Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur Alhamdulillah kami mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan ramhat karunia dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Stres dan Adaptasi. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan. Pada kesempatan ini perkenankan kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tugas ini.
Sehingga ini terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karna itu, kami sadar dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan
kami mohon maaf, dan meminta kepada ibu memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
selanjutnya. Sekian dari kami, semoga ini sesuai dengan apa yang diharapkan dan bermanfaat
bagi pembacanya.
Wasalammua’laikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Jakarta, 28 September 2017

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I (Pendahuluan) 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
Bab II (Isi) 4
A. Pengertian Stress 4
B. Sumber Stressor 4
C. Tahapan Stress 5
D. Faktor yang mempengaruhi Stress 5
E. Adaptasi (Mekanisme Penyesuaian Diri) 7
F. Jenis Adaptasi 8
G. Koping 9
H. Proses Keperawatan dan Adatasi terhadap Stress 12
Bab III (Penutup) 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
Daftar Pustaka 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres merupakan suatu keadaan umum yang sering dialami tiap individu dalam
hidupnya. Stres dapat dialami semua orang dan setiap orang berbeda-beda responsnya
dan dampak yang didapati individu tersebut. Namun belum tentu setiap orang mampu
mengatasi stress tersebut. Seperti salah satu contoh yang ada disekitar kita ialah ibu yang
stress ketika merawat suaminya yang sakit. Terbukti bahwa tingginya angka kejadian
stress yang dialami seorang ibu yang stress ketika merawat suaminya. Jika stress tersebut
tidak dapat diatasi maka akan berdampak yang mempengaruhi beberapa aspek yaitu
fisik-psiko-sosial-spiritual. Ketika ibu tersebut stress dan tidak dapat mengatasi stresnya
maka ibu tersebut tidak dapat beradaptasi dan gagal dalam memberikan asuhan
keperawatan. Mengingat dampak dari stres yang luar biasa dan angka kejadian yang
tinggi maka kami menyusun makalah ini sebagai bahan ajaran untuk konsep stress dan
adaptasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah dalam analisa konsep stress
dan adaptasi adalah sebagai berikut : “hubungan antara pengaruh stress dengan berbagai
dampak yang ditimbulkan berfokus pada pemulihan stress melalui asuhan keperawatan.”

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian stres.
2. Mengetahui sumber stres.
3. Mengetahui tahapan-tahapan stres.
4. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi Stres.
5. Menjelaskan pengertian adaptasi.
6. Mengetahui jenis-jenis adaptasi.
7. Mengetahui mekanisme koping terhadap stres.
8. Menjelaskan proses keperawatan dan adaptasi terhadap stres.

3
BAB II

ISI

A. Pengertian Stress
Potter dan Perry (2009) menyatakan bahwa ada dua tipe stress : distres dan eustres.
Distres adalah stres yang merusak, sedangkan eustres adalah stres yang melindungi
kesehatan, energi motivasi seperti kesenangan, pengharapan dan gerakan yang bertujuan
(varcolis et al., (2006).

Patel (1996) menyatakan bahwa stress merupakan reaksi yang muncul pada tubuh
disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-
tantangan yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman atau ketika harus berusaha
mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya.

Dengan demikian, bisa diartikan bahwa stress merupakan suatu sistem pertahanan
tubuh dimana ada sesuatu yang mengusik integritas diri, sehingga mengganggu
ketentraman yang dimaknai sebagai tuntutan yang harus diselesaikan.

B. Sumber Stresor

Ada beberapa sumber stress yang berasal dari lingkungan, diantaranya adalah
lingkungan fisik seperti: polusi udara, kebisingan, kesesakan, lingkungan kontak sosial
yang bevariasi, serta kompetisi hidup yang tinggi(Howart dan Gillham, 1981 dalam
Atkinson, 1990). Selain itu sumber stress yang lain meliputi hal-hal berikut:

1. Dalam diri individu


Weiten (1992) menyatakan bahwa hal ini berkaitan dengan adanya konflik.
Pendorong dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan
yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik,
yaitu sebagai berikut:
a. Approach-approach conflict, muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan
yang sama-sama baik.
b. Avoidance-avoidance conflict, muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan
antara dua situasi yang tidak menyenangkan.
c. Approach-avoidance conflict, muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik
dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi.
2. Dalam keluarga
4
Perilaku, kebutuhan, dan kepribadian dari tiap anggota keluarga yang
mempunyai pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, terkadang
menimbulkan gesekan. Konflik interpersonal dapat timbul sebagai akibat dari
masalah keuangan atau tujuan yang bertolak belakang. Dari keluarga ini yang
cenderung memungkinkan munculnya stress adalah hadirnya anggota baru, sakit,
dan kematian dalam keluarga.
3. Dalam komunitas dan masyarakat
Kontak dengan orang diluar keluarga merupakan banyak sumber stress,
misalnya pengalaman anak di sekolah dan persaingan. Bedasarkan penjelasan di
atas, maka stressor atau hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya stress dapat
berupa faktor-faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan di sekitar individu baik
fisik maupun sosial. Namun, stressor tersebut dapat menimbulkan stress ataupun
tidak, bergantung pada bagaimana individu menyikapi stressor tersebut.
C. Tahapan Stress

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Fajr: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
Jama’ah hamba- hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. 89: 27-30)

1. Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan. Van Amberg (1979)
menyatakan bahwa tahapan stres dapat terbagi menjadi enam tahap diantaranya :
a. Tahap Pertama

Merupakan tahap yang ringan dari stress. Tahap pertama ditandai dengan
adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam dan tidak seperti pada
umumnya. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak seperti biasanya,
kemudian merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya
semakin berkurang.

b. Tahap Kedua

Pada stress tahap kedua ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut : adanya
perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah
makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak
nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan
tidak bisa santai.

5
c. Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada
lambung dan usus seperti adalanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur,
ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti
sukar memulai utuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah,
terasa seperti tidak memiliki tenaga.

d. Tahap Keempat

Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala perkerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespons secara adekuat, tidak mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak
ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun
karena adanya perasaan ketakutan dan kecamasan yang tidak diketahui
penyebabnya.

e. Tahap Kelima

Stress tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem
pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin
meningkat.

f. Tahap Keenam

Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan
perasaan takut dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras, susah
bernapas, terasa gemetaran seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi
kolaps atau pingsan.

2. Potter dan Perry (2009) menyatakan bahwa terdapat 3 situasi stress yaitu :

(Kline-Leidy, 1990) menyatakan bahwa situasi stress ringan biasanya tidak


mengakibatkan kerusakan fisiologis kronis, tetapi stress sedang dan berat dapat
menimbulkan resiko penyakit medis atau menimbulkan penyakit kronis.

a. Situasi stress ringan adalah stressor yang dihadapi stress yang dihadapi setiap
orang secara teratur seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari

6
atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Bagi
mereka sendiri, stressor ini bukan signifikan untuk timbulnya gejala. Namun
demikian, stressor ringan yang banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan
resiko penyakit (Holmes dan Rahe, 1976).
b. Situasi stress sedang berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa
hari. Misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak
yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan
situasi stress sedang.
c. Situasi stress berat adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan
terus menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan dan penyakit fisik jangka
panjang. Makin sering dan makin lama situasi stress, makin tinggi risiko
kesehatan yang ditimbulkan (Wiebe & Williams, 1992).
D. Faktor yang mempengaruhi Stress

Potter dan Perry (2009) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
stres yaitu:

1. Faktor situasional
Faktor siuasional adalah faktor yang berasal dari perubahan pekerjaan, baik
pada diri sendiri atau anggota keluarga dan relokasi. Perubahan pekerjaan yang
penuh tekanan termasuk promosi, perpindahan, pengurangan, restruksturasi,
perubahan pimpinan, dan penambahan tanggung jawab. Penyesuaian diri terhadap
penyakit kronis menyebabkan stres situasional. Penyakit yang sering ditemukan
seperto obesitas, hipertensi, diabetes, depresi, asma dan penyakit arteri koroner dapat
meyebabkan stres. Ketidakpastian yang berhubungan dengan pengobatan dan
penyakit dapat menimbulkan stres dalam semua usia. Stress yang terkait dengan
biaya untuk pengobatan dan keterbatasan akses ke penyelenggara tidak dapat
diabaikan. Meskipun bertindak pada pengasuh, keluarga bagi seseorang dengan
penyakit kronis seperti penyakit Alzheimer juga berpotensi mengalami stres,
tindakan penatalaksanaan dari perawat dapat meminimalkan stres pada
pengasuh(Gaugler et al.,2004)
2. Faktor Maturasional
Stresor bervariasi dalam setiap tahap kehidupan. Anak – anak
mengidentifikasi stresor dengan penampilan fisik, keluarga, teman-teman, dan

7
sekolah mereka (Chen et al.,2005). Stres yang dialami pada masa praremaja terkait
dengan masalah kepercayaan diri, perubahan diri, perubahan struktur keluarga akibat
perceraian atau kematian orang tua, atau dirawat di rumah sakit. Selama remaja
mencari identitas diri mereka dengan teman sebaya dan terpisah dari keluarganya,
mereka mengalami stress. Selain itu, mereka menghadapi pertanyaan tentang
penggunaan substansi yang merusak otak,seksualitas,pekerjaan, sekolah dan pilihan
karier yang menyebabkan stres. Stres pada individu dewasa berpusat sekitar
perubahan utama dalam lingkungan hidup (Aquilera,1998).
3. Faktor-faktor sosiobudaya
Lingkungan dan stresor sosial menyebabkan masalah perkembangan. Stresor
potensial yang memengaruhi segala kelompok usia,tetapi khususnya mempengaruhi
individu muda,termasuk kemiskinan yang berkepanjangan dan hambatan fisik.
Anak-anak menjadi rentan ketika mereka kehilangan orang tua dan pengasuh
melalui perceraian, masuk penjara, kematian, ketika orang tua menderita penyakit
mental, atau gangguan peyalahgunaan substansi. Selanjutnya, hidup di bawah
lingkungan yang penuh kekerasan , lingkungan yang kacau, atau tunawisma merusak
individu pada segala usia, terutama individu muda(Pender et al.,2006).
E. Adaptasi (mekanisme penyesuaian diri)

W.A. Gerungan (1996) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah meyesuaikan


diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan keadaan diri (keinginan
diri).

Soeharto Heerdjan (1987) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah usaha atau
perilaku untuk mengatasi kesulitan dan hambatan.

Adaptasi adalah bentuk pertahanan yang didapat sejak lahir dan belajar dari
pengalaman untuk mengatasi stress. Membatasi tempat tejadinya stress, mengurangi dan
menetralisisasi pengaruhnya merupakan cara untuk mengatasi stress. Adaptasi memiliki
empat tujuan yaitu untuk menghadapi tuntutan keadaan secara sadar, realistic, objektif
dan rasioanal.

F. Jenis Adaptasi
1. Adaptasi Fisiologis

Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu

8
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator
tersebut bervariasi menurut individunya. Saat ini, penyebab utama kematian adalah
penyakit yang mencakup stressor gaya hidup. Berikut ini adalah indikator stres
fisiologis:

a. Kenaikan tekanan darah


b. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, dan punggung
c. Peningkatan denyut nadi dan frekuensi pernafasan
d. Telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin
e. Postur tubuh yang tidak tegap
f. Keletihan
g. Sakit kepala
h. Gangguan lambung
i. Suara yang bernada tinggi
j. Mual, muntah, dan diare
k. Perubahan nafsu makan
l. Perubahan berat badan
m. Perubahan frekuensi berkeemih
n. Dilatasi pupil
o. Gelisah, kesulitan untuk tidur, atau sering tebangun saat tidur
Contoh:
1) Seseorang yang mampu mengatasi stress, tangannya tidak gemetar dan berke
ringat, serta wajah yang tidak pucat
2) Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan m
erasa mengalami gangguan pada organ tubuh.
2. Adaptasi psikologis

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati
perilaku klien. Stress memengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara.
Oleh karena itu, kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks diantara
banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan
memeriksa gaya hidup dan stressor klien.

Wiebe dan Williams (1992) menyatakan bahwa tiga karakteristik kepribadian


yang diduga menjadi media terhadap stress adalah rasa kontrol terhadap peristiwa

9
kehidupan, komimen terhadap aktivitas yang berhasil dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan. Berikut ini adalah indikator stress
psikologis:

a. Ansietas
b. Depresi
c. Kepenatan
d. Peningkatan penggunaan bahan kimia
e. Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas
f. Kelelahan mental
g. Perasaan tidak adekuat
h. Kehilangan harga diri
i. Peningkatan kepekaan
j. Kehilangan motivasi
k. Ledakan emosional dan menangis
l. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan
m. Kehilangan minat
n. Rentan terhadap kecelakaan
o. Letargi
Contoh:
1) Sadar : seseorang yang mencoba memecahkan/menyesuaikan diri dengan ma
salah.
2) Tidak sadar : menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
3. Adaptasi Perkembangan

Stress yang berkepanjangan dapat memengaruhi kemampuan untuk


menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap, seseorang biasanya
menghadapi tugas perkembangan dengan dengan menunjukkan karakteristik
perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat
mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan
tersebut. Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka
mulai menyadari bahwa pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu
mereka mencapai tujuan dan harga diri melalui berteman dan saling berbagi diantara
teman. Pada tahap ini, stress ditunjukan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan
untuk mengembangkan hubungan berteman.

10
G. Koping
1. Pengertian Koping

Setiap manusia di dunia tak pernah lepas dari suatu masalah dan sering kali
masalah tersebut membuat manusia tersebut stress karena permasalahan yang sedang
dihadapinya. Namun, setiap manusia memiliki respon yang berbeda-beda ketika
mereka menghadapi masalah.
Ahyar (2010) menyatakan bahwa koping adalah mekanisme untuk
menghadapi atau mengatasi perubahan dan tekanan yang diterima oleh tubuh dan
beban tersebut menimbulkan respon nonspesifik yaitu stress.
Koping terdiri atas usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan untuk mengatur
diri sendiri baik perasaan ataupun perilaku tertentu. Koping manusia merupakan
proses yang aktif dan sudah ada pada diri manusia dan mengembangkan perilaku
baru guna menumbuhkan kekuatan dalam menghadapi masalah tersebut (Lazarus,
1998 dalam Widodo, 2010).
Ernawati (2007) menyatakan bahwa mekanisme Koping adalah upaya atau
cara yang digunakan seseorang untuk mengatasi suatu masalah, beradaptasi dengan
perubahan yang ada, dan respon terhadap kondiri yang merugikan dirinya, dapat
berupa Mekanisme Koping Adaptif ataupun Mekanisme Koping Maladaptif,
tergantung bagaimana seseorang menghadapi stress tersebut.
Lubis (2006) menyatakan bahwa mekanisme Koping memfokuskan kepada
upaya seseorang untuk menghadapi segala tuntutan yang berisi tekanan. Adaptasi
diri menghadapi stress dalam konsep koping. Jadi, Mekanisme Koping merupakan
upaya atau cara seseorang untuk menghadapi masalah yang membuat dirinya merasa
tertekan. Beradaptasi dengan perubahan yang ada akibat terciptanya suatu masalah,
dan respon seseorang terhadap sesuatu yang mengancam dirinya baik dengan
Mekanisme Koping Adaptif maupun Mekanisme Koping Maladaptif tergantung
bagaimana cara seseorang menghadapi stress tersebut.
2. Mekanisme Koping
Mekanisme Koping berdasarkan golongannya dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Penggunaan koping yang adaptif membantu seseorang dalam beradaptasi
untuk menghadapi suatu masalah. Kegunaan koping secara adaptif membuat
seseorang akan membuat dirinya mampu menyeimbangkan antara memelihara

11
kekuatan fisik dan psikologi dalam menghadapi suatu masalah. Jadi,
Mekanisme Koping Adaptif adalah suatu pola atau usaha yang ada pada dirinya
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi seperti berbicara kepada orang lain
tentang masalah yang sedang dihadapi, mencari informasi tentang masalah yang
sedang dihadapi, melakukan berbagai tindakan alternatif untuk mengurangi
situasi, berdo’a, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali normal.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Penggunaan koping maladaptif dapat menciptakan respon negatif pada diri
sendiri dengan muncul nya pertahanan diri dan respon verbal. Perilaku
maladaptif antara lain perilaku agresi dan menarik diri. Perilaku agresi dimana
seseorang tersebut menyerang obyek dapat berupa benda, orang atau bahkan diri
sendiri yang menurut dirinya adalah suatu sumber masalah dan akan
mendapatkan kepuasan pada dirinya. Sedangkan perilaku menarik diri adalah
perilaku dari seseorang yang menarik diri dari lingkungan dan menghindari
persaingan atau bisa dikatakan bahwa orang tersebut lari dari permasalahan
yang sedang dihadapi. Biasanya orang-orang ini berperilaku menggunakan
alkohol atau narkoba, melamun, menangis atau beralih ke aktivitas lain untuk
melupakan masalah tersebut. Jadi, Mekanisme Koping Maladaptif adalah suatu
respon yang dilakukan seseorang yang cenderung negatif pada dirinya sendiri
dengan melakukan suatu penyerangan terhadap obyek guna memuaskan dirinya
ataupun dengan cara menarik diri dari masalah tersebut dan melupakan masalah
tersebut begitu saja.
H. Proses Keperawatan dan Adaptasi terhadap Stress
1. Pengkajian
a. Wawancara :
1) Apa yang mengganggu ibu saat ini?
2) Siapa yang membantu ibu saat merawat suaminya?
3) Mengajukan pertanyaan mengenai masalah untuk menentukan apakah klien
mempunyai masalah dengan kondisinya.
4) Bagaimana kondisi ibu saat ini?
5) Apakah ibu memiliki tekanan darah tinggi?
b. Pemeriksaan Fisik :
1) Mengukur Tekanan Darah, Nadi
2) Melihat raut wajah
12
3) Kondisi yang tidak menyenangkan seperti luka bakar, tanda lahir pada tubuh
4) Beberapa riwayat kesehatan yang memerlukan pengkajian fisik misalnya
riwayat PMS, infertilitas, kehamilan, adanya sekret yang tdk normal dari
genital, perubahan warna pada genital, ggn fungsi urinaria, dll.
2. Diagnosa
a. Ansietas yang berhubungan dengan:
1) Perubahan status kesehatan
2) Krisis maturasi atau situasi
b. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan:
1) Perpisahan dari orang terdekat
2) Krisis situasi (misal kehamilan yang tidak direncanakan)
c. Ketegangan peran pemberi perawatan yang berhubungan dengan:
1) Penyesuaian terhadap diagnosis medis
2) Penyesuaian terhadap penurunan tingkat fungsi fisik
d. Keletihan yang berhubungan dengan:
1) Tuntutan Psikologis yang berlebihan
2) Tututan Peran yang berlebihan
e. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan:
1) Stres jangka panjang
2) Kehilangan keyakinan nilai
f. Koping keluarga tidak efektif: menurun atau tidak mampu atau koping individu
tidak efetif yang berhubungan dengan:
1) Metode koping yang tidak adekuat
2) Stres yang berkepanjangan (misal fisiologis, maturasi, situasi)
g. Risiko terhadap cedera yang berhubungan dengan:
1) Kerusakan kemampuan pemecahan masalah
h. Ganguan pola tidur yang brhubungan dengan:
1) Krisis maturasi atau situasi
3. Perencanaan
Diagnosa keperawatan : Ketegangan peran pemberi perawatan
Definisi: Pemberi perawatan mengalami kesulitan dalam melakukan peran
memberikan perawatan keluarga.

13
a. Mendiskusikan cara menyederhanakan rutinitas perawatan (misalnya
menyiapkan semua makanan sekaligus; menyisihkan waktu untuk membaca
atau aktivitas lain).
b. Membantu klien dalam menetapkan rutinitas perawatan yang konsisten.
c. Gali pro dan kontra dari aktivitas diluar rumah yang dapat dipadukan ke dalam
rutinitas harian atau mingguan .

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap manusia pernah merasakan stress akibat masalah yang di hadapi. Setiap
individu mampu menghadapi setiap masalah. Namun, cara penyelesaiannya yang
berbeda tergantung mekanisme koping yang digunakan antara mekanisme koping
maladaptif atau mekanisme koping adaptif. Mekanisme yang digunakan dapat
berdampak positive ataupun negative. Dapat bergantung juga pada lingkungannya dan
memahami seberapa besar usaha atau kemampuan yang di lakukan oleh individu itu
sendiri.
B. Saran

Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat digunakan sebagai acuan bahan
ajar untuk mata kuliah Psikososial dan Budaya khususnya Stress dan adaptasi.
Diharapkan mahasiswa dapat lebih mengerti dan memahami apa itu stress dan
adaptasi serta asuhan keperawatannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry.2009 . Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina & marina,
penerjemah). Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul.2008 . Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Nasir, Abdul., dan Abdul Mufith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

16

Anda mungkin juga menyukai