitasi baru.
6).Pelestarian LH dan penambangan di wilayah hutan lindung.
Pelestarian LH merupakan keharusan dan kepedulian nasional dalam pengembangan
berbagai pengusahaan SDA, di sisi lain juga dizinkannya usaha pertambangan di
wilayah hutan lindung guna meningkatkan investasi baru dalam ekonomi nasional.
7).Meningkatkan GDP dan meningkatnya Gross National Pollution (internalisasi
biaya LH).
Jelas bahwa untk kemakmuran bangsa dan memecahkan masalah pengangguran perlu
ditingkatkan GDP dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan, namun di sisi lain
dengan internalisasi biaya pelestarian LH dalam bidang pengusahaan juga akan
menaikkan Gross National Pollution, namun sudah tentu jangan sampai mencapai
angka Gross Domestic Product. Di AS sebagai negara kaya, Gross National Pollution
ini mencapai sekitar 70% dari Gross Domestic Product.
8).Pajak tinggi dan pajak rendah (tax holiday).
Perpajakan di Indonesia yang termasuk tinggi di dunia karena kebutuhan untuk
menopang APBN terpaksa dilakukan, di sisi lain ada tuntutan usaha untuk menekan
pajak dan pungutan semacamnya, kalau perlu dengan tax holiday, agar menarik
investasi baru.
Output nasional tergantung pada 3 faktor utama yaitu konsumsi, fiskal dan investasi.
Output nasional tidak dapat terlalu lama bergantung pada konsumsi yang sementara
ini berjalan, tetapi seharusnya pada investasi, sementara investasi masih terlalu lemah
yang memerlukan dukungan iklim investasi yang segar antara lain dengan perbaikan
pelunakan sistem fiskal. Rangkaian terpadu tersebut perlu ditangani secara kumulatif
dan sinkron.
b. Perkembangan era globalisasi.
- 3 B’s to 2N’s.
Pengabaian border of state, sectoral boundaries, and economic barriers
menuju network of networks (multi jaringan).
- Investasi bebas.
Investasi mengalir ke wilayah yang paling sedikit atau kecil hambatan
ekonomi dan nonekonominya.
- Perdagangan bebas.
Liberalisasi perdagangan dengan menekan hambatan tarif dan nontarif.
- Lingkungan hidup.
Pembangunan dan perdagangan berwawasan lingkungan
- Haki
Menentang cara/budaya bajakan yang amat merugikan perdagangan terutama
jasa.
- Demokratisasi
Rakyat dan daerah mulai memegang peranan dalam pengurusan kendali
pemerintahan dan ekonomi serta bidang kehidupan lainnya.

c. Perkembangan abad 21: J. Naisbitt dan Aburdene. (Lihat Gambar II.B.8.1 ).

Gambar II.B.8.1
Kecenderungan Dalam Era Globalisasi
(Orientasi Pada Manusia Seutuhnya dan Masyarakat Seluruhnya)

No Megatrend (J. Naisbitt) Aburdene


A * Masyarakat informasi * Masyarakat informasi dan
* Teknologi canggih jasa
* Ekonomi global * Tenaga kerja terampil
* Jangka panjang * Makin berperannya tenaga
* Desentralisasi kerja wanita
* Self help * Seni budaya, spriritual,
* Network agama
* Selatan * Workfare state
* Demokrasi partisipatip * Biologi
* Multi alternatip * Perusahaan dan SDM
* Peran global bahasa
Inggris
* Peran Pasifik
* Perdagangan bebas
B Keterbukaan, kebebasan,
tanggung jawab

d. Agenda LH abad 21 (Bidang Pertambangan dan Energi). (Lihat Gambar


II.B.8.2 .).
Gambar II.B.8.2
Tinjauan Pelaksanaan Perlindungan Lingkungan dan Kesinambungan Sumber
Daya Alam Dalam Sektor Pertambangan Umum - Dalam Rangka Agenda XXI

No Kegiatan Subsektor Pertambangan Umum


pelaksanaan
1 Kegiatan
perlindungan
lingkungan dan SDA -UU No 11/1967,PP No. 32/1969,Kepmen PE No. 1211/1995 (Galang
a.Peraturan rusmar), Kepmen PE No.1256/1996 (Susun Amdal), Kepmen PE 389/1995
(Susun UKL/UPL), Kepmen PE No 103/1994 (Pengawasan RKL/RPL),
Kepmen No 01/P/1991 (Air raksa), Kepmen No. 2555/1993 (Pel Inspeksi
Tambang), Kep DJPU No. 336/1996 (Jarek), Kep DJPU No 693/1996
(Domnis erosi), Kep DJPU 1245/1993 (Lakwas K3), Kep DJPU No
b.Kebijakan 1247/1993 (Pengangkatan Lakins Tambang).
c.Pemasyarakatan - Pemanfaatan SDA tambang secara hemat dan optimal demi kesejahteraan
rakyat dan fungsi LH.
d.Bimbingan dan -Dilaksanakan oleh para pelaku usaha/pemegangKP/KK/PKP2B/SIPD?
pelatihan Tambang rakyat sd pasca pertambangan.
e.Litbang -Domnis reklamasi bekas tambang,kendali erosi, kolam tailing; pelatihan
pasa inspeksi tambang, pengelola lingkungan, pelaksana RKL/RPL.
- Reklamasi bekas tambang, gas pembakaran briket bb, peruntukan lahan
tambang, transformasi structural pasca tambang.
2 Hasil yang telah -Meningkatnya lahan bekas tambang yang telah direklamasi, kesadaran
dicapai lingkungan, kerjasama dengan Office of Surface mIning USA dalam
pengelolaan dampak lingkungan.
3 Tantangan, kendala
dan peluang
a.Tantangan -Tuntutan dan kepedulian masyarakat yang meningkat dan kritis; makin
ketatnya persyaratan lingkungan internasional; banyaknya pertambangan
b.Kendala skala kecil.
-Kurangnya pengalaman aparat pemerintah dan perusahaan, kurang
memadainya peraturan perundangan lingkungan; belum memadaunya
c.Peluang performance standard kegiatan KL; persepsi tidak benar perusahaan akan
pentingnya LH; terbatasnya dana.
-Meningkatknay investor asing dengan pengalaman tentang LH; komitment
kuat pemerintah dalam pertambangan berwawasan LH.
4 Kebijakan dan -Pemnafaatn SD mineral dengan menjada kelestarian fungsi LH;
sasaran perlindungan pembangunan dalam penyediaan bahan baku mineral, lapangan kerja, devisa,
lingkungan pembangunan daerah terpadu.
-Kordinasi, PETI, akrab lingkungan, fungsi lahan berganda; professional;
lepas pantai, satndar, infrastruktur.
-Peta tataguna hutan kesepakatan, tumpang tindih, PETI, lokasi WPR,
reklamasi bekas tambang, peraturan perundangan.
III. Kasus perusahaan: peranannya dalam manfaat nasional dan lokal.

Manfaat finansial pengusahaan modal asing dibidang pertambangan umum telah dapat
dirasakan baik pada tingkat nasional maupun regional atau lokal, walaupun masih harus
ditingkatkan secara terus-menerus atas dasar rambu-rambu peraturan perundangan yang
berlaku.

1. Partisipasi PTFI Bagi Pembangunan Nasional.


Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia 1992-2000 dapat dilihat pada
Tabel III.1.

Tabel III.1 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia (US$ juta)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 1992- %
2000
Manfaat
langsung: 107 94 117 297 273 237 150 173 158 1.606
Dividen 14 16 16 19 24 18 4 2 29 142
Royalti 16 9 19 43 29 32 17 22 12 198
Pajak peng- 34 18 10 162 125 120 87 118 72 747
hasilan badan
Pajak-pajak
dan pungutan
lainnya
43 50 72 73 94 67 42 31 46 518
Manfaat tidak
langsung: 476 730 1.272 982 863 973 588 451 485 6.820
Gaji & upah 20 26 38 90 82 98 45 68 45 512
Pembelian 80 204 508 422 261 200 150 139 188 2.152
barang & jasa
dalam negeri
-Pembangun-an 8 15 20 22 23 33 27 29 27 203
daerah &
donasi
-Reinvestasi & 368 486 707 447 498 641 367 215 224 3.952
pengalihan
-

Jumlah
keseluruhan 582 824 1.389 1.279 1.136 1.209 739 624 643 8.426

Manfaat funansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya 1992-2000 dapat dilihat
pada Tabel III.2.
Tabel III.2 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya (US$ juta)

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 1992- %
1999
Manfaat 14 9 18 36 27 28 16 20 167
langsung:
Royalti 12,45 7,54 15,45 34,22 23,43 25,26 13,37 17,48 149,19
Iuran tetap/ 0,07 0,13 0,23 0,21 0,25 0,21 0,31 0,17 1,57
dead rent
-PBB 1,17 1,35 1,71 1,63 2,43 2.07 1,64 1,62 13,62
-Mineral ”C”
dan air 0,10 0,10 0,10 0,10 0,50 0,50 0,40 0,42 2,22
-Pajak kenda-
raan - - 0,28 0,13 0,13 0,14 0,04 0,06 0,76
-Pajak bangsa 0,01 0,10 0,10 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,06
asing
Manfaat tidak 397 528 765 547 500 669 356 264 4.027
langsung:
Gaji & upah 18,26 23,60 35,30 80,25 72,13 89,53 39,64 62,89 421,60
Pembelian 3,59 4,03 3,89 4,24 5,75 11,54 7,54 11,73 52.31
lokal
-Pembangun- 7,60 14,57 19,21 22,04 23,38 32,00 25,45 34,82 179,07
an daerah &
donasi
-Reinvestasi 367,84 485,79 706,56 440,76 398,99 536,01 282,99 154,81 3.373,7
- 5

Jumlah 411 537 783 584 527 697 371 284 4.194
keseluruhan

Sebagai contoh adalah PT Freeport Indonesia (PT Freeport Indonesia, 2000), setelah
dimulainya kontrak baru selama kurun 1992-1999 manfaat finansial perusahaan
tersebut terhadap pembangunan Indonesia adalah sekitar US$ 7,78 miliar, dan
sebesar US$ 4,19 miliar bagi pembangunan Irian Jaya, serta sebesar US$ 160,26 juta
bagi pengembangan wilayah dan masyarakat setempat. Juga diperkirakan manfaat
finansial sebagai national gains bagi Indonesia dari PT Freeport Indonesia adalah
sekitar 55% dari perolehannya.
Data 1992-2000 menunjukkan bahwa partisipasi PT FIC dalam pembangunan
nasional sebesar US$ 8,426 miliar terbagi sebagai manfaat langsung (dividen, royalti,
pajak penghasilan badan, pajak-pajak dan pungutan lain) sebesar US$ 1,606 miliar
dan manfaat tidak langsung (gaji dan upah, pembelian barang dan jasa dalam negeri,
pembangunan daerah dan donasi, serta re-investasi dan pengalihan) sebesar US$6,820
miliar.

2.Manfaat finansial PT Newmont Nusa Tenggara.

Sebagai contoh manfaat finansial sebagai national gains dari PT Newmont Nusa
Tenggara secara berjumlah akan mencapai sekitar 55% dari seluruh perolehan (gross
revenue) selama umur tambang sebesar US$ 15,5 miliar (Tabel III.3).
( Total projected mine life revenues, PT Newmont Nusa Tenggara, 1997) atau
sebesar US$ 8,6 miliar. National gains tersebut sudah termasuk upah gajih
pekerja/pegawai lokal/nasional perusahaan , pengembangan wilayah dan semacamnya
sebagai retained benefit nasional. Dari national gains tersebut 11% jatuh ke tangan
pemerintah.

Tabel III.3 Batu Hijau life of Mine Revenues and Costs

Value Indonesia
(US$ Billion) Component
%
Total Projected Mine Life Revenues 15.5
Less : Total Capital Expenditures – Construction 1.9 40
- During operations 0.6 40
- Total projected interest payments 0.5
- Total payroll mine life ($23 million/year) 0.5 100
- Total training mine life ($ 8 million/year) 0.2 100
- Total materials expenditure mine life ($ 220 million/year) 4.4 100
- Total off-site treatment charges 3.2 14
- Total taxes/Royalties mine life ($1.8 billion) 1.8 100
- Reclamation expenditures 0.1 100

Total projected expenditures 13.2

Net revenue available for dividends (80% Foreign, 20% Indonesian) and 2.3
Miscellaneous expenditures

- Total Indonesian expenditures – Capital 1.0


- Total payroll mine life 0.5
- Total training mine life 0.2
- Total materials expenditures 4.4
- Total taxes and royalties 1.8
- Total reclamation 0.1
- Total dividends – Indonesian shareholders 0.6

Total Indonesian expenditures 8.6 = 55.48%


Total 15.5 Indonesia

Kontribusi finansial dapat dibagi menjadi secara langsung dan secara tidak langsung.
- Secara langsung melipu 13 jenis pajak yang dibayar perusahaan sesuai dengan pasal
13 Kontrak Karya.
- Secara tidak langsung:
= Upah dan tunjangan kesejahteraan karyawan nasional.
= Pembelian barang dalam negeri.
= Pembangunan fasilitas infratsruktur.
= Pembangunan/kontribusi wilayah setempat.
= Potensi penanaman modal kembali/ulang.

3. PKP2B.
Manfaat finansial PKP2B terdiri dari pajak langsung, pajak tak langsung, dan
pendapatan negara bukan pajak.
Pajak langsung mencakup PPH pasal-pasal 21, 22, 23, 25, 26, dan 29, PDBR, PBB
(lumpsum).
Pajak tidak langsung meliput PPnBM, PPN dan bea meterai.
Pendapatan negara bukan pajak termasuk dividen, bea cukai, dead rent atau iuran tetap,
royalti, BBN SWP 30 (lumpsum), dan kontribusi pada Pemda.
Dalam hal national gains dari PKP2B sudah barang tentu termasuk upah gajih
pekerja/pegawai lokal/nasional dan program pengembangan wilayah yang dikeluarkan
oleh perusahaan. Namun belum semua perusahaan PKP2B melaksanakan program
pengembangan wilayah dalam arti yang luas.
National gains dari PKP2B berkisar sekitar 69% pada generasi III-PKP2B dan 53% pada
Generasi I-PKP2B atau rata-rata sekitar 60% yang lebih tinggi daripada national gains
pada KK (sebesar 5%) (Soelistijo, U.W., 2008 dan Soelistijo, U.W. , et al, 2003).

IV. Penutup.
1. Pada akhirnya indikator keberhasilan dalam usaha pertambangan baik dalam
manajemen keuangan maupun manajemen usaha di tandai oleh kemampuan internal
dalam hal diperoleh least cost dan keuntungan optimal serta kemampuan eksternal dalam
hal manfaat optimal bagi negara di mana perusahaan beroperasi antara lain dalam bentuk
pembayaran pajak secara akuntabel serta manfaat optimal secara regional termasuk
pengembangan masyarakat setempat sebagai corporate social responsibility.
2. Sebagai contoh dalam COW maka manfaat finansial skala nasional diperoleh sebesar
55 % dari revenue perusahaan COW dan sebesar 60% dari revenue prusahaan PKP2B
bagi negara Indonesia. Manfaat sosial neto dari beberapa perusahaan COW dan BUMN
diperoleh sebesar antara 1 -23% dari revenue mereka bagi masyarakat setempat sebagai
upaya partisipasi mereka dalam rangka pengembangan wilayah termasuk lingkungan.
Besaran tersebut perlu diupayakan peningkatannya pada masa mendatang.
Pustaka
Ife, J, 1995, Community Development: Creating Community Alternatives – Vision,
Analysis and Practice,Longman.
…….,1994, “Konsep model simulasi dalam perhitungan bagi hasil KKS/PKP2B.”
…….,1994, Laporan Tahunan 1993/Annual Report 1993,” P.T. International Nickel
Indonesia.”
Lazard Freres et Cie, Lehan Brothers, Ltd., S.G. Warburg & Co, 1995, “The Republic of
Indonesia: Recent Developments In the Economy.”
McArdle, J, cs, 1993, Resource Manual for Facilitators in Community Development,
Employ Publishing Group.
Naisbitt, J., Aburdene, P.,1990,” Megatrends 2000: Ten New Directions for The 1990’s”
, Avon Books, New York 10016.
Otto, J.M., Byrne, P., Cordes, J., Stermole, J, Stevens,N., 1997,”Global Mining Taxation
Comparative Study,”Institute for Global Resources Policy and Management,
Colorado School of Mines, Golden, Colorado USA 80401.
………., 2004, Pedoman Pengembangan Masyarakat Di Sektor Energi dan Sumber
Daya Mineral, Indonesia Center for Sustainable Development (editor),
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI, dan, Forum Komunikasi
Pengembangan Masyarakat Di Industri Energi dan Sumber Daya Mineral.
PricewaterhouseCoopers,2000, “Indonesian Mining Industry Survey 2000.”
Soelistijo, UW, 2008, Kondisi Mutakhir Penanaman Modal Asing Bidang Pertambangan
Umum di Indonesia,” Seminar Interen UNISBA, Bandung.
Soelistijo, UW, dkk, 2003, Ekonomi Regional dan Model Penerapannya: Pengembangan
Sumber Daya Mineral dan Energi Dalam Rangka Otonomi Daerah di
Indonesia,Puslitbang tekMIRA, Balitbang ESDM, departemen ESDM.
Lampiran I. Perkembangan Kontrak Karya di Indonesia, 1967-1997

No Substansi penting Gen. I Gen. II Gen.III (1976- Gen.IV(1985- Gen.V (1986- Gen.VI (1996- Gen.VII (1998)
KK (1967-1968) (1968-1976) 1985) 1986) 1996) 1997)
1. Pajak pendapatan perusahaan Tahun1-3:bebas -Tahun 1-10:35% Tahun 1-10:35% Y<Rp 10 juta:5% = IV Y< Rp 25 juta:10% =VI
-Tahun 11 dst:42% Tahun 11dst :45% Y=Rp 10-50 juta:25% Y=Rp25-50 juta:15%
Tahun4-10: 35%
Tahun11dst: Y>Rp 50 juta :35% Y>Rp50 juta:35%
41,75% (perpajakan progresif)
2. Bebas pajak (Tax holiday) 3 tahun Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3. Land rent & royalty Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
4. Levies/pajak impor Tidak ada Tidak ada Hanya dalam 10 tahun Ada (= Gen III) Ada Ada Ada
5. Perusahaan terdaftar di Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Indonesia
6. Divestasi Tidak ada Maksimum 45% 5-51% 5-51% Mengacu PP Mengacu PP No Mengacu PP No 20/1994
(Boleh joint venture) No20/1994 20/1994
7. Witholding tax & witholding Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Ada
profit tax
8. Transfer pricing Tidak ada Tidak ada Ada (PP No 21/1976) Ada Ada Ada Ada
9 Depresiasi/Amortisasi Maksimum 12,5% =Generasi I Maksimum 12,5% Dipercepat:gol.I Dipercepat: gol.I Dipercepat (PP Dipercepat (PP
Tidak ada 50%;gol.II 25%;Gol III 50%;gol.II 25%; No.34/1994) No.34/1994)
amortisasi tahun 10%;gol.IV 5% gol.III 12,5%
ke 1-3
10. Lain-lain/Nilai tambah - +Pembangunan
smelter
- Frontier
development

11. Jumlah KK 1 (PT FIC) 16 KK 13KK 95 KK 7 KK 65 KK 38 KK

Sumber: - Buku Tahunan Pertambangan dan Energi Indonesia 1998


- Direktotal Jenderal Pertambangan Umum, 1998
Keterangan: - Kontrak Karya terakhir dilakukan pemerintah pada tanggal 19 Februari 1998 yaitu KK Generasi VII. Ketentuan perpajakan Generasi VII berdasarkan UU Pajak tahun 1994.
- Sampai akhir tahun 1998 masih terdapat 96 aplikasi Generasi VII yang dimaksudkan sebagai Generasi VIII, namun tidak diproses lagi
LAMPIRAN II
LAMPIRAN I
KONTRAK KERJASAMA VS KONTRAK KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

PERJANJIAN KERJASAMA PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN


KONTRAK KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMB. PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)
BATUBARA (PKP2B) Generasi III
VARIABEL (1996 – sekarang)
Generasi I Generasi II
(1981 – 1993) (1993 – 1996)

1.Dasar Hukum -UU No. 11/1967 -UU No. 11/1967 -UU No. 11/1967
2.Status KP -PP No. 32/1969 -PP No. 32/1969 -PP No. 32/1969
3.Manajeman Operasi -PP No. 27/1980 -PP No. 27/1980 -PP No.27/1980
4.Prinsipal -Keppres No. 49/1981 -Keppres No. 21/1993 -Keppres No. 75/1996
5.Bagi Hasil Atas nama PN Tambang Batubara/PTBA. Atas nama PTBA Tidak diberlakukan KP, melainkan menjadi
6.Sarana dan Prasarana Di tangan negara. Di tangan negara satu paket wilayah kontrak.
7.Pajak Perusahaan PN Tambang Batubara/PTBA PTBA Di tangan kontraktor (diawasi pemerintah)
8.Divestasi Natura Natura Pemerintah
9.Indonesianisasi (sekurang-kurangnya 13,5% dari produksi). (sekurang-kurangnya 13,5% dari produksi). Tunai
10.Pungutan Daerah Milik Negara. Milik Kontraktor. (13,5% dari hasil produksi).
11.Initial Cost 10 tahun : 35% Sesuai ketentuan yang berlaku. Milik Kontraktor.
12.Advance Payment Seterusnya : 45 % Tidak diberlakukan karena PMDN Sesuai ketentuan yang berlaku (30% untuk
13.Daerah kontrak Bagi Kontraktor Asing, harus menjual Tidak berlaku karena PMDN laba/penghasilan kena pajak lebih dari 50
14.Pengeluaran minimum sahamnya kepada pihak Indonesia th.kelima Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan juta).
-Penyelidikan umum minimal 15%, th.keenam minimal 8%, dibayarkan langsung oleh Kontraktor kepada Boleh 100 % dimiliki oleh pihak asing
-Eksplorasi th.ketujuh s.d. th. Kesepuluh a minimal 7% Pemda mengacu pada PP No. 20/1995
15. Daerah penambangan sehingga pada th.kesebelas harus sudah Ditetapkan Rp 100 juta sebagai konvensasi Berdasarkan hukum dan perundang-undangan
dijual kepada peserta. data. yang berlaku dari waktu ke waktu.
Bagi PMA dijadwalkan secara bertahap Harus dibayar untuk pelayanan dan Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan
tenaga Indonesia harus terserap. pengurusan kepentingan Kontraktor. dibayarkan langsung oleh kontraktor kepada
Selain ditetapkan oleh Pusat Kontraktor harus 100.000 ha Pemda.
membayar juga “lumpsum” sebesar US$ Rp 5.000/ha Tidak dipungut.
100.000 per tahun untuk berbagai pungutan Rp30.000/ha Tidak membayar.
daerah. 25% 100.000 ha
Ditetapkan Rp. 100 juta sebagai konvensional US$ 3,00/ha
data. US$ 10,00/ha
Harus dibayar untuk pelayanan dan 20.000-25.000 ha
pengurusan kepentingan Kontraktor.
Tanpa batas
US$ 1,20/ha
US$ 5,00/ha
25%

8 PMA 78 PMDN
Jumlah kontraktor 18 PMDN
2 PMDN 9 PMA

Perolehan nasional + 48,5 – 58,5 % 100 % + 67 – 71 %


LAMPIRAN III
LAMPIRAN II

MATRIK PERBEDAAN KP, KK DAN PKP2B

Kontrak Karya (KK)


No Uraian Kuasa Pertambangan (KP) PKP2B Generasi III Keterangan
Generasi VII
Dasar Hukum 1.UU No. 11 Tahun 1967 1.UU No. 11 Tahun 1967 1.UU No. 11 Tahun 1967
2.PP No. 32 Tahun 1969 2.UU N0. 32 Tahun 1969 2.PP No. 32 Tahun 1969
3.Kep. DJPU No. 149.K/20. 3.UU No. 1 Tahun 1967 3.Keppres No. 75 Tahun 1996
01/DDJP/1998 tanggal 18 Juni 1998 4.Kep.DJPU No. 4.Kep. DJPU
150.K/20.01/DDJP/1998 tanggal 18 No.151.K/20.01/DDJP/1998 tanggal 18
Juni 1998 Juni 1998

Luas Wilayah 1.Penyelidikan Umum maksimum 25.000 Ha. 1.Penyelidikan Umum maksimum 1.Penyelidikan Umum maksimum *) ada perluasan
2.Eksplorasi maksimum 10.000 Ha 250.000 Ha 100.000 Ha. **) tidak ada perluasan
3.Eksploitasi maksimum 5.000 Ha 2.Eksplorasi maksimum 50% dari 2.Ekplorasi maksimum 50.000 Ha.
**) luas wilayahsemula 3.Produksi maksimum 20.000 Ha.
(pasal 21(1) PP No. 32/1969) 3.Produksi 25% dari luas *)
4.Wilayah semula (pasal 4 (4) PKP2B)
*)
(pasal 4 (2) KK)

Pemrosesan dan pengesahan Ditandatangani oleh DJPU • DJPU MPE 1.Dalam rangka PMDN
(Kep. MPE No. 678.K/20/MPE/1998 tanggal 1 • Dikonsultasikan keDPR + BKPM • DJPU MPE
Juni 1998) • Dimintakan persetujuan Presiden • Dikonsultasikan keBKPM
• Ditandatangani MPE (atas nama • Ditandatangani MPE (atas nama
Pemerintah) Pemerintah)
1.Dalam rangka PMA
•DJPU MPE
•Dikonsultasikan ke DPR + BKPM
•Dimintakan persetujuan Presiden
•Ditandatangani MPE (atas nama
Pemerintah)

Unit Teknis Pelaksanaan Direktorat Teknik Pertambangan Umum Direktorat Pembinaan Pengusahaan Direktorat Batubara
Pertambangan
No Uraian Kuasa Pertambangan (KP) Kontrak Karya (KK) PKP2B Generasi III Keterangan
Generasi VII

Kegiatan Perusahaan Sebelum Dengan Surat Keterangan Izin Peninjauan Dengan Surat Keterangan Izin Dengan Surat Izin Penyelidikan
Izinnya Disahkan (SKIP) : Peninjauan (SIIP): Pendahuluan (SIPP)
• Jangka waktu 1 bulan • Jangka waktu 1 tahun • Jangka waktu 1 tahun
(SE MPE No. 6126.3081/10/SJH/1985 tanggal • Dikenakan Iuran Tetap • Dikenakan Iuran Tetap
16 Nopember 1985 (Kep.MPE (Kep.MPE No.2202.K/201/MPE/1994
No.2202.K/201/MPE/1994 tanggal 18 Nopember 1994 jo
tanggal jo Kep. DJPU Kep.DJPU No. 75.K/201/DDJP/1995
No.75.K/201/DDJP/1995 tanggal 24 Februari 1995)
tanggal 24 Februari 1995)

Tahapan dan Jangka Waktu 1.Penyelidikan Umum 1 tahun dan dapat 1.PenyelidikanUmum 1 tahun 1.Penyelidikan Umum 1 tahun dan Untuk KK dan PKP2B apabila
Kegiatan diperpanjang 1 tahun (pasal 8 PP No.32/1969) dan dapat diperpanjang 1 tahun dapat diperpanjang 1 tahun (pasal 5 SIPP diperpanjang dan
2.Eksplorasi 3 tahun dan dapat diperpanjang (pasal 5 (1) KK) (1) PKP2B) dilaksanakan selama 2 tahun
2x1 tahun + 3 tahun (pasal9 PP No.32/1969) 2.Eksplorasi 3 tahun dan dapat 2.Eksplorasi 3 tahun dan dapat maka jangka waktu Penyelidikan
3.Eksploitasi 30 tahun dapat diperpanjang 2x10 diperpanjang 2x1 tahun (pasal diperpanjang 2x1 tahun (pasal 6 (4) Umum tidak ada dan langsung ke
tahun (pasal 10 PP No.32/1969) 6 (4) KK) PKP2B) tahap Eksplorasi.
3.Studi kelayakan 1 tahun dan 3.Kajian kelayakan 1 tahun dan dapat
dapat diperpanjang 1 tahun diperpanjang 1 tahun (pasal 8 (2)
(pasal 8 (2) KK) PKP2B)
4.Masa konstruksi 1 tahun 4.Masa konstruksi 1 tahun (pasal 9
(pasal 9 KK) PKP2B)
5.Produksi 30 tahun dapat 5.Produksi 30 tahun dapat
diperpanjang 20 tahun (pasal diperpanjang 20 tahun (pasal 10 (2)
10 (2) KK) PKP2B)

Iuran dan Pajak yang dipungut 1.Iuran Tetap 1.Iuran Tetap 1.Iuran Tetap
2.Royalty 2.Iuran Eksploitasi/Produksi 2.Iuran Eksploitasi/Produksi (royalty)
3.PBB 3.Pajak Penghasilan Badan 3.Pajak Penghasilan Badan
4.Pajak Penghasilan Karyawan 4.Pajak Penghasilan Karyawan
5.Pajak Penghasilan Pasal 5.Pajak Penghasilan Pasal 23/26
23/26 6.PPN
6.PPN 7.Bea Materai atas dokumen
7.Bea Materai atas dokumen 8.Bea Masuk
8.Bea Masuk 9.PBB
9.PBB 10.Bea Balik Nama
10.Bea Balik Nama 11.Pungutan-pungutan lainnya (pasal
11.Pungutan-pungutan lainnya 14 PKP2B)
(pasal 13 KK)
Lampiran IV. Simpulan Tentang Perpajakan

Country Corporate Royalty VA on Typical Typical Dividend Interest Foreign Government Other
Income tax imported import export duty withholding withholding ownership equity significant
equipment duty tax tax restrictions requirement taxes
1.Argentina 33% yes 21%** 14%** none none 13.2% none none yes
2. Bolivia 25%+surtax yes 13%** 5% none 12.5% 12.5% none none yes
3. Brazil 15% yes Max 18% none none none 15% none none yes
4. Canada 31.97% none 7% 0% none 25%/15% 25%/15-5% none none yes
5.Chile 35/42% yes 18%** deferred none 35% 35% none none
6.China 33% yes 13% gold 22% none none 20% none none yes
exempt
7.Ethiopia 35% yes none none none 10% none none none yes
8.Ghana 35% yes none none none none none none yes yes
9.Greenland 35% none none none none 35% none none none none
10.India 35/48% yes none 20%** none 20% 20% none none
11.Indonesia 30% yes 10%** 20%** none 7.5/15% 20% none none yes
12.Ivory Coast 35% yes 10%** 5%** 18%** 12/18%** 18% unknown unknown
13.Kazakstan 30% Yes** 20% Yes none 15% 15% none none yes
14.Mexico 34% none 15% 10%** none 34% 15%** none none
15.Namibia 25% + none none yes none 0% non- none none none none
sliding resident
16.PNG 35% yes none 11%** none 17% none none 30%
17.Peru 30% none 18% 12% none 1% none none yes yes
18.Philippines 35% yes 0%/10% 3%** none 15% 15% none none yes
19.South Africa 35% none 14% 1% none 12.5% none none none yes
20.Sweden 28% yes 0/25% 9% none none none none none none
21.Tanzania 35% yes deferred 5/40% 2% 20% 15% unknown none none
22.USA :Arizona progressive none none varies none 0-15%/30% 0-15%/30% none none yes
Nevada
23.Uzbekistan 16/36% yes yes exempt Gold:20% 10% 20% yes yes yes
24.West 36% yes yes yes yes yes yes none none yes
Australia
*conditions or limitations apply. **cedits,refunds, exmptions and other means to reduce liability may be available.
Lampiran V. Daftar Tarif Royalti Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Departemen Pertambangan dan Energi
Di Bidang pertambangan Umum
No Jenis mineral/Bahan Galian Tingkat Kualitas Tarif (%) Dasar Perhitungan
(Kalori – kkal/kg))
1. Air raksa ... 3,75 Logam
2. Antimonit ... 4,50 Logam
3. Bauksit ... 3,75 Bijih
4. Barit ... 3,25 ...
5. Batuan aspal ... 3,75 ....
6. Batubara (open pit0 <5100 3,00 ...
5100-6000 5,00 ...
>6100 7,00 ...
7. Batubara (underground) <5100 2,00 ...
5100-6000 4,00 ...
>6100 6,00 ...
8. Belerang ... 3,50 Konsentrat
9. Bijih nikel (Garnieritik) ... 5,00 Logam
10. Bijih nikel (Limonitik) ... 4,00 Logam
11. Bismut ... 4,50 Logam
12. Besi magnetik/hematit ... 3,00 Logam
13. Emas ... 3,75 Logam
14. Gambut ... 3,00 ...
15. a. Granit blok ... 4,00 ...
b. Granit bubuk/pecah ... 3,00 ....
16. Ilmenit ... 2,50 Logam
17. Intan ... 6,50 Karat
18. Kobal ... 5,00 Logam
19. Kristal kuarsa ... 3,75 ...
20. Kromit ... 3,50 Konsentrat
21. Mangaan ... 3,25 Bijih
22. Molibdenit ... 4,50 Logam
23. Monasit ... 4,50 Konsentrat
24. Pasir besi ... 3,75 Konsentrat
25. Pasir urug (lepas pantai) ... 3,75 ...
26. Perak ... 3,25 Logam
27. Pirit ... 2,50 Konsentrat
28. Platina ... 3,75 Logam
29. Rutile ... 4,50 Konsentrat
30. Seng ... 3,00 Logam
31. Tembaga ... 4,00 Logam
32. Timah ... 3,00 Logam
33. Timbal ... 3,00 Logam
34. Titan ... 3,50 Logam
35. Vanadium ... 4,50 Logam
36. Wolfram ... 4,50 Logam
37. Xenotim ... 4,50 Konsentrat
38. Yodium ... 3,75 ...
39. Zircon ... 4,50 Konsentrat
Lampiran VI. Perpajakan dan Pungutan Lainnya
PT Freeport Indonesia Co.
No Uraian Generasi I Generasi V
1 Pajak Badan Modifikasi KK 28-12-1974 Maksimum 35%, UU No. 7
1/07/1974 s/d 30/06/1976 sebesar 30% Tahun 1983
1/07/1976 s/d 30/06/1989 sebesar 53%
1/07/1983 s/d sekarang sebesar 42%
2 Pajak penghasilan Implementation Agreement tgl 25-11- PPh 21,
keryawan (PPh 21) 1989 UU No. 7 Tahun 1983
3 Royalty Implementation Agreement tgl 25-11- 1,5% jika harga Cu di bawah
1989 US$ 0,90/lb
-. 1,5 % dari net sales apabila harga Cu 3,5% jika harga Cu di atas US$
berada di bawah US$ 0.90/lb, 2,5% 1,10/lb
dari net sales apabila harga berada di Jika harga antara US$ 0,90 s.
atas harga US$ 0,90/lb sampai batas /d US$ 1,1, rumusnya:
harga US$ 1,25/lb. % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10.
-. 3,5% dari net sales apabila harga Cu Au 1% dari harga jual.
di atas US$ 1,25/lb. Ag 1% dari harga jual.
-. Sedangkan Au dan Ag 1%, dasar
pernyataan dari harga rata-rata dalam
kuartal dengan berpedoman pada
”Metal Weeks”.
4. Landrent US$ 2/Ha US$ 1,50 – 3/Ha
5. Depresiasi Maksimum 12,5% Golongan 1 & 2 Pasal 11 UU
No. 7 Tahun 1983.
Gol 3 & bangunan 12,5%.
6. Amortisasi Maksimum 12,5% 25%
7. DER (Debt to Equity - 5:1 Investasi s/d US$ 200 juta.
Ratio) 8:1 Investasi lebih dari US$ 200
juta.
8. Withholding Tax on - 20%, UU No. 7 Tahun 19783
Dividend, Interest, (non resident).
and Royalty 15%, UU No. 7 Tahun 1983
(resident).
9. PBB - Landrent + (0,5% x 20% dari
penerimaan kotor)
10. Bea meterai - Sesuai UU No. 13 Tahun 1995
11. Bea masuk - Sesuai ketentuan yang berlaku
12. PPN - Sesuai UU No. 8 Tahun 1983
13. Pungutan, Pajak dan - Dapat dikenakan setelah
Bea-bea yang disetujui oleh Pemerintah Pusat
dikenakan oleh
Pemda
14. Pajak Pengalihan - Sesuai ketentuan yang berlaku
kepemilikan umum
kendaraan bermotor
dan kapal
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Indikator Keberhasilan Manajemen Usaha Pertambangan


Oleh
Dr.Ir.Ukar W. Soelistijo, M.Sc, APU

I. Pendahuluan

Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Acredited Mining Enterprise)


menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan
manajemen usaha pertambangan.
Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal berikut:
1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan
dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel ,
transparan/auditable.
2. Sistem penggalangan dana.
a. Debt equity.
b. Pengembalian hutang.
c. Diversifikasi usaha.
d. Pengembangan jasa.
3. Sistem pembukuan keuangan.
4. Sistem audit.
Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambagan dapat meliputi dari kegiatan hulu
(manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir
(manajemen pasar).
Dalam porsi ini hanya akan dibahas tentang pokok-pokok indikator manajemen usaha
pertambangan.

II. Indikator Manajemen Keuangan


1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan
dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel ,
transparan/auditable.
a. Sistemis.
Sistem keuangan suatu perusahaan perlu mampu menggambarkan suatu interaksi
antara substansi engineering – ekonomi – dan akuntansi. Dari segi substansi
engineering, memang keuangan timbul setelah adanya telaahan engineering apa yang
disebut cash in (revenue) dan cash out (biaya operasional) yang terdiri dari fixed cost
dan variable cost serta biaya commissioning atau biaya operasi awal sewaktu
perusahaan belum menghasilkan revenue atau produksi. Dari segi ekonomi, memang
perusahaan perlu melihat prospek ke depan dalam upaya menghasilkan keuntungan
finansial dalam hal ini harga kapital (ROR) harus jauh lebih besar daripada biaya
kapital, agar usaha dapat berkelanjutan. Dari segi akuntansi, memang keuangan
perusahaan harus mampu menunjukkan balance sheet aktiva dan pasiva secara rinci
dari waktu ke waktu secara jelas. Dari mana uang dihasilkan dan ke mana uang
dikeluarkan.
b. Akuntabel.
Keuangan perusahaan perlu selalu dapat dipertanggung jawabkan oleh manajemen
kepada pemegang saham darri perputaran uang serta keharusan memperoleh
keuntungan untuk keberlanjutan perusahaan secara jangka pendek, menengah dan
panjang.
c. Transparan/auditable.
Last but not least keuangan perusahaan harus transparan bagi stakeholder, selalu siap
diaudit oleh akuntan independen dan oleh sistem pengawasan intern.
2. Sistem penggalangan dana.
a. Debt equity.
Sumber dana perusahaan dapat sepenuhnya dari dalam (equity) ataupun dari luar
(hutang) dan dari dalam ataupun dari luar sama sekali. Suatu kelaziman bahwa
biasanya sumber dana merupakan gabungan sumber dari dalam dan dari luar,
sehubungan dengan mengatasi resiko usaha. Suatu kebiasaan bahwa modal sendiri
perlu di bagi dalam beberapa bidang usaha. Kalau suatu bidang usaha merugi dapat
diimbangi oleh bidang-bidang usaha yang lain yang untung.
b. Pengembalian hutang.
Sharing usaha melalui hutang diperlukan kecermatan dalam sistem dan mekanisme
pengembalian hutang.
c. Diversifikasi usaha.
Diversifikasi usaha dapat secara vertikal dari hulu ke hilir sehubungan peningkatan
nilai tambah suatu komoditi atau secara horizontal atau pengembangan dari komoditi
yang satu ke komoditi yang lain atau multi komoditi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menembus pasar atau kompartemen pasar sesuai dengan kebutuhan pasar atau
konsumen.
d. Pengembangan jasa.
Di samping komoditi, suatu usaha dapat juga di bidang jasa. Justru jasa ini
mempunyai lingkup pasar yang lebih luas dari hulu ke hilir.
3. Sistem pembukuan keuangan.
Pembukuan keuangan merupakan catatan sistematis keuangan perusahaan untuk
keperluan manajemen dan untuk keperluan audit.
4. Sistem audit.
Sistem audit dapat dilakukan oleh intern perusahaan dan oleh tim akuntansi
independen

III. Indikator Manajemen usaha.


A. Kronologis investasi pertambangan di Indonesia (UU No. 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing ; Generasi I sampai dengan Generasi VII).
B. Indikator manajemen usaha.
2. Mempunyai maksimum cash flow (depresiasi dan untung).
a. Pengertian cash flow dapat dilihat pada Gambar 2.1.
b. Depresiasi bagi jaminan keberlanjutan usahanya sepanjang masa (sustainable
enterprising), tidak sekedar hanya mengutamakan variable cost untuk
memperoleh keuntungan yang marginal dengan mengabaikan fixed cost, yang
didalamnya terdapat depresiasi (lihat Gambar 2.2 Kondisi Perusahaan
Beroperasi Terus Pada Total Average Cost).
Kalau manajemen perusahaan kurang efisien, maka sering hanya memperoleh
keuntungan yang marginal. Kalau manajemen cukup efisien dan dapat
menguasai pasar, maka akan memperoleh keuntungan yang maskimal dan
telah memperhitungkan fixed cost. Selanjutnya depreisasi capital dapat
dialokasikan secara efektif, di samping untung yang optimal. Pada gilirannya
perusahaan dijamin memperoleh gains dalam cash flow yang positif dan
perusahaan adalah perusahaan yang sehat dan wajar.
c. Untung (profit) yang mampu dialokasikan baik untuk retained earnings
maupun reinvestasi (lihat Gambar 2.3 Proses Penyediaan Komoditi Mineral).

4. Mempunyai maksimum net social gains (NSG) – manfaat sosial neto.

a). NSG = Revenue – Cost ± Net external effects (NEE)

Pada hakekatnya terdapat beberapa model yang selalu berkembang sesuai dengan
berkernbangnya waktu dan peubah-peubahnya, untuk mencapai optimalisasi dan
ketelitiannya.
Didefinisikan NSG dari suatu kegiatan ekspor sebagai nilai total dari komoditas-
komoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor sebagai input plus
“net external effects” (NEE).
Untuk suatu pengkajian khusus (case study) dari produksi ekspor, NSG lebih baik
didefinisikan sebagai nilai bersih dari “nilai tukar asing” yang diperoleh minus
nilai dari sumber-sumber dalam negeri yang digunakan untuk memproduksi
ekspor komoditas plus NEE, (Pearson and Cownie, 1974).
Pada hakekatnya kedua definisi tersebut adalah sejajar.
n m
NSGJ = ∑ aij i - ∑ fsj vs ± Ej (domestic);
i=j s=1

m
NSGj = (uj – mj - rj) vj - ∑ fsj vs ± Ej (domestic foreign);
S=2

NSGj = Rj + Pj = Ej (private to social valuation);

m
Rj = (uj – mj - rj) wi ∑ fsj ws;
s=j
Wi = nilai tukar;
Ws = harga pasar, dari faktor ke-s;
m
Pj = (uj – mj - rj) (vi - wi) + ∑ fjs (ws - vs);
s=2
q q
E = ∑ Ljk + ∑ Tjk bk;
k=1 k=1

Ljk = aliran interseksi antarindustri;


Tjk = external effect yang lain dari perusahaan ekspor ke-j kepada produsen
atau konsumen ke-k;
bk = social valuation dari external effect yang lain pada produsen atau
konsumen ke-k;
n = jumlah komoditas yang dihasilkan sebagai output intermedier yang
dipergunakan oleh perusahaan berikutnya;
m = jumlah faktor primer dari produksi yang digunakan untuk menghasilkan
output;
NSGj = net social gain dari perusahaan espor ke-j;
aij = jumlah komoditas ke-I;
i = shadow price dari komoditas ke-I;
fsj = jumlah komoditas dari faktor ke-s yang digunakan dalam proses produksi
dari perusahaan ekspor ke-j;
vs = shadow price dari faktor ke-s;
vi = shadow price dari foreign exchange;
Ej = external benefits (costs) dari perusahaan ekspor ke-i kepada ekonomi
setempat (domestik);
uj = nilai pendapatan (foreign exchange) dari perusahaan ekspor ke-j;
mj = nilai total (langsung dan tak langsung dalam foreign exchange) dari
komoditas yang diimpor untuk digunakan dalam proses produksi dari
perusahaan ekspor ke-j;
rj = nilai total dari pendapatan repatriasi dari faktor produksi milik asing yang
dikerjakan oleh perusahaan ekspor ke-j.
NSG adalah merupakan suatu hasil akumulasi (komposit) dari 3 macam pengaruh
ekonomi, yaitu :
ii) “Economic rent”.
Economic rent dikaitkan dengan faktor-faktor kelangkaan dalam produksi,
misalnya sumber alam, tanah atau entrepreneurship.
“Rent” dari kegiatan ekspor diperoleh dari nilai output dikurangi semua biaya
dari faktor-faktor dalam produksi.
ii) Harga-harga pasar untuk input dan output dalam “ekonorni yang sedang
berkembang” seringkali tidak mencerminkan kelangkaan dari faktor-faktor dan
komoditas. Adanya divergensi antara “shadow price” dan harga pasar
menghasilkan suatu kesalahan alokasi dari sumber alam dan suatu kesalahan di
dalam nilai output yang sedang diadakan observasi.
iii) Industri-industri ekspor mempunyai kontribusi secara tak langsung terhadap
NSG kepada pendapatan lokal lewat “linkage effects” dan beberapa hubungan
ekonomi secara tidak langsung yang lain. Linkage effects terjadi bilamana
industri-industri ekspor menaikkan atau menurunkan “keuntungan” dari
industri-industri yang lain sebagai suatu akibat dari hubungan “intersectoral
supply and demand”.
Linkage benefits umumnya dihasilkan dari economies of scale, keuntungan
produktivitas dari penggunaan faktor-faktor yang bawah guna, atau hasil dari
externalities positif untuk sektor-sektor yang lain.
Linkage costs didasarkan dari hasil tidak adanya kesempatan kerja dari faktor-
faktor setempat atau dari suatu externality negatif terhadap sektor lain.
Penilaian dari linkage effects adalah evaluasi ekonomi negara, di mana ini
dapat dibagi dalam dua hal :
Group pertama, meliputi backward linkages, forward linkages dan
technological linkages.
Backward linkages meliputi penggunaan dari input dan barang-barang kapital
yang dihasilkan secara lokal oleh industri setempat, sedangkan forward
linkages meningkat apabila output dari industri ekspor digunakan sebagai input
oleh industri setempat yang lain.
Technological linkages berhubungan dengan berbagai external effects yang
diakibatkan oleh industri ekspor kepada industri-industri yang lain dalam
ekonomi, termasuk berkembang-luasnya suatu teknologi baru atau metoda-
metoda organisasi dan pembangunan infrastruktur.
Pengaruh-pengaruhnya dalam perkembangan ekonomi adalah oleh adanya
pendapatan tambahan, kesempatan kerja dalam industri-industri ekspor.
Group kedua, meliputi fiscal linkages dan final demand linkages.
Fiscal linkages didasarkan pada pembelanjaan dari faktor-faktor pendapatan
yang dibayar oleh industri ekspor. Suatu pengaruh dari final demand linkages
adalah positif, apabila pembelanjaan dari faktor pendapatan meningkat yang
dihasilkan oleh industri ekspor dapat mendorong industri-industri pertanian dan
industri-industri manufaktur lokal.

b) “Domestic Resources Cost” (DRC)


Untuk mengadakan evaluasi terhadap “social benefits and costs” dalam
hubungannya dengan suatu kegiatan ekspor dapat ditilik dari domestic
resource costs.
m
DRCj = ∑ fsj vs - Ej
s=2
uj - mj - rj

DRCj = domestic resources costs per unit dari foreign exchange yang
diperoleh (atau ditabung) oleh perusahaan ekspor ke-j.

Apabila DRC adalah lebih kecil daripada shadow price dari foreign
exchange, NSG adalah lebih besar dari nol (positif), dan apabila DRC adalah
lebih besar dari pada shadow price tersebut, maka NSG adalah negatif ini
merupakan hal yang menarik untuk diadakan observasi dalam hubungan
adanya hambatan-hambatan dari suatu pemisalan bahwa DRC untuk
memproduksi satu unit bersih dari nilai tukar asing dalam skala nyata
(deflated).

c) “Net Gain Coefficient” (NGC)

Ini untuk memperbandingkan beberapa kegiatan ekspor yang berbeda.


NSGj = (1 – m + rj) (1 – DRCj )
uj v1
NGC adalah sebagai perbandingan dari NSG terhadap output total yang
dinilai pada shadow price dari nilai tukar asing.

NGC menaik maka kontribusi dari kegiatan ekspor menaik dalam pendapatan
nasional.

NGC merupakan produk dari 2 hal, yaitu proposi dari nilai tukar asing yang
tetap tinggal di dalam negeri dan suatu perbandingan yang menunjukkan
efisiensi dari penggunaan sumber domestik.

d) Penyebaran dari pendapatan perorangan dan pendapatan produktif


(occupational) dan hasil dari kesempatan kerja dalam hubungannya dengan
komoditas ekspor.
Masing-masing pengaruh ini tergantung pada pemilihan teknologi yang
digunakan dalam kegiatan ekspor dan biaya relatif yang dibayarkan kepada
faktor yang digunakan dalam industri. Apabila nilai substitusi kecil di antara
faktor-faktor dalam proses produksi, teknologi biasanya adalah lebih penting
daripada harga relatif faktor dalam penyebarannya dari pendapatan dan
tingkat kesempatan kerja. Dari nilai substitusi besar, maka harga relatif dari
faktor-faktor akan lebih menentukan.
Kerangka analitis dari model ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam
observasi terhadap ekonomi negara, asal data yang diperlukan dalam peubah-
peubah penentu tersebut telah tersedia.
Model ini selanjutnya dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas atau
sekelompok komoditas (mineral, pertanian, dan lain-lain) dalam suatu periode
waktu ( tahun), dengan memakai suatu tahun sebagai basis perhitungan (dasar
“present value” atau “deflated value”).
Observasi ini dapat dibarengi dengan penilaian nilai ekspor secara
“aggregate analysis” ataupun “disaggregate analysis” terhadap ekonomi
negara. Ini akan ditulis pada kesempatan berikutnya, di mana telah dicoba
dalam tin dan karet sebagai pengkajian khusus.

Lampiran IV.4 Manfaat Sosial Neto Beberapa Perusahaan Pertambangan di Indonesia

5. Menjalankan misi community development secara optimum: fisik dan


nonfisik.
a.Kriteria keberhasilan CD adalah partisipasi dan kemandirian masyarakat :
kemausiaan, sosial, ekonomi, lingkungan.
b.Program :
1). Pengembangan kemandirian nonfisik atau sosial ekonomi.
2). Program fisik (sarana dan prasarana usaha) untuk wirausaha yang
menunjang ke arah kemandirian.
c. Konsep tentang Pengembangan masyarakat (community development).
1). Hakekat
Secara hakekat, comdev merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang
dilakukan oleh industri, pemerintah terhadap kehidupan komuniti lokal.
Tipologi/ruang lingkup program Comdev berorientasi pada:
a).Community services (pelayanan kepentingan umum/masyarakat).
b).Community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses
yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat).
c).Community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman
melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait).
Kasus salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan:
Cakupan bidang kegiatan yang dilaksanakan dalam program CD pada tahap
awal adalah menciptakan suatu kelembagaan bersama antara perusahaan dan
masyarakat setempat yang mengarah pada bentuk koperasi, kegiatan yang
dilakukan dalam rangka kelembagaan tersebut adalah pembudidayaan ikan
hias, rumput laut, pelatihan kepemimpinan, manajemen dsb; pembangunan
sarana dan prasarana fisik yang sifatnya umum seperti peningkatan kualitas
lingkungan, peningkatan sarana keagamaan, pendidikan, biang kesehatan,
membantu kegiatan olah raga.
Kelompok sasaran utama kegiatan CD di area kerja ialah masyarakat setempat
dengan dasar penetuan adalah bahwa masyarakat tersebut yang menerima
dampak langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoperasian fasilitas
produksi gas di wilayah tersebut. Dalam perjalanan waktu, dan untuk kegiatan
dari sektor tertentu, kelompok sasaran juga mencakup masyarakat di wilayah
lain, bahkan dalam hal tertentu (seperti beasiswa, olahraga) se wilayah yang
lebih besar.
Pedoman Comdev merupakan kegiatan yang dilakukan terencana dan
sistematis diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai
kondisi sosekbud yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebut
diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraan yang lebih baik.
2).Pola pikir.
Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar
prinsip bottom-up (Gambar 4.1).
Pada dasarnya batasan CD adalah sebagai pembangunan dan pemanfaatan
serangkaian struktur yang berlaku dan berlangsung dalam pemberdayaan
masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri. Prinsip dasar dalam pengembangan masyarakat adalah melibatkan
masyarakat dari sejak awal kegiatan untuk dapat mengenali kebutuhan-
Gambar III.5.1

kebutuhan yang nyata dan mewujudkan secara betrsama-sama dengan


berbagai pihak terkait. Suatu kenyataan bahwa masyarakat di sekitar
perusahaan besar sering kali dijumpai mempunyai tingkat kesejahteraan yang
masih rendah, meskipun diakui bahwa perusahaan telah memberi bantua
kepada mereka sekitarnya.
Prinsip dasar program pengembangan masyarakat adalah: (1) consult with the
community members and key stakeholders; (2) build trust between the
company, community members and other stakeholders; (3) clearly define
roles; (4) develop appropriate capacity; (5) mobilize core competencies; (6)
set measurable goals; (7) forge partnership; and (8) plan for sustainable.
Mengenai ruang lingkup CD mencakup upaya peningkatan kualitatif dari
suatu sistem, termasuk peningkatan pemanfaatan sumber daya yang dapat
dipelihara selama-lamanya dengan 2 perspektif pendekatan CD, yakni
ekologi dan keadilan sosial yang dapat dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip
operasional, misalnya pembangunan yang terintegrasi; ketidakadilan
struktural, hak asasi manusia; keberlanjutan; pemberdayaan; kepemilikan
masyarakat; kepercayaan diri; tanpa kekerasan; konsensus; kerjasama;
partisipasi; pendefinisian kebutuhan; keinklusifan; kebutuhan proses; proses
dan hasil; bangunan masyarakat; jenis keahlian lainnya; pengembangan
organisasi; tahapan pembangunan; tujuan jangka pendek dan visi akhir;
kebebasan dari negara; serta hak personal dan politik.
Dalam konteks pembangunan di sektor pertambangan, para ahli mencoba
menterjemahkan program CD dalam indikator kerakyatan yang dapat
ditelusuri dari beberapa hal, yaitu: pembangunan masyarakat, fisik, sosial,
ekonomi, lingkungan, budaya dan aspek legal yang sesuai dengan kondisi
sekarang di lapangan , program perusahaan, dan keinginan masyarakat
sekitar.
Sebagai ukuran dasar kerakyatan, kegiatan CD suatu perusahaan tambang
harus mencakup beberapa aspek penting, yakni:
- Hubungan perusahaan dan rakyat dalam suatu program CD, dengan
indikator- indikatornya : program CD memiliki konsep yang jelas, bagian
khusus yang memiliki full-time staff yang dapat bekerjasama dengan para
stakeholders terutama pemda dan masyarakat setempat, cakupan program
yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, kesinambungan waktu,
dan proses perencanaan.
- Aspek fisik (physical infrastructure capacity building), dengan indikator:
keberadaan pembangunan infratsruktur yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat antara lain ekonomi, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian;
distribusi pembangunan dari sisi geografis dan sektoral; pelaku dan
penyandang dana fungsi pemeliharaan, serta ketersediaan sarana misalnya air
bersih.
- Aspek sosial, dengan indikator: penggunaan tenaga kerja lokal (jumlah dan
kualitas); lapangan kerja pada masa konstruksi dan masa produksi;
peningkatan ketrampilan; dan perencanaan yang partisipatif. Aspek sosial ini
meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, olahraga dan kesenian.
- Aspek ekonomi, dengan indikator: hubungan perusahaan dan ekonomi
masyarakat setempat secara backward, forward, final demand, dan
technological lingkages; bantuan teknis berupa permodalan, bantuan
manajemen, pengembangan institusi ekonomi masyarakat setempat, teknologi
dan pemasaran.
- Aspek lingkungan (fisik) yang mencakup dua hal, yaitu: program
rehabilitasi lahan dan sumber alam, serta adanya peningkatan keamanan
pangan.
- Aspek budaya dan legalitas dengan indikator: regulasi penguasaan tanah;
aspek legal tentang pendatang dan perlindungan masyarakat setempat;
pembedayaan wanita; masalah lingkungan (keberlanutan sumber daya alam);
jaminan sosial ekonomi pasca pertambangan.
- Hubungan antara perusahaan dan pemda, dengan indikator: keterkaitan
program CD dengan rencana pembangunan daerah; porsi dana dari perusahaan
bagi pembangunan daerah; pola kemitraan di antara keduanya dalam program
CD; kemudahan partisipasi bagi LSM dalam pelaksanaan program CD.
Di dalam industri pertambangan kegiatan CD tersebut merupakan investasi
sosial dalam upaya meningkatkan kinerja produksi perusahaan tambang,
karena dapat menghilangkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat
serta menjamin kelangsungan kegiatan usahanya, bahkan kalau mungkin
masyarakat dapat merasakan dan ikut “memiliki” perusahaan. Kegiatan CD
sebagai inti dari corporate social responsibility, bahwa manajemen
perusahaan tambang mempunyai kewajiban moral untuk membantu
kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dalam dimensi pemberdayaan masyarakat, peran perusahaan tambang
selain sebagi fasilitator juga berfungsi sebagai penggerak mula untuk
mempercepat peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat menuju
masyarakat yang memiliki kemandirian. Agar proses tersebut dapat optimal,
maka peran tersebut harus merupakan bagian integral dari kegiatan
pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemda, terutama dalam
mengembangkan potensi wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hal
ini penting mengingat tuntutan masyarakat dalam era reformasi mengalami
peningkatan.
Para manajer korporat telah menyadari bahwa secara umum perusahaan
merupakan “servant of community”, perusahaan bukanlah apa-apa tanpa
adanya masyarakat. Perusahaan harus tidak hanya berpikir untuk
keuntungannya belaka, tetapi harus berwawasan lebih luas untuk dengan
sungguh-sungguh menunjang pertumbuhan ekonomi negara dan daerah di
mana mereka berbisnis.
3).Ruang lingkup.
Ruang lingkup studi tentang CD dapat meliputi:
- Inventarisasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
berdasarkan beberapa instrumen, antara lain: wadah organisasi/lembaga,
program, anggaran, target group, dan lain-lain.
- Identifikasi dan analisis terhadap karakteristik/kekhasan masyarakat,
antara lain: skala manusiawi, identitas dan pemilikan, kewajiban, nilai-nilai
pewarisan, budaya, nilai-nilai kedaerahan.
- Identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor keberhasilan pembangunan
yang meliput: alternatif pembangunan, bebas dari tekanan, dan pembangunan
dari bawah.
- Identifikasi dan analisis terhadap keterkaitan dan manfaat usaha
pertambangan terhadap daerah. Nilai manfaat ini sering disebut nilai manfaat
sosial (net social gain) yaitu nilai perolehan total perusahaan dikurangi faktor
masukan dan intermedier ditambah efek eksternal neto.
- Identifikasi dan analisis terhadap potensi wilayah yang dapat mendukung
kegiatan usaha pertambangan dengan menyertakan partisipasi masyarakat.
- Merumuskan dan menyusun program CD yang standar bagi perusahaan
pertambangan dengan memperhatikan kekhasan daerah dan masyarakat
setempat.
a).Upaya.
Perusahaan dituntut melakukan upaya-upaya sebagi berikut:
- Membina dan mengembangkan hubungan secara harmonis dengan
mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, solidaritas fan penghargaan
serta martabat manusia;
- Meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi tentang kegiatan
perencanaan, pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya mineral untuk
kepentingan msyarakat.
- Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sekitar tambang
agar mereka lebih mandiri, meiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar global.
- Meningkatkan upaya pelestarian alam secara optimal dan pemanfaatan
kekayaannya secara proporsional menghadapi pasca tambang dalam rangka
transformasi struktural sosial ekonomi.
- Meningkatkan suasana kondusif bagi pengembangan dunia usaha,
koperasi, pengusaha kecil, dan lembaga ekonomi kerakyatan untuk
kemaslahatan masyarakat.
- Menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam
upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat.
- Meningkatkan suasana kehidupan masyarakat yang lebih maju melalui
penataan lingkungan yang lebih manusiawi.
- Membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis dan bermakna
dengan pemda dan lembaga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.
- Membina rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat
terhada perusahaan.
b).Keluaran solusi.
- Mendorong kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat terutama di
sekitar lokasi kerja perusahaan, sekaligus menyiapkan mereka dalam proses
transformasi struktural pasca tambang dari kehidupan berdasarkan ekonomi
pertambangan ke ekonomi non-pertambangan.
- Pemerataan pembangunan.
- Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja.
- Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
- Tercipta kondisi hubungan kehidupan yang harmonis, mutualistis dan
sinergis antara masyarakat setempat dengan perusahaan.
d. Peran Sektor ESDM
1).Pada tahun 2001, kontribusi pada APBN 36%, PDB 13,76%.
2).Multiplier effect : comdev melalui pembanungan sarana, prasarana,
ekonomi rakyat, pengembangan SDM serta sumberdaya yang lain..
3).Mengupayakan terciptanya pembangunan pertambangan berkelanjutan.
Berkelanjutan, apabila:
= Memperhatikan misi lingkungan.
= Memiliki tanggung jawab sosial.
= Konsep bangjut terimplementasi dalam kebijakan tingkat masyarakat,
industri maupun pemerintah.
= Program bangjut memiliki ketersediaan dana cukup dan mempunyai nilai
keuntungan.
e. Kaitan Comdev dan kepentingan mikro dan makro ekonomi
1). Alasan perusahaan melakukan Comdev (Bangmas):
- Mendapatkan izin lokal.
- Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam kerangka bangjut
secara keseluruhan (holistik) bagi swasta, pemerintah dan masyarakat.
Keberlanjutan mengarah pada keberlanjutan manusia (human), sosial (social),
ekonomi (economic), dan lingkungan (environment).
- Bagian dari pembentukan reputasi korporat melalui corporate social
responsibility (CSR). CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
ekonomi pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti setempat dan
masyarakat keseluturuhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
- Menciptakan akses pasar yang lebih luas.
CD merupakan tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban semua
stakeholder yang terlibat (perusahaan, pemerintah dan masyarakat).
2).Comdev penting bagi korporat.
a).Untuk mendapatkan izin lokal (beradaptasi dan harmonisasi kegiatan usaha
dengan komuniti lokal).
b).Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam pengembangan
kemandirian masyarakat.
c).Potensi meningkatkan nilai usaha terhadap perusahaan dalam hubungannya
dengan good corporate governance, sebagai cara untuk memenuhi sasaran
usaha.
3).Manfaat program comdev dari mikro ke makro:
a).Mengurangi tingkat resiko.
b).Membentuk reputasi korporat.
c).Membangun modal sosial (kualitas SDM).
d).Mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya lokal).
e).Menambah pendapatan/keuntungan.
f).Meningkatkan akses ke pasar.
f.Manajemen program dan pemecahan masalah.
1).Prinsip dasar siklus pengelolaan program (project management): partisipasi,
tranparansi dan akuntabilitas , dengan kegiatan identifikasi, monitoring dan
evaluasi:
2).Perencanaan terdiri dari kegiatan:
a). Identifikasi lingsos.
b). Identifikasi program.
c). Pembuatan proposal.
*Hasil identifikasi digulirkan ke stakeholder anggota masyarakat.
*Diutamakan proposal dari komuniti lokal.
*Tim penilai beranggotakan komuniti lokal, pendatang, korporat, pemerintah
daerah dan LSM.
Kasus di sebuah perusahaan pertambangan:
Menyadari bahwa konsep ideal perencanaan program bangmas adalah
perencanaan berperanserta (participatory planning), maka dalam
penyusunan perencanaan program tersebut, perusahaan berupaya
menempuh proses sebagaimana dapat disimak berdasar pada diakronis
kegiatan yang dapat dipaparkan sbb:
*Diadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat lokal dengan konsultan
untuk mencari masukan guna membuat model bangmas.
*Penyerahan konsep proposal bangmas oleh konsultan, dievaluasi dan
disetujui.
*Proposal dipresentasikan ke kantor pusat dan Pemda Tk II.
*Pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana fisik.
Implementasi:
*Keterkaitan aktivitas usaha jasa penunjang dengan CD.
*Memaksimalkan TK lokal, dengan cara:
#Pengupahan tenaga lokal bagi seluruh jenis pekerjaan yang tersedia.
#Pelatihan tenaga lokal dengan kerjasama dengan pemerintah daerah.
#Pengembangan tenaga lokal melalui pelatihan kemampuan manajerial.
Menggunakan TkK lokal dalam program CD mempernudah analisis
kebutuhan bagi kemuniti lokal karena mempunyai kesamaan pandangan
kebudayaan.
*Memakai subkontraktor lokal.
*Menjalin usaha dengan komuniti pendatang.
*Memaksimalkan keuntungan dari infrastruktur.
*Mengintegrasikan kepedulian CD ke dalam proses pengembilan keputusan
usaha.
*Melakukan kemitraan dan kerjasama dalam usaha CD.
d). Penilaian proposal.
e). Persetujuan proposal.
2). Identifikasi lingsos dan identifikasi program:
a). Identifikasi lingsos.
iii. Pemetaan sosial.
iv. Identifikasi pranata sosial komuniti lokal dan komuniti pendatang.
Pranatan sosial atau institusi sosial adalah sistem antar hubungan norma dan
peranan yang diadakan dan dilakukan guna pemenuhan lebutuhan yang
dianggap penting oleh masyarakat, atau aktivitas khusus masyarakat. Norma
dalam institusi sosial datangnya dari nilai budaya.
iii.Identifikasi pola interaksi komuniti lokal dan komuniti pendatang.
iv.Identifikasi kebudayaan komuniti lokal dan pendatang.
v.Identifikasi peesaingan, konflik, dan kerjasama sosial.
b). Identifikasi prgram yang akan diterapkan.
*Skala prioritas program.
*Jaringan sosial antar unit produksi dan jasa penunjang.
*Penyelarasan kebutuhan korporat dan masyarakat.
*Kabutuhan tenaga kerja.
*Perekrutan tenaga kerja.
c). Perancangan program:
=Tujuan program harus mencakup kebutuhan komuniti lokal dan
pendatang.
=Aktivitas apa yang akan dilakukan.
=Hasil yang diharapkan.
=Sumber daya yang akan digunakan.
d). Penilaian program:
=Pagu dana yang disesuaikan antara kebutuhan dan dan ketersediaan.
=Keterkaitan usulan program dan tema program dengan kebutuhan
masyarakat yang disepakati..
=Keterwakilan pelibatan masyarakat dalam tim penilai.
e). Diskusi tim CD dengan unsur stakeholder.
f). Persetujuan program dengan pertimbangan:
= Apakah program dapat mengurangi kemiskinan.
=Asal proposal dari komuniti asli/pendatang.
=Aktivitasberdasar pada asa partisipasi.
=Program bersifat adhoc/sementara atau terputus.
g). Pelaksanaan program:
=Bentuk kerjasama dalam pengembangan masyarakat lokal.
=Rekanan yang terlibat; NGO, CBO, pemerintah, pemda, kepolisian.
Mengintegrasikan kepedulian terhadap perbedaan sosial budaya antara
perusahaan dan komuniti lokal diperlukan dalam keputusan usaha utnuk
keberlanjutan aktivitas perusahaan.
Kinerja organisasi yang dapat diajak bekerjasama:
*Mempunyai kemampuan CD.
*Memiliki pengetahuan tentang komuniti lokal.
*Kredibilitas.
*Manajemen keuangan yang transparan.
Pemilihan NGO sebagai jaringan sosial dengan perusahaan hendaknya
disesuaikan dengan model kebutuhan yang diperlukan bagi korporat dan
komuniti lokal.
Kasus pada sebuah industri pertambangan:
*Kegiatan dari pelaksanaan program CD di bidang pertambangan pada
dasarnya bersandar pada rentang waktu untuk perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi program sampai berakhirnya perusahaan di daerah tersebut.
Sedangkan organisasi pelaksana program CD berada pada intern
perusahaan yang pada dasarnya bekerjasama dengan berbagai pihak, di
antaranya: pemerintah setempat (kabupaten, kecamatan, desa) perguruan
tinggi, dinas teknis (kesehatan, perikanan, perhutani), kontraktor/konsultan
lingkungan.
*Kelompok sasaran kegiatan program CD adalah masyarakat desa yang
menerima dampak langsung dari adanya kegiatan perusahaan. Sedangkan
hasil yang diharapkan dari adanya program CD sampai sekarang belum
menampakkan hasil yaitu kemandirian masyarakat. Sampai sekarang
masyarakat hanya mampu menerima saja dan belum mampu untuk
mengembangkan apa saja yang sudah dibangun secara bersama.
h). Pemantauan program.
Monitoring program lebih baik dilakukan oleh komuniti lokal dengan sudut
pandang keberhasilan berdasar pada kebudayaan komuniti lokal yang
bersangkutan.
i). Evaluasi.
f.Kategori Comdev dan kasus
1).Comdev dan tipologi wilayah kerja industri ESDM, ada 3 kategori:
- Diaspora, dengan titik-titik pengusahaan menyebar.
- Spot, areal pertambangan yang terkonsentrasi pada satu tempat.
- Linear, suatu bentuk wulayah dampak yang disebabkan adanya kegiatan
proyek yang mencakup beberapa wilayah.
2).Kasus
CD dan pola kehidupan komuniti.
-Berburu meramu.
-Berladang berpindah atau ladang bakar.
-Pastoral.
-Sistem pertanian tanpa irigasi.
-Masyarakat dengan sistem mata pencaharian bertani menetap dengan
irigasi.
-Masyarakat industri dengan sistem perdagangan jasa dan barang sebagai
mata pencaharian pokoknya.
g.Keterkaitan stakeholder.
-Langkah korporat:
-Langkah pemerintah.
-Langkah komuniti.
h.Peranan Humas perusahaan
1).Humas bukan sekedar sebagai ”terompet bisnis” perusahaan tetapi harus
mampu sebagai completed staff work bagi pimpinan perusahaan dalam
berkomunikasi untuk mengupulkan/mencari indikator dan mengukur tingkat
keberhasilan program Comdev. Selanjut temuannya harus makin meperbaiki
citra hubungan harmonis antara perusahaan dan komuniti setempat dalam
menykseskan program CD-nya.
Pengetahuan tersebut diturunkan dari konsep partisipasi (program CD) dan
keberlanjutan (strategi program untuk menunjang kemandirian komuniti dari
sisi human, sosial, lingkungan dan ekonomi).
Partisipasi: pasif, respon, konsultasi, pemberian materi, fungsional, interaktif,
mobilisasi diri.
Keberlanjutan: kemanusiaan (human sustainability), sosial (social
sustainability), lingkungan (environment sustainability), ekonomi (economic
sustainability).
Tujuh tingkatan partisipasi merupakan ukuran keberhasilan dari suatu
program yang disesuaikan dengan rencana dan sasaran program dan juga
dipakai sebagai patokan keberhasilan dengan mengacu pada bentuk
partisipasi dalam identifikasi sosial.
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan multietnik dan
multiculture. Di mana kebudayaan yang berlaku mengacu pada bentuk
kebudayaan nasional. Suku bangsa dan umum lokal yang kemunculannya
pada konteks tertentu pada masyarakat yang sama.
Aturan perusahaan/pemerintah akan dipahami dan diinterpretasi oleh komuniti
lokal dengan memakai kebudayaan yang dipunyai, sehingga perwujudannya
akan berbeda satu sama lain.
Pemahaman partisipasi antar masing-masing komuniti dan kebudayaan akan
berde-beda satu sama lain.
2). Pembangunan menimbulkan transformasi progresif pada ekonomi dan
masyarakat.
Elemen-elemen keberlanjutan menjadi penting:
- Ketersediaan dana.
- Misi lingkungan.
- Tanggungjawab sosial
- Implementasi dalam kebijakan.
*Nilai keuntungan.
- Keuntungan dari sustainability:
*Mengurangi biaya.
*Menambah keuntungan.
*Mengurangi resiko.
*Membentuk reputasi.
*Menciptakan modal sosial.
*Menciptakan akses pasar.
Empat komponen keberlanjutan:
*Keberlajutan di bidang manusia, kualitas individu meningkat (pendidikan,
kesehatan, ketrampilan, pengetahuan dan akses terhadap modal
manusia).
*Keberlanjutan di bidang sosial, ketahanan pranata sosial, modal sosial.
*Keberlanjutan di bidang lingkungan hidup, kemampuan menjaga
kestabilan modal lingkungan hidup.
*Keberlanjutan di bidang ekonomi, penggunaan modal ekonomi secara
efisien.
3). Partisipasi diukur dengan:
a). Internal (sisi korporat).
• Kebijakan perusahaan tentang CD.
• Institusionalisasi kebiakan dalam organisasi.
• Program CD dan lokasi biaya.
• Kinerja atau output yang dihasilkan program.
b). Eksternal (sisi pemerintah dan komuniti).
*Tingkat partisipasi program (rencana-implementasi, monitoring dan
evaluasi).
*Tingkat kemandirian masyarakat.
*Keberlanjutan dari program.
i. Langkah ke depan
1).Masyarakat Indonesia yang multikultur akan menciptakan suatu peluang dan
tantangan yang harus dilakukan oleh CD:
• Sebagai penghubung antara rakyat, pemerintah dan swasta.
• Perekat industri dan masyarakat sebagai elemen yang terlibat langsung
atau tidak langsung.
2).Faktor kunci kepedulian industri terhadap masalah sosial:
*Melakukan assessment.
*Mengadaptasikan program.
*Memastikan keberlajutan.
*Menghargai kesetaraan.
*Mengembangkan kesadaran pengelolaan isu sosial.
3).Langkah industri dalam mengintegrasikan kepedulian sosial:
*Kepekaan terhadap masalah sosial.
*Penilaian cermat terhadap resiko sosial.
*Tanggap terhadap perubahan.
*Proses industri dipengaruhi perkembangan masyarakat.
*Membangun kemitraan semua pihak.
*Membuat mekanisme hubungan antar stakeholder.
*Mengevaluasi efektivitas dan ivestasi sosial.
4).CD dalam lingkup pertambangan dapat berperan sebagai komunikator
sekaligus sebagai katalisator yang merupakan jembatan antara industri dan
komuniti yang ada di sekitarnya.
Percampuran dan adaptasi sosial budaya terjadi di masyarakat antara komuniti
lokal, pendatang, industri, dan pemerintah.
CD sebagai alat untuk transformasi sosial, budaya, ekonomi, teknologi
masing-masing komuniti.
-Melalui audit sosial (sistematis, reguler, objektif dengan orientasi masa
mendatang).
Audit sosial merupakan perangkat untuk menilai suatu program yang
sudah berjalan di masyarakat apakah program yang bersangkutan sesuai
dengan sasaran yang telah direncanakan yaitu peningkatan pola hidup
komuniti lokal.
-Observasi partisipasi atau partisipatori merupakan metode yang yang tepat
untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan (needs)
anggota masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri.
5).Industri tidak lagi hanya mewujudkan citranya melalui kampanye atau
public relation tetapi harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada
kepentingan publik. Pengusahaan yang akuntabel akan memperhatikan CSR
semaksimal mungkin dalam kerangka mewujudkan good corporate
governance.
Issu Johannesburg 2002, sektor industri ESDM:
-Sumber daya yang tidak terbaharui.
-Eliminasi dampak sosial negatif.
-Kemandirian melalui kemitraan masyarakat lokal.
Tujuan CD adalah empowerment.
6).UU Program Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2000, khusus ESDM:
-Prioritas kepada usaha yang mendukung CD.
-Pembangunan daerah perwujudan Otda.
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berisikan kewajiban
industri ekstraksi untuk:
-Menerapkan CD.
-Perlindungan komuniti lokal.
-Kemitraan antar stakeholder.
7).Program CD:
-Bukan peredam konflik.
-Tidak menomorduakan komuniti lokal.
-Bukan pajangan semata.
Tetapi sebagai elemen utama dalam menjaga stabilitas usaha/investasi.
8).Kerangka berpikir untuk CD memakai pemahaman masyarakat dari sudut
masyarakat itu sendiri dan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh).
9).CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat/komuniti yang dilakukan
secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses
masyarakat gunamencapai kondisi sosial, ekonomi budaya dan kualitas
kehidupan yang lebih baik.
Hakekat CD: proses adaptasi sosial budaya, orientasi kepada kemandirian ,
strategi komuniti untuk kehidupan setelah kegiatan pertambangan selesai.
10).Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ann, 1998; Worl Business
Council for Sustainable Development, 2002).
Kasus perusahaan jasa penunjang yang berkaitan dengan industri ESDM,
salah satu programnya adalah: mendidik beberapa tenaga kerja lokal yang
masih baru untuk dapat berperan dalam perusahaan di mana mereka bekerja.
Menciptakan kemandirian dengan cara mengenalkan kepada anak didik ke
daerah lain di Indonesia yang menggunakan teknologi serupa, sehingga usaha
ini bertujuan menuju ke arah kemandirian dan usaha untuk meningkatkan etos
kerja bagi anak didik.
Tujuan lain dari pendidikan ini adalah selain menjadi izin lokal bagi
perusahaan tersebut juga mengefisienkan biaya operasi dengan menggunakan
sumber daya lokal.
Kebudayaan adalah seperangkat nilai, aturan, pengetahuan dan norma yang
dipunyai oleh manusia yang dipakai untuk memahami lingkungannya dan
dipakai untuk mendorong terwujudnya tingkah laku (Suparlan, 2002).
j. Penutup
1).Tanpa good corporate governance tidak mungkin tercipta CSR.
Demokrasi menyangkut:
*Kepedulian dalam kepentingan dan pemilikan publik.
*Penciptaan struktur yang peduli terhadap pengambila keputusan, aspirasi dan
akuntabilitas.
Korporat tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan stakeholder dalam
pengelolaan lingkungan yang ada, baik komuniti sekitar sebagai lingkungan
sosial, juga sumber daya alam yang tak terbarukan. Sehingga korporat harus
memperlakukan ke semua lingkungan tersebut secara seimbang dan berfungsi
satu sama lain sebagai sebuah sistem.
2).Langkah pemerintah dalam sustainable development:
*Pemberian aturan administtrasi dan prosedur monitoring dalam kaitannya
dengan lingkungan dan persetujuan sosial.
*Melakukan kegiatan praktis berkenaan dengan lingkungan dan pengkajian
sosial. Jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses.
*Menjamin adanya monitoring dengan melalui jasa komuniti.
*Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan di dalam fiskal dan
kebijakan desentralisasi.
*Menyiapkan jasa dalam penutupan tambang dan memonitor kagiatan
penutupan tambang.
3).Langkah komuniti dalam sustainable development:
*Belajar tentang tambang, menyiapkan usulan apabila diperlukan.
*Mengorganisasikan anggota dan menciptakan konsensus.
Membangun mekanisasi untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik.
Membangun kepemimpinan dan kapasitas komuniti.
Menghindari ketergantungan.
Membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek.
Membangun pendekatan regional dengan komuniti lain.
*Persiapan menghadapi situasi penutupan proyek.
Memonitor rehabilitasi tambang, membersihkan aset yang tidak berguna.
Membangun jasa pasca konstruksi perusahaan.
4).Uraian ini bersifat adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat
sehingga senantiasa mengalami pergeseran dan merupakan substansi yang
dinamis.

4. Menjalankan program pengembangan wilayah: jangka pendek, menengah


dan panjang, dalam rangka membantu Pemerintah.
a. Menyiapkan program rencana penutupan tambang (SK MESDM No.
1211/1995): penutupan tambang, likuidasi aset perusahaan, rehabilitasi lahan
pasca tambang, dll.
b. Menjalankan program pengembangan fisik: sarana/prasarana daerah, tata ruang,
lingkungan fisik.
c. Menjalankan program pengembangan nonfisik: ekonomi sosial wilayah/daerah,
modernisasi daerah, CD, menjalankan program pemerintah untuk kepentingan
daerah dan nasional.
Ilmu regional (pengembangan wilayah) dapat diberi batasan-batasan seperti
berikut:
a)Suatu studi tentang masalah atau sifat laku sosial, ekonomi, politik, dalam suatu
dimensi ruang;
b)Ilmu ekonomi yang diterapkan mengait dengan ilmu sosial-budaya, politik dan
lingkungan dalam dimensi waktu dan ruang dalam upaya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi-sosial yang merata;
c)Ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah dalam suatu sistem, yang
mencakup hubungan ruang (ecosystem) dan manusia dengan segenap kegiatannya
(social system), serta kaitannya dalam membentuk suatu kesatuan yang lebih luas
guna pengembangannya termasuk kelestarian dari wilayah tersebut.
Secara sederhana pengembangan regional (wilayah) dapat digambarkan sebagai
proses pada Gambar 1.
Pengembangan regional dalam arti pembangunan ekonomi regional merupakan
bagian dari masalah pemerataan (pembangunan) ekonomi.Dengan demikian sasaran
pengembangan regional adalah untuk menciptakan keseimbangan kemajuan
ekonomi antara daerah (atau wilayah) yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain,
pengembangan regional adalah untuk mencegah sejauh mungkin kesenjangan
kemajuan ekonomi antardaerah. Dan pada kenyataannya, kesenjangan atau
ketidakseimbangan ekonomi-sosial tersebut terdapat di dalam antardaerah di
Indonesia.
Pembangunan regional berkelanjutan terdiri dari kata-kata: pembangunan
yang berarti suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan dan pertumbuhan,
regional yang berarti skala wilayah atau daerah, dan berkelanjutan yang berarti
efisien*), terjadi pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan serta
berwawasan lingkungan. Pada hakekatnya, pembangunan regional
berkelanjutan adalah kegiatan yang menciptakan perubahan dan pertumbuhan
pada skala wilayah secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup, untuk mencapai tujuan.
Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum
ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan
sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, J.T, 1986). Wilayah (region) dalam pengertian
geografi, merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau homogen,
atau seragam, dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta kebudayaan yang
serba sama yang mempnuyai ciri yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat
dibedakan dari wilayah yang lain. Wilayah geografi dapat mengandung wilayah
geologi, wilayah tubuh tanah, wilayah vegetasi, wilayah bahasa, wilayah ekonomi,
wilayah sejarah dan sebagainya. Ada dua macam pengertian wilayah, yaitu
pengertian internasional (dapat meliputi beberapa negara yang mempunyau
kesatuan alam dan kesatuan manusia), dan pengertian nasional (merupakan
sebagian dari negara tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan
manusia.
Dalam hal ini misalnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan bahan galian, kriteria
penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pernanfaatan
bahan galian industri dimaksudkan sebagai tolok ukur kelulusan dan segi nonfisik
bagi kelangsungan suatu usaha penambangan/pengolahan bahan galian tersebut
dalam hubungannya dengan program pengembangan wilayah di daerah. Kriteria
nonfisik perlu dipadukan dengan kriteria fisik. Kedua kriteria fisik dan nonfisik
tersebut diperlukan dalam penilaian bagi suatu hasil atau suatu rencana hasil
pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya alam dalam proses pengembangan
regional (wilayah). Dalam hal ini bahan galian industri merupakan bahan galian
yang mempunyai penting dalam pengembangan wilayah (regional).
Beberapa kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi
pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya mineral industri untuk menunjang usaha
pemerataan, yaitu:
(1) Mendukung peningkatan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan
ekonomi antardaerah.
Pengembangan sumber daya mineral di daerah diharapkan mampu menunjang dan
merangsang pembangunan regional dalam hal meningkatkan keterkaitan antarsektor
di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah dengan menghasilkan komoditas-
komoditas yang mempunyai nilai tambah setinggi-tingginya.
Sebagai contoh:
- Menunjang keterkaitan antarsektor, antara lain penyediaan batu dan pasir bagi
pembangunan prasarana jalan, perumahan, penyediaan bahan baku/mentah kaolin
bagi industri kertas, kwarsa bagi industri gelas, dan penyediaan pupuk dan batu
gamping bagi penetralan lahan pertanian/perkebunan daerah transmigrasi misalnya
di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
- Menunjang keterkaitan antardaerah antara lain penyediaan batu untuk bangunan
jalan dari daerah Semarang ke Kalimantan Tengah dan dari Sulawesi Tengah ke
Kalimantan Timur, penyediaan kwarsa dari Kalimantan Timur dan Belitung untuk
PT Inti Glass di Jawa Timur.
(2) Mendukung pembangunan di daerah yang mencakup
(a) Meningkatkan pembangunan daerah berpendapatan rendah atau daerah
terbelakang.
Sebagai contoh :
Antara lain daripada menambang pasir di daerah surplus Tangerang lebih baik
menambangnya di daerah minus Lebak (Banten Tengah).
(b) Meningkatkan pemanfaatan setempat yang setinggi-tingginya di daerah
antara lain dalam hal penciptaan kesempatan kerja setempat, peningkatan
pendapatan per kepala, peningkatan kemampuan kewiraswastaan (keterampilan
berusaha) dan produktivitas.
-Penambangan pasir di Tangerang, batu di Kabupaten Semarang dan lain-lain
hendaknya dapat menciptakan kesempatan kerja dan manfaat-manfaat ekonomis
yang lain bagi penduduk setempat.
-Di samping itu apabila potensi bahan galian telah habis tertambang dapat
dimungkinkan adanya kepastian kelanjutan pengalihan ke arah transformasi usaha
jenis lain antara lain tambak ikan pada bekas tambang, pertanian (perkebunan)
setelah adanya reklamasi bekas tambang.
(c) Menunjang usaha dalam memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi antar
daerah, di samping juga meningkatkan pembangunan daerah terpencil, antara lain
penciptaan pola transmigrasi pertambangan ke daerah-daerah potensial sumber
daya mineral di luar Jambal (Jawa-Madura-Bali).
Sebagai contoh :
Menciptakan usaha tambang di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Tengah di daerah-daerah proyeksi jaringan jalan, daerah industri dan daerah
pemukiman yang akan dibangun.
(d) Menunjang penciptaan dampak positif yang lain secara tidak langsung bagi
pengembangan wilayah misalnya:
i) Kemudahan keterdapatan dan pertukaran faktor-faktor masukan antar daerah
untuk peningkatan usaha ekonomi antara lain:
-tenaga kerja terampil yaitu para transmigrasi sebagai penambang secara
alamiah di daerah asalnya.
-modal dan teknologi yang dibawa oleh (dan) para transmigran penambang
alami secara swakarsa.
-informasi tentang adanya pasaran komoditas mineral di daerah setempat dan
daerah lain.
ii) Modernisasi daerah dalam hal ini:
-penciptaan prasarana memudahkan komunikasi antardaerah;
-keorganisasian usaha yang meningkatkan kemampuan masyarakat setempat
dalam pengelolaan usaha secara terorganisasi;
-sikap mental dan cara hidup masyarakat setempat dalam usaha secara lebih
maju.
iv) Kemandirian daerah dalam hal swadaya usaha. Contohnya: suatu masyarakat
daerah yang ingin membangun rumahnya dengan tembok maka mereka
mampu membuat bata sendiri.
3) Menunjang usaha pelestarian lingkungan nonfisik, antara lain bahwa dengan
timbulnya kegiatan pertambangan di daerah turut mengembangkan tingkat
sosial-ekonomi dengan turut meningkatkan kemantapan misalnya dalam segi
pendidikan dan kesehatan dalam rangka pengembangan masyarakat di daerah.
Dengan adanya usaha tambang di suatu daerah tidak diharapkan adanya
pengaruh-pengaruh budaya negatif terhadap budaya masyarakat setempat,
tetapi justru diharapkan menunjang kelestarian budaya setempat.
4) Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan misi
strategis dalam rangka menunjang antara lain kestabilan politik. Adanya suatu
kebijaksanaan pemerintah untuk membuka tambang di suatu daerah dengan
tujuan antardaerah tersebut mulai berperan serta dalam pembangunan. Pada
dasarnya, pedoman kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam
pengembangan sumber daya mineral industri tersebut merupakan salah satu
sarana penyaringan sekaligus pendukung optimalisasi pemanfaatan sumber
daya mineral secara efisien dan rasional bagi pengembangan daerah melalui
tata ruang kesepakatan.
Gambar 4.1
Proses Pengembangan Regional (Wilayah)

Masukan Proses Pengalihan Keluaran Kriteria Penilaian

Re - Evaluasi

Sumber Daya Alam Prasarana Prasarana dan Sarana


- Terbarukan Sarana dan Tata Ruang
- Tak Terbarukan Lingkungan Lingkungan Hidup (Fisik)
(Mineral) Fisik

Sumber Daya Manusia


Pengembangan
- Bekerja Regional Terpadu & Seimbang 1. Mendukung Keterkaitan Ekonomi
- Belum Bekerja antarsektor di daerah dan
Keterkaitan antardaerah
Sumber Daya Penunjang Misi: Pemerataan Sosial-Ekonomi 2. Mendukung Pembangunan di
Modal daerah:
Kebijaksanaan - Pembangunan daerah ber
Kelembagaan pendapatan rendah/terbelakang
Prasarana Lain - Kemanfaatan setempat di daerah
Antara lain: kesempatan kerja
- Memperkecil kesenjangan sosial
ekonomi antardaerah
- Meningkatakan swadaya usaha
dan kemajuan masyarakat.
3. Lingkungan Sosial Ekonomi
4. Memenuhi penugasan Pemerintah
Pusat / Daera
5. Menjalankan kewajiban dan loyal terhadap pemerintah dengan baik: pemerintah tempat berusaha dan pemerintah
asalnya.
a.Membayar segenap kewajiban pajak dan kewajiban keuangan perusahaan pertambangan.
1). Iuran tetap (Dead rent):US$ 0.025 – 3 /ha.
2).Iuran produksi/eksploitasi (royalty).
a). Konsentrat (Cu + Au)
i. CR Cu = [(P x ACP) – SRFS]] x PCT.
PCT → s.d US$ 0,9 → 1,5
→ s.l.d. US$ 1,1 → 3,5
→ US$ 0,9 – 1,1 → 1,5 + (ACP – 90)/10
ii. CR (Au/Ag) = 1% harga jual.
b). Mineral
i. US$ 0,001 – 0,15/kg (7 mineral a.l.: besi, air raksa).
ii. US$0,10 – 50/ton (16 mineral: batu gamping, yodium).
iii. 4% - 10% harga jual (4 mineral/batu berharga).
3.).PPH Badan
a. 15%, PKP, s.l.k. Rp 10 juta.
b. 25%, PKP, l.b. Rp 10 juta – s.l.k. Rp 50 juta.
c. 30%, PKP, l.b. Rp 50 juta.
4). PPH karyawan pasal 21, 26 UU No. 7Tahun 1983).
5). PPH bunga, dividen, sewa, jasa (PPH 1984).
6). PPN (UU No. 8 Tahun 1970).
7). Bea materai (UU. No. 13 Tahun 1985).
8). Bea Masuk (UU No. 11 Tahun 1970).
9). PBB:
a. Pra produksi = Iuran tetap.
b. Periode produksi = Iuran Tetap + 0.5% x 20% dari penerimaan kotor.
10). Pungutan/Pajak Pemda.
11). Administrasi umum.
12). PHP kendaraan bermotor.
13.Pemenuhan kewajiban pajak
b. Mematuhi segenap peraturan yang ada.
Acuan pola dasar kebijakan terkait /Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1). Undang-Undang Dasar 1945: Pembukaan, pasal 33 ayat 3.
2). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang mencakup lingkungan fisik (kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan) dan lingkungan non fisik (mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya) yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain, perlu dikelola secara terpadu
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan. (Gambar III.2.1).
3). Undang-Undang No, 24 tahun1994 tentang penataan ruang: bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam
di daratan, di lautan dan di udara, perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber
daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata
lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan
berwawasan lingkungan, yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Gambar III.2.4 sampai dengan
III.2.7).
4).Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya
alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijak sana dan sumber daya
alam terbarui untuk menjamin ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
5). Kawasan lindung.
Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
= Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya: kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan
resapan air.
= Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, dan kawasan sekitar mata air.
= Kawasan suaka alam dan cagar budaya: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan sekitarnya, patani
berhutan bakau, taman nasiona, taman hutan raya, taman wisata dan kawasan cagar budaya serta ilmu pengetahuan.
= Kawasan rawan bencana alam: kawasan yang sering dan berpotensi mengalami bencana alam seperti letusan gunung api,
gempa bumi, tanah longsor.
6). PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Gambar III.2.2).
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
7).Keputusan Meneg LH No.14/Men LH/3/1999 tentang pedoman umum penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan.
Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis (assessment)) : analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu
proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek tersebut terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.
Analisis mengenai dampak lingkungan : sebagai hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup.
8). Keputusan Meneg LH No.17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan.
9). PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengedalian pencemaran air.
10). Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, Bab X pasal 30: "Apabila selesai
melakukan penambangan pada suatu tempat pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan
mengembalikan tanah sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat
sekitarnya".
11). Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1969 tentang pelaksanaan ketentuan pokok pertambangan pasal 46 ayat 4: "Sebelum
meninggalkan wilayah kuasa pertambangannya, baik karena pembatalan maupun karena hal yang lain, pemegang kuasa
pertambangan harus terlebih dahulu melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap benda-benda, maupun bangunan-bangunan,
dan keadaan tanah sekitarnya, yang dapat membahayakan keadaan umum".
12). Perkembangan ligkungan hidup di dunia dapat dilihat pada Gambar III.2.3.
13). UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah.
Resume: Acuan Peraturan Perundang-undangan
0) UUD 1945
-Pembukaan: Negara melindungi bangsa dan tumpah darah dalam kesejahteraan dan kecerdasan
- Ps 33 ayat 3: Bumi dan air dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

1) →UU 23/1997 : pengelolaan LH (melestarikan fungsi LH utk mendukung bangjut).


a) ↔PP 27/1999: AMDAL.
↨ Kep Meneg LH No 17/2001: Jenis Rencana Usaha/Kegiatan
dilengkapi AMDAL.
= 14 jenis, (Bidang ESDM nomor 11).
• Pertambangan umum:
@ Luas KP ≥200 ha; luas daerah terbuka ≥50 ha/th.
@Produksi: Batubara/gambut ≥ 250.000 t/th, bijih primer ≥200.000 t/th; bijih sekunder ≥ 150.000 t/th; bh
gal C ≥250.000 t/th, bgl radio aktif, bgl timah hitam.
@ Tambang di laut.
@ STD (submarine tailing disposal.
@ Pengolahan bijih dengan cianidasi.
• GTL (Air bawah tanah): Debit ≥ 50 l/detik; 5 sumur/10 ha).
• Migas
• Kelistrikan
↨Kep Meneg LH No 14/1999:Pedoman umum menyusun AMDAL.
b) ↔PP 82/2001:Pengelolaan kualitas air/pengendalian pencemaran air.
2) →UU No 24/1994: Penataan Ruang: Tata ruang harus menyatu dengan tata lingkungan dengan dasar Wanus dan Tannas.
3) →UU No. 5/1990: Konservasi SDA Hayati dan Eko sistemnya(RR/NRR menjamin supply dalam kualitas nilai dan
keanekaragamannya.
4) → UU No. 11/1967:Pokok-pokok pertambangan (Psl 30: mengembalikan tanah sedemikian rupa…).
↔ PP No. 32/1969: Pelaksanaan UU No 11/1967); (Psl 46 ayat 4:..pengamanan…).
5) Kawasan lindung:
- Melindungi kawasan di bawahnya.
- Melindungi kawasan setempat.
-Melindungi kawasan suaka dan cagar budaya.
-Melindungi kawasan bencana alam.

6). ANDAL dan AMDAL


a). ANDAL (Environmental Impact Analysis/Assessment): analisis mengenai DL dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan
evaluasi & pendugaan dampak proyek (+/-) dari bangunannya, prosesnya maupun system dari proyek tersebut terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia.
b). AMDAL (Psl 1 ayat 1 PP No. 27/1999): Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada LH yang diperlukan bagi proses keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Kriteria dampak besar dan penting:
a.Jumlah manusia terkena dampak.
b.Luas wilayah persebaran dampak.
c.Intensitas dan lamany dampak berlangsung.
d.Banyaknya komponen Lingkungan lainnya yang terkena dampak.
e.Sifat kumulatif dampak.
f.Berbalik(reversible) & tidak berbalik (irreversible) dampak.
Instansi yg berwenang
(memutuskan izin)

Instansi yg bertanggung
jawab(memutuskan ke-
layakan)

↑↑

-Komisi Penilai Pusat


(+ Tim Teknis)
-Komisi Penilai Daerah
(+ Tim Teknis)
↑↑

Andal → AMDAL → RKL → RP → UKL/UPL


Telaahan cermat -Kajian kegiatan -Penangan- -Peman-
&mendalam yang direncana- an/kelola tauan
kan utk proses
pengambilan ke-
putusan

6.Menjalankan konsekuensi sebagai ”the servant of the community”.


a. Komitmen terhadap CD dan pengembangan wilayah ke arah pembinaan capacity building kemandirian masa depan
masyarakat lokal.
b. Mampu menangkap aspirasi sosial dan politik bagi keharmonisan kehidupan bersama masyarakat (menjauhi kondisi
“enclave”).
7.Terakreditasi tentang kompetensi usahanya oleh Badan/Lembaga yang berwenang.
a. Terhadap kepastian hasil eksplorasi.
b. Kepastian pasar (a.l. kontrak demand, harga).
c. Memperoleh sertifikat dan mengikuti ISO secara konsisten.
(9000 – Baku mutu dan 14000-Manajemen lingkungan).
8. Beberapa permasalahan penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan.
a. Beberapa paradox dalam pengembangan usaha pertambangan.
1).Sentralisasi dan desentralisasi.
Revenue nasional masih bertumpu pada sektor pertambangan dan energi untuk membiayai beban biaya berskala nasional, di sisi
lain daerah juga menuntut alokasi revenue dari sektor ini untuk kepentingan daerah sesuai peraturan perundangan otda.
2).Industri hulu dan industri hilir (Upaya peningkatan nilai tambah dan ekspor komoditi primer).
Sektor PE sebagai sektor hulu sehingga menghasilkan komoditi primer, namun dituntut pula untuk meningkatkan nilai tambahnya
dengan memasok komoditinya ke sektor hilir sebanyak mungkin untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan sebanyak munkgin
menghasilkan komoditi manufaktur ataupun jasa yang siap ekspor.
3).Padat teknologi dan padat karya (mass employment).
Pada umumnya sektor PE memerlukan teknologi tinggi atau padat teknologi, namun di sisi lain juga dituntut untuk menyerap
sebanyak mungkin tenaga kerja di Indonesia yang menghadapi banyak pengangguran. Pengembangan pertambangan skala kecil
dan menengah harus dikembangkan pula untk menjawab masalah penyerapan tenaga kerja tersebut.
4).Masyarakat enclave (eksklusif) dan pengembangan masyarakat.
Unit/sentra kegiatan PE pada umumnya berada di daerah terpencil, sertamerta keberadaannya sebagai industri padat kapital
mampu menciptakan masyarakat enclave di tengah-tengah masyarakat tradisisonal. Hal ini perlu diatasi dengan program
pengembangan masyarakat agar dapat diciptakan harmonisasi kehidupan kemasyarakatan seutuhnya dari dua sistem masyarakat
tersebut.
5).The sun set industry dan pengembangan investasi baru.
Gejala dihadapinya industri pertambangan di Indonesia sebagai the sun set industry, dengan telah ditutupnya beberapa unit
produksi pertambangan misalnya Unit Pertambangan Emas Cikotok, pertambangan timah Singkep dan offshore timah di P Bangka
Belitung, Pertambangan bauksit di Bintan, Pertambangan pasir besi di Cilacap, serta menjelang berakhirnya kegiatan
pertambangan emas PT Newmont Minahasa Raya, dan KEM dll, di sisi lain diizinkannya usaha pertambangan di wilayah hutan
lindung dengan Perpu No 1 tahun 2004 dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi baru.
6).Pelestarian LH dan penambangan di wilayah hutan lindung.
Pelestarian LH merupakan keharusan dan kepedulian nasional dalam pengembangan berbagai pengusahaan SDA, di sisi lain juga
dizinkannya usaha pertambangan di wilayah hutan lindung guna meningkatkan investasi baru dalam ekonomi nasional.
7).Meningkatkan GDP dan meningkatnya Gross National Pollution (internalisasi biaya LH).
Jelas bahwa untk kemakmuran bangsa dan memecahkan masalah pengangguran perlu ditingkatkan GDP dengan tingkat
pertumbuhan yang signifikan, namun di sisi lain dengan internalisasi biaya pelestarian LH dalam bidang pengusahaan juga akan
menaikkan Gross National Pollution, namun sudah tentu jangan sampai mencapai angka Gross Domestic Product. Di AS sebagai
negara kaya, Gross National Pollution ini mencapai sekitar 70% dari Gross Domestic Product.
8).Pajak tinggi dan pajak rendah (tax holiday).
Perpajakan di Indonesia yang termasuk tinggi di dunia karena kebutuhan untuk menopang APBN terpaksa dilakukan, di sisi lain
ada tuntutan usaha untuk menekan pajak dan pungutan semacamnya, kalau perlu dengan tax holiday, agar menarik investasi baru.
Output nasional tergantung pada 3 faktor utama yaitu konsumsi, fiskal dan investasi. Output nasional tidak dapat terlalu lama
bergantung pada konsumsi yang sementara ini berjalan, tetapi seharusnya pada investasi, sementara investasi masih terlalu lemah
yang memerlukan dukungan iklim investasi yang segar antara lain dengan perbaikan pelunakan sistem fiskal. Rangkaian terpadu
tersebut perlu ditangani secara kumulatif dan sinkron.
b. Perkembangan era globalisasi.
- 3 B’s to 2N’s.
Pengabaian border of state, sectoral boundaries, and economic barriers menuju network of networks (multi jaringan).
- Investasi bebas.
Investasi mengalir ke wilayah yang paling sedikit atau kecil hambatan ekonomi dan nonekonominya.
- Perdagangan bebas.
Liberalisasi perdagangan dengan menekan hambatan tarif dan nontarif.
- Lingkungan hidup.
Pembangunan dan perdagangan berwawasan lingkungan
- Haki
Menentang cara/budaya bajakan yang amat merugikan perdagangan terutama jasa.
- Demokratisasi
Rakyat dan daerah mulai memegang peranan dalam pengurusan kendali pemerintahan dan ekonomi serta bidang kehidupan
lainnya.
c. Perkembangan abad 21: J. Naisbitt dan Aburdene. (Lihat Lampiran ....).
d. Agenda LH abad 21 (Bidang Pertambangan dan Energi). (Lihat Lampiran ....).

III. Kasus perusahaan: PMA, BUMN, KP, SIPD, WPR, PETI.

A. PMA.
Manfaat finansial pengusahaan modal asing dibidang pertambangan umum telah dapat dirasakan, walaupun masih harus ditingkatkan
secara terus-menerus atas dasar rambu-rambu peraturan perundangan yang berlaku.
1. Partisipasi PTFI Bagi Pembangunan Nasional.
Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia 1992-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia (US$ juta)
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 1992- %
2000
Manfaat
langsung: 107 94 117 297 273 237 150 173 158 1.606
Dividen 14 16 16 19 24 18 4 2 29 142
Royalti 16 9 19 43 29 32 17 22 12 198
Pajak peng- 34 18 10 162 125 120 87 118 72 747
hasilan badan
Pajak-pajak
dan pungutan
lainnya
43 50 72 73 94 67 42 31 46 518
Manfaat tidak
langsung: 476 730 1.272 982 863 973 588 451 485 6.820
Gaji & upah 20 26 38 90 82 98 45 68 45 512
Pembelian 80 204 508 422 261 200 150 139 188 2.152
barang & jasa
dalam negeri
-Pembangun-an 8 15 20 22 23 33 27 29 27 203
daerah &
donasi
-Reinvestasi & 368 486 707 447 498 641 367 215 224 3.952
pengalihan
-
Jumlah
keseluruhan 582 824 1.389 1.279 1.136 1.209 739 624 643 8.426

Manfaat funansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya 1992-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya (US$ juta)
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 1992- %
1999
Manfaat 14 9 18 36 27 28 16 20 167
langsung:
Royalti 12,45 7,54 15,45 34,22 23,43 25,26 13,37 17,48 149,19
Iuran tetap/ 0,07 0,13 0,23 0,21 0,25 0,21 0,31 0,17 1,57
dead rent
-PBB 1,17 1,35 1,71 1,63 2,43 2.07 1,64 1,62 13,62
-Mineral ”C”
dan air 0,10 0,10 0,10 0,10 0,50 0,50 0,40 0,42 2,22
-Pajak kenda-
raan - - 0,28 0,13 0,13 0,14 0,04 0,06 0,76
-Pajak bangsa 0,01 0,10 0,10 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,06
asing
Manfaat tidak 397 528 765 547 500 669 356 264 4.027
langsung:
Gaji & upah 18,26 23,60 35,30 80,25 72,13 89,53 39,64 62,89 421,60
Pembelian 3,59 4,03 3,89 4,24 5,75 11,54 7,54 11,73 52.31
lokal
-Pembangun- 7,60 14,57 19,21 22,04 23,38 32,00 25,45 34,82 179,07
an daerah &
donasi
-Reinvestasi 367,84 485,79 706,56 440,76 398,99 536,01 282,99 154,81 3.373,7
- 5

Jumlah 411 537 783 584 527 697 371 284 4.194
keseluruhan

Sebagai contoh adalah PT Freeport Indonesia (PT Freeport Indonesia, 2000), setelah dimulainya kontrak baru selama kurun
1992-1999 manfaat finansial perusahaan tersebut terhadap pembangunan Indonesia adalah sekitar US$ 7,78 miliar, dan sebesar
US$ 4,19 miliar bagi pembangunan Irian Jaya, serta sebesar US$ 160,26 juta bagi pengembangan wilayah dan masyarakat
setempat. Juga diperkirakan manfaat finansial sebagai national gains bagi Indonesia dari PT Freeport Indonesia adalah sekitar
55% dari perolehannya.
Data 1992-2000 menunjukkan bahwa partisipasi PT FIC dalam pembangunan nasional sebesar US$ 8,426 miliar terbagi sebagai
manfaat langsung (dividen, royalti, pajak penghasilan badan, pajak-pajak dan pungutan lain) sebesar US$ 1,606 miliar dan
manfaat tidak langsung (gaji dan upah, pembelian barang dan jasa dalam negeri, pembangunan daerah dan donasi, serta re-
investasi dan pengalihan) sebesar US$6,820 miliar.
2.Manfaat finansial PT newmont Nusa tenggara.

Sebagai contoh manfaat finansial sebagai national gains dari PT Newmont Nusa Tenggara secara berjumlah akan mencapai sekitar
55% dari seluruh perolehan (gross revenue) selama umur tambang sebesar US$ 15,5 miliar (Tabel 3.3).
( Total projected mine life revenues, PT Newmont Nusa Tenggara, 1997) atau sebesar US$ 8,6 miliar. National gains tersebut
sudah termasuk upah gajih pekerja/pegawai lokal/nasional perusahaan , pengembangan wilayah dan semacamnya sebagai retained
benefit nasional. Dari national gains tersebut 11% jatuh ke tangan pemerintah.

Tabel 3.3 Batu Hijau life of Mine Revenues and Costs

Value Indonesia
(US$ Billion) Component
%
Total Projected Mine Life Revenues 15.5
Less : Total Capital Expenditures – Construction 1.9 40
- During operations 0.6 40
- Total projected interest payments 0.5
- Total payroll mine life ($23 million/year) 0.5 100
- Total training mine life ($ 8 million/year) 0.2 100
- Total materials expenditure mine life ($ 220 million/year) 4.4 100
- Total off-site treatment charges 3.2 14
- Total taxes/Royalties mine life ($1.8 billion) 1.8 100
- Reclamation expenditures 0.1 100
Total projected expenditures 13.2

Net revenue available for dividends (80% Foreign, 20% Indonesian) and 2.3
Miscellaneous expenditures

- Total Indonesian expenditures – Capital 1.0


- Total payroll mine life 0.5
- Total training mine life 0.2
- Total materials expenditures 4.4
- Total taxes and royalties 1.8
- Total reclamation 0.1
- Total dividends – Indonesian shareholders 0.6

Total Indonesian expenditures 8.6 = 55.48%


Total 15.5 Indonesia

Kontribusi finansial dapat dibagi menjadi secara langsung dan secara tidak langsung.
- Secara langsung melipu 13 jenis pajak yang dibayar perusahaan sesuai dengan pasal 13 Kontrak Karya.
- Secara tidak langsung:
= Upah dan tunjangan kesejahteraan karyawan nasional.
= Pembelian barang dalam negeri.
= Pembangunan fasilitas infratsruktur.
= Pembangunan/kontribusi wilayah setempat.
= Potensi penanaman modal kembali/ulang.

Pustaka
Ife, J, 1995, Community Development: Creating Community Alternatives – Vision, Analysis and Practice,Longman.
McArdle, J, cs, 1993, Resource Manual for Facilitators in Community Development, Employ Publishing Group.
………., 2004, Pedoman Pengembangan Masyarakat Di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia Center for Sustainable
Development (editor), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI, dan, Forum Komunikasi Pengembangan Masyarakat
Di Industri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Soelistijo, UW, dkk, 2003, Ekonomi Regional dan Model Penerapannya: Pengembangan Sumber Daya Mineral dan Energi Dalam
Rangka Otonomi Daerah di Indonesia,Puslitbang tekMIRA, Balitbang ESDM, departemen ESDM.

Aliran Kas Dalam Industri Mineral


Pendapatan dari paten, perekayasaan,
Dividen utk pemegang saham R&D dll
Kapital dipinjam R&D

Kontribusi kapital Investasi di luar


Kas
Aliran kas
Perusahaan

Modal kerja Investasi langsung

Perolehan
penjualan
Operasi Masukan operasi

- Penyusutan
- Amortisasi
-Deplesi
- Pengurangan

Pendapatan terpajak

Pajak pendapatan
Untung neto
Gambar 2.1 Aliran Kas Dalam Industri Mineral
Gambar 2.2 Kurva ATC, AVC, MC dan Harga

P
(C)
MC

TAC

TVC

Daerah P ideal

P di daerah ini, produksi terus

P di daerah ini, produksi tutup

Q
LAMPIRAN I
KETENTUAN PERPAJAKAN/KEUANGAN DAN LAIN-LAIN NON PERPAJAKAN
DALAM KONTRAK KARYA

FAKTOR-FAKTOR
NO. KETENTUAN GENERASI I GENERASI II GENERASI III GENERASI IV GENERASI GENERASI V GENERASI VI
(1967 - 1968) (1968 - 1976) (1976 - 1985) (1985 - 1986) IV (+) (1986 - 1996) (1996 - 1997)

A. Perpajakan
1. Dasar Hukum Hasil perundingan Inpres No. 18/1968 PP No. 21 Tahun 1976 UU Pajak tahun 1984 Sama dengan Surat Menteri Keuangan S-718/MK.04/1995 Sam
Generasi IV S-940/MK.04/1990 Tgl. 5 Desember S.7
Tgl. 2 Agustus 1990 1995 Tgl
[Surat Menteri Keuangan (UU Pajak 1994) (UU
S-565/MK.04/1993
Tgl. 12 Mei 1993]
(UU Pajak 1991)

2. Kredit pajak investasi atau - 8% dari investasi 20% dari investasi. - - - -


pengeluaran investasi. Maksimum 50% pen- Maksimum 5%/tahun.
dapatan kena pajak.

3. Bunga maksimum NA Tingkat Bunga x 70% x Dihitung berdasarkan Dihitung berdasarkan atas perbandingan antara Sama dengan Dihitung atas perban- Sama dengan Sam
DEC [Debts and Equity atas perbandingan antara hutang dan modal 3 : 1 Generasi IV dingan modal dan hutang: Generasi V Dih
Capital] hutang dan modal 60 : b. 5:1 bila investasi s/d
mo
40 US$ 200 juta
b. 8:1 bila investasi a.
lebih dari US$ 200
juta b.

4. Masa operasi yang diper- Tidak ditetapkan 4 tahun 4 tahun 8 tahun Sama dengan Sama dengan Generasi 8 tahun Sam
hitungkan. LCF : 3 th. Generasi IV IV (8
2 tahun 4 tahun [5tahun dan 8 tahun
Masa penetapan LCF
: 3 th.
untuk KTI,
Surat Menteri Keuangan
S-565/MK.04/1993
Tgl. 12 Mei 1993]
5. Depresiasi/tahun Maksimum 12,5% Maksimum : 12,5% Maksimum 12,5% [garis Gol. 1 : [masa pakai kurang dari 4 tahun dan Golongan 1 : Golongan 1 : 50% PP No. 34 Tahun Sam
lurus]. Dalam 4 tahun tidak termasuk bangunan] : 25% 50% 1994 (P
pertama untuk aset lain Gol. 2 : [masa pakai antara 4 s/d 8 tahun, tidak Golongan 2 : Golongan 2 : 25%
dikenakan 25%, dan termasuk gedung/ bangunan] : 25%
bagi bangunan hanya Gol. 3 : [masa pakai lebih dari 8 tahun, tidak
25%
dike-nakan sebesar 10%. termasuk gedung/ bangunan] : 25% Golongan 3 : Golongan 3 dan 4 :
Gol. 4 : bangunan dan benda-benda bergerak 10% 12,5%
lainnya : 25% Golongan 4 : Dengan metode garis
Dengan metode menurun secara 5% lurus
berimbang.
FAKTOR-
NO FAKTOR GENERASI GENERASI II GENERASI III GENERASI IV GENERASI IV GENERASI V GENERASI VI
GENERA
KETENTUAN I (1968 - 1976) (1976 - 1985) (1985 - 1986) (+) (1986 - 1996) (1996 - 1997)
(1967 -
1968)
PP. 34 tah
6. Amortisasi/tahun Maksimum 12,5% Maksimum 12,5% Maksimum 12,5% 25% menurun secara berimbang Maksimum 20%, metode 25%, menurun secara PP No. 34 Tahun 1994
Bebas amortisasi satuan produksi berimbang
thn. 1-3
7. Bebas Pajak 3 tahun - - - - - -

8. Bebas bea masuk Ada Ada Untuk 10 tahun pertama sejak produksi Untuk 10 tahun pertama sejak produksi komersial Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi Sama deng
komersial IV
Untuk 10 ta
produksi ko
9. Iuran tetap - Penyelidikan Umum: US$ 0.005 US$ 0.01 dan US$ 0.03 US$ 0.025-US$ 0.05 - Sama dengan Generasi IV US$ 0.0...-US$ 0.05 Sama deng
(per hektar) Eksplorasi : US$ 0.10 US$ 0.08 - US$ 0.20 US$ 0.10-US$ 0.35 US$ 0.1-US$ 0.35
Studi kelayakan : US$ 0.10 US$ 0.20 US$ 0.50 US$ 0.5 US$ 0.0….
Konstruksi : US$ 0.10 US$ 0.20 US$ 0.50 US$ 0.5 US$ 0.1….
Operasi : US$ 1.00 US$ 1.00 US$ 1.50-US$ 3.5 US$ 1.5-US$ 3.50 US$ 0.5
Lain-lain : US$ 1.00 US$ 2.00
US$ 0.5
US$ 1.5. U
10. Pengeluaran Minimum - - Peny.Umum: US$ 20/Km2 Peny.Umum: US$ 45/Km2 Sama dengan Generasi IV Peny.Umum: US$ 250/Km2. PU : 70 - 200 AS$ Sama deng
Exp : 200 - 2.600 AS$
- - Eksplorasi: US$ 150/Km2. Eksplorasi: US$ 450/Km2. Sama dengan Generasi IV Eksplorasi: US$ 1,000/Km2. Tergantung lokasi dan PU : 70. 20
luas wilayah Exp : 200.
Sama dengan Generasi IV Insruksi Dirjen PU Tergantung
No. 04.I/291/DJPU/1995
Tgl. 22 Maret 1995 Instruksi D
No. 04.I/29
Tgl. 22 Ma
11. Royalty - - Sesuai SK Menteri Pertam bangan dan Emas: Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi IV Kep. MPE No. Sama deng
Energi N0. 352/1972 1% jika harga [P] US$ 300/ 1166/844/MPE/1992
troy ounce. tanggal 12 September Kap . MPE
Contoh: Tembaga 2% jika harga [P] US$ 400/ 1992 MPE/1992
$ 0.025/Kg metal troy ounce. Tanggal 12
Standar harga $700/m.ton { [P-300}
Atas dasar perhitungan: { 1 + ----------}
Jumlah Penjualan { 100}
Jika P antara:
US$ 300-US$ 400/troy
ounce
1% jika harga (S) US$ 10/
troy ounce
2% jika harga [S] US$ 15/
troy ounce
{ [S-10}
{ 1 + ----------- } %
{ 5 }
Jika S antara: Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi IV
US$ 10 - US$ 15/troy ounce
FAKTOR-FAKTOR
NO. KETENTUAN GENERASI I GENERASI II GENERASI III GENERASI IV GENERASI IV (+) GENERASI V GENERASI VI
(1967 - 1968) (1968 - 1976) (1976 - 1985) (1985 - 1986) (1986 - 1996) (1996 - 1997)

PLATINA:
1% jika harga [P] US$ 750/
troy ounce
2% jika harga [P] US$ 925/
troy ounce
{ [P-750 }
{ 1 + ----------- } %
{ 175 }
Jika P antara:
US$ 750 - US$ 925/troy
ounce
12. Pajak Daerah/PBB - - Areal terbuka, sebanding PBB pada tahap peny. - Sama dengan Generasi IV Iuran tetap + (30%>6% x Sam
dengan Iuran tetap. Umum, Eksplorasi & Studi [Iuran tetap + (30% x Nilai jual kotor hasil Iura
Untuk areal tertutup, Kelayakan sebanding dengan 0,5% x nilai jual kotor produksi) Nil
dikenakan tarif khusus. Iuran tetap. hasil produksi, pro
Tahap Operasi: Iuran Tetap + Surat Menteri
0,5% x 20% dari dari Keuangan
penerimaan kotor atas Oprs, S-565/MK.04/1993
Penambangan. Tgl. 12 Mei 1993].

13. Pajak atas Bunga, Deviden - - 10% 15% bagi yang bertempat Sama dengan Generasi IV - 15% [Wajib Pajak - 15% [Pembayaran Sam
& tinggal tetap. Dalam Negeri] deviden Dalam Negeri] -
Royalti 20% bagi yang tidak tetap. - 20% [Wajib Pajak Luar - 7,5% [Pemegang saham
Negeri] pendiri Dalam
- 15% [Wajib Pajak Negeri/Luar Negeri] -
Dalam Negeri] - 15% [Jasa teknik/jasa
- 9% (Jasa teknik/jasa manajemen]
manajemen] - 20% Pph pasal 26 UU -
- 20% [Wajib Pajak Luar Pph tahun 1994
Negeri]
Surat Menteri -
Keuangan
S-565/MK.04/1993
Tgl. 12 Mei 1993.
14. Pajak Ekspor - - Untuk bijih Tembaga: Sama dengan Generasi III Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi IV -
US$ 0.025 - US$
700/m.ton.

15. Pajak Pendapatan Tahun 1 -3 : Tembaga : Tahun Tahun 1-10 : 35% Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi IV 10%: - s/d Rp 25 juta Sam
Perusahaan dibebaskan 4 - 10 : 1-10 : 35% 11 : 45% - Tidak diberikan Fringe Benefit 15%: Rp 25 juta s/d Rp 50 10
35% juta 15
5% dari penjualan 11 : 42% 30%: Rp 50 juta lebih juta
bersih. 30
11 - ...... : 41,75%
Min 10% dari
penjualan neto
FAKTOR-FAKTOR
NO. KETENTUAN GENERASI I GENERASI II GENERASI III GENERASI IV GENERASI IV (+) GENERASI V GENERASI VI
(1967 - 1968) (1968 - 1976) (1976 - 1985) (1985 - 1986) (1986 - 1996) (1996 - 1997)

16. Pajak Penghasilan - - 60% of profits in exess - - - -


Istimewa of 15% rate of return on
total founds using 3
years moving average.
17. Pajak Penghasilan Tahun 1-10 : Maks Maksimum pajak Sepenuhnya dikenakan 20% bila bekerja di Indone- Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi PPH 21 pasal 26 Sam
Perseorangan Asing pajak penghasilan penghasilan sesuai peraturan sia <183 hari dalam 1 - Tidak diberikan Fringe Benefit IV 20% > 183 hari VII
sama dengan tingkat sebanding perpajakan yang tahun. PP
tarif pajak negara dengan tingkat berlaku di Indonesia. 20
asal. tarif pajak negara Sama dengan tenaga kerja
asal. Ind. bila bekerja di Indonesia
> 183 hari dalam 1 tahun.
- Fringe Benefit tidak
dikenakan pajak.
18. Pembukuan dalam $ AS Ada Ada Persetujuan Menteri Sama dengan Generasi III - Ada Diizinkan Sam
& Keuangan. Diz
dalam bahasa Inggris

19. - Bea-bea, pajak-pajak - - Hanya yang mendapat Sama dengan Generasi III Sama dengan Generasi III Sama dengan Generasi Hanya yang mendapat Sam
dan persetujuan Pemerintah III persetujuan dari Han
pungutanPemda Pusat. Pemerintah Pusat. per
Pem
UU No. 13 tahun 1985
- Bea materai UU
Sam
20. Biaya-biaya administrasi - - Hanya yang mendapat Sama dengan Generasi III Sama dengan Generasi III Sama dengan Generasi Hanya yang mendapat Han
dan pungutan-pungutan persetujuan Pemerintah III persetujuan dari per
oleh Pemda Pusat. Pemerintah Pusat. Pem

21. Pajak Pengalihan - Sama dengan Generasi Sama dengan Generasi II Sama dengan Generasi II Sama dengan Generasi Dipungut oleh Pemda Sam
Kepemilikan II II dimana kendaraan VI
terdaftar. Dip
dim
terd

Sama dengan Generasi Sama dengan Generasi II Sama dengan Generasi II Sama dengan Generasi
II II
FAKTOR-FAKTOR
NO. KETENTUAN GENERASI I GENERASI II GENERASI III GENERASI IV GENERASI IV (+) GENERASI V GENERASI VI
(1967 - 1968) (1968 - 1976) (1976 - 1985) (1985 - 1986) (1986 - 1996) (1996 - 1997)
Sam
Sesuai ketentuan yang Sama dengan Generasi I Sesuai ketentuan yang berlaku umum PPh pasal 21 Sama dengan Generasi IV PPh pasal 21/pasal 16 PPh pasal 21/PPh pasal 26 21/PP
22. a. Penghasilan karyawan berlaku UU Pajak Penghasilan 1984 UU Pajak Penghasilan 1994 1994

- 20% > 183 hari - 20% >183 hari, UU PPH 1994 -


- Apabila lebih dari 183 hari - Apabila lebih dari 83 hari berdasarkan -
berdasarkan Pph pasal 21 UU PPH 21 UU Pajak Penghasilan 1994
b. Orang asing Pajak Penghasilan 1984
24. PPN dan PPnBM - - - UU No. 8/1993 Sama dengan Generasi IV UU Pajak 1991 - UU PPN 1994 Sam
UU P

B Lain-lain [Non
- Max 45% 5 - 51% 5 - 51% Mengacu PP 20/1994 Mengacu PP 20/1994 PP.
Perpajakan]
25.
Pemilikan
Saham/Penawaran
Saham

- 01-03/K/1971/DPA.GR/1971 HM.00/4051/DPR-RI/1984 KS.02/2987/DPR-RI/1986 - PW.00/5704/DPR-RI/1991 PW.001-390/DPR-RI/1996 KS. 0


26. Persetujuan DPR-RI 18-8-1971 18-12-1984 27-9-1986 Tgl. 19 Desember 1991 Tang
[S.02/716/DPR-RI/1994
Tgl. 10 Pebruari 1994]

- - 694/A.S/084 245/A.I/1986 - 636/A.1/1991 917/A.1996 925/4


27. Persetujuan BKPM 26-5-1971 30-8-1984 8-9-1986 Tgl. 7 Agustus 1991 Tgl. 23 Juli 1996 1 No
[14/A.1/1994
Tgl. 27 April 1994]

1 April 1967 28 Juli 1968 27-2-1985 2-12-1986 - 30 Desember 1991 28 April 1997 19 F
28. Penandatanganan KK 4 Oktober 1971 24-10-1987 [5 Agustus 1994]

1 KK 16 KK 3 KK 103 KK -0- 8 KK 68 KK 38
29. Daftar Perusahaan Perusahaan KK terdiri dari: Perusahaan KK terdiri dari ( 34
1 PT FIC 68 Perusahaan
2. PT Nabire Bakti Mining
3. PT Engelhard Indonesia
[terminasi]
Khusus PT FIC, depresiasi
berdasarkan straight line basis
[Perusahaan KK terdiri dari:
38 PT Paragon Perdana Mining
2. PT Ingold Antares
3. PT Newcrest Nusa Sulawesi
4. PT Eastern Irja Mining Corp.
5. PT Miwah Tambang Emas]

- + 25% Max. 25% Max. 25% Max. 25% Max. 25% Maksimum 62.500 Ha Max.
30. Batas wilayah

Keterangan: [ ] Generasi V (+)


Lampiran ...... Simpulan Tentang Perpajakan

Country Corporate Royalty VA on Typical Typical Dividend Interest Foreign Government Other
Income tax imported import export duty withholding withholding ownership equity significant
equipment duty tax tax restrictions requirement taxes
1.Argentina 33% yes 21%** 14%** none none 13.2% none none yes
2. Bolivia 25%+surtax yes 13%** 5% none 12.5% 12.5% none none yes
3. Brazil 15% yes Max 18% none none none 15% none none yes
4. Canada 31.97% none 7% 0% none 25%/15% 25%/15-5% none none yes
5.Chile 35/42% yes 18%** deferred none 35% 35% none none
6.China 33% yes 13% gold 22% none none 20% none none yes
exempt
7.Ethiopia 35% yes none none none 10% none none none yes
8.Ghana 35% yes none none none none none none yes yes
9.Greenland 35% none none none none 35% none none none none
10.India 35/48% yes none 20%** none 20% 20% none none
11.Indonesia 30% yes 10%** 20%** none 7.5/15% 20% none none yes
12.Ivory Coast 35% yes 10%** 5%** 18%** 12/18%** 18% unknown unknown
13.Kazakstan 30% Yes** 20% Yes none 15% 15% none none yes
14.Mexico 34% none 15% 10%** none 34% 15%** none none
15.Namibia 25% + none none yes none 0% non- none none none none
sliding resident
16.PNG 35% yes none 11%** none 17% none none 30%
17.Peru 30% none 18% 12% none 1% none none yes yes
18.Philippines 35% yes 0%/10% 3%** none 15% 15% none none yes
19.South Africa 35% none 14% 1% none 12.5% none none none yes
20.Sweden 28% yes 0/25% 9% none none none none none none
21.Tanzania 35% yes deferred 5/40% 2% 20% 15% unknown none none
22.USA :Arizona progressive none none varies none 0-15%/30% 0-15%/30% none none yes
Nevada
23.Uzbekistan 16/36% yes yes exempt Gold:20% 10% 20% yes yes yes
24.West 36% yes yes yes yes yes yes none none yes
Australia
*conditions or limitations apply. **cedits,refunds, exmptions and other means to reduce liability may be available.
Daftar Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Departemen Pertambangan dan Energi
Di Bidang pertambangan Umum
No Jenis mineral/Bahan Galian Tingkat Kualitas Tarif (%) Dasar Perhitungan
(Kalori –
kkal/kg))
1. Air raksa ... 3,75 Logam
2. Antimonit ... 4,50 Logam
3. Bauksit ... 3,75 Bijih
4. Barit ... 3,25 ...
5. Batuan aspal ... 3,75 ....
6. Batubara (open pit0 <5100 3,00 ...
5100-6000 5,00 ...
>6100 7,00 ...
7. Batubara (underground) <5100 2,00 ...
5100-6000 4,00 ...
>6100 6,00 ...
8. Belerang ... 3,50 Konsentrat
9. Bijih nikel (Garnieritik) ... 5,00 Logam
10. Bijih nikel (Limonitik) ... 4,00 Logam
11. Bismut ... 4,50 Logam
12. Besi magnetik/hematit ... 3,00 Logam
13. Emas ... 3,75 Logam
14. Gambut ... 3,00 ...
15. c. Granit blok ... 4,00 ...
d. Granit bubuk/pecah ... 3,00 ....
16. Ilmenit ... 2,50 Logam
17. Intan ... 6,50 Karat
18. Kobal ... 5,00 Logam
19. Kristal kuarsa ... 3,75 ...
20. Kromit ... 3,50 Konsentrat
21. Mangaan ... 3,25 Bijih
22. Molibdenit ... 4,50 Logam
23. Monasit ... 4,50 Konsentrat
24. Pasir besi ... 3,75 Konsentrat
25. Pasir urug (lepas pantai) ... 3,75 ...
26. Perak ... 3,25 Logam
27. Pirit ... 2,50 Konsentrat
28. Platina ... 3,75 Logam
29. Rutile ... 4,50 Konsentrat
30. Seng ... 3,00 Logam
31. Tembaga ... 4,00 Logam
32. Timah ... 3,00 Logam
33. Timbal ... 3,00 Logam
34. Titan ... 3,50 Logam
35. Vanadium ... 4,50 Logam
36. Wolfram ... 4,50 Logam
37. Xenotim ... 4,50 Konsentrat
38. Yodium ... 3,75 ...
39. Zircon ... 4,50 Konsentrat

Perpajakan dan Pungutan Lainnya


PT freeport Indonesia Co.
No Uraian Generasi I Generasi V
1 Pajak Badan Modifikasi KK 28-12-1974 Maksimum 35%, UU No. 7
1/07/1974 s/d 30/06/1976 sebesar 30% Tahun 1983
1/07/1976 s/d 30/06/1989 sebesar 53%
1/07/1983 s/d sekarang sebesar 42%
2 Pajak penghasilan Implementation Agreement tgl 25- PPh 21,
keryawan (PPh 21) 11-1989 UU No. 7 Tahun 1983
3 Royalty Implementation Agreement tgl 25- 1,5% jika harga Cu di bawah
11-1989 US$ 0,90/lb
-. 1,5 % dari net sales apabila harga 3,5% jika harga Cu di atas
Cu berada di bawah US$ 0.90/lb, US$ 1,10/lb
2,5% dari net sales apabila harga Jika harga antara US$ 0,90 s.
berada di atas harga US$ 0,90/lb /d US$ 1,1, rumusnya:
sampai batas harga US$ 1,25/lb. % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10.
-. 3,5% dari net sales apabila harga Au 1% dari harga jual.
Cu di atas US$ 1,25/lb. Ag 1% dari harga jual.
-. Sedangkan Au dan Ag 1%, dasar
pernyataan dari harga rata-rata
dalam kuartal dengan berpedoman
pada ”Metal Weeks”.
4. Landrent US$ 2/Ha US$ 1,50 – 3/Ha
5. Depresiasi Maksimum 12,5% Golongan 1 & 2 Pasal 11 UU
No. 7 Tahun 1983.
Gol 3 & bangunan 12,5%.
6. Amortisasi Maksimum 12,5% 25%
7. DER (Debt to Equity - 5:1 Investasi s/d US$ 200 juta.
Ratio) 8:1 Investasi lebih dari US$
200 juta.
8. Withholding Tax on - 20%, UU No. 7 Tahun 19783
Dividend, Interest, (non resident).
and Royalty 15%, UU No. 7 Tahun 1983
(resident).
9. PBB - Landrent + (0,5% x 20% dari
penerimaan kotor)
10. Bea meterai - Sesuai UU No. 13 Tahun 1995
11. Bea masuk - Sesuai ketentuan yang
berlaku
12. PPN - Sesuai UU No. 8 Tahun 1983
13. Pungutan, Pajak - Dapat dikenakan setelah
dan Bea-bea yang disetujui oleh Pemerintah
dikenakan oleh Pusat
Pemda
14. Pajak Pengalihan - Sesuai ketentuan yang
kepemilikan berlaku umum
kendaraan
bermotor dan kapal
Gambar 1
Kecenderungan Dalam Era Globalisasi
(Orientasi Pada Manusia Seutuhnya dan Masyarakat Seluruhnya)

No Megatrend (J. Naisbitt) Aburdene


A * Masyarakat informasi * Masyarakat informasi dan
* Teknologi canggih jasa
* Ekonomi global * Tenaga kerja terampil
* Jangka panjang * Makin berperannya tenaga
* Desentralisasi kerja wanita
* Self help * Seni budaya, spriritual,
* Network agama
* Selatan * Workfare state
* Demokrasi partisipatip * Biologi
* Multi alternatip * Perusahaan dan SDM
* Peran global bahasa
Inggris
* Peran Pasifik
* Perdagangan bebas
B Keterbukaan, kebebasan,
tanggung jawab
Gambar III.10.1
Tinjauan Pelaksanaan Perlindungan Lingkungan dan Kesinambungan Sumber Daya Alam Dalam Sektor Pertambangan
Umum - Dalam Rangka Agenda XXI
No Kegiatan pelaksanaan Subsektor Pertambangan Umum
1 Kegiatan perlindungan
lingkungan dan SDA
a.Peraturan -UU No 11/1967,PP No. 32/1969,Kepmen PE No. 1211/1995 (Galang rusmar), Kepmen PE No.1256/1996
(Susun Amdal), Kepmen PE 389/1995 (Susun UKL/UPL), Kepmen PE No 103/1994 (Pengawasan RKL/RPL),
Kepmen No 01/P/1991 (Air raksa), Kepmen No. 2555/1993 (Pel Inspeksi Tambang), Kep DJPU No. 336/1996
(Jarek), Kep DJPU No 693/1996 (Domnis erosi), Kep DJPU 1245/1993 (Lakwas K3), Kep DJPU No 1247/1993
(Pengangkatan Lakins Tambang).
b.Kebijakan - Pemanfaatan SDA tambang secara hemat dan optimal demi kesejahteraan rakyat dan fungsi LH.
c.Pemasyarakatan -Dilaksanakan oleh para pelaku usaha/pemegangKP/KK/PKP2B/SIPD?Tambang rakyat sd pasca
pertambangan.
d.Bimbingan dan -Domnis reklamasi bekas tambang,kendali erosi, kolam tailing; pelatihan pasa inspeksi tambang, pengelola
pelatihan lingkungan, pelaksana RKL/RPL.
e.Litbang - Reklamasi bekas tambang, gas pembakaran briket bb, peruntukan lahan tambang, transformasi structural
pasca tambang.
2 Hasil yang telah dicapai -Meningkatnya lahan bekas tambang yang telah direklamasi, kesadaran lingkungan, kerjasama dengan
Office of Surface mIning USA dalam pengelolaan dampak lingkungan.
3 Tantangan, kendala dan
peluang
a.Tantangan -Tuntutan dan kepedulian masyarakat yang meningkat dan kritis; makin ketatnya persyaratan lingkungan
internasional; banyaknya pertambangan skala kecil.
b.Kendala -Kurangnya pengalaman aparat pemerintah dan perusahaan, kurang memadainya peraturan perundangan
lingkungan; belum memadaunya performance standard kegiatan KL; persepsi tidak benar perusahaan akan
pentingnya LH; terbatasnya dana.
c.Peluang -Meningkatknay investor asing dengan pengalaman tentang LH; komitment kuat pemerintah dalam
pertambangan berwawasan LH.
4 Kebijakan dan sasaran -Pemnafaatn SD mineral dengan menjada kelestarian fungsi LH; pembangunan dalam penyediaan bahan
perlindungan baku mineral, lapangan kerja, devisa, pembangunan daerah terpadu.
lingkungan -Kordinasi, PETI, akrab lingkungan, fungsi lahan berganda; professional; lepas pantai, satndar,
infrastruktur.
-Peta tataguna hutan kesepakatan, tumpang tindih, PETI, lokasi WPR, reklamasi bekas tambang, peraturan
perundangan.

Anda mungkin juga menyukai