Anda di halaman 1dari 42

PORTOFOLIO OBSGYN

KISTA OVARIUM DAN POLIP SERVIKS

Oleh :
dr. Akbar Rihansyah

Pembimbing :
dr. Budi Zulhardi, Sp. OG

Pendamping :
dr. Hesti S. Wardani

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

KEMENTERIAN KESEHATAN INDONESIA

DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA BANJARBARU

RSD BANJARBARU 2016-2017

1
DAFTAR ISI

BAB I .......................................................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................... 6

BAB III ....................................................................................................... 25

BAB IV ....................................................................................................... 34

BAB V......................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 40

DOKUMENTASI ....................................................................................... 41

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian

mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe

kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya

terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita

tumbuh kista kecil yang menahan sel telur.Ketika sebuah sel telur matur, kantung

membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba

falopii untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.Salah satu tipe dari

kista fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka

untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan

menghilang setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari

kistafungsional, terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan

kantung kista menutup lagi setelah sel telur dikeluarkan.

Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker

ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam (silent killer).Karena, memang

seringkali penderita tidak ada perasaan apa-apa. Kalaupun terjadi keluhan biasanya

sudah lanjut misalnya: sering kembung, teraba massa atau ada benjolan di perut

bagian bawah, gangguan pencernaan, danlain-lain.Sampai sekarang belum ada cara

deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanyakeganasan ovarium itu.

3
Sekarang ini yang bisa dipakai masih menggunakan USG, tetapi itu agak sulit kalau

diterapkan secara massal karena biayanya cukup mahal.Berbeda halnya dengan

kanker serviks yang bisa dideteksi dini dengan papsmear.

Orang yang menggunakan pil KB risiko terjadinya kanker ovarium bisa

lebih kecil.Karena kanker ovarium itu terjadi apabila ovarium aktif mengalami

pertumbuhan folikel.Tapi dengan menggunakan kontrasepsi hormonal terutama pil

KB, proses itu pada ovarium ditekan, sehingga risikonya terjadi keganasan pada

ovarium menurun.Kista ovarium ini bisa juga terjadi pada anak-anak, bahkan ketika

masih bayi, pada remaja sampai orang tua. Tetapi kebanyakan dialami wanita

berusia di atas 40 tahun. Bahkan, pada bayi dalam kandungan bisa ditemukan kista

ovarium. Pada ibu hamil yang terdapat kistaneoplasti, bila menutupi jalan lahir

kistanya bisa dioperasi saat hamil. Tetapi jika kistanya tidak menutupi jalan lahir,

kista dapat dioperasi setelah melahirkan.

Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma yang

tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks ataupun

pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol keluar dari mulut serviks.

Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk gelembung-

gelembung dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polipserviks

sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan) dan

dapatterjadi pada seseorang atau kelompok populasi.

Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar

s e r v i k s d a n disebut sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks sering

diderita oleh wanitayang telah memasuki periode paska -menopause,

4
meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia produktif. Prevalensi kasus polip

serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita. Pada wanita premenopause (di atas

usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu anak, pertumbuhan polip sering

berasal dari bagian dalam serviks, atau disebut polip endoserviks.

Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip ektoserviks dan

endoserviks cukup praktis untuk menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun

hal itu bukan merupakan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip secara pasti.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kista

a) Definisi

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh

dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau

permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.

b) Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarium dibagi menjadi :

1) Tumor ovarium jinak / kistik tumor ovarium non neoplastik:

 Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun

tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah

bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,

melainkan memebesar menjadi kista.

 Kista Korpus luteum

Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi

korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahan diri, perdarahan

yang sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang

berwarna merah cokelat karena darah tua.

 Kista inklusi germinal

6
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

germinativum pada permukaan ovarium.

 Kista teka lutein

Disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.

 Kista endometrium

Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium

 Kista stein leventhal

Disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan

hiperstimuliovarium.

2) Tumor ovarium neoplastik

 Kistoma ovarii simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,

seringkali billateral, dan dapat menjadi besar

 Kistadenoma musinosum

Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari suatu

teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen

lain.

