Anda di halaman 1dari 17

Laporan Morfologi Citra

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Pengolahan Citra
Dosen : H. Fitriyadi, S.Pi, M.Kom

OLEH :
HALIM FAHRI 3101 1502 2829
HARIONO 3101 1502 2823
MUHAMMAD IHSAN ANSYARI 3101 1502 2788

OLEH :
HALIM FAHRI 3101 1502 2829
AHMAD DARMAWAN 3101 1502 2847
ANZAR AMINNUDIN 3101 1502 2841

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(STMIK BANJARBARU)
BANJARBARU
2017
DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
Abstrak ...................................................................................................................1
Pendahuluan ..........................................................................................................2
1.Dasar Teori Morfologi Citra .........................................................................3
2.Penjelasan Program .....................................................................................9
Daftar Pustaka .......................................................................................................12
ABSTRACK
Perkembangan pengolahan citra digital telah berkembang pesat, suatu citra digital
dapat diolah dan dimanipulasi untuk mendapatkan citra yang diinginkan. Salah satu
metode dalam manipulasi citra digital adalah dengan melakukan segmentasi citra
untuk kemudian dilakukan pengolahan lebih lanjut dengan berbagai metode. Citra
yang telah mengalami proses segmentasi dapat dimanipulasi dengan salah satu teknik
pengolahan citra yaitu dengan teknik morfologi citra. Kata morfologi dalam pengolahan
citra berarti suatu morfologi matematis yang digunakan sebagai alat untuk melakukan
ekstraksi komponen citra berupa representasi dan deskripsi suatu area dalam citra.
Pada paper ini akan dibahas mengenai pengolahan morfologi citra dengan
Dilasi, Erosi, Opening, dan Closing.

Kata Kunci: dilasi, erosi, opening, closing


PENDAHULUAN
Identifikasi suatu objek dalam citra dapat menjadi sangat sulit. Salah satu cara untuk
menyederhanakan masalah tersebut adalah dengan mengubah citra grayscale yang
ingin diolah menjadi suatu citra biner, dimana setiap piksel hanya memiliki nilai 1 atau 0.
Salah satu teknik yang menggunakan citra biner adalah pengolahan morfologi citra, kata
morfologi diambil dari kata morphē dari bahasa Yunai yang berarti bentuk atau formasi.
Morfologi dalam pengolahan citra memiliki konteks sebagai morfologi matematis,
morfologi matematis adalah suatu teori dan teknik untuk memproses suatu struktur
geometri. Morfologi matematis pertama kali muncul pada tahun 1964 dari hasil kerja
sama dari Georges Matheron dan Jean Serra di École des Mines de Paris, Prancis. Pada
tahun 1960an hingga 1970an, morfologi matematis bergerak di bidang citra biner dan
mengembangkan teknik seperti transformasi hit-or-miss, dilasi, erosi, opening, closing,
granulometry, thinning, skeletonization, ultimate erosion, conditional bisector, dan
sebagainya. Dari tahun 1970an hingga
1980an, morfologi matematis mulai digenaralisasikan untuk citra grayscale, sejak saat itu
teknik morfologi matematis terus dikembangkan.
Untuk paper ini, teknik morfologi citra yang dibahas dikhususkan pada teknik dilasi,
erosi, opening, dan closing, keempat teknik tersebut merupakan dasar dari teknik
morfologi citra. Teknik-teknik tersebut akan dikaji dan juga dipraktekkan dengan aplikasi
yang dibuat dengan MATLAB® R2009a.
1.DASAR TEORI MORFOLOGI CITRA

Morfologi citra merupakan suatu operasi pemrosesan citra yang mengolah citra
berdasarkan bentuknya. Operasi morfologi mengaplikasikan suatu Structuring Element
terhadap suatu citra masukkan, membentuk suatu citra keluaran dengan ukuran yang
sama dengan citra masukkan. Pada operasi morfologi, nilai dari tiap piksel pada citra
keluaran didasarkan pada perbandingan dari piksel pada citra masukkan dengan piksel
di sekitarnya. Dengan menentukan ukuran dan bentuk dari neighborhood, kita dapat
membangun suatu operasi morfologi yang sensitif terhadap suatu bentuk spesifik di citra
masukkan. Operasi morfoologis yang paling dasar adalah operasi dilasi dan erosi. Dilasi
menambahkan piksel pada boundaries ari suatu objek dari suatu citra, sedangkan erosi
menghilangkan piksel dari suatu bondaries dari objek. Jumlah piksel yang ditambahkan
atau dihilangkan tergantung dari ukuran dan bentuk dari Structuring Element yang
digunakan untuk memproses citra. Morfologi citra dilakukan pada citra dua dimensi
dengan set piksel tersebut berada pada himpunan dua dimensi Z2.

Gambar 1. Contoh operasi morfologi citra, a) gambar original, b) operasi Erosi, c)


operasi Dilatasi,
d) operasi Opening, e) operasi Closing

1
Gambar 1. menunjukkan contoh dari citra biner dan juga contoh dari hasil operasi
morfologi, terlihat bahwa operasi Erosi melakukan pengurangan piksel sedangkan
operasi Dilasi melakukan penambahan piksel. Operasi Opening dan Closing
merupakan kombinasi dari Dilasi dan Erosi. Pada bagian berikutnnya akan dibahas
lebih lanjut mengenai operasi-operasi tersebut.

1.1 Structuring Element


Pada operasi morfologi, structuring element merupakan salah satu unsur utama,
structuring element digunakan sebagai cetakan untuk citra masukkan. Structuring
element merupakan suatu matriks yang hanya berisi dua nilai yaitu 1 atau 0 yang
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu formasi dan ukuran, piksel
dengan nilai 1 pada structuring element biasa disebut dengan neighborhood.
Structuring element dua dimensi memiliki ukuran yang biasanya jauh lebih kecil
dibanding dengan citra yang diolah. Piksel pada bagian tengah dari structuring
element biasa disebut dengan origin, origin mengidentifikasi piksel yang menjadi inti
perhatian.

Gambar 2. Contoh Structuring element

Pada Gambar 2. Terlihat contoh dari structuring element, bagian


yang dilingkari menunjukkan origin dari structuring element, bagian yang berwarna
abu-abu menunjukkan bagian dari neighborhood.
1.2 Dilasi
Pada dilasi, setiap background piksel yang menyentuh objek piksel dirubah
menjadi objek piksel, hal tersebut membuat objek menjadi terlihat lebih gemuk.
Operasi pada dilasi dilakukan dengan cara berikut, A dan B merupakan set pada Z2
dan Ø menyatakan suatu set yang kosong, dilasi dari A oleh
B dinyatakan dengan
A B
(1)

Didefinisikan sebagai,

A B {x | (B')x A Ø}
(2)

B’ adalah refleksi dari B, maka proses dilasi terdiri dari proses mencari refleksi dari B
pada origin dan mengeser refleksi tersebut sebanyak x. Persamaan 2 dapat ditulis
ulang menjadi.

A B {x | [(B')x A] A}
(3)
Gambaran dari proses dilasi dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Dilasi

Gambar 3. Menjelaskan tentang dilasi dari persegi berwarna biru tua oleh structuring
element berbentuk piringan, titik merah menandakan titik origin dari structuring
element, hasil dari dilasi tersebut berupa suatu persegi dengan bentuk yang lebih
gemuk sebagai hasl dari dilasi.
1.3 Erosi
Erosi adalah salah satu dari dua buah dasar morfologi citra selain dari dilasi. Operasi
erosi, sama seperti pada dilasi, dialkukan secara biner. Erosi akan menghasilkan objek
pada citra menjadi lebih tipis atau terkikis.
Pada morfologi biner sebuah citra dilihat sebagai sebuah subset dari sebuah bidang
Euclidean Z 2 untuk citra dua dimensi. Dasar dari morfologi biner adalah dengan
memindai suatu citra dengan suatu bentuk yang sudah didefinisikan sebelumnya,
bentuk tersebut adalah structuring element.
Untuk membuat operasi erosi, kita tentukan E adalah suatu bidang Euclidean atau
sebuah grid integer, dan A adalah suatu citra biner dalam himpunan E. Erosi dari suatu
citra biner A dengan sebuah structuring element B didefinisikan pada Persamaan (3).

(3)

Dimana Bz adalah translasi dari B oleh vector z. Ketika structuring element B memiliki
origin yang yang terletak di origin dari E, maka erosi dari A oleh B dapat diartikan
sebagai lokus dari titik yang dicapai oleh origin dari B ketika B berada dalam A. Erosi
dari A oleh B dapat juga diekspresikan dengan Persamaan 4.

(4)

Gambar 4. Erosi
Gambar 4. Menjelaskan tentang erosi dari persegi berwarna biru tua oleh structuring
element berbentuk piringan, titik merah menandakan titik origin dari structuring
element, hasil dari dilasi tersebut berupa suatu persegi dengan bentuk yang lebih kurus
sebagai hasl dari erosi.

1.4 Opening
Opening merupakan suatu operasi morfologi citra berupa gabungan dari erosi dan
dilasi, opening merupakan operasi dilasi terhadap erosi yang terjadi pada suatu set A
dimana A adalah suatu citra masukkan. Bersama dengan operasi closing, opening
berperan dalam pemrosesan citra sebagai alat dasar untuk menghilangkan noise
morfologi. Opening menghilangkan objek-objek kecil dari foreground suatu citra.
Opening biasa digunakan untuk mencari atau mendeteksi sesuatu yang besesuaian
dengan suatu structuring element.

(5)
Persamaan (5). menunjukkan rumusan dari operasi opening, terlihat bahwa set A
mengalami operasi erosi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan operasi dilasi.

Gambar 5. Opening

Gambar 5 menunjukkan contoh operasi opening dengan structuring element


berbentuk piringan.
1.5 Closing
Pada morfologi matematis, closing dari suatu set A oleh structuring element B adalah
erosi dari dilatasi A oleh B.

(6)

Persamaan (6) menunjukkan operasi closing, terlihat bahwa set A terlebih dahulu di
dilasi oleh B, kemudian dilanjutkan dengan melakukan erosi ke proses tersebut.
Closing akan menghilangkan lubang kecil pada citra sedangkan opening akan
menghilangkan objek yang kecil. Gambar 6 menunjukkan proses dari closing.

Gambar 6. Closing
2. PENJELASAN PROGRAM

Pada paper ini program dibuat dengan mengunakan software MATLAB ® versi
R2009a. Pada program ini digunakan fungsi-fungsi bawaan MATLAB untuk melakukan
operasi morfologi citra, fungsi yang dipakai antara lain adalah fungsi strell, fungsi ini
berfungsi untuk menyusun structuring element, fungsi berikutnya adalah fungsi
imdilate, imerode, imopen, dan imclose yang fungsi dari tiap fungsi adalah untuk
operasi dilasi, erosi, opening, dan closing. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai
fungsi tersebut.
1.6 Fungsi strell
Perintah SE = strel(shape, parameters) membuat structuring element dengan bentuk
sesuatu dengan
parameter shape dan parameter lainya,

Gambar 7. Fungsi strell beserta parameternya

Gambar 7. menunjukkan penggunaan dari fungsi strell, terdapat 10 parameter


bentuk dari strell, yang pertama adalah arbitrary, dengan parameter ini bentuk
structuring element yang dibuat akan mengikuti matriks biner yang dibuat oleh
pengguna, parameter berikutnya adalah ball, diamond, disk, line, octagon, pair,
periodicline, rectangle, dan square yang menghasilkan bentuk structuring element
berupa bentuk bola, belah ketupat, piringan, garis, oktagon, titik yang berpasangan,
garis yang berulang, persegi panjang, dan persegi. Gambar 8 hingga 14
menunjukkan contoh dari bentuk structuring element yang dapat dibuat
menggunakan fungsi strell.
Gambar 8. Arbitrary

Gambar 9. Diamond
Gambar 10. Disk

Gambar 11. Octagon

Gambar 12. Pair

Gambar 13. Periodic Line

Gambar 14. Rectangle dan Square


1.7 Fungsi imdilate
Fungsi imdilate digunakan umtuk melakukan dilasi dengan structuring element yang
dibuat menggunakan fungsi strell. Sintaks dari imdilate adalah sebagai berikut.

Gambar 15. Imdilate

IM merupakan citra yang ingin di dilasi dengan structuring element adalah SE,
imdilate mampu melakukan dilasi pada citra biner dan juga citra grayscale.

1.8 Fungsi imerode


Fungsi imerode digunakan umtuk melakukan erosi dengan structuring element yang
dibuat menggunakan fungsi strell. Sintaks dari imerode adalah sebagai berikut.

Gambar 16. Imerode

IM merupakan citra yang ingin di dilasi dengan structuring element adalah SE, sama
seperti imdilate imerode mampu melakukan dilasi pada citra biner dan juga citra
grayscale.

1.9 Fungsi imopen


Fungsi imopen digunakan umtuk melakukan opening dengan structuring element
yang dibuat menggunakan fungsi strell. Sintaks dari imopen adalah sebagai berikut.

Gambar 17. Imopen


IM merupakan citra yang ingin di dilasi dengan structuring element adalah SE, sama
seperti imdilate imopen mampu melakukan dilasi pada citra biner dan juga citra
grayscale.

1.10 Fungsi imclose


Fungsi imclose digunakan umtuk melakukan closing dengan structuring element
yang dibuat menggunakan fungsi strell. Sintaks dari imclose adalah sebagai berikut.

Gambar 18. Imopen

IM merupakan citra yang ingin di dilasi dengan structuring element adalah SE, sama
seperti imdilate imclose mampu melakukan dilasi pada citra biner dan juga citra
grayscale.

1.11 Graphical User Interface (GUI)


Untuk memudahkan penggunaan program, maka digunakanlah GUI, tampilan
program dengan GUI adalah sebagai berikut.

Gambar19. Graphical User Interface

Pada program, citra yang akan diolah dapat di load dan diberikan operasi morfologis
dengan structring element yang dapat dilihat pada panel bagian tengah, hasil dari
pengolahan citra akan tampil pada panel sebelah kanan.
1.12 Hasil Program
Pada Gambar 20 hingga Gambar 23 akan ditampilkan hasil pengolahan morfologis
menggunakan program ini. Operasi dilasi, erosi, opening dan closing akan dilakukan.
Pada program ini warna background adalah hitam dan objek berwarna putih, setiap
gambar yang dimuat ke program ini akan otomatis dikonversi menjadi citra biner hitam-
putih.

Gambar 20. Dilasi


Daftar Pustaka
R. C. Gonzales and R. E. Woods, Digital image Processing, Addison-Wesley
Publishing Company, 1992.
Diakses pada 28 Desember 2010 dari
http://www.mathworks.com/help/toolbox/images
/f18-12508.html
Diakses pada 28 Desember 2010 dari
http://www.dspguide.com/ch25/4.htm
Diakses pada 28 Desember 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Mathematical_morp hology
Diakses pada 29 Desember 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Dilation_%28morph ology%29
Diakses pada 29 Desember 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Erosion_%28morph ology%29
Diakses pada 30 Desember 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Opening_%28morph ology%29
Diakses pada 30 Desember 2010 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Closing_%28morphology%29

Anda mungkin juga menyukai