Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Manusia secara konstan berhubungan dengan beribu-ribu mikroorganisme.


Mikroba tidak hanya terdapat di lingkungan, tapi juga menghuni tubuh manusia.
Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal atau
mikrobiota (Pelczar dan Chan, 1988). Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak
bahaya dan kerusakan. Hal itu tampak pada kemampuannya menginfeksi manusia,
hewan serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan
sampai kematian. Infeksi yang mungkin timbul setelah terjadinya kerusakan jaringan
khusus memberi petunjuk mengenai kemungkinan sebab dan pentingnya
mikroorganisme pada beberapa infeksi klinis, dan dapat membuat manusia menaruh
perhatian lebih besar terhadap infeksi (Pelczar dan Chan, 1988).
Pseudomonas aeruginosa adalah pathogen oportunistik, yaitu memanfaatkan
kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri
ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, dermatitis,
infeksi jaringan lunak, bakteremia, infeksi tylang dan sendi, infeksi saluran
pencernaan dan bermacam-macam infeksi sistemik, terutama pada penderita luka
bakar berat, kanker, dan penderita AIDS yang mengalami penurunan sistem imun.
Infeksi Pseudomonas aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit
yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar.
Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan asal hewan perlu
dilakukan apabila kita menginginkan bahan makanan tersebut tidak cepat rusak atau
cepat menjadi busuk, melainkan menjadi tahan lama. Kerusakan bahan makanan
yang disebabkan oleh mikroorganisme terjadi karena mikroorganisme tersebut
berkembangbiak dan bermetabolisme sedemikian rupa sehingga bahan makanan

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 1


mengalami perubahan yang menyebabkan kegunaannya sebagai bahan pangan
menjadi terganggu.
Proses kerusakan ini dimungkinkan karena bahan makanan memiliki
persyaratan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Dengan demikian, kerusakan
bahan makanan dapat terjadi apabila tersedia substrat (yaitu bahan makanan tsb.)
yang cocok, kemudian bahan makanan itu telah tercemar oleh mikroorganisme dan
ada kesempatan bagi mikroroganisme untuk berkembangbiak. Usaha pengendalian
mikroorganisme dapat dilaksanakan apabila faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan atau perkembangbiakan mikroorganisme telah diketahui sebelumnya.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka muncul permasalah sebagai berikut:


1. Apa sajakah jenis mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
2. Jelaskan Morfologi mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
3. Apa sajakah Sifat – sifat fisiologis/ biokimia mikroorganisme Pseudomonas
aeruginosa
4. Bagaimana Pengaruh faktor intrinsik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Pseudomonas aeruginosa
5. Bagaimana Pengaruh faktor ekstrinsik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Pseudomonas aeruginosa
6. Bagaimana Pengaruh faktor implisit terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Pseudomonas aeruginosa
7. Apa yang dimaksud dengan mikroba termofil, mesofil dan psikrofil
8. Apa sajakah Persyaratan hidup mikroba psikrofil
9. Bagaimana Hubungan/pengaruh antara mikroba psikrofil terhadap pengawetan
makanan (sesuaikan jenis mikroba)
10. Apa sajakah Faktor penyebab kerusakan mikrobiologis pada bahan pangan tempat
hidup mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 2


11. Bagaiaman Perubahan fisik, organoleptik dan kimiawi dari bahan pangan akibat
aktifitas mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
12. Jelaskan Proses pembentukan toksin pada pembusukan bahan pangan (mikroba
pathogen, mikroba perusak bahan pangan) Pseudomonas aeruginosa
13. Apa sajakah Faktor pengaruh pertumbuhan mikroba patogen dalam makanan
Pseudomonas aeruginosa

1.3. TUJUAN PENULISAN

1.3.1.TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis
mikroorganisme Pseudomonas Aeruginosa, morfologi Pseudomonas
aeruginosa, Sifat – sifat fisiologis/ biokimia mikroorganisme Pseudomonas
aeruginosa, Pengaruh faktor intrinsik terhadap pertumbuhan mikroorganisme
Pseudomonas aeruginosa, Pengaruh faktor implisit terhadap pertumbuhan
mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa, Pengertian mikroba termofil,
mesofil dan psikrofil, Persyaratan hidup mikroba psikrofil,
Hubungan/pengaruh antara mikroba psikrofil terhadap pengawetan makanan
(sesuaikan jenis mikroba), Faktor penyebab kerusakan mikrobiologis pada
bahan pangan tempat hidup mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa,
Perubahan fisik, organoleptik dan kimiawi dari bahan pangan akibat aktifitas
mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa, Proses pembentukan toksin pada
pembusukan bahan pangan (mikroba pathogen, mikroba perusak bahan
pangan) Pseudomonas aeruginosa, Faktor pengaruh pertumbuhan mikroba
patogen dalam makanan Pseudomonas aeruginosa.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS


Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 3


2. Untuk mengetahui Morfologi mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
3. Untuk mengetahui Sifat – sifat fisiologis/ biokimia mikroorganisme
Pseudomonas aeruginosa
4. Untuk mengetahui Pengaruh faktor intrinsik terhadap pertumbuhan
mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
5. Untuk mengetahui Pengaruh faktor ekstrinsik terhadap pertumbuhan
mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
6. Untuk mengetahui Pengaruh faktor implisit terhadap pertumbuhan
mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
7. Untuk mengetahui Pengertian mikroba t psikrofil
8. Untuk mengetahui Persyaratan hidup mikroba psikrofil
9. Untuk mengetahui Hubungan/pengaruh antara mikroba psikrofil terhadap
pengawetan makanan (sesuaikan jenis mikroba)
10. Untuk mengetahui Faktor penyebab kerusakan mikrobiologis pada bahan
pangan tempat hidup mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
11. Untuk mengetahui Perubahan fisik, organoleptik dan kimiawi dari bahan
pangan akibat aktifitas mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa
12. Untuk mengetahui Proses pembentukan toksin pada pembusukan bahan
pangan (mikroba pathogen, mikroba perusak bahan pangan) Pseudomonas
aeruginosa
13. Untuk mengetahui Faktor pengaruh pertumbuhan mikroba patogen dalam
makanan Pseudomonas aeruginosa.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.JENIS PSEUDOMONAS AERUGINOSA

Pseudomonas aeruginosa termasuk dalam kelas Gamma proteobacteria,


merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
dan manusia. Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh di air suling dan akan
tumbuh dengan baik dengan adanya unsur Nitrogen dan Carbon. Mereka banyak
dijumpai melimpah dalam air dan tanah.
Pseudomonas aeruginosa adalah jenis bakteri gram negatif aerob obligat,
berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran
sekitar 0,5-1,0 µm.
Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila
diamati dengan mikroskop. Di sisi lain, bakteri gram negatif (seperti
pseudomonas aeruginosa) memiliki sistem membran ganda di mana membran
pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai
dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam
dan membran luarnya.
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang berarti
mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan
dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif, terutama lapisan
lipopolisakarida (dikenal juga dengan LPS atau endotoksin)

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 5


Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif

Menurut Klien, et. all, (1999) menyatakan bahwa gram positif dinding selnya
mengandung peptidoglikan dan juga asam teikoat dan asam teikuronat. Oleh sebab itu
dinding sel bakteri gram positif sebagian adalah polisakarida. Pada beberapa bakteri
asam teikoat merupakan antigen permukaan (antigen dinding sel), dan ada yang
merupakan selaput pada selnya. Asam teikoat ini pada umumnya terdiri dari gula
netral seperti galaktosa, manosa, ramnosa, arabinosa dan glukosamin. Lapisan yang
demikian itu akan menyelimuti seluruh sel bakteri sehingga menyerupai selubung
yang kuat dan dinamakan murein. Sedangkan pada dinding sel bakteri gram negatif
terdapat peptidoglikan yang sedikit sekali dan berada diantara selaput luar dan selaput
dalam dinding sel. Dinding sel bakteri gram negatif sebelah luar merupakan
komponen yang terdiri dari fosfolipid dan beberapa protein yang sering disebut
sebagai auto layer.
Table Perbedaan Antara Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram Negatif
Sifat Perbedaan Relatif
Bakteri gram positif Bakteri gram negatif

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 6


Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah Kandungan lipid tinggi
(1-4 %) (11 – 22 % )
Ketahanan terhadap Lebih sensitif Lebih tahan
penisilin
Penghambatan oleh Lebih dihambat Kurang dihambat
pewarna basa
Kebutuhan Nutrien Kebanyakan spesies Relatif sederhana
relatif komplek
Ketahanan terhadap Lebih tahan kurang tahan
perlakuan fisik

2.2. MORFOLOGI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm.


Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk
rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat
aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat
mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu
bergerak.
Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan
adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o
C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan
nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk
pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk
nitrogen).
Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe
koloni yang halus :

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 7


a. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
b. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari alignat. Tipe ini
sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari
glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri.
Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni
sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena
atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang,
seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P.
aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat
membentuk koloni pada paru-paru manusia.
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai anggur. Koloni
yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan. Bakteri ini
menghasilkan pigmen yang tak berfluoresensi kehijauan (plosianin). Strain P.
aeruginosa menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain: piooverdin (warna
hijau), piorubin (warna merah gelap), piomelanin (hitam). P. aeruginosa yang berasal
dari koloni yang berbeda mempunyai aktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan
antimikroba yang berbeda.
Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel
epitel inang. Lipopolisakarida yang terdapat dalam banyak imunotipe merupakan
salah satu faktor virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang. P.
aeruginosa dapat digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan
kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan
berupa enzim-enzim, yaitu elastase protease dan dua hemolisin, fosfolipase C yang
tidak tahan panas dan rhamnolipid.
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna,
antiseptik, dan banyak antibodi yang sering digunakan. Suatu studi intensif
menyatakan bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut
gen mer yang berada dalam plasmid.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 8


Kemampuan P. aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada reproduksi
enzim-enzim dan toksin-toksin, yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang. P.
aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain, misalnya endotoksin
menyebabkan gejala sepsis dan syok septik, eksotoksin A menyebabkan nekrosis
jaringan, enzim-enzim ekstra seluler bersifat histotoksik dan mempermudah infasi
kedalam pembuluh darah.

2.3. SIFAT-SIFAT FISIOLOGIS/ BIOKIMIA PSEUDOMONAS AERUGINOSA

1. SIFAT-SIFAT FISIOLOGIS
a. Ciri Organisme
P. aeruginosa dapat bergerak dan berbentuk batang, ukurannya 0,6 x 2 μm.
Merupakan gram negatif dan terlihat sebagai bentuk tunggal, ganda dan kadang-
kadang dalam rantai pendek.1,10
b. Kultur
P. aeruginosa bersifat aerobik obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai
tipe media, kadang memproduksi bau manis, seperti anggur atau seperti jagung
(corn taco-like odor). Beberapa galur menghemolisis darah. P.aeruginosa
membentuk koloni bulat. Halus dengan warna fluoresen kehijauan. Juga sering
memproduksi pigmen kebiruan dan tidak fluoresen yang disebut piosianin
(pyocyanin) yang larut dalam agar. Spesies pseudomo-nas lain tidak
memproduksi piosianin. Beberapa galur P.aeruginosa juga menghasilkan pigmen

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 9


fluoresen pioverdin (pyoverdin) yang member warna kehijauan pada agar.
Beberapa galur menghasilkan pigmen merah gelap piorubin atau pigmen hitam
piomelanin.
P.aeruginosa pada biakan dapat memproduksi berbagai kelompok koloni,
memberikan kesan biakan campuran beberapa spesies bakteri. P.aeruginosa dari
bentuk koloni berbeda mungkin juga mempunyai aktifitas biokimia dan enzimatik
yang berbeda, dan memberi profil kepekaan yang berbeda terhadap antimikroba.
Biakan dari pasien dengan kistik fibrosis sering menghasilkan organisme P.
aeroginosa yang membentuk koloni mukoid sebagai hasil dari kelebihan produksi
alginat, sebuah eksopolisakarida.

2. REAKSI BIOKIMIA
Kuman ini dapat mencairkan gelatin dan tidak membentuk H2S. Indol
negative dan kadang-kadang terjadi false indol positif. Hal ini, terjadi bila dipakai
reagensia Erlich dan sebaiknya memakai reagensia dari Kovac. Tidak memecah
urea.
P. aerugonisa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat
memakai 80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia
sebagai sumber nitrogen. Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk
isolasi kuman Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk menolerir
keadaan alkalis, jiuga dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman fibrio.
Meskipun, pseudomonas merupakan organisme aerob, tetapi ia dapat
mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor elektron dan tumbuh secara an
aerob.
P. aerugonisa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan:
1. Piosianin, suatu pigmen yang larut dalam kloroform. Strain lainnya
menghasilkan pigmen fenazin.
2. fluorezen, suatu pigmen yang larut dalam air. Beberapa strain menghasilkan
pigmen darah.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 10


2.4.PENGARUH FAKTOR INTRINSIK TERHADAP PERTUMBUHAN
MIKROBA (PSEUDOMONAS AERUGINOSA)

Faktor intrinsik meliputi pH, aktivitas air (activity of water, aw),


kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh), kandungan nutrien,
bahan antimikroba dan struktur bahan makanan.

Ukuran keasaman atau pH adalah log10 konsentrasi ion hidrogen. Lazimnya


bakteri tumbuh pada pH sekitar netral (6,5 – 7,5) sedangkan kapang dan ragi pada
pH 4,0-6,5.

a. Aktivitas air (aw)


Aktivitas air (aw) adalah perbandingan antara tekanan uap larutan dengan
tekanan uap air solven murni pada temperatur yang sama ( aw = p/po ). Ini
merupakan jumlah air yang tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dalam pangan
dan bukan berarti jumlah total air yang terkandung dalam bahan makanan sebab
adanya adsorpsi pada konstituen tak larut dan absorpsi oleh konstituen larut (mis.
gula, garam). Air murni mempunyai aw 1,0 dan bahan makanan yang
sepenuhnya terdehidrasi memiliki aw = 0. Bakteri Gram negatif lebih sensitif
terhadap penurunan aw dibandingkan bakteri lain. Batas aw minimum untuk
bakteri Pseudomonas Aeruginosa adalah 0,97.
Table 2. Batas Aw Minimal Untuk Pertumbuhan Jasad Renik Penyebab
Kebusukan Makanan.
Kelompok Jasad Renik Aw minimal
bakteri 0,91
khamir 0,88
kapang 0,80
Sumber : Bone (1975) dalam Winarno (1993)

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 11


b. Kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh)
Kemampuan mengoksidasi-reduksi (redoxpotential, Eh) adalah
perbandingan total daya mengoksidasi (menerima elektron) dengan daya
mereduksi (memberi elektron). Eh dalam pangan bergantung pada pH, kandungan
substansi yang mereduksi, tekanan partial oksigen (pO2) dan kemampuan
metabolisasi oksigen. Potensi Eh diukur dalam milivolts (mV). Dalam keadaan
teroksidasi ukuran mV makin positif, sedangkan dalam keadaan tereduksi akan
semakin negatif. Berdasarkan Eh, mikroorganisme dibagi menjadi aerob, anaerob,
fakultatif anaerob dan mikroaerofilik. Mikroorganisme aerob yaitu termasuk
Pseudomonas Aeruginosa memerlukan keadaan Eh positif, mikroorganisme
anaerob memerlukan Eh negatif, mikroorganisme fakultatif anaerob memerlukan
keadaan Eh positif atau negatif dan mikroorganisme mikroaerofilik memerlukan
Eh sedikit tereduksi.
c. Kandungan nutrient
Pertumbuhan mikroorganisme memerlukan air, energi, nitrogen, vitamin dan
faktor pertumbuhan, mineral. Air yang tersedia untuk pertumbuhan
mikroorganisme ditentukan oleh aw bahan makanan. Sebagai sumber energi,
mikroorganisme memanfaatkan karbohidrat, alkohol dan asam amino yang
terdapat dalam bahan makanan. Faktor pertumbuhan yang diperlukan adalah asam
amino, purin dan pirimidin, serta vitamin.
P. aeruginosa memiliki kebutuhan nutrisi yang sederhana seperti amonia dan
karbon dioksida sebagai satu-satunya sumber nitrogen dan karbon. Suasana aerob
diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme optimal, tatapi kebanyakan strain
P. aeruginosa juga dapat tumbuh dengan lambat dalam kondisi anaerobik jika
tersedia nitrat (NO3) sebagai akseptor elektron.
d. Bahan antimikroba
Beberapa unsur dalam bahan makanan mempunyai sifat antimikroba. Susu
sapi mengandung laktoferin, konglutinin, lisozim, laktenin dan sistem

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 12


laktoperoksidase. Bahan antimikroba dalam telur adalah lisozim, konalbumin,
ovomukoid, avidin. Sistem laktoperoksidase terdiri dari laktoperoksidase,
tiosianat dan peroksidase. Ketiga komponen ini diperlukan untuk efek
antimikroba. Susu kambing mengandung lebih banyak lisozim dibandingkan susu
sapi. Meskipun demikian kandungan lisozim susu lebih rendah bila dibandingkan
dengan putih telur. Laktoferin adalah protein penangkap Fe dalam susu dan dapat
disamakan dengan konalbumin putih telur. Lisozim yang terdapat dalam telur
menyebabkan lisis lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri. Kandung lisozim
dalam telur adalah 3,5 %.
e. struktur bahan makanan
Struktur bahan makanan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme misalnya lemak karkas dan kulit pada karkas unggas dan karkas
babi dapat melindungi daging dari kontaminasi mikroorganisme. Kerabang telur
yang mempunyai pori-pori sebesar 25-40 µm dapat mempersulit masuknya
mikroorganisne ke dalam telur walau tidak dapat mencegah tetap masuknya
mikroorganisme. Mikroorganisme akan ditahan oleh lapisan membran dalam
yang mencegah masuknya mikroorganisme ke albumen. Daging giling atau
daging yang sudah dipotong menjadi bagian lebih kecil akan lebih memberi
kemudahan bagi mikroorganisme untuk berkembang biak dibandingkan dengan
pada daging karkas.

2.5. PENGARUH FAKTOR EKSTRINSIK TERHADAP PERTUMBUHAN


PSEUDOMONAS AERUGINOSA

Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah suhu


penyimpanan dan faktor luar lainnya yang pada prinsipnya berhubungan dengan
pengaruh atmosferik seperti kelembaban, tekanan gas/keberadaan gas, juga cahaya
dan pengaruh sinar ultraviolet.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 13


Berdasarkan suhu optimumnya, mikroorganisme dibagi menjadi psikrofil
dengan suhu optimum kurang dari + 20 °C, mesofil (+20° s/d + 40 °C) dan
termofil (lebih dari +40 °C). Pada suhu minimum terjadi perubahan membran sel
sehingga tidak terjadi transpor zat hara. Sebaliknya pada suhu maksimum terjadi
denaturasi enzim, kerusakan protein dan lipida pada membran sel yang
menyebabkan lisisnya mikroorganisme. Mikroorganisme patogen biasanya
termasuk ke dalam kelompok mesofil. Pengaruh suhu rendah pada mesofil adalah
inaktivasi dan perubahan struktur protein permease. Kapang mempunyai kisaran
pertumbuhan yang lebih luas dibandingkan bakteri, sedangkan ragi mampu tubuh
pada kisaran psikrofil dan mesofil. Mikroorganisme juga dapat diklasifikasikan
menurut resistensinya terhadap temperatur yang tidak menguntungkan yaitu
psikrotrof (tumbuh pada suhu kurang dari + 7 °C) dan termotrof (tumbuh pada
suhu lebih dari + 55 °C).
Kelembaban lingkungan (relative humidity, RH) penting bagi aw bahan
makanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan bahan makanan.
Ruang penyimpanan yang memiliki RH rendah akan menyebabkan bahan
makanan yang tidak dikemas mengalami kekeringan pada permukaannya dan
dengan demikian mengubah nilai aktivitas airnya.Produk bahan makanan yang
kering ini bila dibawa ke lingkungan yang lembab (RH tinggi) akan menyerap
kelembaban sehingga permukaannya dapat ditumbuhi jamur. Hal yang sama akan
terjadi bila bahan makanan yang telah didinginkan dibawa ke lingkungan yang
lebih hangat. Hal ini akan menyebabkan kondensasi air di bagian permukaannya.
Proses ini penting untuk diperhatikan pada pengepakan produk yang dapat
membusuk, karena biasanya ruang pengepakan lebih hangat dibandingkan dengan
ruang pendingin, sehingga akan terbentuk lapisan tipis air kondensasi. Hal ini
akan menyebabkan peningkatan aktivitas air yang pada gilirannya dapat
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 14


Penyimpanan bahan makanan di ruang terbuka meningkatkan kadar CO2 sampai
10 % yang dapat dicapai dengan menambahkan es kering (CO2) padat.
Penghambatan oleh CO2 meningkat sejalan dengan menurunnya suhu karena
solubilitas CO2 meningkat pada suhu rendah. Bakteri Gram negatif lebih rentan
terhadap CO2 dibandingkan bakteri Gram positif. Pseudomonas paling rentan
sedangkan bakteri asam laktat serta bakteri anaerob paling tahan. Adanya cahaya dan
sinar ultra violet dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kerusakan
toxin yang dihasilkannya.

2.6. PENGARUH FAKTOR IMPLISIT TERHADAP PERTUMBUHAN


MIKROORGANISME ( PSEUDOMONAS AERUGINOSA )
Pengaruh faktor implisit terhadap pertumbuhan mikroorganisme pseudomonas
aeruginosa yaitu karena adanya jenis mikroorganisme hidup bersama saling
menguntungkan (sinergisme) atau sebaliknya yang satu merugikan pertumbuhan jenis
mikroorganisme yang lain (antagonisme). Pengendalian makanan pada bahan
makanan pada prinsipnya bertujuan untuk membuat bahan makanan menjadi tahan
lama, atau dengan perkataan lain bertujuan untuk mengawetkan bahan makanan.
Pengendalian mikroorganisme berarti mencegah pertumbuhan mikrooganisme yang
berarti membunuh atau menghambat pertumbuhan iu sendiri, dimana saling
menguntungkan antara pseudomonas aeruginosa dengan stafilococus karena
merupakan bakteri patogen yang sama-sama membentuk nanah pada tubuh terutama
pada luka bakar dan infeksi pada mata. Sedangkan Mikroba yang mempunyai
pengaruh antagonism yaitu:

Mikroba yang mempunyai pengaruh


mikrobia
antagonismE
Bacillus spp
c.botollunium Pseudomonas aeruginosa
lactobacillus

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 15


2.7. PENGERTIAN MIKROBA THERMOFIL, MESOFIL, DAN PSIKROFIL

a. MIKROBA THERMOFIL

Mikroorganisme termofil (politermik), yaitu mikroorganisme yang


tumbuh dengan baik sekali pada suhu setinggi 55° sampai 65°C, meskipun
mikroorganisme ini juga dapat berbiak pada suhu lebih rendah atau lebih tinggi
daripada itu, yaitu dengan batas-batas 40°C sampai 80°C. Golongan ini
terutama terdapat didalam sumber air panas dan tempat-tempat lain yang
bersuhu lebih tinggi dari 55°C.

Ciri-ciri mikroorganisme termofil:


1. Mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik
didihnya tinggi
2. Dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi
pada suhu tinggi
3. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang
relatif besar sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi

Mikroorganisme termofil agak menyulitkan pekerjaan pasteurisasi, karena


pemanasan pada pasteurisasi itu hanya sekitar 70 ° C saja, sedang pada suhu
setinggi itu spora-spora tidak mati. Spora mikroorganisme termofil juga
merepotkan perusahaan pengawetan makanan. Selama bahan makanan di
dalam kaleng itu di simpan pada suhu yang rendah, spora-spora tidak akan
tumbuh menjadi mikroorganisme. Akan tetapi, jika suhu sampai naik sedikit,
besarlah bahaya akan rusaknya makanan itu sebagai akibat dari pertumbuhan
spora-spora tersebut. Mikroorganisme ini sering tumbuh pada makanan yang
disimpan pada suhu tinggi, misalnya didalam lemari pemanas.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 16


Jenis-jenis mikroorganisme termofil:
1. Mikroorganisme Termofil Obligat: Mikroorganisme yang tidak dapat
bergerminasi dan tidak tumbuh dibawah suhu 500C. Beberapa termofil
obligat apat tumbuh pada suhu 770C dan bakteri ini sangat resisten terhadap
pemanasan (1210C selama 60 menit)
2. Mikroorganisme Termofil Fakultatif: Mikroorganisme yang tumbuh pada
kisaran suhu 500C - 660C atau pada suhu yang lebih rendah (380C).

b. Mikroba Mesofil
Mikroorganisme Mesofil adalah mikroorganisme yang hidup baik
diantara suhu 5-600C, sedangkan suhu optimumnya adalah 25-400C
minimumnya 150C dan maksimumnya disekitar 550C. Umumnya hidup
didalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan
baik pada suhu 400C atau lebih. Mikroorganisme yang hidup didalam tanah
dan air umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas
500C (termotoleran). Contoh mikroorganisme termotoleran adalah
Methylococcus capsulatus, Lactobacillus bulgaricus, Bacillus subtilis,
Clostridium pasteurianum dll.

c. Mikroba Psikrofil
Mikroorganisme psikrofil adalah mikroorganisme yang dapat hidup diantara
suhu 0-300C, suhu optimumnya antara 10-200C. Mikroorganisme yang dapat
tumbuh pada 00C, tetapi suhu optimumnya antara 20-400C disebut
psikrotoleran. Kebanyakan dari golongan ini tumbuh ditempat-tempat dingin
baik didaratan maupun dilautan. Mikoorganisme psikrofil dapat mengganggu
makanan yang disimpan terlalu lama didalam lemari es dan akan mati pada
suhu ruang sehingga bila kita akan menelaah mikroorganisme ini perlu dijaga
agar tidak ada peningkatan suhu ketika mengambil, mentranspor, mengisolasi,
dan memberi perlakuan lain pada contoh.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 17


Kelompok psikrofil yang banyak dipelajari ialah alga yang diisolasi dari
daerah kutub, sedangkan kelompok psikrotoleran lebih banyak dijumpai di
alam dibandingkan psikrofil. Kelompok ini dapat diisolasi dari tanah, air dari
daerah yang beriklim sedang, atau pada daging, susu, dan produknya, sayuran,
buah-buahan yang disimpan pada suhu refrigerator. Contoh bakterinya adalah
Pseudomonas.

Jenis-jenis mikroorganisme psikrofil


1. Psikrofil fakultatif: psikrofil yang masih dapat tumbuh diatas 200C
2. Psikrofil obligat: psikrofil yang tidak dpat tumbuh diatas 200C

2.8. PERSYARATAN HIDUP MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA


( MIKROBA YANG HIDUP PADA T MESOFIL)

Pseudomonas aeruginosa dapat hidup pada kulit dan umumnya pada luka
bakar dan infeksi pada mata.Pseudomonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu
37º-42ºC, pertumbuhan pada 42ºC membantu membedakan spesies ini dari spesies
Pseudomonas lain. Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi
manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan
infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa
disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme
pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada
manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit
manusia.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 18


2.9. HUBUNGAN/PENGARUH ANTARA MIKROBA MESOFIL TERHADAP
PENYEBAB INFEKSI LUKA AKIBAT BAKTERI PSEUDOMONAS
AERUGINOSA

Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh baik pada suhu 37-42̊C.


Pertumbuhannya pada suhu 42̊C membantu membedakannya dari spesies
Pseudomonas lain dalam kelompok flouresen.. Pseudomonas aeruginosa
menyebabkan infeksi pada luka dan luka bakar, menghasilkan nanah warna hijau biru
pada suhu 20-42˚C pada media padat; meningitis jika masuk melalui fungsi lumbal;
dan infeksi saluran kemih jika masuk melalui kateter dan instrument atau karena
larutan iritasi. Penyerangan pada saluran nafas, khususnya respirator yang tercemar,
mengakibatkan pneumonia nekrotika (necrotizing pneumonia). Bakteri sering
ditemukan pada otitis eksterna ringan pada perenang. Hal ini dapat menyebabkan
otitits eksterna ganas pada pasien diabetes. Infeksi pada mata, yang mengarah pada
perusakan mata dengan cepat, biasanya terjadi sesudah luka atau operasi mata. Pada
bayi dan orang yang lemah Pseudomonas aeruginosa mungkin masuk aliran darah
dan mengakibatkan sepsis yang fatal, hal ini terjadi biasanya pada pasien denga
leukemia atau limfoma yang mendapatkan terapi antineoplastic atau terapi radiasi dan
pasien dengan luka bakar yang berat. Sebagian besar infeksi Pseudomonas
aeruginosa, gejala dan tandanya tidak spesifik dan berkaitan dengan organ yang
terserang, kadang-kadang, verdoglobin (hasil perpecahan hemoglobin) atau pigmen
fluoresen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urine dengan sinar UV. Nekrosis
hemoragik pada kulit sering terjadi dalam sepsis karena Pseudomonas aeruginosa;
luka yang disebut ektima gangrenosum, dikelilingi daerah kemerahan dan sering tidak
berisikan nanah. Pseudomonas dapat dilihat pada sediaan hapusan dari lesi ektima
yang diwarnai dengan Gram dan hasil biakan positif. Ektima gangrenosum tidak
biasa terjadi pada bacteremia oleh mikroba selain pseudomonas aeruginosa.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 19


Infeksi saluran kemih akibat penggunaan kateter uretra kurang lebih 80%.
penggunaan kateter uretra dipengaruhi antara lain oleh lamanya penggunaan kateter,
jenis kelamin, penyakit yang telah ada dan lain-lain. Wanita mempunyai resiko lebih
tinggi mendapatkan ISK yang disebabkan oleh penggunaan kateter dibanding laki-
laki. Faktor resiko yang lain akibat infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh
penggunaan kateter urtra yaitu pasien dengan infeksi tempat lain, kondisi kronik
seperti diabetes melitus, malnutrisi, pemakaian kateter uretra diluar kamar
operasi,gangguan fungsi Infeksi saluran kemih nosokomial yang disebabkan oleh
ginjal. Penggunaan kateter yang lama juga meningkatkan esiko, pemakaian setelah 30
hari semuanya terkena infeksi. Penggunaan antibiotik dapat melindungi dari infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh penggunaan kateter uretra.

2.10 .FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS PADA BAHAN


PANGAN TEMPAT HIDUP MIKROBA (PSEUDOMONAS AERUGINOSA)

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 20


Bakteri pseudomonas aeruginosa umumnya mengkontaminasi bahan pangan
pokok pembuatan salad, yakni tomat, wortel, dan selada, selain itu juga pseudomonas
aeruginosa ini pernah mengkontaminas susu. Oleh karena itu, faktor penyebab utama
kerusakan mikrobiologis bahan pangan tomat, wortel, dan selada ini karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Tingkat pencemaran mikroba pada pangan, yaitu semakin tinggi tingkat
pencemaran mikroba maka pangan akan semakin mudah rusak.
2. Kecepatan pertumbuhan mikroba yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah
dijelaskan di atas, yaitu aw, pH, kandungan gizi, senyawa antimikroba, suhu,
oksigen, dan kelembaban.
3. Proses pengolahan yang telah diterapkan pada pangan, misalnya pencucian,
pemanasan, pendinginan, pengeringan, dan lain-lain.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka pangan secara umum dapat
dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan mudah tidaknya mengalami kerusakan,
yaitu:
1. Pangan yang mudah rusak, terutama pangan yang berasal dari hewan seperti
daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan telur.
2. Pangan yang agak mudah rusak seperti sayuran dan buah-buahan, roti, dan
kue-kue.
3. Pangan yang awet, terutama pangan yang telah dikeringkan seperti biji-bijian
dan kacang-kacangan kering, gula, dan lain-lain.

Pangan yang mengalami kerusakan akan mengalami perubahan-perubahan


seperti perubahan warna, bau, rasa, tekstur, kekentalan, dan lain-lain. Perubahan-
perubahan tersebut mungkin disebabkan oleh benturan fisik, reaksi kimia, atau
aktivitas organisme seperti tikus, parasit, serangga, mikroba, dan lain-lain.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 21


2.11. PERUBAHAN FISIK, ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI DARI INFEKSI LUKA
DAN BAHAN PANGAN AKIBAT AKTIFITAS PSEUDOMONAS
AERUGINOSA

Perubahan Fisik
Perubahan sifat fisik adalah perubahan yang dapat dilihat dengan mata
telanjang atau tidak menggunakan bantuan bahan kimia. Perubahan fisik yang terjadi
akibat aktifitas pseudomonas aeruginosa adalah kubis seledri, tomat ketimun dan
wortel disimpan ditempat yang lembab,sehingga akan berjamur dan rusak,dan akan
membusuk. Sedangkan perubahan fisik pada seseorang yang terinfeksi oleh
pseudomonas aeruginosa adalah umumnya mnculnya nana yang berwarna hijau serta
berbentuk ada tonjolan lubang pada luka.
Organoleptik
Perubahan warna, bau, aroma, tekstur, penampilan umum.Memiliki
kekurangan jika digunakan sebagai indikator tunggal. Perubahan aroma /tekstur
terjadi pada tahap akhir kerusakan Bau dapat tersamarkan oleh bumbu, bau yang
disebabkan oleh senyawa volatile tidak terdeteksi jika terdedah ke udara Terdapat
perbedaan penilaian organoleptik antar individu.
Kimiawi
Pada kondisi penyimpanan normal (suhu, waktu, packaging), mikroba atau
senyawa kimia indikator tersebut dapat meningkat mencapai jumlah yang tinggi. Pada
saat terjadi kerusakan pada kondis penyimpanan normal, indikator tersebut harus
merupakan agen penyebab kerusakan yang predominan Dapat dideteksi secara cepat
Dapat diandalkan untuk memprediksi umur simpan dan status kerusakan .

2.12. PROSES PEMBENTUKAN TOKSIN PADA MIKROBA PATHOGEN


PSEUDOMONAS AERUGINOSA

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 22


Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh
normal dan menimbulkan penyakit ialah pili, yang melekat dan merusak membran
basalis sel, polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi
tidak menekan fagositosis, suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipase,
kolagenasa dan elastasa serta flagel untuk membantu pergerakan. Sedangkan faktor
yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada
enterobacteriaceae, eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin
difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati,
eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat
sintesis protein eukariota. Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak
barier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa
menyerang jaringan.
Endotoksin Pseudomonas aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri gram
negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat
sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin
difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan
sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2 (Pelezar dan Chan, 1988).
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein
sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler,
seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi
organisme ini ke dalam pembuluh darah ( Pelezar dan Chan, 1988 ).
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit infeksi pada luka
dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan, infeksi saluran kemih, infeksi
pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis, otitis eksterna
ringan pada perenang dan infeksi mata (Pelezar dan Chan, 1988 ).

2.13. FAKTOR PENGARUH PERTUMBUHAN MIKROBA PATOGEN PADA


INFEKSI LUKA BAKAR PSEUDOMONAS EUROGINOSA

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 23


faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada
Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin
difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati;
eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat
sintesis protein eukariotik .
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel
inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan.
Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain
menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis
protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria
(walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian
ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2. Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah
inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-
enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan
mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia,
termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Psiosianin
merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai
peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan
leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada
orang dewasa. Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III,
secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi
tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram
negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar
membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin
secara langsung ke dalam sel inang sehingga memungkinkan toksin mencegah
netralisasi antibodi.
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 24


Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
Infeksi saluran kemih.
Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
Otitis eksterna ringan pada perenang.
Infeksi mata.

MIKROBA PSEUDOMONAS AERUGINOSA Hal 25

Anda mungkin juga menyukai