 Kistadenoma serosum

Para penulis berpaendapat bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan

ovarium (germinal epithelium).

 Kista endometroid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding

dalamterdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.

7
 Kista dermoid

Sebenernya kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak di

manastruktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel

kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea.

3) Tumor ovarium ganas

 Kistik

Kistadenokarsinoma musinosum, kistadenokarsinoma serosum, dan

epidermoidkarsinoma

 Solid

Karsinoma endometroid dan mesonefroma.

c) Faktor Resiko

Penyebab kista ovarium dan beberapa faktor resiko berkembangnya ovarium

adalah wanita yang biasanya memiliki:

 Riwayat kista ovarium terdahulu

 Siklus haid tidak teratur

 Perut buncit

 Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)

 Sulit hamil

 Penderita Hipotiroid

 Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi.

8
d) Etiologi

Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap

gonadotropin.

 Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)

 Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel

permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.

 Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon

polikistik

 Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi

induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.

e) Manifestasi klinik

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit

nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar

dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak biasa dilihat dari

gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti

endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker

ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau

perubahan ditubuh anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.

Gejala-gejala berikut yang muncul bila anda mempunyai kista ovarium:

 Perut terasa penuh, berat, kembung.

9
 Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil).

 Haid tak teratur.

 Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar

kepanggul bawah dan paha.

 Nyeri senggama.

 Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil.

f) Diagnosis

 Anamnesa

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa

sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.

Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi

penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih

menjadi sering.

 Pemeriksaan Fisik

Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau pada wanita

premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah

abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadisulit pada

pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa umumnya

rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.Dapat juga teraba, massa lain,

termasuk fibroid dan nodul padaligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan

atau endometriosis. Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.

10
 Pemeriksaan Penunjang

1. USG

Merupakan alat terpenting dalam menggambarkan kista ovarium.Dengan

pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah tumor berasal

dariuterus, atau ovarium, apakah tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan

pulaantara cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak.Dapat

membantumengidentifikasi karakteristik kista ovarium.

2. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.Pemeriksaan

pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada kolon dapat untuk

menentukan apakah tumor bearasal dari ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan

dari ovarium yang terletak di daerah pelvis seperti tumor kolon sigmoid.

3. Pengukuran serum CA-125

Tes darah dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-

125 diasosiasikan dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini

jinak atau ganas.

4. Laparoskopi

Perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan

laparoskop.Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit contoh

kista untuk pemeriksaan PA.

11
g) Penatalaksanaan

Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi

dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak

melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara

spontan dan menghilang. Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang

tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian

ovarium yang mengandung tumor. Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi

perlu dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.

Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi

untuk diperikasa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak

membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause,

kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman

untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG

serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm

dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista

ovarium simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.

Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau

simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien

dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat

diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan

pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa

12
mendatang.Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita

post menopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35

tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan

karsinoma ovarium.Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan

infertilitas untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan

onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum

CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada

keluarga.Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan

sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk

mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.

Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.

Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo-

ooforektomi,dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangkat tumornya

saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan jika stadiumnya

iamasih muda, belum mempunyai anak, derajat keganasan tumor rendah seperti

pada fow potential malignancy (borderline). Radioterapi hanya efektif untuk jenis

tumor yang peka terhadap radisi, disgerminoma dan tumor sel granulosa.

Kemoterapi menggunakan obat sitostatika seperti agens alkylating

(cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit (adriamycin). FoIlow up

tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan

selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.

13
h) Diagnosa Banding

 Kehamilan

 Mioma uteri

 Tumor kolon sigmoid

 Ginjal ektopik

 Limpa bertangkai

 Ascites

i) Komplikasi

 Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga berangsur-

angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala-gejala

klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak

akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang

mendadak.

 Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5

cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun

gangguan ini jarang bersifat total.

 Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut

dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi ketidakmampuan untuk

mengosongkan kandung kemih secara sempurna.

14
 Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga besar

kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang

menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.

j) Prognosis

Prognosis untuk kista jinak baik.Walaupun penanganan dan pengobatan

kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil

pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat menggembirakan termasuk

pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka

kelangsungan hidup 5 tahun (“5 Years survival rate”) penderita kanker ovarium

stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%, sedangkan sebagian besar penderita 60-

70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut juga

dengan “silent killer”.

B. Serviks

a) Anatomi Serviks

Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3 cm dan

panjang 3-5cm.Posisi anatomi serviks normal adalah sedikit angulasi ke bawah-

depan.Di bagian bawah,serviks berhubungan dengan vagina sebagai portio

vaginalis dan bagian kanal serviks yang berhubungan dengan vaginadisebut

orificium uterina externus atau mulut rahim. Kanal serviks berukuran sekitar 8 mm.

Bagian antara endoserviks dan kavum uteri disebut itsmus dan merupakan bagian

dari segmen bawah rahim.

15
Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus parametrial,obturator,

iliaka internal, dan iliaka eksternal. Aliran limfe sekunder meliputinodus presakral,

iliaka komunis, dan nodus para-aortika. Innervasi serviks adalah plexus

Frankenhauser, yang merupakan bagian terminal dari plexus presakral. Serabut

saraf memasuki segmen bawah rahim dan bagian atas serviks membentuk pleksus

semisirkuler. Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang desendens arteri

uterina dan cabang servikal arteri vaginalis. Aliran vena mengikuti pembuluh darah

arteri.

Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran serabut

fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas skuamosa

di bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks. Di antara kedua area

tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di ektoserviks dan endoserviks

yang disebut squamocolumnar junction. Pada bagian distal area ini tersusun atas

epitel metaplastik squamosa yang imatur. Trauma, iritasi kronis, dan

infeksi berperan penting terjadinya perkembangan dan maturitas epitel serviks

menjadi bentuk neoplastik.

b) Definisi

Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma yang

tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks ataupun

pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol keluar dari mulut serviks.

c) Etiologi-Patofisiologi

16
Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus, namun ada

beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks. Pertumbuhan polip

merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks, yang

merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu berikutnya akibat stimulasi

hormonal seperti estrogen, kongesti pembuluh darah pada canalis cervicalis. Polip

tersusun atas stroma jaringan ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner,

skuamosumkolumner atau epitel skuamosa. Kejadian polip sering dihubungkan

dengan hiperplasia endometrial, yang menunjukkan adanya keterlibatan faktor

estrogen yang berlebihan.

Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal. Perdarahan dapat

terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan seksual dan setelah

menstruasi.

d) Morfologi Polip Serviks

Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan berbentuk

seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun beberapa dapat

memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat memiliki tangkai yang

panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel yang melapisinya biasanya

merupakan epitel endoserviks yang pada beberapa kasus dapat pula mengalami

metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami

nekrosis serta mudah berdarah. Maka dari itu sebenarnya polip harus ditegakkan

apakah polip tersebut suatu adenoma, sarcoma botriodes, adenokarsinoma serviks

ataupun mioma melalui pemeriksaan histologic setelah dilakukan pengangkatan.

17
Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti nyala api,

fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga mencapai lebar 3 cm

dan panjang beberapa cm. Polip seringkali tumbuh diendoserviks yang berbatasan

dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat fibrosa. Karena

sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan, maka sering terjadi perdarahan pada

kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang menyebabkan leukorea.

Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan tumbuh

melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio dan jarang

sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau degenerasi

polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih banyak

mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks memiliki

atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa. Bagian luar polip ektoserviks

dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa.

Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip ektoserviks

yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di bagian

ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan

kurang dari 1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang tersering,

meskipunadenokarsinoma juga pernah dilaporkan.

Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila terjadi torsi

atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu, dapat pula terjadi

infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke organ-organ sekitar. Karena

18
setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna, maka

pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah polip dieksisi ataudiekstirpasi.

Gambar 1. Polip serviks

e) Diagnosis Polip Serviks

Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks

menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan

untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium.

Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding , postcoital bleeding,

leukorea , hipermenorrhea dan tidak terasa nyeri.

 Gejala dan Tanda

Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu dipertimbangkan bila

ternyata terdapat riwayat:

- Leukorea

- Perdarahan di luar siklus menstruasi

- Perdarahan setelah koitus

- Perdarahan setelah menopause

19
- Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea

merupakan gejala umumuntuk polip serviks.

- Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah terdapatadanya

peradangan serviks atau polip.

Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti jari yang

keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dandiameter

0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan pemeriksaan

menggunakan jari.

 Pemeriksaan Radiologi

Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui pemeriksaan

histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin. Biasanya, hasil

pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam mengetahui adanya polip

atau kelainan lainnya.

 Pemeriksaan Laboratorium

Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali

ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu

banyak membantu menegakkan diagnosis.

 Pemeriksaan Khusus

Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui

in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan

speculum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan

secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal.

20
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau

polip yang tumbuh dari uterus.

f) Diagnosis Banding

Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu didiagnosis

sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau sarkoma endometrial

dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali kelainan ini

menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering. Pada dasarnya, polip serviks

tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan polipoid lainnya secara inspeksi.

Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik merupakan ciri mioma submukosa

pedenkel kecil atau polip endometrial yang tumbuh di bagian bawah uterus.

Biasanya kelainan ini menyebabkan dilatasi serviks, dan keluar melalui OUE

menyerupai polip. Hasil konsepsi, misalnya desidua, dapat mendorong keluar

serviks sehinggamenyerupai jaringan polipoid.

Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang memiliki

tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke vagina melalui

canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu adenoma ataupun

adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang

hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endo yang

dapat juga mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip

dapat mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang

membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan

merupakan ujung mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami

21
hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di

atas mioma submukosa. Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma,

adenocarcinoma, condylomata, submukosa myoma, polypoid carcinoma juga

termasuk diagnosis banding pada beberapa kasus.

g) Faktor Resiko

Kemungkinan terjadinya polip serviks akan meningkat ketika wanita

tersebut mengalami:

1. Diabetes Mellitus

2. Vaginitits berulang

3. Servisitis

4. Usia reproduksi terutama usia 40 tahun hingga 50 tahun

5. Wanita hamil

h) Komplikasi

Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok Staphylococcus,

Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah

dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah

membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi

telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai

konsekuensi polipektomi.

22
i) Penatalaksanaan

- Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya

- Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan

- Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau

tempat praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil.

Teknik pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak sulit.

Biasanya dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau

instrument pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas. Perdarahan

yang terjadi biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar biasanya

dilakukan eksisi di ruang operasi. Pada tindakan ini, pasien perlu di anestesi dan

selama eksisidilakukan, perdarahan harus dikontrol.

Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar, maka

histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat. Eksplorasi

serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan

untuk mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan yang

diambil perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik apakah

massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi. Bila dari hasil

pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif, atau secara klinis dan

laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian antibiotik dianjurkan untuk

kasus ini.

Sebelumnya pasien dipuasakan 8 jam, lalu dipasangi infus glukosa. Pasien

diposisikan litotomi, lalu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentkan besar dan

23
letak uterus serta ada tidaknya kelainan pada uterus dan organ adneksa. Pasien

diberikan drip oksitosin 10 IU untuk kontraksi dinding uterus dan mencegah

kemungkinan perforasi uterus. Setelah itu pasang speculum sims posterior dan

anterior. Pasang tenaculum pada serviks jam 11 dan jam 1, lalu lepas speculum

anterior, sedangkan speculum posterior dipegang oleh asisten. Kemudian anastesi

lidocain diinjeksikan pada fornix dextra dan sinistra sebanyak 2 ml (40 mg) yang

diencerkan dalam 2 ml NaCl. Dilakukan pemuntiran polip dengan menggunakan

klem ovarii. Selanjutnya sondase dilakukan untuk mengetahui seberapa panjangnya

cavum uteri dan arahnya anteflexi ataukah dorsoflexi. Lalu dilakukan dilatasi

canalis cervicalis dengan busi hegar dari nomor yang terkecil namun tidak boleh

lebih dari busi nomor 12 pada multipara. Lalu kuretasi dilakukan boleh dengan

kuret tajam maupun tumpul, searah dengan jarum jam.

Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk

profilaksis dan pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu yang

pertama amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam mefenamat diberikan

sebagai analgesic. Sulfas ferrous diberikan sebagai suplemen zat besi dan

dikombinasikan dengan pemberian vitamin C untuk membantu meningkatkan

penyerapan zat besi. Yang terakhir metergin diberikan agar kontraksi uterus tetap

terjaga dan mencegah perdarahan.

j) Prognosis

Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya

keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus diwaspadai jika

sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena bisa menjadi salpingitis.

24
BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : Komp. Mustika Karya, Landasan Ulin

Agama : Islam

Suku : Banjar

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan terakhir : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Menikah : 1 kali

Masuk RS tanggal : 07 Desember 2016

II. ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA : Nyeri perut bawah

Pasien (P3A0) datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 2 minggu

SMRS. Nyeri hilang timbul, dirasakan semakin memberat setiap harinya. Pasien

juga menyebutkan adanya benjolan di perut bawah, awalnya hanya seukuran telur

ayam kampung, lalu membesar. Penurunan berat badan disangkal, riwayat haid

tidak teratur (+), nyeri saat berhubungan (-).

25
RPD : HT (-), DM (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital:

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Suhu : 36,5 °c

Nadi : 82x/m

Pernafasan : 21x/m

Kepala : normocephali

Mata : CA -/- , SI -/-

Thorax :

Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur(-), gallop(-)

Paru : Suara nafas vesikuker, wheezing -/- , ronchi -/-

Abdomen

Inspeksi: datar, simetris

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : nyeri tekan (+) , teraba masa di daerah suprapubik sebesar telur

ayam (uk. 9 x 8 cm), mobile, permukaan rata, batas tegas

Perkusi : timpani

Ekstremitas :

Oedem -/- hangat +/+

26
STATUS GINEKOLOGI
 Genetalia Externa
Vulva : Flux (-) Flex (-) Massa (+) ulkus (-)
 Inspekulo
V/v : Flux (-) Flex (-), Terlihat massa keluar dari OUE sebagai
pertumbuhan yang tumpul, pucat, dan rapuh (mudah berdarah)
 Pemeriksaan dalam (VT) : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 06/12/2016:

Nilai
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12,2 12.0 – 16.0 g/dl

Leukosit 5.500 4.0-10 ribu/ul

Hematokrit 32% 32.00 – 44.00 vol%

Trombosit 218.00 150 – 450 ribu /u l

CT 5'00" 2-6 Menit

KIMIA DARAH

GDS 90 <200 mg/dl

27
SGOT 19 Max. 31 mg/dl

SGPT 25 Max. 32 mg/dl

Ureum 15 15-50 mg/dl

Creatinin 0,9 2-6 mg/dl

CA 125 27,99 0-35 U/ml

URINALISA (07-12-16)

Protein (-) (-)

Reduksi (-) (-)

Urobilin (-) (-)

Bilirubin (-) (-)

Lekosit 30-40/ lpb 0-2/ lpb

Eritrosit 4-6/lpb 0-2/ lpb

Epitel 10-15/lpb 5-15/ lpb

Bakteri (+) (-)

28
EKG (08-12-2016)

Foto Thorax (08-12-2016)

29
USG Ginekologi (30-11-2016) : Kista Ovarium uk. 8,7 cm dan Polip Cervix

30
PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

Tgl 19/02/16  Kesan :

Cervisitis chronis non-spesifik

Tgl 04/03/16  Kesan : Cervisitis

chronis non-spesifik

Tgl 23/03/16  Kesan : Cervisitis

chronis non-spesifik dalam

perbaikan

Tgl 30/11/16  Kesan : ASCUS

+ Polip cervix

31
DIAGNOSIS KERJA:

P3A0 dengan Kista Ovarium dan Polip Cervix

TATALAKSANA AWAL :

IVFD RL + drip Tramadol 20 tpm

MRS, persiapan operasi Laparotomi  Histerektomi Total

Follow up:

Tanggal S O A P
IVFD D5% 20 tpm
08/12/2016 Nyeri perut (<), perdarahan TD: 120/90 P3A0 dengan Inj. Cefotaxime 2x1gr
(-) Tumor adnexa Inj. Ranitidine 3x1amp
Suhu : 36,5 °C Inf. PCT 3x1 flsh
Pro Laparotomi 
nadi : 82x/m Histerektomi Total
RR : 20x/m

BPL
09/12/2016 Nyeri perut (<), perdarahan TD: 120/70 P3A0 dengan Pasien menunda operasi
(+), mual/muntah (</+) Kista Ovarium
Suhu : 36,5 °C dan Polip
Serviks
nadi : 76x/m

RR : 20x/m

Pro Laparotomi 
15/12/2016 Nyeri perut (+), perdarahan TD: 120/90 P3A0 dengan Histerektomi tgl 16/12/16
(-), mual/muntah (-/-) Kista Ovarium
Suhu : 36,5 °C dan Polip
Serviks
nadi : 81x/m

32
RR : 21x/m

Pro Laparotomi 
16/12/2016 Nyeri perut (+), perdarahan TD: 120/80 P3A0 dengan Histerektomi tgl 16/12/16
(-), mual/muntah (-/-) Kista Ovarium
Suhu : 36,5 °C dan Polip
Serviks
nadi : 81x/m

RR : 21x/m

33
BAB IV

DISKUSI

Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh

dimana saja dan jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau

permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium atau tumor ovarium.

Keluhan utama pada kista ovarium adalah perut terasa penuh, berat,

kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tak

teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar

kepanggul bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau pergeseran

payudara mirip seperti pada saat hamil.

Penyebab kista ovarium adalah stimulasi yang berlebihan terhadap

gonadotropin.. Penyebab lain dapat berupa gestational tropoblastic neoplasma

(molahidatidosa dan khoriokarsinoma), ovulasi yang terus menerus yang dapat

menyebabkan epitel permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik, dan zat

karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon polikistik. Pada

pasien ini penyebabnya masih perlu dicari.

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa

sakit tersebutakan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur.

Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat

menyebabkan rasa tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi

penekanan terhadap kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih

menjadi sering.

34
Pada pasien anamnesa didapatkan keluhan benjolan di perut bagian bawah

sebesar telur ayam disertai nyeri yang hilang timbuk sejak 2 minggu SMRS. Nyeri

juga dirasakan saat perut ditekan. Penurunan berat badan disangkal, riwayat haid

tidak teratur, tetapi tidak ada nyeri saat berhubungan.

Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien dengan kista

ovarium adalah kista yang besar dan dapat teraba dalam palpasi abdomen. Walau

pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini

adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause. Perabaan menjadisulit

pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa

umumnya rata. Cervix dan uterus dapat terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba,

massa lain, termasuk fibroid dan nodul padaligamentum uterosakral, ini merupakan

keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.

Pada pasien ini, didapatkan pemeriksaan fisik didapatkan teraba massa ukuran 9 x

8 cm, mobile, permukaan rata, berbatas tegas pada abdomen, pemeriksaan VT tidak

dilakukan.

Pemeriksaan Penunjang seperti USG merupakan alat terpenting dalam

menggambarkan kista ovarium. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak

batas tumor, apakah tumor berasal dariuterus, atau ovarium, apakah tumor kistik

atau solid dan dapat dibedakan pulaantara cairan dalam rongga perut yang bebas

dan tidak dapat membantu mengidentifikasi karakteristik kista ovarium. Foto

Roentgen bertujuan untuk menentukan apakah adanya hidrotoraks dan

kontraindikasi lain untuk tindakan pembedahan. Pemeriksaan pielogram inravena

dan pemasukan bubur barium pada kolon dapat untuk menentukan apakah tumor

35
bearasal dari ovarium atau tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak

di daerah pelvis seperti tumor kolon sigmoid. Pengukuran serum CA-125,Tes darah

dilakukan dengan mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-125 diasosiasikan

dengan kanker ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak atau ganas.

Laparoskopi perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan

laparoskop. Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil sedikit contoh

kista untuk pemeriksaan PA.

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan penunjang antar lain :

 Pemeriksaan darah, urinalisa dan tumor marker (CA 125). Pada pemeriksaan

darah tidak ditemukan kelainan. Hasil Urinalisa menunjukkan adanya

leukosituria, hematuria dan bakteri (+). Hasil CA 125 adalah 27,99 (N : 0 –

35 U/ml)

 USG ginekologi pada tanggal 30 desember 2016 yang dilakukan oleh Sp.OG

di banjarmasin. Hasil : Kista ovarium uk. 8,7 cm dan Polip Cervix.

 Pemeriksaan PA. Pasien menjalani serangkaian pemeriksaan PA. Pada

pemeriksaan awal didapatkan Cervisitis Chronis non-spefisik lalu pasien

mendapat pengobatan. Tetapi pemeriksaan terakhir (30/11/16) ditemukan

ASCUS + polip.

Prinsip penatalaksanaan yang dilakukan pada kista ovarium adalah bahwa

tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor non neoplastik tidak.

Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor

tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang. Tindakan operasi

pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah pengangkatan tumor

36
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Tetapi

jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium,

disertai dengan pengangkatan tuba.

Seluruh jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi

untuk diperiksa. Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak

membutuhkan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause,

kista yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman

untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG

serial. Sedangkan untuk wanita pre menopause, kista berukuran kurang dari 8 cm

dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi. Terapi bedah diperlukan pada kista

ovarium simpleks persisten yang lebih besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.

Laparoskopi digunakan pada pasien dengan kista benigna, kista fungsional

atau simpleks yang memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien

dengan resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat

diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan

pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa

mendatang. Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita

post menopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35

tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan

karsinoma ovarium.

Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk

endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan onkologi

ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan serum CA125 lebih

37
dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma ovarium pada keluarga.

Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan

yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk

mendapat kepastian tumor ganas atau tidak. Penatalaksanaan yang dilakukan pada

pasien ini adalah pemberian anti-nyeri dan persiapan laparotomi untuk tindakan

histerektomi total. Operasi dilakukan karena ukuran kista yang melebihi 5 cm dan

sudah menggangu organ sekitar. Tetapi pada perjalanannya, pada pasien dilakukan

kuretase dan ekstirpasi untuk penanganan polip cervix, dan tindakan kauterisasi

pada kista serta salpigektomi. Prognosis pada pasien ini adalah Dubia ad Bonam

jika penatalaksanaan telah benar dan sesuai prosedur.

38
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus dari ruang rawat inap merpati dengan pasien Ny. K

umur 48 tahun dengan diagnosis P3A0 dengan Kista ovarium dan Polip cervix.

Pasien direncanakan operasi 2 hari setelah pasien MRS, tetapi pasien meminta

untuk pulang. Pasien masuk kembali 6 hari kemudian dan bersedia untuk menjalani

operasi laparotomi dan histerektomi total. Namun, pada perjalanannya pasien

dilakukan kuretase dan ekstirpasi pada polip cervix, dan tindakan kauterisasi pada

kista serta salpingektomi.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor


Ovarium Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Jakarta
:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. p. 388-
9.
2. Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2006. p.130.
3. Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
4. Wiknjosastro H. Tumor Jinak Pada Alat Genital Dalam Buku Ilmu
KandunganEdisi 2., editor: Saifuddin A.B,dkk. Jakarta: Yayasan Bina
PustakaSarwono Prawirohardjo.2005: 345-346.
5. Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Edisi 2.Cetakan 5. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 346 – 362.
6. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report andreview
of a rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8
7. Cunningham., et al. 2005. Obstetri Williams.Ed 21. Alih bahasa, Hartono A, et
al. EGC. Jakarta.
8. Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical
Polyp.Gynecology and Obstersics, 2008.
9. NHS Foundation Trust. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital
Gynecology 2002.

40
DOKUMENTASI

41
42

Anda mungkin juga menyukai