Anda di halaman 1dari 2

Bentuk Perlawanan Bangsa Indonesia pada Masa VOC

1. Perlawanan Kerjaan Islam Mataram

Mataram mulai kontak fisik dengan Belanda pada mas Sultan Agung berkuasa. Seelah Sultan Agung
meninggal pada tahun 1645, pangeran Adipati Anom naik tahta dengan gelar Amangkurat I, banyak
para pejuang yang mengatasnamakan Mataram melawan frontal terhadap basis kekuatan VOC di
Batavia, ataupun memperlemah kedudukannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Trunojoyo,
Adipati Unus dan Untung Suropati. Ketiga tokoh ini memperlihatkan kekuatan yang luar biasa dalam
melawan kolonial Belanda.

Anehnya, keadaan iu terbalik dengan pihak penguasa Mataram. Sejak Amangkurat I berkuasa,
kewibawaan Mataram kian merosot. Penyebab utamanya adalah intervensi VOC dalam menentukan
suksesi raja. Tasis de Graaf dalam menghadapi kekuatan-kekuatan Mataram adalah beraliansi
dengan pihak-pihak non religius. Sedangkan lawan VOC dalam masa dinasti Mataram bersatu
dibawah panji kekuatan religius. Dalam menghadapi kekuatan gabungan itu, VOC menggabungkan
diri dengan partai raja sehingga terbentuk aliansi yang terdiri dari kekuatan maritim dan ekonomi
pada satu sisi dengan kekuatan agararis dan beras dipihak lain. (Kartodirjo, 1999:184).

Kekuatan agraris yang paling sengit dilakukan pada masa Mataram adalah ketiga tokoh tersebut.
Motif perlawanan terhadap Mataram dan VOC yang menjadi sekutu dekatnya berbeda-beda.
Trunojoyo, misalnya melawan kediktatoran Amangkurat kesewenang-wenangannya. Perlawanan
terhadap sang raja berlanjut pada perlawanan terhadap VOC. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1675.
dengan dibantu Raden Kajoran dan pasukan yang terdiri dari kasunanan Saurakarta, kesultanan
Yogyakarta, Palekalaman dan Mangkunegara.

Pada tahu 1800-an, Mataram sudah tidak memiliki kekuasaan yang berarti, setelah perjanjian
Giyanti pada tahun 1757. mataram hanyalah tinggal kerayan. Kedingdayean Sultan Agung sulit
dijumpai lagi karena disintegrasi yang terjadi, terdiri dari Kasunanan Surakarta, Kesultanan
Yogyakarta, Plelaman dan Mangkunegaran.

2. Perlawanan Kerajaan Islam Banten.

Konflik yang telah terjadi semenjak kedatangan Belanda diperairan banten, diperparah dengan
monopoli perdagangan dan tindakan penyerangan terhadap kekuasaan Banten. Gerakan
perlawanan terhadap VOC kian gencar sejak tahun 1676 sampai 1684, setelah Mataram melemah
(Kartodirjo, 1999:204). Banten menjadi tempat pengungsian bagi penduduk Mataram setelah terjadi
pergolakan. Gerakan melawan VOC disitu digalakkan oleh semangat arti kafir yang digariskan oleh
para pemimpin agama, antara lain Syekh Yusuf dari Makasar. Fakta yang menghambat gerakan
tersebut adalah di Banten timbul perpecahan antara Sultan Agung Tirtayasa dan anaknya Sultan Haji.

Politik Sultan Agung berkecenderungan arti-kumpeni dan lebih pro-Inggris salah satu tuntutan lama
ialah bahwa Cirebon adalah bagian dari Banten dan bukan dari Mataram. Perlawanan Sultan
Agengng terhadap Sultan Haji yang dibantu oleh VOC terjadi 27 Februari 1682. sultan Ageng dapat
dipukul mundur, dan berakibat pada menguatnya kedudukan VOC di Batavia. Perlawanan tidak
berhenti disitu, dengan dibantu oleh Pangeran Purbaya, Suriadi Wanangsa dan Syeikh Yusuf beserta
ribuan bangsa Makasar. Pada akhirnya Sultan Ageng dapat dihentikan dengan membujuknya masuk
ke istana Banten, Surosowan oleh sultan Haji. Tetapi perjuangannya masih diteruskan oleh Syeikh
Yusuf sampai tahun 1683.
3. Perlawanan Goa-Makasar.

Perang yang digaungkan oleh Goa-Makassar dipimpin oleh Sultan Hasanudin sejak tahun 1660-1669.
selain perlawanan disebabkan oleh kebijakan monopoli VOC yang bertentangan dengan prinsip
sistem terbuka yang dijalankan orng-orang Makassar, ada faktor-faktor khusus lainnya yaitu:

a. Pendudukan banteng pa’ Nakkukang oleh VOC dianggap sebagai ancaman.

b. Peristiwa De Walvis pada tahun 1602, waktu meriam dan barang muatannya disita oleh pasuka
Karaeng Tallo.

c. Peristiwa kapal Leeuwin (1664) yang kandas dipulau Dan Duango dimana awak kapal dibunuh
(Kartodirjo, 1999:99).

Sultan Hasanudin mempersiapkan pasukannnya dari Bima, Sumbawa, dan Betung, selain penduduk
Makassar. Jumlah pasukan mencapai 10.000-18.000 orang. Perang mulai surut setelah terjadi
perjanjian antara Sultan Hasanudin dengan pihak VOC yang diawali Speelman pada tanggal 6
Nopember 1669. peperangan terhadap VOC yang dipimpin oelh Sultan Hasanudin adalah yang
terbesar sepanjang sejarah di Makassar.

5. Perlawanan Yogyakarta.

Perlawanan terhadap VOC dilakukan oleh pangeran Mangkubumi yang resmi bergelar
Hamengkubuwono I pada tahun 1757. meskipun idak sebesar Mataram, namun perlawanan
kerajaan Yogyakarta cukup merepotkan VOC.

6. Perlawanan Kerajaan Surakarta.

Kerajaan Surakarta adalah pecahan dari Mataram. Dalam sejarah Indonesia, Surakarta Surakarta
tidak segarang daerah lainnya dalam melawan VOC. Meskipun demikian, banyak tokoh terkemuka
seperti Mas Said atau Mangkunegaran I (Kartodirjo, 1999:234).

7. Perlawanan Kerajaan Aceh.

Pejuang besar dari Aceh sekaligus raja terbesar adalah Sultan Iskandar Muda pada akhir abad ke-17,
yaitu 1607-1636. kerajaan Aceh adlah wilayah yang tidak dapat ditaklukan sampai abad ke-19.
wilayah ini barangkali adalah contoh dari kuatnya perjuangan rakyat, panglima dan ulama terhadap
VOC. Tokoh-tokoh besar pasca sultan Iskandar Muda adalah Cut Nyak Dien, Teuku Cut Ditiro dan
beberapa tokoh lainnya.

Perlawanan Aceh terhadap VOC adalah bentuk resistensi terhadap hak monopoli VOC terhadap
perairan selat Malaka ebgai jalur sutera-lintas perdagangan dunia. Pihak VOC sangat merasakan
kerigian yang luar biasa akibat lamanya peperangan yang harus dijalani VOC.

ak rakyat Indonesia kian menderita.

Anda mungkin juga menyukai