Anda di halaman 1dari 7

n.

Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U


o. Ganti kolf NaCl dengan yang baru yang telah diberi heparin 500 U dan klem infus
dibuka
p. Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan GB) selama 10-15 menit sebelu
dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)
Cttn:
PERSIAPAN SIRKULASI
a. Rinsing/Membilas GB + VBL + ABL
b. Priming/ mengisi GB + VBL + ABL
c. Soaking/ melembabkan GB.
d. Volume priming : darah yang berada dalam sirkulasi (ABL + GB + VBL )
Cara menghitung volume priming :S NaCl yang dipakai membilas dikurangi jumlah NaCl
yang ada didalam mat kan (gelas tampung/ ukur)
Contoh :? NaCl yang dipakai membilas : 1000 cc
? NaCl yang ada didalam mat kan : 750 cc
Jadi volume priming : 1000 cc – 750 cc = 250 cc
Cara melembabkan (soaking) GBYaitu dengan menghubungkan GB dengan sirkulasi dialisat
Bila mempergunakan dialyzer reuse / pemakaian GB ulang :
Buang formalin dari kompartemen darah dan kompartemen dialisat
Hubungkan dialyzer dengan selang dialisat
15 menit pada posisi rinse?Biarkan
Test formalin dengan tablet clinitest :
Tampung cairan yang keluar dari dialyzer atau drain
10 tts (1/2 cc), masukkan ke dalam tabung gelas, masukkan?Ambil cairan 1 tablet clinitest
ke dalam tabung gelas yang sudah berisi cairan
Lihat reaksi :
Warna biru : – / negatif
Warna hijau : + / positif
Warna kuning : + / positif
Warna coklat : +/ positif
Selanjutnya mengisi GB sesuai dengan cara mengisi GB baru
Persiapan pasien
1. Persiapan mental
2. Izin hemodialisis
3. Persiapan fisik :Timbang BB, Posisi, Observasi KU (ukur TTV
PERAWATAN SELAMA HEMODIALISIS (INTRA HD)
Pasien
a. Sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :Dengan internal A-V shunt/ fistula cimino
b. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan
Teknik aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
c. Anestesi local (lidocain inj, procain inj)
Punksi vena (outlet). Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan
kasa steril
d. Berikan bolus heparin inj (dosis awal)
Punksi inlet (fistula), fiksasi, tutup dengan kassa steril
Den
gan eksternal A-V shunt (Schibner)
Desinfektan
Klem kanula arteri & vena
Bolus heparin inj (dosis awal)
Tanpa 1 & 2 (femora dll)
Desinfektan
Anestesi local
Punksi outlet/ vena (salah satu vena yang besar, biasanya di lengan).
Bolus heparin inj (dosis awal)
Fiksasi, tutup kassa steril
Punksi inlet (vena/ arteri femoralis)
Raba arteri femoralis
Tekan arteri femoralis
0,5 – 1 cm ke arah medial?Vena femoralis
Anestesi lokal (infiltrasi anetesi)
Vena femoralis dipunksi setelah anestesi lokal 3-5 menit
Fiksasi
Tutup dengan kassa steril

Memulai hemodialisis:
a. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
b. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
c. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, sampai sirkulasi darah terisi
darah semua.?4.Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
d. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan punksi outlet
e. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
f. cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan dikeluarkan
sesuai kebutuhan) .
g. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa dinaikkan sampai
300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien)
h. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri pressure, hidupkan
air/ blood leak detector
i. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin dilarutkan dengan
NaCl
j. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah lakukan mengukur
TD, N, lebih sering.
k. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB, Cairan priming
yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD, masalah selama HD.

CATATAN !!!!
1. Permulaan HD posisi dialyzer terbalik setelah dialyzer bebas udara posisi kembalikan
ke posisi sebenarnya.
2. Pada waktu menghubungkan venous line dengan punksi outlet, udara harus diamankan
lebih dulu
3. Semua sambungan dikencangkan
4. Tempat-tempat punksi harus harus sering dikontrol, untuk menghindari terjadi
perdarahan dari tempat punksi.
Mesin
? Memprogram mesin hemodialisis :
1.Qb : 200 – 300 ml/m
2.Qd : 300 – 500 ml/m
3.Temperatur : 36-400C
4.TMP. UFR
5.Heparinisasi
? Tekanan (+) /venous pressure
Trans Membran Pressure / TMP Tekanan (-) / dialysate pressure
? Tekanan (+) + tekanan (-)
Tekanan / pressure :
Arterial pressure / tekanan arteri : banyaknya darah yang keluar dari tubuh
Venous pressure / tekanan vena : lancar/ tidak darah yang masuk ke dalam.

HeparinisasiDosis heparin :
Dosis awal : 25 – 50 U/kg BB
Dosis selanjutnya (maintenance) = 500 – 1000 U/kg BB

Cara memberikanKontinus
Intermiten (biasa diberikan tiap 1 jam sampai 1 jam terakhir sebelum HD selesai)
Heparinisasi umum
Kontinus :
Dosis awal : ……. U
Dosis selanjutnya : …… U
Intermitten :
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ……. U
Heparinisasi regional
Dosis awal : …… U
Dosis selanjutnya : ….. U
Protamin : …. U
Heparin : protamin = 100 U : 1 mg
Heparin & protamin dilarutkan dengan NaCl.
Heparin diberikan/ dipasang pada selang sebelum dializer.
Protamin diberikan/ dipasang pada selang sebelum masuk ke tubuh/ VBL.
Heparinisasi minimal

Syarat-syarat :Dialyzer khusus (kalau ada).


Qb tinggi (250 – 300 ml/m)
Dosis heparin : 500 U (pada sirkulasi darah).
Bilas dengan NaCl setiap : ½ – 1 jam
Banyaknya NaCl yang masuk harus dihitung
Jumlahnya NaCl yang masuk harus dikeluarkan dari tubuh, bisa dimasukkan ke dalam
program ultrafiltrasi

CATATANDosis awal : diberikan pada waktu punksi : sirkulasi sistem


Dosis selanjutnya: diberikan dengan sirkulasi (maintenance) ekstra korporeal.

PENGAMATAN OBSERVASI, MONITOR SELAMA HEMODIALISA

PASIENKU pasien
TTV
Perdarahan
Tempat punksi inlet, outlet
Keluhan/ komplikasi hemodialisis

MESIN & PERALATANQb


Qd
Temperature
Koduktiviti
Pressure/ tekanan : arterial, venous, dialysate, UFR
Air leak & Blood leak
Heparinisasi
Sirkulasi ekstra corporeal
Sambungan-sambungan

CATATAN :

Obat menaikkan TD ( tu. pend hipotensi berat) : Efedrin 1 ampul + 10 cc aquadest kmd
disuntik 2 ml/IV

PERAWATAN SESUDAH HEMODIALISIS (POST HD)Mengakhiri HD

Persiapan alat :Kain kasa/ gaas steril


Plester
Verband gulung
Alkohol/ bethadine
Antibiotik powder (nebacetin/ cicatrin)
Bantal pasir (1-1/2 keram) : pada punksi femoral
Cara bekerja
a. 5 menit sebelum hemodialisis berakhir
Qb diturunkan sekitar 100cc/m
UFR = 0
b. Ukur TD, nadi
c. Blood pump stop
d. Ujung ABL diklem, jarum inlet dicabut , bekas punksi inlet ditekan dengan kassa steril
yang diberi betadine.
e. Hubungkan ujung abl dengan infus set
50 – 100 cc)? 100 ml/m (NaCl masuk : ?6.Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do
dorong dengan nacl sambil qb dijalankan
f. Setelah darah masuk ke tubuh Blood pump stop, ujun VBL diklem.
g. Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril yang diberi
bethadine
h. Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet & outlet dengan
antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu pasang verband.
i. Ukur TTV : TD. N, S, P
j. Timbang BB (kalau memungkinkan)
k. Isi formulir hemodialisis
CATATAN :
1. Cairan pendorong/ pembilas (NaCl) sesuai dengan kebutuhan , kalau perlu di dorong
dengan udara ( harus hati-hati)
2. Penekanan bekas punksi dengan 3 jari sekitar 10 menit
3. Bekas punksi femoral lebih lama, setelah perdarahan berhenti, ditekan kembali dengan
bantal pasir
4. Bekas punksi arteri penekanan harus tepat, lebih lama
5. Memakai teknik aseptik dan antiseptik
SCRIBNER
a. Pakai sarung tangan
b. Sebelum ABL & VBL dilepas dari kanula maka kanula arteri & kanula vena harus
diklem lebih dulu
c. kanula arteri & vena dibilas dengan NaCl yang diberi 2500 U – 300 U heparin inj
d. Kedua sisi kanula dihubungkan kembali dengan konektor
e. Lepas klem pada kedua kanula
f. Fiksasi
g. Pasang balutan dengan sedikit kanula bisa dilihat dari luar, untuk mengetahui ada
bekuan atau tidak.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HEMODIALISIS


Pada pasien yang baru pertama kali hemodialisis, jika kondisi pasien memungkinkan, pasien
diorientasikan pada ruangan paviliun II dan alat-alat yang ada. Selain itu pasien diberikan
penjelasan ringkas tentang prosedur yang akan dijalankan, prinsip hemodialisis, diet,
pembatasan cairan, perawatan cimino, hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama
hemodialisis dan efek dari hemodialisis.
1. Pengkajian
Pengkajian Pre HD
e. Riwayat penyakit, tahap penyakit
f. Usia
g. Keseimbangan cairan, elektrolit
h. Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
i. Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
j. Respon terhadap dialysis sebelumnya.
k. Status emosional
l. Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
m. Sirkuit pembuluh darah.
Pengkajian Post HD
• Tekanan darah: hipotensi
• Keluhan: pusing, palpitasi
• Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb

Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien yang menjalani hemodialisa
Pre HD
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang familier dengan sumber informasi
b. Cemas b.d krisis situasional
Intra HD
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelemahan proses pengaturan
b. Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan kurang kontrol, ketergantungan pada
dialysis, sifat kronis penyakit
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
Post HD
a. Resiko cedera berhubungan dengan akses vaskuler dan komplikasi sekunder terhadap
penusukan
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah

Pre Hemodialis
Pada pre hemodialisis, kegiatan perawatan meliputi : menghidupkan mesin, meyediakan alat-
alat, memasang alat pada mesin, sirkulasi cairan NaCl pada mesin, mengawasi penimbangan
berat badan pasien, mengukur suhu badan, mengukur tekanan darah dan menghitung denyut
nadi.

Intra Hemodialisa
Pada tahap pemasangan alat dan selama pemasangan, kegiatannya meliputi : desinfeksi
daerah penusukan, pemberian anestesi lokal (kalau perlu), penusukan jarum, pemasukan
heparin (bolus), selanjutnya menyambung jarum pada arteri blood line. Lalu menekan tombol
BFR, membuka klem venous dan arteri blood line, memprogram penurunan berat badan,
waktu pelaksanaan, venous pressure, kecepatan aliran heparin dan UFR. Kemudian
menghubungkan heparin contnous ke sirkulasi, monitoring pernafasan, makan dan minum,
pengaturan posisi tubuh, monitoring alat-alat dan kelancaran sirkulasi darah, mengukur
tekanan darah dan menciptakan suasana ruangan untuk mengisi kegiatan pasien selama
hemodialisis berlangsung.
Post Hemodialisis
Pada tahap penghentian hemodialisis meliputi : penghentian aliran darah, mencabut jarum
inlet dan menekan bekas tusukan sambil menunggu sampai aliran darah pada venous blood
line habis. Langkah selanjutnya adalah mencabut jarum out line dan menekan bekas tusukan,
mengganti gaas bethadine dan fiksasi dengan plester. Setelah penghentian hemodialisis,
dilakukan pengukuran tekanan darah, mengukur suhu, mengawasi penimbangan berat badan,
membereskan alat-alat dan dilanjutkan dengan desinfeksi alat.
Semua kegiatan baik pada tahap pre hemodialisis selama pemasangan dan penghentian
hemodialisis dilakukan oleh perawat kecuali penimbangan berat badan dan minum yang pada
beberapa pasien dilakukan sendiri. Disamping itu beberapa pasien telah dapat melaporkan
pada perawat apabila ada ketidakberesan pada mesin atau akses vaskular, setelah mencoba
mengatasi sendiri.
Sistem pencatatan dan pelaporan yang dijalankan dalam bentuk lembaran observasi pasien
yang berisi tentang : TTV sebelum atau selama dan sesudah HD, BB sebelum dan sesudah
HD, dosis heparin, program penurunan BB , priming dan keluhan pasien setelah HD.
Pembuatan rencana perawatan pasien sudah berjalan dimana dalam pengkajian meliputi data
fisik dan psikososial. Data psikososial yang dikaji sebatas pada adanya rasa cemas dan bosan.
Intervensi
Intervensi keperawatan yang dilakukan mengarah kepada pemberian bantuan sepenuhnya.
Hal ini dapat terlihat dari kegiatan :
a. Pada tahap persiapan
Persiapan alat dan mesinSelama ini pasien dipersilahkan masuk ke ruangan HD dalam
keadaan mesin sudah siap pakai karena perawat sudah menyiapkannya. Pada saat itu pasien
menunggu di ruang tunggu. Sebenarnya bagi pasien yang memungkinkan bisa dilibatkan
sejak awal, dari mulai menghidupkan mesin, mempersiapkan alat-alat, memasang alat pada
mesin sampai mesin tersebut dipakai.
Menimbang BBPenimbangan BB bagi pasien yang mampu memang sudah dilakukan sendiri
oleh pasien begitu mereka masuk ruangan. Pasien menyebutkan berapa BBnya dan perawat
mencatatnya dalam lembaran observasi. Dalam hal ini pasien dapat diberi kesempatan untuk
mencatat Bbnya sendiri, namun tetap dalam pengawasan perawat.
Mengukur suhu badan, tekanan darah dan menghitung denyut nadiKegiatan-kegiatan ini
semuanya masih dilakukan oleh perawat. Sebenarnya dapat mulai dikenalkan kepada pasien
mengenai alat-alat dan cara pengukurannya, mulai dari hal-hal yang sedrhana tapi dapat
menarik minat untuk belajar.
b. Pada tahap pelaksanaan
c. Pada tahap penghentian.

RINGKASAN

Hemodialisis adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya. Hemodialisa
mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara mengalirkan melalui
“ginjal buatan”.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat indikasi
Hiperkalemia, Asidosis, Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah, Kelebihan cairan,
Perikarditis dan konfusi yang berat, Hiperkalsemia dan hipertensi.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya. Hemodialisa
mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara mengalirkan melalui
“ginjal buatan”.
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat indikasi
Hiperkalemia, Asidosis, Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah, Kelebihan cairan,
Perikarditis dan konfusi yang berat, Hiperkalsemia dan hipertensi.
3.2 Saran
Semakin berkembangnya zaman dan teknologi semakin meningkat juga resiko akan
penyakit pada manusia terutama dalam hal ini kehilangan fungsi ginjal atau gagal ginjal,
maka hemodialisis merupakan sarana penting dalam mengatasi hal ini sehingga dapat
mengembalikan fungsi ginjal yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai