Anda di halaman 1dari 34

I.

Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

- Menghitung Nilai Power

- Menjelaskan pengaruh viskositas, densitas, dan rate pengadukan terhadap


Power Pengadukan.

II. Perincian Kerja

1. Kalibrasi kecepatan pengaduk.

2. Pengukuran berat jenis sampel menggunakan alat Piknometer.

3. Pengukuran viskositas sampel menggunakan alat Viskometer


Oswalds.

III. Alat dan Bahan

A. Adapun alat yang digunakan sebagai berikut :

1. Gelas kimia

2. Erlenmeyer

3. Pipet ukur

4. Pipet volume

5. Bola isap (bulb)

6. Spatula

7. Pengaduk kaca

8. Piknometer
9. Viscometer Oswalds

10. Labu semprot

11. Corong kaca

12. Gelas kimia plastik

13. Corong plastik

B. Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut :

1. Aquades

2. Garam

3. Air
IV. Dasar Teori

A. Pengertian Pengaduk dan Pencampuran

Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang
diaduk seperti molekul- molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya menyebar
(terdispersi). Pengadukan memiliki tujuan yaitu :

1. Mencampur dua cairan yang saling melarut

2. Melarutkan padatan dalam cairan

3. Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung

4. untuk mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan
jacket pada dinding bejana.

Pencampuran (Mixing) adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak


suatu bahan ke bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau
lebih. Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk. Hal ini
dikarenakan faktor-faktor penting yang berkaitan dengan proses ini, dalam aplikasi nyata
bisa dipelajari dengan seksama dalam alat ini. Faktor - faktor yang mempengaruhi proses
pengadukan dan pencampuran diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki
dengan geometri pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk,
kecepatan putaran pengaduk, penggunaan sekat (baffle) dalam tangki dan juga properti fisik
fluida yang diaduk yaitu densitas dan viskositas. Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat
alat tangki berpengaduk yang bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan
dan pencampuran tersebut.

Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :

1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara


keseluruhan (bulk flow).

2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida yang


terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.

3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.


Ketiga mekanisme tersebut terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan
adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen
dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang berpengaruh pada
proses pengadukan adalah densitas dan viskositas.

Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi


tiga jenis permasalahan utama, yaitu :

1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multifase


multikomponen.

2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian dari


sistem yang tidak seragam.

3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan atau


tanpa perubahan komposisi.

Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang luas,
diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun padat-cair,
kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia.

B. Tangki Pengaduk

Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana


pengaduk tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya cembung.
Tangki pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas
tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum, namun tangki ini juga sering digunakan
untuk proses yang lain misalnya untuk pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi
dan kristalisasi.
Untuk pertukaran panas, tangki biasanya dilengkapi dengan mantel ganda
yang di las atau di sambung dengan flens atau dilengkapi dengan kumparan yang
berbentuk belahan pipa yang dilas. Untuk mencegah kerugian panas yang tidak
dikehendaki tangki dapat diisolasi.

Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :


1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai pengendali
suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk pengukuran
suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki pengaduk.

Keuntungan dari pemakaian tangki berpengaduk, yaitu:

1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu serba sama.
Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal dalam tangki berpengaduk
untuk reaksi yang panas reaksinya sangat besar.

2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu tinggal juga
besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam tangki.

Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:

1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi untuk reaksi-
reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.

2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.

3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih rendah.

4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang ditunjukkan
oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.

Motor
Pengaduk

Batang
Pengaduk

Baffle Tangki
pengaduk
Gambar 1.1.2 Tangki Berpengaduk

Keterangan:

E = tinggi pengaduk dari dasar tangki


DT = diameter tangki
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar baffle
W = lebar pengaduk

Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah satu
pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam kapasitas tertentu
ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter tangki sama dengan ketinggian
fluida. Rancangan ini ditujukan untuk mengoptimalkan kemampuan pengaduk untuk
menggerakkan dan membuat pola aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida
dalam tangki.

Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga salh
satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai dari diameter
yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam pengadukan dan
pencampuran. Diameter tangki ditentukan dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter
yang lebih kecil dibandingkan ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah jumlah
pengaduk yang digunakan.
dengan D = t

Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan perbandingan


terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan pada gambar 1.1.2.

