Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL

“ PEMBEBASAN BIAYA INTRA GROUP SERVICES MELALUI


METODE INDIRECT CHARGE : STUDI KASUS TRANSFER
PRICING DI SWEDIA”

Kelompok 3

Anggota Kelompok :

Nur Farida

Oetari Andari Prakoso (1610247134)

Refinia Widiastuty

Yeni Sapridawati

Yutri Nurmala Sari

MAGISTER AKUNTANSI

UNIVERSITAS RIAU

Th. 2016 / 2017


PEMBEBASAN BIAYA INTRA GROUP SERVICES
MELALUI METODE INDIRECT CHARGE : STUDI
KASUS TRANSFER PRICING DI SWEDIA
I. PENDAHULUAN

Mahkamah Agung Swedia (Swedish Supreme Administrative Court / SAC) dalam putusan
Nomor 7338-7339-01 membatalkan putusan pengadilan yang berada dibawahnya dan
memenangkan Wajib Pajak dalam kasus transfer pricing atas intra group services. Putusan SAC
tersebut memberikan hukum yang jelas atas kasus pemberian jasa antar pihak- pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (intra group services), yaitu :

1. Beban pembuktian atas transfer pricing berada pada Swedish Tax Authority (kantor pajak
Swedia yang selanjutnya disebut STA).

2. Kewajaran pemakaian metode pembebasan tidak langsung (indirect charge).

3. Dapat diterimanya markup on cost of service fee ketika penyedia jasa di luar negeri
bertindak sebagai satu-satunya service center.

Dengan adanya putusan tersebut, Wajib Pajak mendapat kepastian hukum bahwa dengan
mengikuti prinsip-prinsip OECD Guidelines yang berkaitan dengan pemberian jasa antar pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa (intra group services), biaya atas intra group services
tersebut dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

II. KASUS

Dow Chemical Group yang berkantor pusat di Amerika. Dow Chemical Group bergerak dalam
bidang penyediaan barang dan jasa produk-produk kimia, plastik, dan pertanian. Adapun pihak-
pihak yang terlibat dalam kasus ini adalah :

1. Dow Sverige AB (selanjutnya disebut AB), anak perusahaan yang berlokasi di Swedia.
AB bergerak di bidang pembuatan dan pendistribusian produk latex yang digunakan dalam
industri konstruksi serta penjualan produk Dow Chemical Group yang lain di pasar Swedia.

2. Dow Europe S.A (selanjutnya disebut SA), anak perusahaan yang berlokasi di Swiss. SA
bertindak secara eksklusif sebagai pusat pelayanan jasa (service center) bagi anak perusahaan
lain dan menyediakan berbagai macam jasa termasuk pemasaran, produksi, administratif,
personil, dan manajemen.
SA diatur dalam perjanjian terpisah yang isinya adalah :

1. Atas jasa yang diberikan, dikenakan markup 10% dari biaya-biaya yang dikeluarkan.

2. Membuat pusat biaya (cost pool) untuk setiap kategori jasa.

3. Menetapkan pedoman alokasi biaya.

III. AUDIT TRANSFER PRICING oleh STA

Dalam proses audit, STA menyatakan bahwa AB tidak dapat membuktikan bahwa biaya yang
dialokasikan oleh SA adalah sepadan dengan keuntungan (benefit) yang diterima oleh AB dari
jasa yang diberikan oleh SA tersebut. Argumen STA didukung oleh fakta bahwa AB hanya
mendistribusikan 10% dari total produk. Meskipun begitu, STA tetap mengakui bahwa AB
mungkin menerima benefit dari jasa tersebut. STA, tanpa analisis yang mendalam, menyimulkan
bahwa biaya intra group services yang boleh dikurangkan adalah hanya sebesar 75% dari biaya
yang tercakup dalam service fee.

Lebih lanjut, STA tidak memperbolehkan markup 10% berdasarkan dua alasan utama sebagai
berikut :

1. Berdasarkan struktur organisasi Dow Chemical Group, AB tidak mempunyai kuasa untuk
mengambil keputusan (menerima atau menolak) atas jasa yang diberikan oleh SA.
2. Tujuan dibentuknya SA adalah efisiensi biaya.

Oleh karena itu, STA beralasan bahwa karena SA tidak mempunyai risiko usaha, maka SA
semestinya tidak berhak memperoleh komponen profit terhadap aktivitas jasa yang ia berikan.

IV. ARGUMENTASI AB

Dalam pembelaannya, AB mengajukan argumentasi sebagai berikut :


1. Dow Chemical Group memakai metode transfer pricing yang sama sejak tahun 1972.
2. Atas biaya administrasi internal yang diberikan oleh AB kepada SA tidak dikenakan
biaya.
3. Pemusatan biaya menimbulkan penghematan biaya Dow Chemical Group dalam jumlah
yang signifikan.
4. Sulit untuk memperoleh jasa seperti yang diberikan oleh SA dari pihak ketiga.
5. Jasa yang diberikan oleh SA berkualitas tinggi.
6. Otoritas pajak Swiss menghendaki bahwa SA memperoleh markup dengan harga yang
arm’s length dalam aktivitas jasa yang dilakukannya.

V. PUTUSAN PENGADILAN

Atas interpretasi yang dilakukan oleh STA tersebut, AB naik banding ke country administrative
court maupun administrative court of appeal ( di Indonesia : Pengadilan Negeri dan Pengadilan
Tinggi). Kedua pengadilan tersebut memberikan pendapat yang sama dengan STA sebagai
berikut :
1. Tidak memperkenankan pembebanan 25% dari biaya yang termasuk dalam service fee
pada AB.
2. Menolak 10% markup.

Atas putusan tersebut, AB mengajukan banding kepada Mahkamah Agung Swedia (Supreme
Administrative Court selanjutnya disebut SAC).

VI. PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

Dalam proses sidang di Mahkamah Agung (MA) di Swedia, diketahui argumentasi STA dan
SAC adalah sebagai berikut :
1. Argumentasi STA

STA mengajukan argumentasi bahwa pembebanan 25% dari cost base bukan merupakan
operating expense menurut ketentuan dalam Municipal Tax Act dan oleh karenanya, tidak tunduk
pada income adjustment rule yang berkaitan dengan cross-border transaction dan standar arm’s
length.

2. Argumentasi SAC
SAC secara jelas menolak argument STA dan menegaskan lagi posisinya bahwa income
adjustment rules merupakan lex specialis (ketentuan khusus) yang mempunyai kekuatan hukum
lebih tinggi daripada general rules. Menurut income adjustment rules, beban pembuktian harus
dilakukan oleh STA, bukan oleh Wajib Pajak.

Isu lain yang dikemukakan oleh SAC adalah apakah biaya jasa yang dialokasikan merupakan
jumlah yang proporsional terhadap benefit yang diperoleh AB dari jasa yang saling berkaitan.
SAC mengambil pendekatan yang pragmatis dan selangkah dalam menjawab pertanyaan tersebut
dengan mengemukakan alasan sebagai berikut :
a. Ketentuan tentang jasa dan struktur service fee , secara kontraktual diatur berdasarkan
kerangka kerja yang sama untuk semua penerima jasa dalam Dow Chemical Group.
b. AB mengklaim bahwa ia tidak mempunyai sumber daya yang cukup untuk mengerjakan
fungsi jasa tersebut.
c. Perjanjian antarperusahaan menetapkan bahwa AB akan membayar porsi total biaya SA
pada tahun tertentu. Hal ini dilakukan karena tidak mungkin untuk mengidentifikasi setiap servis
yang diberikan oleh SA kepada AB secara individual dan secara langsung menetapkan biaya
yang terkait (corresponding cost).
d. Selama tahun-tahun dilakukan audit. AB tidak memperoleh benefit dari beberapa jasa
yang diterimanya dari SA, akan tetapi AB tetap memperoleh benefit yang signifikan dari jasa-
jasa lainnya yang dilakukan oleh SA.
e. Kebutuhan AB akan fungsi atau jenis jasa yang diberikan oleh SA selalu berubah selama
beberapa tahun.

Sehubungan dengan penolakan STA atas 10% markup biaya yang termasuk dalam service fee
SA, SAC berpendapat bahwa argument STA tersebut tidak tepat. Oleh karena itu, SAC
memenangkan AB dan memperkenankan pengurangan penuh atas service fee ke AB, termasuk
100% allocated cost dan 10% markup.

VII. DAMPAK PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

Perusahaan multinasional seringkali memusatkan fungsi-fungsi jasanya dalam suatu entitas


dalam grup yang dibentuk khusus untuk memberikan jasa kepada perusahaan afiliasi yang lain.
Dalam konteks ini adalah mungkin bahwa setiap kategori jasa antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa akan mencakup jasa dalam lingkup yang luas yang tidak
mungkin dapat ditelusuri secara detail. Oleh karena itu, perusahaan multinasional harus dapat
mengimplementasikan struktur jasa yang bebas dari pengenaan multijurisdictional tax.

Lebih lanjut, SAC memutuskan bahwa dengan memakai income adjustment rule yang jelas akan
mempunyai konsekuensi terhadap beban pembuktian yang berkaitan dengan permintaan
dokumentasi yang akan datang. Meskipun beban pembuktian secara legal terletak pada STA,
kewajiban dokumentasi dalam praktiknya berada ditangan Wajib Pajak. Namun, kasus Dow
Chemical Group ini memperlihatkan bahwa sepanjang Wajib Pajak telah memenuhi persyaratan
ketentuan dokumentasi transfer pricing, maka beban pembuktian ada di pihak STA.

Kesimpulan yang dapat diambil dari putusan SAC tersebut, yaitu:


1. Pembayaran atas intra group services yang mencakup markup biaya foreign service
provider , secara prinsip merupakan unsur pengurang pajak atau tax deductible (jika pihak
penerima jasa menerima nilai /value dari jasa tersebut).
2. Metode indirect pricing dapat diterapkan ketika cakupan jasa yang dilakukan terlalu luas,
sehingga sulit atau tidak mungkin untuk mengidentifikasi dan menelusuri kaitan antara jasa
(service) dan biayanya (cost) secara detail.
3. Hal yang relevan terhadap pengurangan pajak (tax deductibility) tidak hanya actual
benefit yang diperoleh dari intercompany services, tetapi juga anticipated benefit yang
diharapkan oleh penerima jasa ketika ia memutuskan untuk menerima jasa tersebut.
4. Untuk meningkatkan peluang memperoleh pengurangan pajak dalam pembayaran jasa
antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, Wajib Pajak seharusnya menjalankan
intra group services yang konsisten bagi semua penerima jasa.

Sebagai catatan, salah satu isu yang tidak dibahas dalam kasus Dow Chemical Group adalah
seberapa besar jumlah markup yang dapat diterima (acceptability of actual markup level).
Dengan demikian, kasus ini tidak menyediakan bukti bahwa 10% markup on service cost
merpuakan suatu rule of thumb. Lebih lanjut, Wajib Pajak diminta untuk menyajikan
”comparability analysis” untuk mendukung adanya sifat arm’s length dalam harga transfer. Oleh
karena itu, kasus Dow Chemical Group ini sangat penting karena memberikan preseden yang
berkaitan dengan intra group services.

Anda mungkin juga menyukai