Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Disekitar kita sat ini banyak sekali zat-zat adiktif yang sangat berbahaya bagi
tubuh dan menjadi masalah bagi umat manusia dibagai belah bumi. Salah satunya
dikenal dengan Nrkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Seiring dengan perkembangan zaman narkoba hanya dipakai secara terbatas
oleh beberapa komunitas diberbagai Negara. Obat-obat ini digunakan untuk
tujuan pengobatan, diresepkan para dokter, meskipun sudah diketahui efek
sampingnya.
Pada tahun 1990-an ectasy, shabu masuk dan heroin masuk pasaran
Indonesia . penyebaran ini terus berkembang, masalah penyalahgunaan narkoba di
Indonesia telah meluas dan sangat mengkhawatirkan, tidak saja diperkotaan
melainkanjuga menjangkau ke pedesaan. Masalah penyalahgunaan narkoba
merupakan masalah yang sangat kompleks yan memerlukan upaya
penanggulangan secara koprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidisipliner, multi sector dan peran serta masyarakat secara aktif yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari gangguan akibat penggunaan zat ?
2. Apa saja penyebab penyalahgunaan NAPZA ?
3. Apa saja macam – macam gangguan mental dan perilaku akibat zat
psikoaktif?
4. Apa saja diagnosis gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat ?
5. Apa saja rentang respons gangguan penggunaan zat adiktif ?
6. Apa saja tanda dan gejala klinis penggunaan NAPZA ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari gangguan akibat penggunaan zat.
2. Untuk mengetahui penyebab penyalahgunaan NAPZA.
3. Untuk mengetahui macam – macam gangguan mental dan perilaku akibat zat
psikoaktif.

1
4. Untuk mengetahui diagnosis gangguan yang berkaitan dengan penggunaan
zat.
5. Untuk mengetahui rentang respons gangguan penggunaan zat adiktif.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis penggunaan NAPZA.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINIS GANGGUAN AKIBAT PENGGUNAAN ZAT


Gangguan akibat penggunaan zat adalah gangguan yang dapat muncul karena
penggunaan zat psikoaktif, seperti intoksikasi, gejala putus zat, gangguan mood,

2
delirium, demensia, amnesia, gangguan psikotik, gangguan kecemasan, disfungsi
seksual, dan gangguan tidur. Zat yang berbeda memiliki efek yang berbeda, jadi
sebagian dari gangguan ini disebabkan oleh satu, sedikit, atau hamper seluruh zat.
Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa penyimpangan
perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapat mempengaruhi
sususan saraf pusat secara kurang lebih teratur sehingga menimbulkan gangguan
fungsi sosial.
Zat psikoaktif adalah golongan zat yang bekerja secara selektif terutama pada
otak, sehingga dapat menimbulkan perubahanpada perilaku,emosi, kognitif,
persepsi, dan kesadaran seseorang. Ada dua macam zat psikoaktif, yaitu bersifat
adiksi dan nonadiksi.

2.2 PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah


sebagian berikut :

2.2.1 Faktor individu

Anak atau remaja dengan ciri - ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar
untuk menjadi penyalahguna NAPZA. Ciri-ciri tersebut antara lain :

1. Cenderung membrontak dan menolak otoritas.

2. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti


Depresi, cemas, psikotik, keperibadian dissosial.

3. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.

4. Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan


memiliki citra diri negatif (low self-esteem).

5. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.

6. Mudah murung, pemalu, pendiam.

7. Mudah merasa bosan dan jenuh.

3
8. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran.

9. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun).

10. Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap sebagai lambang


keperkasaan dan kehidupan modern.

11. Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

12. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas.

13. Kemampuan komunikasi rendah.

14. Melarikan diri dari sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,


ketidak mampuan, kesepianan, kegetiran hidup, malu dan lain-lain).

15. Putus sekolah.

16. Kurang menghayati iman kepercayaannya.

2.2.2 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan, baik


disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat. Faktor
keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang
anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

1. Lingkungan Keluarga

1) Komunikasi orang tua-anak kurang baik/efektif

2) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi dalam


keluarga

3) Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

4) Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

4
5) Orang tua otoriter atau serba melarang

6) Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

7) Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

8) Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA

9) Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang


konsisten)

10) Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam


keluarga

11) Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahduna


NAPZA

2. Lingkungan Sekolah

1) Sekolah yang kurang disiplin

2) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA

3) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk


mengembangkan diri secara kreatif dan positif

4) Adanya murid pengguna NAPZA

3. Lingkungan teman sebaya

1) Berteman dengan penyalahguna

2) Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

3) Lingkungan masyarakat/sosial

4) Lemahnya penegakan hukum

5) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

5
4. Faktor NAPZA

1) Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga


“terjangkau”.

2) Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik


untuk dicoba.

3) Khasiat farakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan


nyeri, menidurkan, membuat euforia/ fly/ teler dan lain-lain.

2.3 MACAM – MACAM GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT


ZAT PSIKOAKTIF
2.3.1 F10. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol.
Umumnya digunakan dalam bentuk minuman berakhol. Jenis-jenis
minuman berakhol di Indonesia sangat bervariasi dari (tradisional sampai
fermentasi buatan, dari berkadar tinggi hingga rendah).
2.3.2 F11. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida.
Opioid merupakan salah satu golongan NAPZA yang sangat kuat
potensi ketergantunganya. Yang termasuk golongan opioid adalah morfin,
petidin, heroin, matadon, kodein. Golongan opioid yang paling sering
disalah gunakan adalah heroin.
2.3.3 F12. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida.
2.3.4 F13. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau
hipnotika.
2.3.5 F14. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain.
Kokain adalah sejenis simulansia, kokain dihasilkan dari daun
tumbuhan yang disebut erythroxylon coca. Tanaman tersebut tumbuh subur
disebelah timur pegunungan Andes di Amerika Selatan. Daun tanamanya
mengandung 14 jenis alkohol dan salah satunya kokain.
2.3.6 F15. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein.
2.3.7 F16. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika.
2.3.8 F17. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau.

6
2.3.9 F18. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah
menguap.
2.3.10 F19. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya.

2.4 DIAGNOSIS GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN


PENGGUNAAN ZAT
1. F1x.0 Intoksikasi akut
Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan : tingkat dosis zat yang
digunakan (dose-dependent), invividu dengan kondisi organik tertentu yang
mendasarinya (misalnya insufisiensi ginjal atau hati) yang dalam dosis kecil
dapat menyebabkan efek intoksikasi berat yang tidak proporsional.
Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan
kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan
respons psikofisiologis lainnya. Intensitas intoksikasi berkurang dengan
berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi
penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke
kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi
lainnya.
Sedangkan intoksikasi patologis hanya ada pada penggunaan alkohol.
Dengan onset / serangan secara tiba-tiba dengan agresi dan sering berupa
perilaku tindak kekerasan yang tidak khas bagi individu tersebut saat ia bebas
alkohol. Biasanya timbul segera setelah minum sejumlah alkohol yang pada
kebanyakan orang tidak akan menimbulkan intoksikasi.
2. F1x.1 Penggunaan yang merugikan
Adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, yang
dapat berupa fisik (seperti pada kasus hepatitis karena menggunakan obat
melalui suntikan diri sendiri) atau mental (misalnya episode gangguan depresi
sekunder karena konsumsi berat alkohol).
Pola penggunaan yang merugikan sering dikecam oleh pihak lain dan
seringkali disertai berbagai konsekuensi sosial yang tidak diinginkan.

7
Tidak ada sindrom ketergantungan (F1x.2), gangguan psikotik (F1x.5)
atau bentuk spesifik lain dari gangguan yang berkaitan dengan penggunaan
obat atau alkohol (Maslim, 2013).
3. F1x.2 Sindrom ketergantungan
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau
lebih gejala dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
1) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi)
untuk menggunakan zat psikoaktif.
2) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak
mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan.
3) Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika
penghentian penggunaan zat atau. pengurangan, terbukti dengan adanya
gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat atau
golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau
menghindari terjadinya gejala putus zat.
4) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh
dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada
individu dengan ketergantungan alkohol dan opiat yang dosis harianya
dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau mematikan
bagi pengguna pemula).
5) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang
diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari
akibatnya.
6) Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum
alcohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode
penggunaan zat yang berat, atau rendahnya fungsi kognitif berkaitan
dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa
pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat
dan besarnya bahaya.
4. F1x.3 Keadaan putus zat

8
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom
ketergantungan (lihat F1x.2) dan diagnosis sindrom ketergantungan zat harus
turut dipertimbangkan.
Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal
ini merupakan alasan rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian
medis secara khusus.
Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (misalnya anxietas, depresi dan gangguan tidur) merupakan
gambaran umum dari keadaan putus zat ini. Yang khas ialah pasien akan
melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan meneruskan
penggunaan zat.(Maslim, 2013).
5. F1x.4 Keadaan putus zat dengan delirium
Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai komplikasi delirium.
Termasuk Derilium Tremens, yang merupakan akibat dari putus alkohol
secara absolut atau relative pada pengguna yang ketergantungan berat dengan
riwayat penggunaan yang lama. Onset biasanya terjadi sesudah putus alkohol.
Keadaan gaduh gelisah toksik ( toxic confusional state ) yang berlangsung
singkat tetapi adakalanya dapat membahayakan jiwa, yang disertai gangguan
somatik.
Gejala prodromal khas berupa : insomnia, gemetar dan ketakutan.
Onset dapat didahului oleh kejang setelah putus zat. Trias yang klasik dari
gejalanya adalah :
- kesadaran berkabut dan kebingungan,
- halusinasi dan ilusi yang hidup (vivid) yang mengenai
salah salah satu panca indera (sensory modality)
- tremor berat.
6. F1x.5 Gangguan psikotik
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah
penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan
manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium (lihat F1x.4) atau suatu
onset lambat.
Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil
dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat
yang digunakan dan kepribadian pengguna zat.

9
Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain dan amfetamin,
gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan erat
dengan tingginya dosis dan atau penggunaan zat yang berkepanjangan.
Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi
persepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah
halusinogenika primer (misalnya Lisergide [LSD], meskalin, kanabis dosis
tinggi)" Perlu dipertimbangkan kemungkinan diagnosis intoksikasi akut
(F1x.0). (Maslim, 2013).
7. F1x.6 Sindrom amnesik
Sindrom amnesik yang disebabkan oleh zat psikoaktif harus
memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik (F04). Syarat utama
untuk menentukan diagnosis adalah :
1) Gangguan daya ingat jangka pendek (“recent memory”, dalam
mempelajari hal baru), gangguan sensasi waktu (“time sense”,
menyusun kembali urutan kronologis, meninjau kejadian yang
berulang menjadi satu peristiwa, dll).
2) Tidak ada gangguan daya ingat segera (immediate recall), tidak ada
gangguan kesadaran, dan tidak ada gangguan kognitif secara umum.
3) Adanya riwayat atau bukti yang objektif dari penggunaan alkohol atau
zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi).
8. F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset lambat
Onset dari gangguan harus secara langsung berkaitan dengan
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif.
Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang
disebabkan oleh alcohol atau zat psikoaktif yang berlangsung melampaui
jangka waktu khasiat psikoaktifnya (efek residual zat tersebut terbukti secara
jelas). Gangguan tersebut harus memperlihatkan suatu perubahan atau
kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang normal.
9. F1x.8 Gangguan mental dan perilaku lainnya
Kategori untuk semua gangguan sebagai akibat penggunaan zat
psikoaktif yang dapat diidentifikasi berperan langsung pada gangguan
tersebut, tetapi yang tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam salah
satu gangguan yang telah disebutkan diatas.
10. F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT

10
Kategori untuk yang tidak tergolongkan.

2.5 RENTANG RESPONS GANGGUAN PENGGUNAAN ZAT ADIKTIF


2.5.1 Eksperimental
Adalah kondisi penggunaan tahap awal, yang disebabkan rasa ingin
tahu. Biasanya dilakukan oleh remaja, yang sesuai tumbuh kembangnya
ingin mencari pengalaman baru atau sering juga dikatakan sebagai taraf
coba – coba.
2.5.2 Rekreasional
Adalah penggunaan zat adiktif pada waktu berkumpul dengan teman
sebayanya, misalnya waktu pertemuan malam minggu, ulang tahun, dan
sebagainya. Penggunaan ini bertujuan untuk rekreasi bersama teman
sebayanya.
2.5.3 Situasional
Merupakan penggunaan zat yang merupakan cara untuk melarikan diri
atau mengatasi masalah yang dihadapi. Biasanya individu menggunakan
zat bila sedang dalam konflik, stress, dan frustasi.
2.5.4 Penyalahgunaan
Adalah penggunaan zat yang sudah bersifat patologis, sudah mulai
digunakan secara rutin, paling tidak sudah berlangsung selama 1 bulan,
sudah terjadi penyimpangan perilaku, serta mengganggu fungsi peran di
lingkungan sosialnya, pendidikan, dan pekerjaan. Walaupun pasien
menderita cukup serius akibat menggunakan, pasien tersebut tidak mampu
untuk menghentikan.
2.5.5 Ketergantungan
Adalah penggunaan zat yang sudah cukup berat, sehingga telah terjadi
ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan
kondisi toleransi dan sindroma putus zat.

2.6 TANDA DAN GEJALA KLINIS PENGGUNAAN NAPZA

2.6.1 Alkohol

Tanda/Gejala :

11
1. Intoksikasi :

1) Ringan : Euforia, cadel, kantuk, Ataksia

2) Berat : Stupor, Koma, Bradikardia, Hipotensi, Hipotermia, Kejang

3) Sangat berat : Refleks negative

4) Gangguan kesadaran

5) Gangguan kognitif

6) Gangguan afektif dan perilaku

2. Putus zat

1) Halusinasi, ilusi.

2) Kejang

3) Gemetar

4) Mual / Muntah

5) Muka Merah

6) Konjungtiva Merah

7) Kelemahan umum

8) Insomnia

9) Lemas, marah (Iritabel)

10) Berkeringat

11) Hipertensi

12) Rindu dengan minuman alkohol

12
2.6.2 Opioid

1. Intoksikasi

1) Penekanan SSP, Sedasi

2) Motilitas GastroIntestinal menurun Sampai Konstipasi

3) Analgesia

4) Mual Muntah

5) Bicara Cadel

6) Bradikardia

7) Kontriksi Pupil

8) Kejang

2. Putus zat

1) Mengantuk, disertai Pilek / Bersin

2) Lakrimasi

3) Dilatasi Pupil

4) Pilo Ereksi

5) Takikardi

6) Tekanan Darah Naik

7) Respirasi dan Suhu Badan Naik

8) Mual-Muntah

9) Diare

13
10) Insomia

11) Gemetar / Tremor

12) Mengeluh Sugesti

13) Ansietas , Gelisah

14) Tidak Selera Makan

2.6.3 Kanabis

1. Intoksikasi

1) Gangguan daya ingat jangka pendek

2) Halusinasi visual / pendengaran

3) Emosi labil, bingung

4) Waham kejar dan paranoid, ilusi, cemas, depresi, panic serta takut
mati

5) Pusing, mual, diare, haus dan nafsu makan meningkat

6) Fungsi social / pekerjaan terganggu

7) Percaya diri meningkat

8) Keringat Banyak

9) Gelisah

10) Mata Merah

2. Putus zat

1) Insomia

2) Mual

14
3) Mialgia

4) Cemas

5) Gelisah

6) Mudah tersinggung

7) Demam

8) Berkeringat

9) Nafsu makan menurun

10) Depresif

11) Bingung

12) Diare

13) Kehilangan berat badan

2.6.4 Sedativ hipnotika

1. Intoksikasi

1) Neurologis : Bicara cadel, Gangguan koordinasi motorik, cara


jalan tidak stabil, Nistagmus.

2) Psikologis :

(1) Afek labil

(2) Hilangnya hambatan impuls seksual

(3) Agresif

(4) Iritabel

(5) Banyak bicara

15
(6) Gangguan pemusatan perhatian

(7) Gangguan daya ingat

(8) Gangguan daya nilai

2. Putus zat

1) Mual, muntah

2) Lemah, letih

3) Takhikardia

4) Berkeringat

5) Tekanan darah tinggi

6) Ansietas

7) Depresi

8) Iritabel

9) Tremor kasar pada tangan, lidah

10) Kadang- kadang hipotensi ortostatik

2.6.5 Kokain

1. Intoksikasi

1) Takhikardia

2) Dilatasi Pupil

3) Meningkatnya tekanan darah

4) Berkeringat

16
5) Tremor

6) Mual , Muntah

7) Meningkatnya suhu tubuh

8) Halusinasi visual

9) Nyeri dada

10) Euforia

11) Mulut kering

12) Percaya diri meningkat

13) Nafsu makan menurun

14) Panik

2. Putus zat

1) Keletihan

2) Insomnia atau hypersomnia

3) Agitasi psikomotor

4) Ide bunuh diri dan paranoid

5) Mudahtersinggung atau iritabel perasaan depresif

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa penyimpangan


perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat yang dapat mempengaruhi
sususan saraf pusat secara kurang lebih teratur sehingga menimbulkan gangguan
fungsi sosial.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah :


faktor individu, faktor lingkungan, faktor NAPZA.

Diagnosis gangguan yang berkaitan dengan penggunaan zat : F1x.0


Intoksikasi akut, F1x.1 Penggunaan yang merugikan, F1x.2 Sindrom
ketergantungan, F1x.3 Keadaan putus zat, F1x.4 Keadaan putus zat dengan
delirium, F1x.5 Gangguan psikotik, F1x.6 Sindrom amnesik, F1x.7 Gangguan
psikotik residual atau onset lambat, F1x.8 Gangguan mental dan perilaku
lainnya, F1x.9 Gangguan mental dan perilaku YTT.

Rentang respons gangguan penggunaanzat adiktif : eksperimental,


rekreasional, situasional, penyalahgunaan, ketergantungan.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui apa saja gangguan yang
terjadi karena zat psikoaktif, serta penyebab dan diagnosa yang dapat diangkat.
Serta dapat mengetahui kondisi orang yang sedang mengonsumsi zat dan juga
orang yang sedang putus zat.

18
DAFTAR PUSTAKA

19

Anda mungkin juga menyukai