Hubungan dari dimensi pada gambar 1.1 adalah :

Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead zone yaitu daerah
dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk.Geometri dimana terjadinya dead
zone biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari dinding-dindingnya.

i. Pengaduk

Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan (cair, cair/padat,


cair,cair/gas, cair/padat/gas) di dalam bejana pengaduk. Biasanya yang berlangsung
adalah gerakan turbulen (misalnya untuk melaksanakan reaksi kimia, proses
pertukaran panas, proses pelarutan). Alat pengaduk terdiri atas sumbu pengaduk dan
strip pengaduk yang dirangkai menjadi satu kesatuan atau dapat dipisah-pisah
menjadi 2-3 bagian pengaduk yang dapat dipisah-pisahkan juga dapat dibongkar
pasang didalam satu unit tangki pengaduk.
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi
dari pengaduk dalam fluida. Gerak dari pengaduk ini memotong fluida tersebut dan
dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh sistem fluida itu. Oleh
karena itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi
fase cair dengan tangki berpengaduk.
Pencampuran baik dapat di peroleh apabila di perhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakannya karena akan mempengaruhi keefektifan proses
pencampuran, serta daya yang diperlukan.
Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang berbentuk
silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka
saja ke udara atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi tangki itu bermacam-
macam, bergantung pada masalah pengadukan itu sendiri.
Di dalam tangki itu dipasang impeller pada ujung poros menggantung,
artinya poros itu ditumpuh dari atas. Poros itu digerakkan oleh motor, yang
terkadang dihubungkan langsung dengan poros itu, namun biasanya dihubungkan
melalui peti roda gigi untuk menurunkan kecepatannya. Tangki itu biasanya
diperlengkapi pula dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau peranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran dalam yang menyebabkan zat
cair bersirkulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke impeller.
Alat pengaduk dapat dibuat dari berbagai bahan yang sesuai dengan bejana
pengaduknya, misalnya dari baja, baja tahan karat, baja berlapis email, baja berlapis
karet. Suatu alat pengaduk diusahakan menghasilkan pengadukan yang sebaik
mungkin dengan pemakaian daya yang sekecil mungkin. Ini berarti seluruh isi
bejana pengaduk sedapat mungkin digerakkan secara merata, biasanya secara
turbulen.

Menurut aliran yang dihasilkan pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:


1. Pengaduk aliran aksial

Pengaduk ini akan menimbulkan arus atau aliran yang sejajar dengan sumbu poros
pengaduk.

2. Pengaduk aliran radial

Pengaduk ini akan menimbulkan aliran yang mempunyai arah tangensial dan radial terhadap
bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial akan menyebabkan timbulnya vorteks
dan terjadinya suatu pusaran tetapi dapat dihilangkan dengan pemasangan buffle atau
cruciform buffle.

3. Pengaduk aliran campuran


Pengaduk ini merupakan gabungan dari dua jenis pengaduk diatas.

Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satu dayung datar yang berputar pada
poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Kadang-kadang daun-daunnya di
buat miring, tetapi biasanya vertikal saja. Dayung ini berputar di tengah bejana dengan
kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial dan tangensial,
hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler, kecuali bila daunnya agak miring.

Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan yang terdiri :

1. Propeller

Merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair


berviskositas rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh.
Arus yang meninggalkan propeller mengalir melalu zat menurut arah tertentu dan
sampai di belokkan oleh lantai dinding bejana. Propeller biasanya digunakan bila
kita menghendaki adanya arus yang kuat, umpamanya kita hendak menjaga agar
partikel-partikel zat padat yang berada dalam suspensi.

2. Padel.

Untuk tugas yang sederhana agitator yang terdiri dari satu dayung datar berputar
pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Kadang-kadang daunnya
dibuat miring tapi biasanya vertikal saja. Dayung ini berputar ditengah bejana dengan
kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial dan tangensial,
hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeller, kecuali bila daunnya agak miring.

3. Turbin,

Kebanyakan turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun daun yang
agak pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang dipasang pada pusat
bejana. Daun-daun boleh lurus dan boleh juga lengkung, sudut vertikal. Impellernya
mungkin terbuka, setengah terbuka atau terselubung. Diameter impellernya biasanya
lebih kecil dari diameter dayung yaitu berkisar antara 30 sampai 50 persen dari diameter
bejana. Turbin biasanya efektif untuk jangkauan viskositas cukup luas. Pada cairan
berviskositas rendah turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang berlangsung pada
keseluruhan bejana.

Pencampuran didalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi dari
pengaduk didalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong fluida tersebut dan dapat
menimbulkan arus eddy yang bergerak ke seluruh system fluida tersebut. Oleh sebab itu
pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran fase
cair dengan tangki pengaduk.

Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan dipengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta
daya diperlukan. Zat cair biasanya diaduk di dalam suatu tangki atau bejana biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu mungkin
terbuka saja ke udara atau dapat pula tertutup.

Pengaduk paddle Pengaduk Propeller berdaun 3

Pengaduk turbin berdaun 6

Gambar 1.2 bentuk-bentuk pengaduk

Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya merupakan
modifikasi dari ketiga bentuk diatas.
Flate Blade Curved Blade Pitched Blade

Gambar 1.3 tipe-tipe pengaduk jenis turbin

Standard three baldes weedless Guarded

Gambar 1.4 tipe-Tipe Pengaduk Propeller

Basic

Anchor Glassed

Gambar 1.5 Tipe-Tipe Pengaduk Jenis Paddle

(a) Impeller (b) Propeller (c) Paddle (d) Helical ribbon

Gambar 1.6 Pola aliran yang dihasilkan oleh jenis-jenis pengaduk yang berbeda
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah
kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk bisa
memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik yang
dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum klasifikasi kecepatan
putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu :

3. Kecepatan putaran rendah

Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.


Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang sempurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur larutan
dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama

4. Kecepatan putaran sedang

Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150


rpm.Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental dan
minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan permukaan pada
viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan, mencampuran larutan dengan
viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk memanaskan atau mendinginkan

5. Kecepatan putaran tinggi

Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750


rpm.Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air.Tingkat pengadukan ini menghasilkan permukaan yang
cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika waktu pencampuran sangat lama
atau perbedaan viskositas sangat besar.

Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap menjaga
efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang lebih besar dari
diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar dann diameter pengaduk
yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan, merupakan kondisi dimana pengaduk
yang digunakan lebih dari satu buah, dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak
pengaduk paling bawah ke dasar tangki. Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana
lebih dari satu pengaduk yang digunakan dapat dilihat dalam tabel 1.1.
Tabel
1.1 Kond
isi untuk
Pemiliha
n
Pengadu
k

Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada setiap jenis pengaduk
adalah :

1. Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s


(3000 cP)

2. Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp)

3. Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa


digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP)

4. Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000
Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih
dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya
terjadi pusaran kecil.

ii. Baffle

Sekat (Baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada


dinding tangki.Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah untuk mencegah
terjadinya pembentukan ruang udara (vortex) pada saat cairan-cairan dengan viskositas
rendah diaduk dalam tanki silinder vertikal dengan impeler yang berada pada pusatnya,
maka digunakanlah baffle yang dipasang pada dinding vessel. Baffle yang digunakan
biasanya memiliki jarak yang sama sekitar 1 - 10 dari diameter tanki.

Baffle biasanya tidak menempel pada dinding vessel sehingga secara kebetulan akan
terdapat celah antara baffle dengan dinding vessel. Baffle umumnya tidak digunakan pada
cairan dengan viscositas tinggi dimana pembentukan vortex bukanlah menjadi masalah
yang penting. Baffle dipasang pada mixing vessel untuk menambah turbulensi. Walaupun
penggunaan baffle menaikkan jumlah tenaga atau energi, tetapi di sisi lain memilki
keuntungan yaitu terjadinya perpindahan panas secara terus menerus dan waktu yang
dibutuhkanuntuk mencampur lebih cepat.

Gambar 1.7 Pemasangan Baffle

Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa menghasilkan
pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan sebaiknya berukuran
1/12 diameter tangki.

iii. Pola Aliran

Jenis aliran didalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeller, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbandingan (proporsi) tangki, sekat,
dan agitator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga
komponen, dan pola aliran keseluruhan didalam tangki itu tergantung pada variasi
dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen kecepatan yang
pertama ialah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros
impeller. Komponen kedua, ialah komponen tangensial, atau rotasional, yang
bekerja pada arah singgung terhadap lintasan terhadap lintasan lingkar disekeliling
poros.
Dalam keadaan biasa, dimana poros itu vertikal, komponen radial dan
tangensial berada dalam satu bidang horizontal, dan komponen longitudinalnya
vertikal.
Komponen radial dan komponen longitudinal sangat aktif dalam memberikan aliran
yang diperlukan untuk melakukan pencampuran. Bila poros itu vertikal dan terletak
persis dipusat tangki, komponen tangensial biasanya kurang menguntungkan. Arus
tangensial itu mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran disekeliling poros, dan
menimbulkan voteks pada permukaan zat cair.
Adanya sirkulasi aliran laminar, cenderung membentuk stratifikasi pada
berbagai laisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.Pola aliran
yang terjadi dalam cairan yang diaduk tergantung pada jenis pengaduk. Karakteristik
fluida yang diaduk dan ukuran serta perbandingan ukuran antara tangki, pengaduk
dan sekat. Kecepatan partikel fluida disetiap titik dapat diuraikan dalam tiga
komponen yaitu:
a. Komponen radial, bekerja dalam arah tegak lurus terhadap sumbu pengaduk.
b. Komponen longitudinal, bekerja dalam arah sejajar sumbu.
c. Komponen tangensial atau rotasional, bekerrja dalam arah garis singgung lintasan
melingkar sekeliling sumbu. Aliran tangensial yang mengikuti lintasan melingkar
sekeliling sumbu, menimbulkan vorteks dipermukaan cairan. Jika tangki tidak
bersekat, maka pengaduk jenis aliran axial maupun radial akan menghasilkan aliran
melingkar. Karena pusaran itu terlalu kuat, pola aliran akan sama saja untuk semua
jenis pengaduk dan vorteks yang terbentuk akan mencapai pengaduk, sehingga
gas diatas permukaan akan terhisap.

Terdapat tiga cara untuk mencegah pusaran dan vorteks antara lain ;
1. Pengaduk dipasang off center atau miring.
2. Pada dinding tangki dipasang sekat vertikal.
3. Pemakaian diffuser ring pada tangki pengaduk jenis turbin.
Jika di dalam system itu terdapat partikel zat padat, arus sirkulasi itu
cenderung melemparkan partikel-partikel itu, dengan gaya sentrifugal kearah luar
dan dari situ bergerak ke bawah dan sesampai ke dasar tangki lalu ke pusat karena
itu, bukannya pencampuran yang berlangsung, tetapi sebaliknya pengumpulan yang
terjadi. Jadi, karena dalam aliran sirkulasi zat cair bergerak menurut arah gerakan
daun impeller, kecepatan relatif antra daun dan zat cair itu berkurang dan daya yang
dapat diserap zat cair itu menjadi terbatas. Dalam bejana yang tak bersekat, aliran
putar itu dapat dibangkitkan oleh segala jenis impeller, baik aliran aksial maupun
radial. Jadi, jika putaran zat cair itu cukup kuat, pola aliran di dalam tangki itu dapat
dikatakan tetap bagaimanapun bentuk mungkin sedemikian dalamnya, sehingga
mencapai impeller, dan gas dari atas permukaan zat cair akan tersedot ke dalam zat
cair itu. Biasanya hal demikian tidaklah di kehendaki.
Aliran lingkaran (circulatory flow) dan arus putar (swirling) dapat di
cegah dengan menggunakan salah satu dari tiga cara di bawah ini. Dalam tangki-
tangki kecil, impeller dipasang di luar sumbu tangki (ekstentrik). Porosnya di geser
sedikit dari garis pusat tangki, lalu dimiringkan dalam suatu bidang yang tegak-
lurus terhadap pergeseran itu. Dalam tangki-tangki yang lebih besar, agitatornya di
pasang di sisi tangki, dengan porosnya pada bidang horizontal, tetapi membuat sudut
dengan jari-jari tangki.
Pada tangki-tangki besar yang mempunyai agitator vertikal, cara yang
paling baik untuk mengurangi arus putar ialah dengan memasang sekat-sekat (buffle)
yang berfungsi merintangi aliran rotasi tanpa mengganggu aliran radial dengan
memasang bilah-bilah vertikal terhadap dinding tangki. Kecuali untuk tangki yang
sangat besar, biasanya empat buah sekat saja sudah memadai untuk mencegah
pembentukan arus putar dan vorteks. Bahkan bila terdapat kesulitan memasang sekat
sebanyak itu, satu atau dua sekat saja pun sudah akan memberi pengaruh besar
terhadap pola alir dan lingkar. Untuk turbin, lebar sekat yang diperlukan tidak lebih
dari seperdelapan belas diameter tangki. Dengan propeller yang dipasang dari sisi,
yang miring atau yang tidak di tempatkan di pusat, tidak di perlukan sekat.
Jika arus putar sudah dapat di hentikan, pola aliran spesifik di dalam
bejana itu sekarang bergantung pada jenis impeller yang dipergunakan. Agitator
propeller biasanya mendorong zat cair ke bawah sampai kedasar tangki, di mana
arus itu lalu menyebar secara radial ke segala arah menuju dinding, lalu mengalir
lagi ke atas disepanjang dinding dan kembali diisap oleh propeller dari atas.
Propeller biasanya digunakan bila kita menghendaki adanya arus yang kuat,
umpamanya bila kita hendak menjaga agar partikel-partikel zat padat yang berada
dalam suspensi. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh,
Propeller jarang dipakai bila viskositas zat cair lebih dari kira-kira 50.Merupakan
impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah.
Turbin dengan daun miring 45o dan mendorong ke bawah juga biasa digunakan
untuk mendapatkan arus aksial yang kuat yang di perlukan untuk membuat suspensi
zat padat.
Agitator dayung dan turbin berdaun datar memberikan aliran radial yang
baik dalam bidang impeller itu, dimana aliran itu lalu membelah diri di dinding,
membentuk dua pola lingkar yang terpisah. Satu bagian yang mengalir ke bawah di
sepanjang dinding dan kembali ke pusat impeller dari bawah sedang satu bagian lagi
mengalir ke atas menuju permukaan dan kembali ke impeller dari atas. Pada tangki
tanpa sekat terdapat aliran tangensial yang kuat serta pembentukan vorteks,
walaupun kecepatan poros hanya sedang-sedang saja. Tetapi, bila ada sekat, aliran
vertikal itu meningkat, dan pencampuran zat cair pun berlangsung lebih cepat. Pada
tangki berbentuk silinder vertical, ke dalaman zat cair harus sama dengan diameter
tangki,
atau
sedikit
lebih
besar
dari
itu.
Jika di

perlukan kedalaman yang lebih besar, dapat dipasang dua impeller atau lebih pada
satu poros, dimana masing-masing impeller berfungsi sebagai satu pencampur
tersendiri. Masing-masing impeller membangkitkan dua arus sirkulasi. Impeller
yang di sebelah bawah, baik yang jenis turbin maupun yang jenis propeller, di
pasang pada jarak kira-lira sama dengan diameter impeller dari dasar tangki.
Flat-blate turbine Marine Propeller Helical Screw

Gambar 1.8 pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk

iv. Waktu Homogenitas

Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga


diperoleh keadaan yang homogen untuk menghasilkan campuran atau produk
dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of
mixing) adalah laju dimana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :
+ Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle
+ Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
+ Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
+ Laju putaran pengaduk
+ Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
b. Pola pemasangan : - Center, vertikal
- Off center, vertical
- Miring (inclined) dari atas
- Horisontal
+ Jumlah daun pengaduk
+ Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk :
+ Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang diaduk
+ Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
+ Jumlah kedua cairan yang diaduk
+ Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk
mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama
tehadap waktu pencampuran.

v. Vortex

Vortex adalah putaran air yang memebentuk aliran yang bergerak secara
tangensial.Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena adanya sirkulasi
aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan tanpa adanya
aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu. Bila di dalam sistem terdapat partikel
zat padat maka arus sirkulasi akan melemparkan padatan itu dengan gaya sentrifugal
ke arah luar, yang lalu bergerak ke bawah dan setelah sampai di dasar tangki akan
menuju ke pusat. Hal ini menyebabkan pencampuran yang diharapkan tidak terjadi,
melainkan timbul pemisahan antara lapisan atas dan bawah yang harus
dihindari.Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan vorteks antara
lain :
1. Memasang impeller tidak tepat pada sumbu tangki. Metode ini
digunakan untuk tangki yang berukuran agak kecil.

2. Dengan memasang baffle (sekat) yang berfungsi merintangi aliran rotasi


tanpa mengganggu aliran radial atau longitudinal. Baffle yang sederhana
namun efektif dapat dibuat dengan memasang bilah-bilah vertikal terhadap
dinding tangki. Untuk tangki pengaduk yang menggunakan turbin,
lebar maksimal baffle yang digunakan adalah 1/12 diameter tangki, untuk
propeller lebar baffle maksimalnya 1/18 diameter tangki.

3. Untuk tangki yang besar, agitator dipasang di sisi tangki dengan porosnya
pada arah horizontal, tetapi membuat sudut dengan jari-jari tangki.

Beberapateknik yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan laju


pencampuran, antara lain :
1. Menambahkan pewarna dan mengukur waktu yang dibutuhkan
untukmencapai keseragaman warna.
2. Menambahkan larutan garam dan mengukur konduktivitas elektrik saat
komposisi seragam.
3. Menambahkan asam atau basa serta mendeteksi perubahan warna indicator
ketika proses netralisasi sudah selesai.
4. Metode distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur
dengan memantau konsentrasi output.
5. Mengukur temperature serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseragaman.

vi. Kebutuhan Daya dalam Tangki Berpengaduk

Untuk menaksir daya yang diperlukan untuk memutar impeller pada


kecepatan tertentu, diperlukan suatu korelasi mengenai daya (angka daya). Bentuk
korelasi demikian bias didapatkan dari analisis dimensi , bila ukuran-ukuran penting
tangki daun impeller diketahui, demikian pula jarak impeller dari dasar tangki,
kedalam zat cair dan ukuran-ukuran sekat bila menggunakan sekat. Jumlah dan
susunan sekat serta jumlah daun impeller perlu pula ditetapkan. Variabel-variabel
yang masuk kedalam analisis ialah ukuran-ukuran penting tangki dan impeller,
viscositas 𝜇, dan densitas 𝜌 zat cair, kecepatan n dan karena hukum Newton berlaku,
tetapan dimensional gc.

Untuk penetuan nilai Np diperlukan grafik perbandinganantara Np vs NRe.


Untuk tangki bersekat yang dilengkapi dengan turbin yang ditempatkan dipusat
menggunakan grafik dibawah ini:

G
r
a
f
i
k

1
.
Angka daya Np vs NRe untuk turbin,untuk bagian kurva D dengan garis putus-
putus,Np yang dibaca dari grafik harus dikalikan dengan 𝑁𝐹𝑟 𝑚

Sedangkan untuk tangki dengan sekat yang dilengkapi pengaduk propeller yang
ditempatkan dipusat menggunakan grafik dibawah ini.

G
r
a
f
i
k

2. Angka daya Np vs NRe untuk propeller, untuk bagiam kurva B,C dan D yang
bergaris putus-putus, niali Np yang dibaca pada grafik harus dikalikan dengan 𝑁𝐹𝑟 𝑚 .

Tangki tak bersekat.Pada angka Reynolds, yaitu dibawah kira – kira 300,
kurva angka daya untuk tangki yang mempunyai sekat maupun untuk tangki tanpa
sekat adalah identik. Pada angka Reynolds yang lebih tinggi kurva itu memisah,
sebagaimana terlihat pada bagian kurva D yang putus – putus pada grafik 1 dan
kurva B, C dan D pada grafik 2. Di daerah angka Reynolds demikian yang biasanya
dihindarkan dalam praktek dengan tangki tanpa sekat, terbentuk vorteks dan angka
Froude akan berpengaruh. Persamaan NFr yaitu :

N² . Da
NFr= g

Ekponen m dalam persamaan tersebut, untuk setiap perangkat faktor bentuk


tertentu dihubungkan secara empirik dengan angka Reynolds, maka persamaan
sebagai berikut :

a−log NRe
m= b

dimana nilai a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b untuk kurva dari grafik 1 dan
2 diberikan pada tabel 1.Bila kita menggunakan kurva garis putus – putus pada
gambar 1 dan 2, angka daya Np yang dibaca

dari skala ordinat harus dikoreksi dengan mengalikannya dengan NFrm.

Tabel 1.2 Konstanta a dan b untuk persamaan 2 :

Pengaduk Kurva A b
Turbin D 1,0 40,0
Propeller B 1,7 18,0
Propeller C 0 18,0
Propeller D 2,3 18,0

Setelah menentukan nilai Np nilai P dapat dicari dengan menggunakan persamaan:

Np . n³.Da5 ρ
P= gc

C. Prosedur Kerja

1) MIXING
 Diisi tangki dengan air sampai tanda batas tangki berpengaduk.

 Selanjutnya diatur skala pengadukan yang ingin digunakan. Pada


praktikum kali ini menggunakan skala 2 dan skala 3.

 Kalibrasi kecepatan putaran tangki dengan menghitung jumlah putaran


pengaduk dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jumlah putaran
tersebut. Pada praktikum kali ini jumlah putaran untuk kalibrasi adalah 10
putaran.

 Selanjutnya ditimbang 400 gr garam.

 Dimasukkan garam tersebut kedalam tangki berpengaduk dengan


menggunakan sendok plastik. Apabila terbentuk endapan garam di dasar
tangki, endapan dikeluarkan dari dalam tangki dan dimasukkan kembali
kedalam tangki berpengaduk sampai garam larut seluruhnya dan tidak ada
lagi endapan garam yang tertinggal didasar tangki.

 Viskositas dan densitas sampel diukur tiap 5 menit (tiap penggunaan skala
pengadukan akan memiliki masing-masing data viskositas dan densitas.
Sehingga total ada 5 data viskositas dan 5 data densitas).

 Berikutnya diukur keliling tangki untuk menentukan nilai diameter tangki


dan diameter impeller.

2) PENGUKURAN DENSITAS SAMPEL


 Ditimbang piknometer kosong (a)

 Dimasukkan aquades kedalam pikno hingga penuh, lalu ditimbang (b)

 Dimasukkan sampel ke dalam pikno hingga penuh, lalu ditimbang (c)

 Dihitung bobot sampel ( c – a )

 Berikutnya dihitung densitas sampel

𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒌𝒈)
𝞺=
𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒎𝟑 )

3) PENGUKURAN VISKOSITAS SAMPEL

 Disiapkan Viskometer Ostwald

 Sampel dimasukkan ke dalam Viskometer, atur ketinggian cairan dengan

Bolp hingga mencapai garis pertama/garis atas.

 Dinyalakan stopwatch

 Dihitung waktu aliran sampel dari garis atas ke garis bawah.


VI. Data Pengamatan
Berat pikno kosong = 22.3894 gr
Berat pikno + Air = 50. 5929 gr
Berat Garam = 800 gr
Kalibrasi Viskositas = 1.54 detik
A. Skala 2

Waktu Berat pikno +sampel t viskositas Jumlah Kecepatan Rps


mixing (gr) (detik) putaran
( detik )
5 50.9550 1.1 10 1.926
10 50.9577 1.16 10 1.926
15 50.9526 1.20 10 1.926
20 50.9540 1.19 10 1.926
25 50.9556 1.34 10 1.926

B. Skala 3

Waktu Berat pikno +sampel t viskositas Jumlah Kecepatan Rps


sampel (gr) (detik) putaran
( detik )
5 50.6727 1.17 10 2.87
10 50.7053 1.11 10 2.87
15 50.6797 1.25 10 2.87
20 50.6939 1.13 10 2.87
25 50.7032 1.14 10 2.87
VII. Perhitungan

 Penentuan Volume Pikno

 Berat Air = ( berat pikno + air ) – ( berat pikno kosong )

= ( 50. 5929 - 22.3894 ) gr


= 28.2035 gr

𝐁𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐀𝐢𝐫
 Volume pikno =
𝞀𝐚𝐢𝐫 𝟑𝟏 ͦ

28.2035 gr
= gr
0.99534
ml

= 28. 335 ml

 Untuk 5 menit

 Berat Sampel = ( berat pikno + sampel ) – ( berat pikno kosong )

= ( 50.9550 - 22.3894 ) gr
= 28.5656 gr

 Menghitung Densitas Sampel

𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 (𝐤𝐠)


𝞀𝐟𝐢𝐥𝐭𝐫𝐚𝐭 =
𝐯𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 (𝐦𝟑 )

28.5656 𝑔𝑟
𝜌=
28. 335 ml

𝜌 = 1.00812 𝑔/𝑚𝑙

𝜌 = 1008.12 kg/m3
Metode perhitungan di atas juga diterapkan pada sampel lain sehingga
diperoleh data;

Skala 2 dan skala 3


Skala t mixing Berat sampel ( gr ) Densitas sampel
(kg/m3)
5 28.5656 1008.1206
10 28.5683 1008.2158
2 15 28.5632 1008.0358
20 28.5646 1008.0852
25 28.5662 1008.1417
5 28.2833 998.1578
10 28.5683 1008.216
3 15 28.5632 1008.036
20 28.5646 1008.085
25 28.5662 1008.142

 Menentukan Viskositas

𝞺𝒇𝒊𝒍𝒕𝒓𝒂𝒕
 Spesifik Graviti = 𝞺𝒂𝒊𝒓

1008.12 kg/m3
= 1000 𝑘𝑔/𝑚3

= 1.00812

𝛍 𝐚𝐢𝐫
 Konstanta Viskositas 𝐤 =
𝐬𝐠 . 𝐭 (𝐚𝐢𝐫)

 μ air = 0.85 cp

= 0.85 x 2.42 = 2.057 lb/hr.ft

2.057 lb 0.454 𝑘𝑔 3.28 𝑓𝑡 1 ℎ𝑟


= ℎ𝑟.𝑓𝑡
𝑥 1 𝑙𝑏
𝑥 1𝑚
𝑥 3600 𝑠

= 0.00085 kg/m.s

= 8.5086 x 10−4 kg/m.s

𝝁 𝒂𝒊𝒓
 𝒌 = 𝒔𝒈 . 𝒕 (𝒂𝒊𝒓)
8,5086.10−4 pa.s
=
1.00812 x 1.54 s

= 5.48056 10−4 Pa

 Viskositas sampel = k x sg x t

= 5.48056 10−4 pa x 1.00812 x 1.1 s

= 6.07757. 10−4 Pa.s

Metode perhitungan di atas juga diterapkan pada sampel lain sehingga


diperoleh data;

Skala 2 dan skala 3

Konstanta Viskositas
t Spesifik Viskositas (k) sampel
Skala mixing Graviti Pa Pa.s
5 1.008121 0.000548056 0.000607757
10 1.008216 0.000548004 0.000640908
2 15 1.008036 0.000548102 0.000663008
20 1.008085 0.000548075 0.000657483
25 1.008142 0.000548044 0.000740359
5 0.998158 0.000728573 0.000646433
3 10 1.008216 0.000760294 0.000613282
15 1.008036 0.000675262 0.000690633
20 1.008085 0.000746934 0.000624332
25 1.008142 0.000740341 0.000629857

 Menghitung Diameter

 Keliling Tabung = 100.5 cm  1.005 m

Keliling =2𝜋𝑟

r = 0.16

 Diameter Tangki =2xr

= 2 x 0.16

= 0.32 m
1
 Diameter Pengaduk = 3 𝐷𝑇

1
= X 0.32 m
3

= 0.1066 m

 Menentukan Bilangan Renolf (𝑵𝑹𝒆 )

𝝆𝒏𝑫𝒂𝟐
𝑵𝑹𝒆 =
𝝁
Diketahui; D a = 0.1066 m

𝞺 = 1008.12 kg/m3
𝞵 = 6.07757. 10−4 Pa.s
10
 Skala 2 : n = 5.192 s
= 1.926 rps

10
 Skala 3 : 𝑛 = = 2.87 𝑟𝑝𝑠
3.484 𝑠

Maka,
kg
1008.12 x 1.926 s −1 x (0.1066 m)2
𝑵𝑹𝒆 = m3
6.07757. 10−4 kg/m. s
22.0641 𝑥 10−1
𝑵𝑹𝒆 = 6.07757

𝑵𝑹𝒆 = 36303.88

 Menentuan Power Number (Np)

Penentuan nilai Np dilakukan dengan cara memplotkan nilai NRe pada Grafik 9.14 di
bawah ini,
 Hasil Penentuan Np

Skala t mixing Np
5 0.45
10 0.44
2 15 0.43
20 0.43
25 0.41
5 0.47
10 0.49
3 15 0.46
20 0.48
25 0.48

 Menghitung nilai kalibrasi power number (NP (koreksi))

 Menghitung nilai (m)

𝒂 − 𝑳𝒐𝒈(𝑵𝑹𝒆 )
𝒎=
𝒃

Karena kita menggunakan kurva B pada gambar no. 9-14, maka;

a = 1.7
b = 18.0

Maka,
1.7 − 𝐿𝑜𝑔(36303.88 )
𝑚=
18.0

𝑚 = - 0.1588
Metode perhitungan di atas juga diterapkan pada sampel lain sehingga diperoleh data;

Menghitung nilai m [m=(a-log(NRe)/b]


Pada skala 2 dan skala 3

Skala t mixing M
5 - 0.1588
10 -0.15761
2 15 -0.15678
20 -0.15699
25 -0.15412
5 -0.16678
10 -0.16829
3 15 -0.16542
20 -0.16786
25 -0.16765

 Menghitung Nilai NFr

𝑵𝟐 𝒙 𝑫𝒂
𝐍𝐅𝐫 =
𝒈

(𝟏.𝟗𝟐𝟔)𝟐 𝒓𝒑𝒔 𝒙 ( 𝟎.𝟏𝟎𝟔𝟔)


= 𝟗.𝟖𝟏 𝒎/𝒔𝟐

= 0.0403

 Menghitung nilai power number NP

𝑵𝑷 = 𝑵𝑷 . 𝑵𝒎
𝑭𝒓
Diketahui; NP = 0,45 ( lihat pada grafik )
NFr = 0.0403
M= -0.1588
Maka,

𝑵𝑷 = 0.45 x 0.0403−0.1588
= 0.749540686

Metode perhitungan di atas juga diterapkan pada sampel lain sehingga diperoleh data
Pada skala 2 dan skala 3

Skala t mixing 𝑁𝑃
5 0.749540686
10 0.729880015
2 15 0.711410929
20 0.711874697
25 0.672552611
5 0.702926386
10 0.735517379
3 15 0.685719083
20 0.719752548
25 0.719385749

 Menghitung Power Pengadukan (P)

𝑵𝑷 .𝝆.𝒏𝟑 𝑫𝟓
𝑷=
𝒈

Diketahui; NP = 0.749540686
𝞺 = 1008.12 kg/m3
D = 0.1066 m
n = 1.926 Rps
g = 9.81 m/s2
Maka,

kg
0.749540686 x 1008.12 x 1.926 𝑠 −1 )𝟑 x ( 0.1066 m )5
m3
𝑃=
9.81 𝑚/𝑠 2

m 9.80665 watt
= 0.007575 kg
s 1 kg m/s
= 0.074287 watt

Metode perhitungan di atas juga diterapkan pada sampel lain sehingga


diperoleh data

Skala 2 dan skala 3

Skala t mixing P
5 0.074287
10 0.072345
2 15 0.070502
20 0.070552
25 0.066658
5 0.22824
10 0.241229
3 15 0.224857
20 0.236028
25 0.235921
DAFTAR PUSTAKA

 Petunjuk praktikum Satuan Operasi Teknik Kimia.Politeknik Negeri Ujung


Pandang.
 Warren L.Mc.Cabe,Julian C.Smith, dan Peter Harriot. 1991. Operasi Teknik
Kimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
 Buku Operasi Teknik Kimia Jilid 1, Bab: Pengadukan Dan Pencampuran Zat
Cair.
 Tanki pencampuran-tp.pdf
 www academia edu . laporan mixing
Laboratorium SATUAN OPERASI 1

Semester IV 2014/2015

LAPORAN PRAKTIKUM

PENCAMPURAN (MIXING)

Pembimbing : Ir. Hastami Murdiningsih, M.T


Kelompok : IV
Tgl. Praktikum : 27 Feb 2018

Nama Kelompok
 Ningsih Agustriany
 Nur Angriany Pertiwi
 Hardiyanti
 Diah Fitryanti
 Ikhsan Restu Pambudi

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai