Anda di halaman 1dari 13

2.

1 Definisi
Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang dapat disebabkan oleh berbagai kausa,
termasuk infeksi virus atau pajana ke bahan – bahan toksik. Pada hepatitis virus, Peradangan hati
yang berkepanjangan atau berulang, yang biasanya berkaitan dengan alkoholisme kronik, dapat
menyebabkab sirosis, suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara permanen
oleh jaringan ikat. Jaringan hati memiliki kemampuan mengalami regenerasi, dan dalam keadaan
normal mengalami pertukaran sel yang bertahap. Apabila sebagian jaringan hati rusak, jaringan
yang rusak tersebut dapat diganti melalui peningkatan kecepatan pembelahan sel – sel yang
sehat. Tampaknya terdapat suatu faktor dalam darah yang bertanggung jawab mengatur
proliferasi sel hati, walaupun sifat dan mekanisme factor pengatur ini masih merupakan misteri.
Namun, seberapa cepat hepatosit dapat diganti memiliki batas. Selain hepatosit, di antara
lempeng – lempeng hati juga ditemukan beberapa fibroblast ( sel jaringan ikat ) yang membentuk
jaringan penunjang bagi hati. Bila hati berulang – ulang terpajan ke bahan – bahan toksik,
misalnya alcohol, sedemikian seringnya, sehingga hepatosit baru tidak dapat beregenerasi cukup
cepat untuk mengganti sel – sel yang rusak, fibroblast yang kuat akan memanfaatkan situasi dan
melakukan proliferasi berlebihan. Tambahan jaringan ikat ini menyebabkan ruang untuk
pertumbuhan kembali hepatosit berkurang.
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999). Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus
merupakan jenis yang paling dominan. Luka pada organ liver dengan peradangan bisa
berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi,
ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin dan Drug induced Hepatitis
merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol
dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya
dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional.
Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi
penyakit hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik (hepatitis B,C)
dan adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ). hepatitis yang biasanya
disebabkan oleh obat-obatan, alkohol (hepatitis alkoholik), dan obesitas serta gangguan
metabolisme yang menimbulkan nonalkoholik steatohepatitis (NASH) disebut Hepatitis
Nonvirus.
2.2 Epidemologi
Insiden hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi
dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60%
sampai 90% kasus–kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan
kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus–kasus yang ringan dan
kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan
sebenarnya. Meskipun kurang lebih 50% orang dewasa di Amerika Serikat telah memilki
antibodi terhadap virus hepatitis A, banyak orang tidak mengingat kembali episode atau kejadian
sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis
2.3 etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang
berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan

2.4 Klasifikasi
1. Virus Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari penyakit.
Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi hepatitis B terdapat diseluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun. Sejak
1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye penurunan penyakit akan
memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa depan.
Penularan. Daerah dimana penyakit ini endemik ( Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan
Amazon ), bentuk penularan yang sering adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada bayinya.
Di Negara berkembang dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute utama penularan adalah
seksual dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi risiko tinggi meliputi laki – laki
homoseksual, pengguna obat intravena, petugas perawatan kesehatan dan mereka yang mendapat
transfusi darah.
Patofisiologi. Virus harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui
mebran mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati, replikasi perlu inkubasi 6
minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa infeksi tidak terlihat
untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan hati, dan hubungannya dengan demam
yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis, nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat
terjadi kegagalan hati yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan dengan keparahan
mendekati 50%.
Infeksi primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2
minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap selama
beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada saat pasien
mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan dengan hepatitis kronik
dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan asites terjadi dalam beberapa tahun sampai
dengan puluhan tahun setelah infeksi awal.
Diagnosis. Tes serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik dan informasi
tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung berhubungan
dengan virus dan antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons protein tersebut. Virus
mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung. Protein behubungan dengan bagian antigen
inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium untuk antigen inti tidak tersedia, tetapi antigen
permukaan sering menunjukan HBsag, yang dapat didetekasi, dalam beberapa minggu awal
infeksi. Peningkatan titer selama beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada tingkat yang
tidak dapat dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan tingkat penularan relative
tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut e antigen ( HBeag ). HBeag
adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive karena dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat
pada waktu penyakit klinis dan pada saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk
menular.
Vaksin. Vaksin hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B untuk
menstimulasi produksi antibodi dan untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi,
keamanan, dan keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah
ditularkan dengan jarum suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi perinatal dan
risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan secara rutin pada bayi
setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya tidak terinfeksi ) akan memiliki serologi
hepetitis B yang positif hanya pada HBsab. Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin
yang dapat dibedakan dari produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
Hepatitis C
Sampai saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang bukan
hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non- A, Non- B ditularkan melalui
parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan virus ini juga tidak diketahui dan sekarang
teridentifikasidan disebut hepatitis C. Kemudian, tes antibodi untuk memeriksa pasien terhadap
agens ini telah tersedia.
Patofisiologi. Hepatitis C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang per
tahun di Amerika Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir selalu
melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui cara perenteral lain
( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh pengguna obat intravena dan tusukan
jarum yang tidak disengaja dan cedera lain pada petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut
dimana virus ditularkan melalui kontak seksual.
Diagnosis. Tes serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan
antibodi yang diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki gejala klinik dari virus
hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes fungsi hati digunakan untuk mendapat status hepatitis. Penyakit ini tidak terlalu dipahami
pada saat ini, tapi peningakatan dan biasanya ditemukan penurunan berulang enzim hati. Dengan
informasi ini dan tanda klinis lain, dipercaya bahwa sebanyak separuh dari semua pasien
mengalami infeksi hepatitis C yang berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini telah
menunjukan penyebab utama penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika Serikat.
Penatalaksanaan. Saat ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca
pemajananyang diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus mengikuti prinsip
kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip ini
didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrier penyakit ini.
Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus digunakan pada semua pasien.
Hepatitis D
Hepatitis D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk
bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai antigen
permukaan hepatitis B positif
Hepatitis D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang dan
sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai sebagai
keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif terhadap virus darah ini ( tidak
menggunakan jarum bergantian dan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual )
harus ditekankan pada orang yang terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi hepatitis D.
2. Virus hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
Hepatitis A
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus ini
menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang ditunjukan oleh
virus hepatitis darah.
Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak parah. Gejala
lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik,
mual dan muntah. Penyakit ini baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang
membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan
menular pada orang lain.
Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang terkontaminasi, hepatitis A dapat
menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan yang buruk. Petugas penyiapan
makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit pada orang lain jika kebersihan
diri tidak dilakukan dengan baik.
Tes antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang menunjukan infeksi akut atau yang
baru terjadi.atau IgG yang menunjukan infeksi yang sudah sembuh.

Hepatitis E
Hepatitis E adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontaminasi makanan dan air melalui
jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini, infeksi disebut dengan hepatitis enteric Non- A Non-
B. Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan hepatitis A, B, dan C dan menentukan yang paling
mungkin dari sumber makanan atau air yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibodi untuk
hepatitis E telah tersedia, studi epidemologi akan sangat terfasilitasi
Hepatitis E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi berhubungan dengan epidemic
dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika Serikat, hepatitis
E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah melakukan perjalanan keluar negeri
dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi serologic negative untuk virus hepatitis lain.

5. Gambaran klinis
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik sampai penyakit mencolok,
kegagalan hati dan kematian. Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis: stadium
prodromal, stadium ikterus, dan periode kovalensasi (pemulihan)
1. Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus
selesai dan pasien mulai memperlhatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut
praikterus karena ikterus belum muncul. Individu akan sangat infeksius pada stadium ini.
Antibody terhadap virus biasanya belum dijumpai. Stadium ini berlangsung 1-2 minggu
ditandai oleh :
 Malese umum
 Rasa lelah
 Gejala-gejala infeksi saluran napas atas
 Mialgia (nyeri otot)
 Keengganan terhadap sebagian besar makanan
2. Stadium ikterus adalah stadium kedua hepatitis virus, dan dapat berlangsung 2-3 minggu
atau lebih. Pada sebagian besar orang, stadium ini ditandai oleh, seperti diisyaratkan oleh
namanya, timbulnya ikterus. Manifestasi lain adalah :
 Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodormal
 Pembesaran dan nyeri hati
 Splenimogali
 Mungkin gatal (pruritus) di kulit
3. Stadium pemulihan dalah stadium ketiga hepatitis virus dan biasanya timbul dalam4
bulan untuk hepatitis B dan C dan dalan 2-3 bulan untuk hepatitis A. Selama periode ini :
 Gejala-gejala mereda, termasuk ikterus
 Nafsu makan pulih

2.6 Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes
oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati,
sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu
tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat
dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit
hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan.
Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan
nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan
terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit
dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.
1. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 kali dari normal). Catatan : merupakan batasan nilai
untuk membedakan hepatitis virus dengan nonvirus
2. AST(SGOT atau ALT(SGPT) : awalnya meningkat. Dapat meningkat satu sampai dua
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun
3. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati atau mengakibatkan perdarahan)
4. Leucopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
5. Diferensial darah lengkap : lekositosis, monositosis, limfosit atipikal, dan sel plasma
6. Alkali fosfatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
7. Fesses : warna tanak liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
8. Albumin serum : menurun
9. Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fusngsi hati)
10. Anti-HAV IGM : Positif pada tipe A
11. HBSAG : dapat positif (tipe B) atau negative (tipe A). catatan : merupakan diagnostic
sebelum terjadi gejala kinik
12. Massa protrombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)
13. Bilirubin serum : diatas 2,5 mg/100mm (bila diatas 200mg/mm, prognosis buruk
mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
14. Tes eksresi BSP : kadar darah meningkat
15. Biaosi hati : menentukan diagnosis dan luasnya nekrosis
16. Scan hati : membantu dalam perkiraan beratnya ketrusakan parenkim
17. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin;protein/hematuria dapat terjadi

2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis virus terutama bersifat suportif dan mencangkup :
 Istirahat sesuai keperluan
 Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alcohol atau obat lain
 Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra seksual dan anggota keluarga
 Keluarga dan pasien hepatitis ditawarkan untuk menerima gama globulin murni yang
spesifik terhadap HAV atau HBV yang dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi.
Imunitas ini bersifet sementara
 Baru-baru ini FDA memberikan izin untuk penberian vaksin hepatitis A. vaksin ini dibuat
dari virus hepatitis inaktif. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa vaksin ini 96%
efektif setelah pemberian satu dosis.
 Tersedia vaksin untuk HBV, Karena sifat virus yang sangat menular dan berpotensi
menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
dikelompoknya beresiko tinggi, termasuk para tenaga keshatan atau orang-orang yang
terpajan ke produk darah, vaksinasi. Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi dalah orang-
orang yang beresiko terhadap virus, termasuk kaum homoseksual atau heteroseksual yang
aktif secara seksual, pecandu oabat bius, dan bayi.
 Vaksinasi terhadap HBV dihasilkan melalui penyuntikan intramuskulus DNA
rekombinaan sebanyak tiga kali pada interval –interval yang telah ditentukan. Dosis
pertama dan kedua diberikan terpisah satu bulan, dan dosis ketiga diberikan 6 bulan
setelah dosis ke dua. Vaksinasi ini 85% efektif dalam membentuk kekebalan.

2.9 Komplikasi
Komplikasi hepatitis adalah timbulnya hepatitis kronik yang terjadi apabila individu terus
memperlihatkan gejala dan antigen virus menetapkan lebih dari 6 bulan. Gambaran klinis
hepatitis aktif kronik atau fulminan mungkin mencengkup gambaran kegagalan hati diatas,
dengan kematian timbul dalam 1 minggu sampai beberapa tahun kemudian.

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu
tertahan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi NIC
1. Perubahan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor dan pantau TTV
keperawatan selama ..x 24jam klien 2.Membantu atau menyediakan
kurang dari kebutuhan dapat memperlihatkan status nutrisi asupan makan dan cairan diet
berhubungan dengan yang adekuat dengan criteria hasil : seimbangan.
1.TTV dalam batas normal 3. Memberikan makanan dan cairan
kegagalan masukan 2. Menoleransi diet yang untuk mendukung metabolic pasien
dianjurkan yang malnutrisi atau berisiko tinggi
untuk memenuhi 3.. Hasil laboratorium dalam batas terhadap malnutrisi
kebutuhan metabolik: normal 4. Mengumpulkan dan
4. Mempertahankan massa tubuh menganalisis data pasien untuk
anoreksia, mual/muntah dan berat badan dalam batas mencegah dan meminimalkan
normal kurang gizi.
dan gangguan absorbsi 5.Mempersiapkan pasien untuk
dan metabolisme benar benar mematuhi pola diet
yang diprogramkan
pencernaan makanan: 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
7. Monitori kadar Hb, albumin,
penurunan peristaltik
kadar protein, Hb dan Ht
(refleks viseral), empedu
tertahan.
Diagnosa Noc nic
1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor TTV
keperawatan selama …x 24 Jam 2.Lakukan pengkajian nyeri
: Nyeri berhubungan diharapkan gangguan rasa secara komprehensif
dengan pembengkakan nyaman nyeri berkurang dengan 3.Ajarkan tehnik relaksasi
criteria hasil : 4. Observasi nonverbal dari
hepar yang mengalami 1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri 5.Kolaborasi dengan dokter
inflamasi hati dan 2. Mampu mengenali nyeri untuk pemberian analgetik
bendungan vena porta. (Skala, intensitas,
frekuensi, lokasi, dan
tanda nyeri)
3. Tanda vital dalam
rentang normal
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor TTV
keperawatan selama … X 24 jam 2. Perhatikan pergerakan dada,
berhubungan dengan diharapkan menunjukkan pola amati kesimetrisan, penggunaan
pengumpulan cairan nafas yang efektif dengan criteria otot aksesoris, retraksi otot
hasil : supraklavikulan dan intercosta
intraabdomen, asites 1. Mempunyai kecepatan 3. Auskultasi suara nafas
dan irama pernapasan 4. Pantau pola nafas bradipnea,
penurunan ekspansi dalam batas normal takipnea, pernapasan kussmaul
paru dan akumulasi 2. Mempunyai fungsi paru 5. Kolaborasi dengan dokter
dalam batas normal untuk pemberian obat
sekret. 3. Mengidentifikasi factor brronkodilator dan terapi
yang memicu pemberian oksigen
ketidakefektifan pola
nafas dan cara
menghindarinya
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis Keperawatan Ed 10. Jakarta: EGC

LeMone, Priscilla, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 5 Vol 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai